Pastor Eric Chang | Mazmur 34:9 |

Kecaplah dan lihatlah, betapa baiknya TUHAN itu!

Izinkan saya untuk memulainya dengan sebuah cerita singkat. Beberapa bulan yang lalu, saat saya berada di Toronto, saya sedang berkumpul dengan 4 orang rekan sekerja di gereja kita di Toronto. Lalu, kami membicarakan tentang kebaikan Allah kepada kami dalam banyak hal. Salah satu rekan sekerja di Toronto berbagi kesaksian tentang perjalanan mereka ke sebuah tempat di utara Toronto, yang berjarak sekitar dua atau tiga jam dari Toronto. Mereka ingin menyegarkan diri dengan perjalanan wisata setelah menjalani beban kerja yang sangat meletihkan. Sesampai di sana mereka kebingungan akan melakukan apa – hal yang lazim terjadi pada orang-orang yang berwisata tanpa punya tujuan yang jelas. Lalu mereka memutuskan untuk melakukan hal-hal yang belum pernah mereka coba sebelumnya. Bagaimana kalau belajar menunggang kuda? Mereka belum pernah belajar menunggang kuda, jadi mereka putuskan untuk mencobanya. Kemudian mereka mendapatkan alamat tempat kursus menunggang kuda dan bergegas pergi mencarinya.

Lalu sang suami berkata pada istrinya, “Bagaimana kalau kau saja yang menyetir mobil?” Maksudnya adalah untuk memberi sang istri kesempatan untuk menambah pengalaman menyetir mobil di area luar kota. Jika anda masih tidak bisa menyetir mobil di wilayah luar kota, sebaiknya anda tidak menyetir mobil di dalam kota, jauh lebih berbahaya. Para pengemudi di Toronto sangat berbeda dengan pengemudi di kota-kota lain. Sebagian dari kami yang sudah terbiasa membawa kendaraan di berbagai tempat selama bertahun-tahun masih saja ketakutan jika berhadapan dengan kebiasaan banyak pengemudi di kota ini. Tampaknya mereka selalu mengira bahwa mereka sedang berada di sebuah arena balap mobil. Demikianlah, saudara ini ingin agar istrinya memahirkan kemampuan menyetirnya di wilayah pedesaan.

Mereka lalu mencari alamat tempat kursus berkuda itu. Di tengah jalan, mereka bertanya pada orang setempat tentang lokasi tempat kursus itu. Orang itu menerangkan, “Ikuti saja jalan desa ini sampai sekitar 10 kilometer dan anda akan menemukan tempat kursus itu di sekitar sana.” Nah, tidak masalah! Mereka hanya perlu memperhatikan hitungan jarak di speedometer mobil sambil mengingat-ingat, “Dalam hitungan jarak 10 km, anda sudah dekat dengan tempat kursusnya.” Lalu sang istri menjalankan lagi mobilnya sambil diawasi sang suami di kursi sebelahnya. Sang istri terus saja bolak-balik mengawasi jalan dan speedometer. Akhirnya sang suami berkata, “Perhatikan jalan saja, biar saya yang mengawasi hitungan jarak di speedometer.” Demikianlah, ketika mereka sudah masuk ke hitungan jarak 10 km, ternyata di sana ada pertigaan ke arah kanan, dan sang suami langsung berkata, “Itu ada jalan masuk, belok kanan.” Namun, sang istri memang belum mahir mengemudi dan dia gagal mengurangi kecepatan untuk bisa berbelok. Mobil terus melaju melewati pertigaan tersebut! Nah! Jalan yang diincar terlewati! Karena jalan desa berukuran kecil, dan kemampuan sang istri dalam mengemudi masih belum seberapa mahir, dia tak mampu memutar mobil untuk berbalik arah. Lalu sang suami berkata, “Jalan terus saja, kita cari pertigaan lain untuk memutar arah.” Setelah mengemudi beberapa waktu, di depan ada pertigaan lagi, dan sang suami berkata, “Itu ada jalan, belok kanan!” Dan sang istri sekali lagi terlambat untuk mengurangi kecepatan mobil untuk bisa berbelok. Tikungan kedua masih luput juga! Sang suami berkata, “Harus berapa kali saya mengingatkanmu untuk mengurangi kecepatan dan berbelok? Sudah dekat pertigaan kamu masih ngebut! Bagaimana bisa belok?” Demikianlah, tikungan yang kedua juga luput! Lalu sang suami berkata, “Teruskan saja, kalau ada pertigaan lagi, kita pakai itu untuk balik arah.” “OK, OK!” demikian jawab sang istri. Lalu mereka melanjutkan perjalanan, dan tikungan ketiga mulai tampak di depan. Lalu sang suami berkata, “Itu dia! Ada pertigaan ke kanan. Belok kanan! Kita putar balik!” Dan sang istri kembali gagal masuk ke pertigaan yang ketiga! Pada saat ini, sang suami berkata, “Sudah sampai di mana kita sekarang? Mungkin kita sudah sampai di kutub utara!” Anda mungkin memperhatikan bahwa saya tidak menyebutkan siapa yang menjadi pengemudi dan siapa yang menjadi navigatornya! Demikianlah, sang istri sudah gagal berbelok sampai tiga kali! Hitungan jarak di speedometer telah jauh melewati 10 km. Mereka sudah tidak yakin lagi apakah mereka bisa menemukan alamat tempat kursus yang dituju!

Lalu sang istri berkata, “Baiklah, pada pertigaan yang berikutnya kita pasti bisa belok. Aku akan menyetir lebih pelan.” Jadi dia mengurangi kecepatan mobil supaya tidak terlambat lagi saat mengerem nanti. Akhirnya, pertigaan yang keempat terlihat di depan. Sang suami berkata, “Itu ada pertigaan.” “OK,” jawab sang istri, dan kali ini dia mengemudi dengan kecepatan rendah yang membuatnya berhasil masuk ke pertigaan tersebut. Sungguh melegakan! Akhirnya sang istri bisa berbelok masuk ke pertigaan yang keempat. Dan ketika mereka melihat ke depan, apakah yang mereka lihat? Sebuah papan nama bertuliskan “Sekolah Berkuda”!

Dibutuhkan empat kali kesalahan untuk bisa sampai ke tempat kursus berkuda itu. Dengan kata lain, jika mereka mengikuti petunjuk dari orang yang mereka tanyai, mungkin mereka justru tak akan menemukan tempat kursus tersebut. Ternyata tempat kursus berkuda yang dimaksud tidak berada di jalan masuk pertigaan pertama, kedua, atau bahkan yang ketiga! Sang istri harus melalui tiga kali kesalahan untuk bisa sampai di tujuan. Lalu mereka kebingungan, bagaimana mungkin kejadiannya berlangsung seperti itu? Akhirnya mereka menyadari bahwa petunjuk yang diberikan oleh orang tersebut keliru. Dia seharusnya menyebutkan jarak 10 mil, bukan 10 km, karena hitungan jarak ternyata sudah mencapai 16 km, dan 10 mil itu sama dengan 16 km. Kesalahan sang istri justru membawa mereka sampai ke tempat tujuan.

Kisah ini justru mengingatkan kita pada firman di Roma 8:28, di mana Paulus berkata,

“Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan…”,

bagi siapa?

“bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”

Allah menjadikan segalanya baik – kesalahan dari orang yang memberi petunjuk (informasi yang dia berikan keliru); kesalahan dari kegagalan berbelok (terjadi sampai tiga kali) – ternyata berbuah hasil yang benar! Sungguh ajaib, bukankah begitu? Allah menjadikan semuanya baik. Kalau mereka masuk ke pertigaan yang pertama, mereka bisa tersesat karena itu adalah jalan yang sudah lama telantar. Akan sangat sukar menemukan orang untuk ditanyai tentang lokasi tempat kursus berkuda. Anda mungkin berkata, “Bisa saja hal itu hanya suatu kebetulan.” Jika hanya terjadi satu kesalahan, mungkin boleh disebut sebagai suatu kebetulan. Jika jumlah kesalahannya ada dua, maka probabilitas untuk masuk kategori peristiwa kebetulan turun drastis. Begitu kesalahan ini terjadi berulang-kali, maka kejadian ini tidak bisa lagi disebut sebagai suatu kebetulan. Demikianlah, Paulus berkata, “Allah menjadikan segalanya (perhatikan kata tersebut) baik”, bagi siapa? Semua orang? Tidak selalu. “Bagi mereka yang mengasihi Dia.” Jadi, mereka – yang oleh kasih karunia Allah – telah ditarik untuk mengasihi Dia akan dapat berkata bahwa mereka sudah mengalami kebaikan Allah.


Kondisi Anda Mempengaruhi Pengalaman Anda

Akan tetapi itu semua bergantung pada banyak faktor. Salah satu adalah keadaan anda akan mempengaruhi bagaimana anda mengalami hidup maupun Allah. Jika anda sedang sakit kepala, boleh saja anda tinggal di lingkungan yang paling indah, akan tetapi anda tidak akan bisa menikmatinya. Apakah lingkungannya bagus? Benar, memang bagus. Namun apakah anda menikmatinya? Jawabannya tidak, anda tidak bisa menikmatinya. Mengapa? Apakah ini akibat lingkungan yang kurang indah? Bukan, ini karena kondisi anda yang sedang tidak bagus. Sangatlah penting bagi kita untuk memahami hubungan kita dengan Allah.


Pengalaman Mempengaruhi Persepsi

Alkitab memberitahu kita bahwa Allah memiliki banyak nama. Setiap nama bisa memberi kesan tertentu bagi mereka yang menyerukan nama itu. Yesus adalah nama yang tertinggi, yang termanis dari segala nama. Ada beberapa nama yang bisa memberi kesan tertentu bagi anda. Mengapa satu nama bisa begitu berkesan dan nama yang lain tidak berarti apa-apa bagi anda? Itu berkaitan dengan hal yang anda alami sehubungan dengan nama itu. Suatu nama mengingatkan anda akan hal yang sudah dialami. Sebagai contoh, suatu nama mungkin akan membuka kenangan manis, seperti nama kekasih anda. Nama yang disebutkan mungkin nama biasa seperti ‘John’, dan terdapat ribuan orang bernama John di dunia ini. Namun ‘John’ yang satu ini sangat spesial. Manisnya sebuah nama! Ketika saya menyebut tentang John, berarti saya sedang membahas tentang Yohanes. Namun, ketika anda mendengar saya menyebut nama John, lalu mata anda berbinar-binar karena anda justru sedang memikirkan John yang ada di dalam hati Anda.

Demikianlah, Wesley menulis lagunya, “Yesus, nama di atas segala nama!” Dan pandangan anda terlihat kosong. Nama itu sangat berarti bagi John Wesley. Akan tetapi apa arti nama Yesus bagi anda? Mungkin tidak banyak. Ini karena Wesley mengalami Yesus dalam peristiwa yang membuat nama itu terasa manis buatnya. Pengalaman Anda memberikan suatu arti bagi sebuah nama.

Kita ambil contoh nama ‘Eric Chang’. Siapa orang ini? Anda mungkin berkata, “Saya rasa saya pernah melihat orang ini berjalan-jalan beberapa hari yang lalu. Orang sok penting. Hidungnya diangkat tinggi ke atas. Dia mengira bahwa dia orang penting. Mungkin saya perlu menegurnya, tapi karena dia kelihatan sombong, mungkin lebih baik dilupakan saja. Lain kali saja.” Orang yang lain lagi mungkin berkata, “Eric Chang? Dia bukan orang yang jahat. Mungkin dia punya beberapa kesalahan, tetapi sesekali dia juga terlihat murah senyum.” Yang lainnya mungkin berkata, “Eric Chang ini orang yang keras. Dia terlihat bengis; dengan tatapan yang tajam. Setiap kali melihatnya, hanya akan berarti mimpi buruk buat saya.” Hanya satu orang yang dibicarakan di sini akan tetapi orang yang berbeda bisa memiliki penilaian yang jauh berbeda satu sama lain tentang orang tersebut. Bukankah ini yang sering terjadi?

Saat kita berkata, “Kecaplah dan lihatlah (atau alamilah) kepribadian Allah,” kita semua memiliki pandangan yang berbeda tentang Allah, sama seperti perbedaan pandangan orang tentang diri saya. Namun, mengapa anda memiliki perbedaan pendapat tentang diri saya? Hal ini bergantung pada banyak hal. Jika kebetulan saya duduk di samping anda saat makan siang, dan secara tidak sengaja, saya menumpahkan kuah kari ke celana panjang anda, maka anda akan memiliki penilaian yang khusus tentang saya. Anda mungkin berkata, “Orang ini sungguh ceroboh. Dia bahkan tidak tahu bagaimana cara makan kari dengan benar. Dia tak bisa memasukkan sendok ke mulutnya, dan dia tumpahkan kuah kari di celana saya.” Demikianlah, satu tindakan, kesalahan, satu kecerobohan sudah langsung menentukan penilaian anda kepada saya. Di sisi lain, jika anda sedang merasa lapar, lalu saya tidak merasa lapar dan bisa berbagi lauk dengan anda. Kemudian saya bagikan satu potong ceker ayam kepada anda, mungkin anda akan berkata, “Wah, orang ini sangat baik! Dia sungguh dermawan! Dia memberi saya sepotong ceker ayam.” Demikianlah, anda akan memiliki pandangan yang sangat berbeda tentang saya. Sebuah peristiwa yang dialami bisa menentukan penilaian seseorang.

Saya pernah mendengarkan satu siaran tentang Long March di Tiongkok. Peristiwa Long March ini  dilakukan oleh kaum Komunis, dalam istilah orang Tionghoa, peristiwa ini disebut “Perjalanan Sejauh 25.000 Li” (二萬五千里長征). Jarak 25.000 Li itu sebanding dengan ukuran 3.000 – 4.000 mil. Ini adalah suatu perjalanan yang sangat jauh. Dalam siaran itu, beberapa pelaku sejarahnya memberi kesaksian dalam wawancara. Beberapa pelaku sejarah Long March yang masih hidup sampai sekarang. Salah satu dari mereka ditanyai tentang kesannya terhadap Mao Ze Dong. Dia berkata, “Oh, Mao Ze Dong adalah orang yang luar biasa!”

“Mengapa?”

Dia berkata, “Waktu itu, kami semua sedang melakukan Long March, dan semua orang menderita kelaparan. Sangatlah sukar mendapatkan makanan. Kami menderita kelaparan di sepanjang perjalanan. Dan pada suatu hari, kebetulan Mao Ze Dong sedang berada di dekat saya, dan dia memilih untuk duduk di samping saya (saksi sejarah ini hanya seorang prajurit rendahan pada saat itu), lalu dia melihat piring seng saya yang kosong. Dia tahu bahwa saya masih lapar, dan dia menaruh tiga bakpao kecil di piring saya serta berkata, ‘Makanlah itu.’ Segera saja saya habiskan ketiga potong bakpao itu.”

Selanjutnya, Mao Ze Dong beranjak meninggalkan saya. Lalu datanglah seseorang menegur saya, “Mengapa kau habiskan tiga potong bakpao jatah Mao Ze Dong?”

Veteran ini menjawab, “Wah, dia memberikannya kepada saya. Tentunya dia punya jatah makanan yang lebih dari itu. Dia adalah pucuk pimpinan, pasti banyak jatah bakpao untuk dia.”

Dan orang yang menegur ini berkata, “Tidak, jatahnya sama dengan jatah kita. Kamu sudah menghabiskan semua jatahnya, dia tak punya makanan lain untuk dimakan sekarang.”

Veteran ini melanjutkan kesaksiannya, “Baru saat itu saya menyadari betapa mulianya Mao Ze Dong itu.”

Penilaiannya terhadap Mao Ze Dong hanya dilandasi oleh satu peristiwa, saat dia memakan semua jatah tiga potong bakpao Mao Ze Dong. Demikianlah satu peristiwa saja bisa memberi kesan yang sangat mendalam di benak seseorang. Tentu saja, bagi mereka yang menjadi korban dalam periode pemberantasan kontra-revolusioner, peristiwa yang terjadi setelah ‘zaman pembebasan’ (kemenangan kaum Komunis atas kaum Nasionalis) – ribuan orang yang binasa pada periode ini, banyak yang ditembak dan banyak juga yang dikirim ke kamp kerja paksa, bagi ribuan korban ini (yang tak pernah menikmati tiga potong bakpao jatah Mao Ze Dong) jelas memiliki penilaian yang berbeda tentang Mao Ze Dong. Mao Ze Dong adalah orang yang jahat di mata mereka. Dia orang yang kejam!

Sekarang anda mengerti hal yang saya maksudkan. Anda mulai melihat arti penting dari kata ‘kecaplah’. Ini bukanlah urusan teori. Kita tak bisa menentukan apakah Mao Ze Dong itu baik atau jahat hanya dengan membaca buku-buku tentang dia. Apa yang kita baca bisa mempengaruhi kita, tetapi apa yang kita alami akan memberi pengaruh yang jauh lebih besar bagi kita.

Alkitab sedang memberitahu kita pokok yang sangat penting. Kita sedang membahas tentang betapa baiknya Allah. Akan tetapi banyak orang yang tidak mengalami baiknya Allah itu. Mari kita jujur saja akan hal ini. Mungkin anda termasuk salah satu dari tidak mengalami kebaikan itu. Atau malah mengalami sesuatu yang menurut anda jahat. Dan Anda benar, menurut Alkitab! Alkitab tidak menyatakan bahwa semua orang pasti mengalami kebaikan Allah secara khusus. Sebenarnya, mereka yang mengalami kebaikan Allah jumlahnya tidak banyak. Bahkan mungkin sangat sedikit. Jika memang banyak orang yang mengalami kebaikan Allah, tentunya akan mudah bagi kita menemukan orang yang sangat mengasihi Allah. Bagi orang-orang seperti itu, nama Allah terdengar manis di telinga mereka. Akan tetapi, berapa banyak orang yang anda kenal yang berpandangan bahwa Allah itu baik? Saya yakin, jumlahnya tidak banyak. Bahkan di lingkungan orang-orang yang taat beribadah – entah dari kalangan Prostestan atau Katholik – jumlahnya sangat sedikit. Jika anda perluas cakupannya, anda bisa memasukkan mereka yang berasal dari kaum Muslim, Buddha, dan agama lainnya. Umat Buddha bahkan tidak meyakini keberadaan Tuhan. Demikianlah, jumlahnya memang sedikit.

Mayoritas orang bahkan tidak tahu apakah Allah itu ada atau tidak ada. Mereka tidak memiliki keyakinan tentang keberadaan Allah, mungkin dunia dan semua isinya hanya merupakan gabungan berbagai peristiwa kebetulan, berasal dari kehampaan dan tidak memiliki tujuan apa pun. Jika mereka memiliki penilaian tentang Allah, penilaian itu biasanya bernada negatif. Ini adalah masalah yang harus kita atasi, jika kita ingin bersikap adil dalam memahami persoalan ini. Kita tidak bisa begitu saja berkata bahwa Allah itu baik kepada orang lain, seolah-olah Dia selalu memberi pengalaman yang baik kepada orang-orang. Dia tidak selalu memberi pengalaman yang baik kepada manusia.


Yang Jahat, Tidak Akan Memandang Allah sebagai Baik

Alkitab menegaskan hal penting ini. Saya akan membacakan kutipan dari Samuel 2  yang juga diulangi di kitab Mazmur. Karena terbatasan waktu, saya akan membacakan bagian Mazmur 18:24-26 saja:

Karena itu TUHAN membalas kepadaku sesuai dengan kebenaranku, sesuai dengan kesucian tanganku di depan mata-Nya. Terhadap orang yang setia Engkau berlaku setia, terhadap orang yang tidak bercela Engkau berlaku tidak bercela, terhadap orang yang suci Engkau berlaku suci, (perhatikan bagian yang berikut) tetapi terhadap orang yang bengkok Engkau berlaku belat-belit.

Mengejutkan? Dengan kata lain, Allah menunjukkan sisi baik-Nya kepada siapa? Bagi mereka yang baik Dia menampilkan sisi yang tak bernoda kepada mereka yang tak bercela. Tetapi, kepada mereka yang jahat, Dia memperlihatkan sisi yang jahat juga.

Saya ingin memperjelas tentang makna jahat atau berbelit-belit dalam kutipan ayat ini. Kata jahat di dalam Alkitab dipakai dalam dua golongan makna: makna yang berhubungan dengan moral dan makna yang tidak berhubungan dengan moral. Dalam sejarah agama-agama besar, pernah ada satu ajaran yang memiliki pengaruh luas di zaman dulu. Ajaran ini disebut Gnostisisme, dan pengaruhnya sangat kuat di dunia barat dalam masa awal milenium pertama sesudah zaman Kristus, yakni sejak abad pertama, ketika gereja mulai bertumbuh, dan ajaran ini terus bertumbuh sampai dengan sekitar abad ke-6 dan 7. Ajaran ini yang sangat kuat pengaruhnya. Apa versi ajaran mereka tentang ‘Tuhan’? Mereka berkata bahwa Tuhan yang membuat ciptaan ini adalah Tuhan yang buruk! Tuhan yang ini jahat! Dan orang harus mencari ‘Tuhan’ yang lain, yakni ‘Tuhan’ yang baik, tetapi yang tidak memiliki hubungan apa-apa dengan penciptaan. Tuhan yang membuat penciptaan disebut jahat karena mereka memandang materi sebagai hal yang jahat.

Di dalam filsafat orang Yunani, materi itu mewakili hal yang jahat. Tubuh dipandang jahat karena tubuh adalah materi. Semua hal yang bersifat materi dipandang jahat. Tubuh dianggap jahat karena tubuh menangkap roh manusia, menangkap dan memenjarakan roh di dalam materi. Roh anda, menurut ajaran Gnostisisme, terpenjara di dalam tubuh anda. Dan anda harus membebaskan diri anda dari penjara tubuh supaya anda bisa merdeka. Bagaimana supaya anda bisa diselamatkan? Anda akan diselamatkan melalui gnosis. Apa itu gnosis? Gnosis dalam bahasa Yunani berarti pengetahuan. Itu sebabnya ajaran ini disebut ajaran Gnostisisme. Ini adalah ajaran keselamatan melalui pengetahuan yang bersifat rahasia. Gnostisisme memandang materi sebagai hal yang buruk, dan Tuhan yang menciptakan materi ikut dipandang sebagai Tuhan yang jahat.

Dari ajaran ini, anda bisa melihat bahwa bagi mereka yang jahat, bahkan Tuhan sendiri adalah jahat. Bagi mereka yang merasa dirinya suci, maka segala sesuatu akan menjadi suci. Namun bagi mereka yang tidak suci, bahkan Tuhan akan mereka pandang tidak suci! Segala sesuatu dipandang sebagai tidak suci! Itu sebabnya cara anda memandang Allah, apakah Dia itu baik atau jahat, akan sangat ditentukan oleh siapa diri anda sekarang ini. Ini adalah prinsip dasar dalam ajaran yang alkitabiah. Ingatlah selalu ayat-ayat penting di Mazmur 18:25-26 ini. Tanamkan ayat-ayat ini di dalam benak anda karena cara anda memahami Allah tidak mengungkapkan apa pun tentang Allah, yang diungkapkan justru kondisi diri anda sendiri.

Saya bisa berkata, “Lihatlah, indah sekali dunia ini!” Bagi anda dunia ini mungkin tidak indah jika sekarang ini anda, misalnya, sedang mengalami sakit kepala yang parah. Akan tetapi, bukankah dunia ini memang indah? Memang demikian, tetapi bisa menjadi tidak indah bagi anda. Kita tidak bisa obyektif. Dalam urusan menjalani kehidupan, tak ada hal yang bisa disebut sebagai obyektifitas murni. Hanya di dalam lingkup kecil ilmu fisika bisa dicapai derajat yang cukup tinggi dalam hal obyektifitas.

Akan tetapi, dalam urusan menjalani kehidupan, masalahnya jauh berbeda. Kehidupan anda bersifat eksistensial, artinya, pokok ini mencakup eksistensi kita, mencakup bagaimana anda eksis sekarang ini. Satu masalah sakit kepala saja sudah bisa merusak kenikmatan hidup anda. Camkan prinsip pertama yang fundamental ini. Ini adalah prinsip pertama yang paling dasar yang perlu saya tanamkan ke dalam benak anda; Allah itu baik, akan tetapi Dia mungkin tidak baik dalam hubungan dengan anda, karena anda dan saya tidak baik. Di saat saya tidak baik, saya tidak akan menemukan bahwa Allah itu baik. Dan hal yang sama berlaku juga pada diri anda. Ini adalah kebenaran mutlak yang bisa langsung anda buktikan lewat pengalaman anda, dan seperti yang sudah saya gambarkan tadi, bukti itu akan muncul dalam pengalaman sehari-hari anda.


Bebaskanlah Diri dari Kejahatan untuk dapat Mengalami Allah

Jadi, bagaimana kita bisa mengalami kebaikan Allah? Hal ini akan membawa kita pada pokok yang kedua. Jika kita belum bebas dari kejahatan, kita bahkan akan memandang bahwa Allah itu juga jahat. Kita bahkan akan menemukan pembenaran untuk memikirkan Allah sebagai jahat. Karena kita memiliki otak lalu kita merasa cukup cerdas. Seringkali ternyata kita terbukti tidak secerdas yang kita bayangkan! Namun, setidaknya kita berpikir, kita cukup cerdas. Adalah lebih baik jika kita tidak memandang diri terlalu cerdas. Karena kita mungkin akan berakhir seperti Nietzsche, di rumah sakit jiwa. Di sanalah biasanya orang-orang jenius mengakhiri masa hidupnya jika mereka tidak mau belajar untuk menjadi rendah hati. Tadi saya sudah menyampaikan tentang dua macam hal yang jahat menurut Alkitab. Ada kejahatan yang bersifat moral (moral evil), dan ada kejahatan yang bersifat alami (natural evil).


Allah Baik yang Tidak Menoleransi Kejahatan

Israel berhadapan dengan pilihan antara yang baik dan yang jahat

Ada lagi bagian lain dalam Alkitab yang sangat penting. Saya akan menyajikannya dengan singkat untuk menjelaskan bahwa sebagian orang tidak bisa mengalami kebaikan Allah karena Allah tidak berlaku baik kepada mereka. Bagi mereka – terutama dari kalangan religius – Allah tidak terlihat baik. Jika anda orang yang religius, saya harap anda perhatikan uraian ini. Allah bersikap keras terhadap orang-orang yang religius. Mengapa? Karena Dia berharap lebih dari anda. Ini adalah hal yang mudah untuk dipahami. Jika anda adalah siswa SD, tentunya anda tidak akan diperlakukan secara keras oleh guru SD, hal yang mungkin akan dilakukan oleh seorang dosen terhadap mahasiswanya. Mengapa, karena memang seharusnya seorang mahasiswa memiliki kemampuan lebih dari seorang siswa SD. Allah akan bersikap lebih keras terhadap anda, jika anda adalah seorang yang religius, dan perlakuan-Nya akan lebih lunak terhadap mereka yang masih belum mendapat kesempatan untuk mengenal Dia.

Jika anda adalah seorang yang religius, izinkan saya membuat telinga anda berdengung oleh firman yang berasal dari Kitab Ulangan pasal 27 ini. Allah membentangkan dua pilihan kepada bangsa Israel, hal ini Dia lakukan setelah menebus bangsa Israel – perhatikan bahwa Dia memberi pilihan ini setelah menebus mereka dari perbudakan di Mesir, dengan berbagai mukjizat yang ajaib, hal yang tak pernah disaksikan oleh umat manusia sebelumnya. Dan semua mukjizat itu tidak Dia tunjukkan di hadapan sedikit saksi mata. Kadang-kadang kita mendengar tentang pelayanan kesembuhan berdasarkan iman, dan mereka mengklaim bahwa mereka sudah menyembuhkan orang ini dan itu, akan tetapi tak ada saksi mata yang bisa meneguhkan klaim mereka. Sangat sedikit saksi yang bisa diajukan, dan jika memang ada saksi, bisa saja mereka sebenarnya adalah pengikut atau pendukung orang-orang ini, artinya kesaksian mereka tidak memiliki nilai apa-apa. Namun, ketika Allah membawa umat Israel keluar dari Mesir, Dia membelah laut untuk memberi mereka jalan. Dia membelah lautan, membuat kedua sisinya terlihat seperti dinding air, dan rakyat berjalan di jalur kering di tengah-tengah. Ada berapa saksi mata yang ada yang melihat kejadian itu? Lebih dari 2 juta jiwa! Ada sekitar 2 juta orang yang menjadi saksi peristiwa itu! Menurut aturan hukum di negara-negara Barat, dua saksi mata sudah cukup untuk meneguhkan perkara. Tiga saksi mata tentu akan lebih baik. Jika saksi mata ada sekitar 2 juta orang, kasusnya tak terbantahkan lagi! Allah membawa keluar bangsa Israel dari tanah Mesir. Dia membebaskan mereka dari kondisi sebagai bangsa budak menjadi bangsa yang merdeka, karena Allah memang selalu ingin memerdekakan kita.

Dia adalah Allah yang memerdekakan – merdeka dari belenggu dosa! Dia keluarkan mereka dengan satu ucapan yang terkenal dari Musa, “Biarkan umat-Ku pergi!” Itulah perintah dari Tuhan kepada Firaun, raja Mesir yang sangat berkuasa saat itu. Firaun, raja Mesir saat itu, dapat kita bandingkan dengan Gorbachev atau Bush di zaman sekarang ini. Lalu Musa disuruh mendatangi, Gorbachev, Bush, atau pemimpin negara adikuasa yang lainnya, dan berkata, “Beginilah firman Tuhan, ‘Biarkan umat-Ku pergi!’” Dan Firaun mungkin menjawab, “Kamu ini siapa?” “Aku bukan siapa-siapa, hanya Allah-ku saja yang utama. Dan jika Dia berfirman, ‘Biarkan umat-Ku pergi,’ maka engkau harus menuruti-Nya.”

Dibutuhkan sepuluh macam bencana! Sepuluh bencana – silakan baca uraiannya dalam kitab Keluaran, sampai akhirnya negara terkuat pada masa itu luluh lantak. Allah dapat menghancurkan negara sekuat apapun. Hal itu bukan perkara susah bagi-Nya. Mesir hancur berantakan sesudah mengalami sepuluh bencana. Akhirnya, Firaun berkata, “Baiklah, ini sudah keterlaluan! Ekonomi negara hampir hancur. Rakyatku harus menghadapi banyak bencana. Bawalah rakyatmu pergi dari sini!” Ada dua juta orang yang menyaksikan peristiwa pembebasan ini.

Ketika dua juta orang itu sampai di padang gurun, Allah memberi mereka makan. Jika Allah tidak memberi mereka makan, maka tidak akan ada dua juta saksi mata yang tetap hidup melewati padang gurun. Mereka semua akan tewas di tengah padang gurun! Jika anda memiliki cukup banyak uang dan ingin bertamasya, mungkin anda bisa coba menelusuri jalur perjalanan bangsa Israel di padang gurun antara Mesir dan Israel itu. Berjalan di padang gurun? Silakan amati padang gurunnya! Silakan buktikan apakah anda sendirian, atau bersama teman-teman anda, mampu menempuh perjalanan cukup sekitar tiga atau empat hari saja! Membawa dua juta orang melewati padang gurun! Dari mana persediaan air minum dan makanan? Namun, semua itulah hal-hal yang diteguhkan oleh para saksi mata zaman itu!

Ketika Allah membawa umat Israel keluar dari Mesir, Dia berkata, “Sekarang kamu adalah umat-Ku. Dan Aku akan memberimu dua pilihan jalan: kamu boleh memilih yang baik atau yang jahat. Kamu boleh memilih jalan hidup atau jalan maut.” Allah adalah Tuhan yang memberi kemerdekaan. Dia tidak memasang rantai di leher anda lalu menyeret anda untuk melayani Dia. Ada seseorang yang bertanya kemarin: “Jika kita adalah orang Kristen, haruskah kita menjadi hamba Allah? Haruskah kita masuk ke dalam pelayanan full-time?” Saya beritahu anda satu hal penting: Tak ada kewajiban semacam itu! Hal melayani Allah adalah suatu kesempatan istimewa. Tak akan ada orang yang memaksa anda untuk menjadi hamba Tuhan. Jika kita mendapat kesempatan istimewa untuk menjadi hamba Tuhan, kita tak boleh merasa layak untuk menjalaninya. Anda tidak harus menjadi hamba Tuhan! Tak seorang pun boleh memakai kata ‘harus’ kepada anda. Sebenarnya, di dalam program latihan untuk pelayanan full-time, kami justru sudah menolak banyak orang yang mengajukan diri untuk mengikuti pelatihan ini karena kami menilai bahwa mereka masih belum siap untuk mengikuti latihan tersebut. Alasan lain bisa mencakup masih minimnya pengalaman atau kualitas kerohanian mereka untuk bisa masuk ke dalam program latihan. Ada banyak orang yang belum bisa kami terima untuk masuk ke dalam program latihan ini. Jadi, persoalannya bukan apakah anda harus, melainkan apakah anda sudah memenuhi syarat, oleh kasih karunia Allah, untuk mengikuti latihan tersebut.

Di kitab Ulangan pasal 27 berisi ucapan berkat dan kutuk, tetapi saya tidak akan menguraikan bagian berkat. Yang akan saya bahas adalah bagian kutuknya. Allah akan mengutuk – hal yang tentunya sangat mengerikan – umat-Nya yang tidak taat, yang tetap diam di dalam dosa, yang memilih kejahatan. Saya tidak akan membaca semua bagiannya. Mari kita lihat isi kitab Ulangan 27:15, dan beberapa ayat yang sejenisnya. Ayat 15 menyebutkan,

“Terkutuklah orang yang membuat berhala atau patung tuangan… 16 Terkutuklah orang yang memandang rendah ibu dan bapanya… 17 Terkutuklah orang yang menggeser batas tanah sesamanya manusia… 18 Terkutuklah orang yang membawa seorang buta ke jalan yang sesat.

Daftar ini berlanjut sampai 12 pokok kutukan. Lalu, tahukah anda apa yang akan terjadi jika Allah menjatuhkan kutukan pada orang yang memilih kejahatan? Anda tidak akan mau tahu. Surat Ibrani 10:31 menyebutkan: sangat mengerikan jika sampai jatuh ke tangan Allah yang hidup.

Apakah Allah itu baik? Tidak. Dia tidak menunjukkan kebaikan kepada orang yang jahat. Jika anda mengalami bahwa Allah tidak baik, jangan menyalahkan Dia, karena – ini perlu saya tegaskan buat anda: Allah memiliki komitmen pada kebaikan, dan itu berarti Dia berkomitmen untuk menghancurkan kejahatan. Jika anda memilih jalur menjadi jahat, maka Dia akan berkomitmen untuk menghancurkan anda. Seberapa baik hal yang layak disebut baik? Selaras dengan komitmen-Nya. Dia begitu baik sehingga Dia tidak akan berkompromi dengan kejahatan. Apakah anda pikir Allah itu baik kalau Dia berkompromi dengan kejahatan? Itukah Allah yang baik? Jika anda melakukan segala macam kejahatan, jika anda tidak menghormati orang tua anda, melakukan percabulan dan perzinahan, pembunuhan dan pencurian, lalu Allah menutup mata saja, apakah Allah akan disebut baik? Ada dua belas pokok mengenai kutukan, dan kedua belas hal tersebut ditujukan kepada umat-Nya, yang sudah Dia tebus keluar dari Mesir. Dia berkata, “Aku sudah membebaskanmu, bukan saja dari belenggu perbudakan di Mesir, karena Aku adalah Allah yang membebaskanmu dari dosa. Dan kalau kamu,sebagai umat-Ku berkeras ingin tetap tinggal di dalam dosa,  maka Aku akan menanganimu!”


Pendeta yang tidak mau bertobat

 Saya pernah mendengar kisah tentang seorang pendeta yang berbuat dosa. Ketika jemaat mengetahuinya, mereka meminta dia untuk bertobat. Namun, dia terlalu angkuh untuk mau bertobat. Maka jemaat menyerahkan urusan ini ke dalam doa. Tahukah anda apa yang terjadi? Allah membinasakan pendeta itu. Dia mati secara mendadak. Seorang pendeta tewas di tangan Tuhan! Sangat mengerikan jika kita sampai jatuh ke tangan Allah yang hidup karena Dia begitu baik sehingga Dia tidak bertoleransi pada kejahatan. Itu sebabnya ada sebagian orang yang takut akan Dia. Mereka yang melakukan kejahatan memiliki alasan untuk takut kepada Dia. Mereka tidak akan mendapati bahwa Allah itu baik. Mereka akan mendapati bahwa Dia begitu mengerikan.


Pelaku hubungan inses yang tidak bertobat

Di 1 Korintus 5:1, kita membaca tentang orang-orang yang melakukan hubungan seksual inses di tengah jemaat. Kembali kita melihat kasus pendosa yang tidak mau bertobat. Allah akan mengampuni anda jika anda mau bertobat. Saya akan membahas hal ini secara singkat nanti. Akan tetapi, karena orang ini tidak bertobat, penghakiman Allah menimpa dia. Allah tidak akan berkompromi dengan kejahatan.

Jadi, camkan baik-baik hal ini, apakah anda akan mengalami Allah sebagai Allah yang baik atau tidak, semuanya bergantung pada diri anda sendiri. Allah tentu saja baik. Namun, belum tentu anda akan mengalami kebaikan-Nya. Itulah pokok yang harus anda pahami. Oleh sebab itu, anda harus benar-benar memahami bahwa kebaikan Allah adalah kebaikan yang absolut, kebaikan ini tidak mengenal kompromi. Akan tetapi jika anda bersedia berubah, jika anda berkata, “Tuhan, saya tahu bahwa saya orang yang jahat, saya mohon pengampunan-Mu. Saya sudah melakukan banyak dosa sebelumnya. Saya mencuri, merampok dan juga tidak menghormati orang tua saya. Saya melakukan banyak kejahatan, tetapi saya mohon kepada-Mu, berbelas-kasihanlah pada saya.” Tahukah anda? Dalam hal ini anda akan mengalami kebaikan Allah. Allah berbaik hati kepada mereka yang merendahkan diri dan mengakui bahwa mereka memang bukan orang baik; hanya Allah saja yang baik.


Allah tidak bertanggung-jawab atas kejahatan alami (natural evil)

Izinkan saya mengambil jeda sejenak, untuk menguraikan pertanyaan tentang kejahatan alami. Saya sudah membahas tentang kejahatan moral. Terdapat juga kejahatan yang disebut kejahatan alami (natural evil). Apa itu kejahatan alami? Kejahatan alam adalah hal-hal seperti wabah kelaparan, penyakit (seperti kanker dan AIDS), dan sebagainya. AIDS menyebar seperti api kebakaran hutan. Saya pernah berbincang tentang masalah AIDS ini dengan seorang jemaat kita di gereja di Hong Kong. Orang ini kebetulan adalah sahabat saya dari masa kuliah di London; dia adalah seorang dokter. Ketika wabah AIDS mulai menyebar, dia berkata kepada saya, “Sungguh ajaib Allah yang hidup ini. Setiap kali kami, para praktisi kesehatan, mengira bahwa kita sudah mengalahkan satu jenis penyakit, Allah memperlihatkan sesuatu hal yang baru, hal yang belum pernah kami dengar sebelumnya, dan tidak kami ketahui bagaimana cara menghadapinya. Setiap kali kami berpikir bahwa kami sudah berhasil menghapus satu jenis penyakit, Allah memunculkan wabah yang baru, yang belum pernah muncul sebelumnya. Manusia tidak boleh bersikap bodoh dengan mengira bahwa kita mampu mengatasi kejahatan dari alam, apalagi mengatasi kejahatan moral.” Sebagian sahabat saya yang bergelut di bidang sains semua terlibat dalam upaya meneliti AIDS, mencari cara untuk mengatasi penyakit ini – dan hasilnya masih harus menunggu waktu yang sangat lama. Dan jumlah penderita AIDS bertambah menurut deret ukur; suatu tingkat pertambahan yang mengerikan.

Bagaimana kita akan memahami kejahatan dari alam ini? Jika anda berpikir bahwa Allah bertanggung-jawab atas bencana yang datang dari alam, berarti anda masih belum banyak mempelajari hal ini. Apakah anda mengira bahwa Allah adalah Tuhan yang ingin agar setiap orang terkena AIDS? Wabah ini berasal dari masalah homoseksualitas, suatu hal yang dikutuk oleh Alkitab. Dosalah yang membuat penyakit yang melemahkan imunitas tubuh ini muncul. Saya sudah sampaikan tadi bahwa Allah tidak akan menoleransi kejahatan. Dia tidak akan berkompromi dengan kejahatan. Jika anda berkeras untuk tetap tinggal di dalam dosa, maka anda harus siap menanggung akibatnya. Dunia ini adalah dunia milik Allah. Dia tidak akan membiarkan orang melanjutkan perilaku homoseks sekalipun peraturan hukum di AS mengizinkannya. Allah tidak akan mengizinkannya. Sayang sekali, sekarang ini AIDS sudah menyebar keluar dari lingkungan homoseks ke lingkungan heteroseks. Penyakit ini menyebar ke semua lingkungan, melalui prostitusi dan segala macam jalur lainnya.

Wabah kelaparan. Apakah kita akan menyalahkan Allah untuk wabah semacam ini? Sungguh ajaib kecenderungan di dalam diri kita untuk membenarkan diri sendiri dan menolak Allah. Yang jahat adalah diri kita sendiri, tetapi kita ingin menyalahkan Allah untuk akibatnya. Apakah anda mengira bahwa Allah ingin agar kita semua menderita kelaparan? Tahukah anda dari mana kelaparan ini berasal? Mari kita lihat wabah kelaparan yang pernah terjadi di Kamboja. Mengapa sampai terjadi? Masyarakat di sana saling berperang tanpa akhir. Lalu bagaimana para petani bisa menggarap lahan mereka jika semua pihak menghancurkan tanaman mereka? Kelaparan juga pernah terjadi di Etiopia. Tahukah anda mengapa hal ini terjadi? Karena di sana juga terjadi perang saudara yang berkelanjutan dan mereka sibuk saling membunuh setiap hari. Mereka bahkan menghadang bantuan pangan yang dikirim dari luar negeri, bantuan pangan untuk memberi makan rakyat yang sedang kelaparan. Mereka biarkan rakyat mereka sendiri mati kelaparan! Lalu, kita ingin menyalahkan Allah untuk wabah kelaparan ini. Manusia menciptakan bencana, lalu mereka berkata, “Ya Tuhan, mengapa sampai terjadi wabah kelaparan?”

Bagaimana dengan kanker? Di Hong Kong, 1 dari 3 orang, menurut angka statistik terakhir, akan mati oleh kanker. Di Jepang, perbandingannya adalah 1 dari 4 orang. Namun, tahukah anda bahwa satu abad yang lalu, penyakit kanker ini sama sekali tidak dikenal. Tak ada orang zaman itu yang tahu tentang kanker. Ini adalah penyakit zaman modern. Kita terus saja mencemari udara, membuang segala macam bahan kimia ke tanah, saluran air dan lautan. Kita juga tanpa henti membuat berbagai bahan kimia yang berbahaya untuk lingkungan, berbagai bahan kimia dengan nama yang aneh-aneh. Pernahkah anda mencoba mengeja nama bahan-bahan kimia tersebut? Saya bahkan tidak tahu bagaimana mengeja nama-nama bahan kimia tersebut! Satu kata saja sudah begitu panjang, bagaimana anda akan membacanya? Dan banyak bahan berbahaya tersebut yang tercampur dengan bahan makanan kita.

Setiap kali anda ke dokter, anda akan diberi obat. Bisakah anda mengeja nama obat tersebut? Tahukah anda ada berapa macam campuran bahan kimia yang terkandung di dalam obat itu? Kita terus saja menelan berbagai campuran bahan kimia itu, dan kita tidak tahu apakah tubuh kita akan sanggup menangani bahan-bahan kimia tersebut. Seorang teman saya yang ahli biokimia berkata, “Kita tidak tahu bagaimana dampak dari bahan-bahan ini terhadap tubuh kita. Sekalipun bahan yang terlihat tidak berbahaya, tetap akan memiliki dampak di dalam jangka panjang.”

Sebagai contoh, kita cenderung memilih minuman yang mendukung diet kita. Semua minuman itu memakai bahan pemanis yang disebut “nutra-sweet”. Bahan pemanis ini dibuat dari sejenis protein. Seharusnya bahan ini disebut sebagai bahan yang alami. Akan tetapi salah satu jemaat kita di Montreal, yang bekerja di sebuah perusahaan farmasi ternama, berkata, “Nutra-sweet ini mungkin tidak berbahaya jika dikonsumsi dalam jumlah sedikit. Akan tetapi jika anda terus mengkonsumsinya setiap hari dalam beberapa bulan, maka bahan ini bisa berpengaruh buruk pada otak anda.” Demikianlah, kita memasukkan berbagai macam bahan kimia berbahaya ke dalam tubuh kita setiap hari. Udara yang kita hirup setiap saat juga berisi bahan kimia berbahaya. Setiap kali anda melangkah di jalan, udara macam apa yang anda hirup? Timbal ada di dalam bensin. Tahukah anda bahwa timbal di dalam bensin, saat terhirup oleh kita dan menumpuk di dalam tubuh akan merusak otak kita juga? Tahukah anda bahwa banyak dari bahan kimia tersebut yang susunannya begitu rumit dan mampu menimbulkan penyakit kanker di tubuh kita karena tubuh kita tak mampu menguraikan bahan-bahan tersebut? Tubuh kita memang tidak dirancang untuk menangani bahan-bahan kimia semacam itu. Kita juga tidak tahu bahan apa yang dicampurkan ke dalam air minum kita. Apakah merkuri? Saat anda makan ikan, ikan itu mungkin sudah menimbun cukup banyak merkuri di tubuhnya, hal yang sangat berbahaya.

Demikianlah, akhirnya kita terkena berbagai macam penyakit kanker. Otak kita juga mengalami kerusakan akibat bahan-bahan berbahaya tersebut. Nah, kita sekarang menghadapi berbagai macam penyakit yang belum pernah terdengar sebelumnya. Lalu kita bertanya, “Mengapa Allah membiarkan semua ini terjadi?” Apakah Allah yang membuat semua racikan itu? Apakah Allah menyuruh kita memakannya? Apakah Allah menyuruh kita untuk mencemari dunia yang Dia ciptakan?


Kejahatan Moral berhubungan langsung dengan Kejahatan Alami

Jadi jelaslah bahwa ada hubungan langsung antara kejahatan moral dengan kejahatan alami. Keduanya bukan hal yang terpisahkan. Seiring dengan terjadinya kejahatan moral, datang juga hal yang kita sebut kejahatan alam, seperti penyakit. Oleh kejahatan moral berupa homoseksualitas datanglah penyakit AIDS, hal yang akhirnya menyebar sampai ke lingkungan heteroseksual. Jalan untuk menangani kejahatan alam adalah dengan terlebih dahulu mengatasi kejahatan moralnya. Hentikanlah perang! Hentikanlah pembantaian! Mulailah bercocok-tanam! Tahukah anda tentang apa yang terjadi di Gurun Sahara di Afrika? Gurun ini menimbulkan banyak kasus kelaparan di sana. Berdasarkan foto-foto satelit yang terbaru, gurun ini mengalami perluasan sebanyak beberapa meter ke segala arah. Gurun ini menjadi semakin luas setiap tahun. Dulunya, gurun ini berukuran sangat kecil, bahkan pernah ada periode di mana gurun ini tidak eksis. Akan tetapi sekarang Gurun Sahara terus saja meluas. Mengapa? Karena orang terus saja menebangi pohon di sepanjang masa. Coba lihat apa yang dilakukan oleh masyarakat Brasil. Mereka menghancurkan hutan mereka. Lahan yang sudah tak memiliki pohon besar kemudian dibakar untuk dijadikan ladang. Pembakaran lahan ini memunculkan asap yang sangat tebal sehingga merusak lapisan ozon di atmosfir. Apa yang terjadi ketika lapisan ozon menjadi rusak? Radiasi dari sinar matahari akan langsung mengenai kulit kita. Lalu apa yang akan terjadi jika kita terkena radiasi langsung dari sinar matahari? Akan timbul berbagai penyakit kanker kulit di tubuh kita. Manusia melakukan semua hal ini, dan kita ingin menyalahkan Allah untuk akibat yang timbul? Bacalah kitab Kejadian. Dia menciptakan segala sesuatunya baik, segala yang indah dan berguna untuk kita manfaatkan. Lalu manusia menciptakan kekacauan, kemudian menuduh Allah sebagai pihak yang harus bertanggung-jawab untuk semua akibatnya.

Tentu saja, jika anda terkena kanker, layaknya orang yang sedang sakit kepala, semua penilaian anda tentang dunia akan berubah. Anda tidak bisa menjadi obyektif lagi. Radiasi yang datang dari matahari tidak bersifat pilih kasih. Bahkan orang benar tetap menghadapi bahaya kanker sebagai akibat dari radiasi yang ditimbulkan oleh orang lain. Seorang pengemudi yang sedang mabuk akan menabrak orang baik dan orang jahat. Mobil yang dikendarai tidak akan begitu saja melewati orang baik dan menabrak orang jahat di sebelahnya. Kecerobohan seseorang pasti akan berdampak pada orang lain. Kita hidup di tengah masyarakat. Hal apa yang membuat Hong Kong menjadi terkenal? Setiap kali kita berjalan di luar, saya sering bingung apakah saya harus memakai helm pengaman atau tidak? Kita tidak pernah tahu kapan sebuah pot kembang akan jatuh dari apartemen yang tinggi? Kita juga tidak tahu apakah akan ada orang yang melemparkan botol bir-nya ke luar apartemen yang tinggi? Setiap tahun, banyak orang yang tewas atau menjadi cacat akibat barang-barang yang jatuh dari apartemen yang tinggi di Hong Kong. Sebuah pot kembang tidak peduli apakah anda orang baik atau orang jahat. Demikian pula halnya dengan penyakit kanker. Kita harus menanggung bersama dosa yang dilakukan oleh orang lain. Dan Kristus menanggung dosa-dosa yang tidak pernah dia perbuat. Dia mati bagi dosa-dosa kita.


Allah mengubah yang Jahat menjadi yang Baik lewat Pertobatan

Saya akan masuk ke pokok ini secara singkat. Saya sudah berusaha sedapatnya untuk menyederhanakan uraian mengenai persoalan bagaimana anda bisa merasakan dan melihat bahwa Allah itu baik. Pada saat ini, saya rasa, persoalannya sudah jelas. Jika anda jahat, maka anda tidak akan mengalami bahwa Allah itu baik. Hanya jika anda baik, maka anda akan mengalami bahwa Allah itu baik.

Saat anda berkata, “Wah, urusan saya macet. Saya tidak baik!” Saya sudah memberi petunjuk untuk langkah kedua bagi anda. Langkah yang kedua adalah datang kepada Allah dan mengaku di hadapan-Nya bahwa anda memang bukan orang yang baik. Katakanlah, “Tuhan, berbelas-kasihanlah kepada pendosa seperti saya ini.”

Tahukah anda apa hal yang akan Allah perbuat? Dia akan menunjukkan mukjizat. Menurut saya, mukjizat yang besar, bahkan mungkin yang terbesar (yang sejajar dengan mukjizat membelah lautan) adalah: mengubah orang jahat menjadi orang baik. Dia akan mengambil alih hidup anda, dan mengubah anda menjadi manusia baru. Dia akan mengubah orang yang jahat menjadi orang yang baik. Adakah mukjizat yang lebih ajaib daripada itu? Ini sungguh ajaib! Saya sering mengamati orang di tengah jemaat, dan membatin, “Saya tahu latar belakang orang ini, tetapi lihatlah apa yang sudah Allah kerjakan dalam diri orang ini! Dia mengubah orang yang egois dan sombong menjadi orang yang rendah hati dan lemah lembut. Itulah mukjizat!” Demikianlah, Allah bukan saja baik, tetapi Dia juga bisa mengubah orang menjadi baik. Ketika Dia mengubah anda menjadi baik, apa yang akan terjadi? Anda akan mengalami kebaikan Allah. Di dalam proses keselamatan itulah kita akan mengalami kebaikan Allah.


Perubahan Menjadi Manusia baru adalah Perubahan menjadi Orang yang Baik!

Beberapa waktu yang lalu, kita kedatangan seorang saudara seiman, seorang saudara yang dulunya menjadi jemaat di gereja yang saya gembalakan langsung di Liverpool, Inggris. Pada masa itu, dia sedang menyelesaikan kuliah tingkat doktoral di bidang teknik di Liverpool. Sekarang dia adalah seorang profesor teknik di Hong Kong University. Dia menganjurkan kami untuk melayani dengan lebih giat lagi di lingkungan University of Hong Kong. Sebenarnya, saat ini kita sudah menjalankan kegiatan PA di kantornya. Dan dia sempat mampir di gereja beberapa waktu yang lalu. Dengan penuh sukacita, dia mengamati kondisi jemaat kita. Lalu dia berkata, “Kamu lihat pemain piano itu?” Saya menjawab, “Ya, ada apa dengannya?” Lalu dia berkata, “Dia itu dari Hong Kong University.” “Ya, saya tahu itu,” sahut saya. Lalu dia melanjutkan, “Tahukah kamu, dua tahun yang lalu dia bahkan bukan orang Kristen. Dia menghadiri PA yang diadakan di kantor saya. Dan lihatlah sekarang! Dia sudah menjadi manusia baru!” Lalu teman ini menunjuk ke arah beberapa orang di tengah jemaat, mereka semua adalah lulusan dari Hong Kong University, yang kehidupannya sudah berubah. Mereka menjadi manusia baru, orang-orang yang baik.

Menjadi manusia baik dalam arti mengalami perubahan di dalam batinnya, bukan sekadar menjadi orang yang ramah atau murah senyum. Lalu dia berkata kepada saya, “Tambahkanlah jumlah orang yang melayani di Hong Kong University. Kami membutuhkan perubahan lebih besar di universitas.” Saya menjawab, “Sayang sekali. Jumlah pelayan rohani yang kita miliki memang sangat terbatas. Semua tenaga manusia yang ada sudah terikat dengan tugas di berbagai tempat.” Dia berkata, “Cobalah menghasilkan lebih banyak pelayan rohani lagi.” Demikianlah, kelompok PA yang kita layani di Hong Kong University terus membesar dan kita mengalami kekurangan tenaga untuk menanganinya sekarang. Teman ini dapat melihat kebaikan Allah yang menghasilkan manusia-manusia baru, orang-orang baik.

Saya tidak pernah mengerti mengapa masih ada orang tua yang khawatir jika melihat anak mereka menjadi Kristen, seolah perubahan menjadi Kristen itu akan membuat anak-anak mereka menjadi jahat. Jika anak-anak mereka berubah menjadi jahat, memang sebaiknya segera ditarik kembali. Mungkin saja terjadi, dalam beberapa gereja, ada yang berubah menjadi jahat. Saya tidak tahu apakah kasus tersebut memang ada. Akan tetapi apa sebenarnya isi Injil? Isi Injil adalah urusan membentuk manusia menjadi baik, oleh kuasa Allah, bukan oleh ajaran manusia.


Ingin menjadi
Baik vs Mampu menjadi Baik

Uraian tadi membawa kita pada pertanyaan yang selalu diajukan mengenai agama. Semua agama mengajari kita untuk menjadi baik, bukankah demikian? Tentu saja, semua agama memang mengajari kita untuk menjadi baik. Tak ada yang baru tentang hal ini. Bahkan orang-orang yang tidak beragama juga mengajari kita untuk menjadi baik. Saya rasa prinsip-prinsip kebaikan diajarkan dalam kegiatan pramuka. Saya menduga bahwa gerakan pramuka (boy scouts) di negara-negara barat zaman dulu berasal dari lingkungan Kristen. Mungkin dugaan ini benar. Namun, di mana letak perbedaannya? Perbedaannya ada di satu pokok yang vital. Apakah kaum Buddha mengajari masyarakat untuk menjadi baik? Sudah pasti! Apakah saya mau membaca buku-buku ajaran di lingkungan agama Buddha? Sudah tentu! Saya tidak pernah ragu membaca berbagai buku dari semua lingkungan agama. Saya membaca buku dari lingkungan ajaran Buddha, Islam, Hindu dan sebagainya. Saya gemar belajar hal-hal yang perlu dipelajari tanpa peduli dari mana pun sumbernya.

Akan tetapi saya menemukan satu perbedaan penting: Ingin menjadi baik dan mampu menjadi baik adalah dua hal yang jauh berbeda. Saya yakin bahwa setiap penganut Buddha yang tulus ingin menjadi baik. Saya punya teman beragama Buddha yang terlihat baik. Dia ingin menjadi baik. Suatu niat yang perlu dihargai. Ada juga teman Muslim yang memiliki keinginan yang sama dengan setulus hati. Niat yang wajib kita hargai juga. Bagus sekali! Kita semua memiliki banyak persamaan. Bagaimana dengan teman-teman dari lingkungan Hindu? Ternyata mereka memiliki keinginan yang sama juga. Semua orang ingin menjadi baik. Persoalannya bukan pada masalah apakah anda ingin menjadi baik atau tidak, melainkan apakah anda mampu menjadi baik atau tidak. Dan menjadi baik dalam standar kebaikan yang seperti apa? Apakah menurut standar kebaikan Allah?


Allah itu baik, bukannya Jemaat

 Saya harap anda tidak sekadar menjadi orang Kristen nominal. Ada sangat banyak orang Kristen yang tidak layak untuk dibahas, mohon maaf jika pernyataannya terdengar keras. Mari kita jujur saja. Saya tadi menyampaikan tentang seorang pendeta yang tidak mau bertobat, yang dibinasakan oleh Tuhan. Tuhan secara langsung membinasakannya. Saya ingin agar setiap orang Kristen memahami bahwa Allah tidak menolerir kejahatan. Akan tetapi, sayangnya, memang banyak orang Kristen yang menolerir kejahatan. Saya tidak akan membela kekristenan. Saya tidak akan membela jemaat. Saya juga tidak perlu membela diri sendiri. Kami tidak mengatakan bahwa Gereja sekarang ini baik. Yang kami sampaikan adalah bahwa, sesuai dengan isi Alkitab, Allah itu baik. Saya tidak menyuruh anda untuk menaruh kepercayaan pada jemaat. Yang diminta adalah anda menaruh kepercayaan anda pada Allah yang baik. Lalu apa bedanya?

Paulus adalah orang yang sangat religius, tetapi dia berkata, “Hal-hal baik yang ingin kulakukan, tidak dapat kulakukan.” Dia adalah orang yang sangat religius ketika menyampaikan ucapan tersebut. Dia melanjutkan, “Hal-hal jahat yang tidak ingin kulakukan, justru itu yang aku lakukan.” Itulah persoalan yang ditemui oleh Paulus di dalam agama. Kami tidak memberitakan agama. Saya tidak menyuruh anda untuk menjadi religius. Jangan menjadi religius! Agama kerap menjadi musuh dari iman yang sejati kepada Allah, musuh dari kerohanian yang sejati. Demikianlah, Paulus mendapati bahwa menjadi religius ternyata tidak berguna buatnya.


Kri
sten Sejati memiliki Kuasa yang bersumber dari Hidup Baru

Lalu hal apakah yang dia butuhkan? Yang dia butuhkan adalah hidup baru! Kekuatan baru untuk menjadi manusia sebagaimana yang dia inginkan, tetapi, yang belum pernah mampu dia wujudkan sebelumnya. Kekuatan yang baru itu adalah hal yang diperoleh di dalam Kristus. Semua kegiatan PA yang anda jalani selalu berbicara tentang air hidup yang sekilas terdengar misterius. Air hidup ini tidak lain adalah hidup baru yang diberikan oleh Allah kepada kita di dalam Kristus melalui Roh Kudus. Saat hidup baru itu masuk ke dalam diri anda, anda segera mendapat kekuatan atau kuasa yang baru, hal yang tidak pernah anda bayangkan bisa terjadi. Anda bisa menjadi baik tanpa harus memaksakan diri, atau merayap melewati rintangan. Anda memiliki hidup baru yang akan memampukan anda untuk menjadi seperti yang Allah inginkan buat anda. Inilah perbedaan antara agama – entah itu Kristen, Islam, Hindu, Buddha dan sebagainya – dengan pengenalan sejati akan Allah yang hidup! Allah yang hidup, yang memberikan hidup-Nya ke dalam diri anda. Itulah makna menjadi seorang Kristen sejati: Hidup Allah di dalam jiwa anda, memberi anda kuasa dari hidup yang baru itu.


Allah membentuk
Masyarakat Baru yang memiliki Hidup BaruNya

Waktu untuk khotbah sudah habis. Saya harus menutupnya. Saya ingin menguraikan tentang masyarakat baru, tetapi kita tidak punya waktu lagi untuk membahasnya. Hal yang sungguh membangkitkan semangat saya – dan sayangnya, tidak cukup waktu untuk membahasnya sekarang – adalah bahwa Allah sekarang ini sedang membangun satu masyarakat baru, masyarakat yang menunjukkan kebaikan Allah.

Tahukah anda hal apa yang membawa saya menjadi Kristen? Saya bersekolah di sebuah sekolah Kristen, sebuah sekolah dalam lingkungan gereja Katholik Roma, dan hal itu ternyata justru membuat saya muak dengan kekristenan. Saya jemu dengan segala macam katekisme. Namun, saya kemudian menyaksikan kebaikan Allah, yang terwujud dalam diri seseorang, dan melalui orang ini, kebaikan itu masuk ke dalam diri sekelompok orang. Hal ini terjadi di dalam periode awal kekuasaan Komunis di China. Kejadiannya berlangsung sekitar tahun 1953. Saya itu sudah sekitar 4 tahun kami mengalami ‘pembebasan’. Saya tidak yakin, kami dibebaskan dari apa saat itu, akan tetapi sejarah resmi mencatat bahwa pada tahun itu kaum Komunis sudah membebaskan China selama 4 tahun. Dan di tahun itu saya bertemu dengan hal yang istimewa di dalam orang-orang istimewa ini. Pada saat itu saya tidak tahu apa hal istimewa yang saya lihat di dalam diri orang-orang tersebut. Belakangan baru saya ketahui bahwa itu adalah hidup baru yang berasal dari Allah! Hal istimewa yang saya saksikan itu bukanlah agama. Sesuatu yang sangat dinamis! Sesuatu yang penuh kuasa. Kebaikan macam ini adalah kebaikan yang berasal dari hidup Allah. Lalu saya membatin, “Orang-orang ini memiliki hal yang tidak kumiliki. Aku sangat haus akan hal itu.” Kemudian, ketika saya mengalami kebaikan Allah ini juga di dalam hidup yang baru, saya baru bisa merasakan dan melihat betapa baiknya Tuhan. Allah itu baik.

Tugas kita adalah membangun masyarakat baru, bukan masyarakat religius, melainkan masyarakat di mana hidup Allah dapat terlihat dengan jelas, di dalam peperangan melawan kejahatan ini. Kita dipanggil untuk berperang. Kita memiliki misi dan tugas.


Ada Tujuan untuk Eksistensi
Kejahatan

Satu pokok terakhir yang akan saya uraikan dengan singkat, dan sesudahnya kita akan tutup khotbah ini. Ini adalah satu pertanyaan yang penting, suatu pertanyaan yang wajib diajukan oleh setiap orang yang mampu berpikir. Saya yakin bahwa anda semua adalah orang-orang yang gemar berpikir. Pertanyaan itu adalah: Jika Allah memang baik, mengapa Dia tetap membiarkan kejahatan terjadi? Ini adalah persoalan besar, tetapi saya akan membahasnya dalam uraian yang singkat sekarang ini, dan hanya menjawab dalam satu pokok bahasan saja. Karena Allah, di dalam hikmat-Nya, mengetahui bahwa tanpa adanya kejahatan, tak akan ada kebaikan yang sejati.

Kita harus tahu hakekat dari kebaikan. Kebaikan adalah hal yang muncul sebagai reaksi atas kejahatan. Jika tidak ada kejahatan, maka tak ada wujud kebaikan yang bisa dihasilkan. Bagi anda yang belajar tentang ilmu alam, akan mengerti landasan berpikir dari jawaban ini. Akan tetapi saya tidak punya cukup waktu untuk menyampaikan gambarannya. Melalui peperangan mengatasi kejahatan itulah kita bertumbuh semakin kuat di dalam kebaikan, bukankah demikian? Setiap kali saya harus mengatasi suatu dosa, berarti saya membuat kemajuan di dalam kebaikan. Jika tidak ada dosa untuk diatasi, bagaimana saya bisa mengalami kemajuan di dalam kebaikan? Allah, di dalam hikmat-Nya, perlu membiarkan kejahatan eksis untuk sementara waktu. Pada saatnya nanti, Allah akan menghapuskan kejahatan. Akan tetapi, sampai dengan sekarang ini, di dalam hikmat-Nya, Dia tahu bahwa hanya melalui peperangan dan pergumulan mengatasi kejahatan atau dosa, baru kita bisa bertumbuh kuat di dalam kebaikan. Ini adalah satu jawaban sederhana yang bisa saya sampaikan dalam keterbatasan waktu sekarang ini. Akan tetapi, sangatlah penting untuk dipahami bahwa kejahatan masih dibiarkan eksis karena memang ada tujuannya.

Melalui kemenangan atas kejahatan kita akan mengalami betapa besar kuasa Allah. Saat Allah sudah mengalahkan kejahatan di dalam diri kita, melalui kuasa-Nya, baru kita bisa memahami pokok yang penting ini.


Allah akan
Menang

 Ada satu lagi pertanyaan yang terkait dengan hal itu: Apakah dunia akan menjadi semakin buruk saja? Atau dunia ini akan menjadi semakin baik? Persoalan itu terkait dengan masalah: Apakah kejahatan bisa dikalahkan? Ya atau tidak? Saya tahu jawabannya. Mengapa? Karena saya sudah mengalami bahwa, di dalam hidup saya, Allah dapat mengatasi yang jahat. Kejahatan dapat dikalahkan, dan melalui kemenangan itu, saya menjadi semakin kuat untuk terus memeranginya. Itu sebabnya, pandangan tentang masa depan dari mereka yang mengenal Allah selalu cerah dan penuh harapan. Anda hanya akan bisa memiliki optimisme, karena anda tahu bahwa kejahatan bisa dikalahkan, dan kejahatan di dalam diri saya sudah dikalahkan serta akan selalu dikalahkan. Allah akan berjaya. Kita akan merasakan serta melihat betapa ajaib dan baiknya Tuhan kita.

 

Berikan Komentar Anda: