Pastor Eric Chang | Seri Keselamatan (4) |

Kita akan melanjutkan eksposisi kita tentang ajaran Perjanjian Baru mengenai keselamatan. Saya akan meneruskan pembahasan mengenai semua aspek dari keselamatan sampai tuntas, karena — di zaman sekarang ini — ada suatu ketidaktahuan yang mengerikan berkenaan dengan masalah keselamatan di kalangan gereja. Saya katakan ‘mengerikan’ karena dampaknya tidak terhitung besarnya. Sangatlah penting bagi setiap orang Kristen untuk memahami dengan jelas apa artinya diselamatkan. Oleh karena itu, kita akan terus meneliti setiap aspek dari keselamatan secara sistematis.

Berkaitan dengan pokok ini, sayang sekali, saya terpaksa mengungkapkan banyak kekeliruan yang tengah berlangsung di kalangan gereja zaman sekarang ini. Sebenarnya, bagi orang-orang yang akrab dengan isi Alkitab, yang memahami doktrin keselamatan yang alkitabiah, yang diajarkan bukan saja kekeliruan, malah dapat disebut bidat. Namun, di zaman sekarang ini keadaannya sudah sangat kacau, sehingga orang yang menyampaikan kebenaran malah dicurigai menyampaikan ajaran yang salah. Melalui rangkaian pembahasan ini, saya harap anda meneliti Firman Allah dengan cermat: periksa setiap rujukan, segala yang disampaikan, dan silakan anda putuskan di hadapan Allah apakah ini benar-benar Firman Allah. Anda bertanggung jawab untuk memeriksa segala sesuatu yang saya sampaikan di dalam terang Firman Allah karena keselamatan anda menjadi taruhannya.

Jika ada orang non-Kristen yang hadir di sini, saya mohon maaf karena anda justru mendengar tentang persoalan yang tengah melanda kalangan gereja. Namun, tentunya anda telah mendengar tentang adanya berbagai persoalan di kalangan gereja, tanpa harus mendengar dari saya. Jika anda adalah seorang non-Kristen, dan anda melakukan pengamatan, tentunya anda telah melihat banyaknya orang Kristen yang tidak hidup sebagaimana mestinya seorang Kristen. Saya harap, sambil anda simak eksposisi khotbah ini, anda bisa mengerti mengapa ada begitu banyak orang Kristen palsu di tengah gereja. Saya harap anda mengerti mengapa mereka berperilaku seperti itu, karena mereka tidak diajarkan dengan benar.

Sehubungan dengan hal ini, saya juga perlu tambahkan satu hal penting. Saya harap anda mengerti bahwa tidak semua dari mereka yang berpegang pada ajaran yang keliru mengenai keselamatan ini merupakan orang yang jahat; sering kali, mereka justru adalah orang yang baik dan sangat ramah. Mereka adalah orang-orang baik, hanya saja mereka menerima ajaran yang kurang benar. Jadi, janganlah membayangkan bahwa orang yang mengajarkan ajaran sesat sebagai orang jahat. Bukan begitu masalahnya. Kita tidak sedang menyerang orang lain. Kita ini sedang membahas pengajaran yang alkitabiah mengenai keselamatan.


APAKAH KESELAMATAN DARI HUKUMAN DOSA TERPISAH DARI KESELAMATAN DARI KUASA DOSA?

Dari hal yang sudah saya sampaikan sebelumnya, anda akan melihat bahwa pada zaman sekarang ini kita melihat adanya pemisahan antara “keselamatan dari hukuman dosa” dengan “keselamatan dari kuasa dosa”. Kita diselamatkan dari akibat dosa, yaitu dari hukuman dosa. Anda tidak akan dihukum karena anda sudah diampuni. Saya akan rumuskan dengan lebih terperinci: keselamatan diartikan sebagai kebebasan dari hukuman dosa; kita tidak akan dihukum. Kita diselamatkan dari hukuman dosa. Ajaran yang beredar sekarang ini adalah: jika anda telah bertobat dari dosa-dosa anda, lalu dosa-dosa anda diampuni, maka anda akan dibebaskan dari hukumannya. Akan tetapi, dalam hal dosa yang masih bercokol di dalam hidup anda, anda masih belum dibebaskan. Dosa masih berdiam di dalam diri anda, dan masih memiliki kuasa. Itulah ajaran yang harus kita uji di dalam terang Kitab Suci, untuk memastikan apakah ajaran ini benar atau salah. Ajaran zaman sekarang menganggap bahwa anda bisa diselamatkan dari hukuman dosa, yaitu dosa yang anda perbuat sebelumnya, tetapi anda masih seorang pendosa yang hidup di bawah kuasa dosa. Berdasarkan ajaran ini, mereka ingin menyatakan, “Anda lihat, orang Kristen bukanlah manusia yang sempurna. Sebenarnya, mereka tetaplah pendosa sama seperti orang lain.” Bagaimana mungkin anda berkata bahwa Yesus telah membebaskan anda dari dosa jika sebenarnya anda tidak jadi berbeda dengan orang-orang non-Kristen di dalam kehidupan anda? Jawaban mereka adalah, “Ya, kita diselamatkan dari hukuman dosa, tetapi tidak dari kuasa dosa.” Jurang pemisah antara kedua hal itu sangatlah lebar. Akan tetapi, kita diberitahu bahwa orang Kristen boleh berbuat dosa nyaris tanpa batas, dan dia akan tetap diselamatkan berdasarkan keputusannya dulu [untuk percaya]. Demikianlah, berdasarkan pada ajaran semacam ini, kita menemukan banyak orang Kristen sama sekali belum dimerdekakan dari dosa.

Ada pula sebagian orang yang mengajarkannya sedikit berbeda dari pandangan tersebut. Tidak semua orang Kristen di dalam gereja-gereja tersebut menyatakannya seperti itu. Mereka akan berkata: Kristus bukan saja bisa membebaskan anda dari hukuman dosa, melainkan juga dari kuasa dosa. Jika anda bertanya, “Lalu, mengapa tidak semua orang Kristen dibebaskan dari kuasa dosa?” Mereka akan menjawab, “Yah, karena orang-orang Kristen tersebut tidak berusaha, mereka tidak berusaha masuk ke dalam kehidupan Kristen yang berkemenangan.” Dengan kata lain, mereka merupakan orang Kristen yang sejati, tetapi yang hidup di dalam dosa, yang hidup dalam kekalahan. Pandangan ini hanya merupakan modifikasi dari pandangan yang sebelumnya. Pada intinya, tak ada perbedaan yang mendasar karena masih saja dilakukan pemisahan antara keselamatan dari akibat dosa dengan keselamatan dari kuasa dosa. Keselamatan dari kuasa dosa dianggap sebagai suatu pilihan saja. Artinya, anda tidak berusaha hidup di dalam kasih karunia Allah. Namun, sekalipun anda tidak hidup bergantung pada kasih karunia itu, anda akan tetap diselamatkan. Jadi, yang penting adalah bahwa anda telah diampuni dari dosa-dosa anda, dan sekalipun anda tidak menjalani kehidupan Krsiten yang berkemenangan, sekalipun anda masih tetap hidup di dalam dosa, hal itu tidak jadi masalah. Menjalani kehidupan yang kudus merupakan suatu pilihan; hal itu tidak penting bagi keselamatan. Jadi, sekalipun anda tidak dibebaskan dari kuasa dosa, anda masih tetap diselamatkan. Kebebasan dari kuasa dosa bukan masalah penting. Saya rasa, jika anda seorang non-Kristen, anda tidak perlu menjadi seorang pakar untuk bisa melihat bahwa dengan ajaran semacam ini, hasilnya adalah angkatan yang menyebut dirinya ‘Kristen’, tetapi sangat inferior.

Jadi, ajaran zaman sekarang ini adalah: anda telah diampuni dosa-dosanya, sekalipun anda tidak menjalani kehidupan Kristen yang berkemenangan, sekalipun anda bahkan tidak menjalani kehidupan Kristen, hal itu tidak jadi masalah. Yang penting adalah anda ‘percaya’ kepada Kristus. Dengan demikian, jika anda tidak menjalani hidup yang kudus, maka andalah yang rugi. Pandangan semacam ini menunjukkan kegagalan di dalam memahami seriusnya masalah dosa. Dengan kata lain, jika anda berbuat dosa, hanya anda akan menderita, seolah-olah dosa itu hanya berdampak pada diri anda saja, tidak berdampak kepada Allah. Demikianlah makna diselamatkan menurut pandangan ini. Ajaran ini sudah merasuk ke dalam gereja-gereja zaman sekarang. Sederhananya, ajaran ini menekankan bahwa anda telah diselamatkan dari hukuman dosa. Dalam kenyataannya, anda tidak diselamatkan dari kuasa dosa. Apakah ini ajaran yang alkitabiah? Ajaran kasih karunia macam apakah ini?

Saya harap anda pikirkan hal ini baik-baik. Orang yang diselamatkan dari akibat dosa, apakah dia sebenarnya sudah diselamatkan dari dosa? Apakah akibat dosa sama dengan dosa itu sendiri? Saya rasa jika anda berhenti sejenak untuk memikirkan hal ini, anda akan menyadari bahwa pengampunan tidaklah sama dengan pembebasan dari kuasa dosa. Semua ini mungkin kedengarannya sulit bagi anda. Izinkan saya untuk mencoba menggambarkan dengan menjelaskannya dengan lebih sederhana. Saya akan sampaikan sebuah contoh, dan dari contoh ini akan kita lihat, pelajaran rohani apa yang bisa kita tarik dari sana.


KISAH DR. ZARTORIUS

Saat saya bepergian ke Swiss, saya bertemu dengan seorang dokter yang bernama Dr. Zartorius. Dia adalah orang yang sangat ramah, dan ketika saya mengunjunginya, dia berkata, “Mengapa tidak sekalian menginap di sini untuk sementara?” Dia adalah seorang dokter yang membuka praktek di bagian timur Swiss. Dia menyuruh saya untuk tinggal sementara dan tidak bergegas pergi. Saya menurut, dan saya mendapat kesempatan untuk mendengar kisah hidupnya. Dia bercerita kepada saya tentang bagaimana dia menjadi Kristen.

Dia bercerita bahwa ketika pertama kali datang ke bagian timur Swiss ini sebagai seorang dokter muda, dia mendapati bahwa daerah ini banyak orang menanam anggur. Wilayah ini memang daerah penghasil minuman anggur di Swiss. Oleh karena daerah ini adalah penghasil minuman anggur, tentu saja, semua orang di sini gemar minum anggur. Demikianlah, dia mulai menikmati minuman anggur. Dia minum sedikit, dan rasanya enak sekali. Dia berkata, “Enak juga!” Lalu, dia mulai minum lebih banyak karena harganya yang murah; dan karena rasanya yang enak, dia minum lebih banyak lagi. Sebelum dia menyadari apa yang terjadi, dia sudah terjerat menjadi pecandu alkohol. Keadaannya menjadi parah karena sebagian besar penghasilannya dia habiskan untuk membeli anggur. Sekalipun harganya murah, jika anda minum dalam jumlah banyak, ia menjadi mahal. Lagi pula, yang menjadi masalah adalah, jika anda sudah menjadi pecandu alkohol, minuman anggur yang biasa-biasa saja tidak akan memuaskan selera anda lagi — kandungan alkoholnya terlalu rendah. Pada saat itu, anda akan mencari minuman yang lebih keras, yang berisi alkohol yang lebih tinggi, minuman semacam whisky, gin atau yang sejenisnya. Sebagaimana yang anda ketahui, minuman jenis-jenis tersebut sangatlah mahal. Seiring dengan waktu, dia semakin memboroskan uangnya untuk membeli minuman keras. Hal ini juga berarti menurunnya penghasilannya, karena lebih banyak waktu yang dia habiskan dalam keadaan mabuk. Pasien yang tahu bahwa sang dokter adalah pecandu alkohol, tentu saja, tidak akan mau berobat kepadanya. Demikianlah, terjadi penurunan penghasilan yang diiringi dengan peningkatan pengeluaran.

Kemudian, ada seorang sahabatnya yang menantang bertaruh, kawan ini berkata, “Tahukah kamu? Kamu sekarang sudah jadi pecandu alkohol.” Dia merasa tersinggung oleh perkataan itu! Dia berkata, “Aku bukan pecandu alkohol!” Dan kawan ini berkata padanya, “Kalau menurutmu bukan. Saya bertaruh bahwa kamu tidak akan bisa berhenti minum dalam satu hari. Aku bertaruh 20 franc. Aku yakin kalau kamu tidak akan bisa berhenti minum dalam sehari.” Ternyata dia tidak mampu berhenti. Dia kalah dalam taruhan itu. Lalu, dia menyadari bahwa dia sudah jauh terjerat. Demikianlah, situasinya menjadi semakin buruk saja. Dia harus menjual mobilnya, dan terpaksa mengunjungi pasiennya dengan bersepeda. Dia menjual mobilnya untuk menutupi pengeluarannya dan, tentu saja, membeli alkohol.

Suatu hari, anak laki-lakinya terluka oleh paku. Luka itu cukup dalam. Lalu, istrinya membawa anak itu kepadanya dan berkata, “Lihat, Junior terluka.” Tentu saja, dia saat itu sedang agak mabuk. “Ah,” katanya, “tidak apa-apa. Jangan ributkan masalah luka itu. Anak-anak sudah pasti akan sering terluka.” Luka ini ternyata berkembang menjadi keracunan dalam darah, dan anak itu hampir saja mati karenanya.

Pada hari lainnya, sang istri datang dan berkata, “Apakah kamu punya uang untuk membeli susu? Kita tidak punya susu lagi untuk sarapan.” Dia merogoh kantongnya, tetapi tidak ada uang di sana. Saat dia merenungkan hal itu, dia berkata, “Apakah saya sudah benar-benar berantakan, sampai-sampai tidak bisa lagi menyediakan susu untuk anak-anak?”

Dia menjadi depresi. Lalu, dia pergi ke ruang bedahnya dan mengunci pintu. Lalu, dia memutuskan, “Aku sekarang sudah kecanduan alkohol. Aku tidak berdaya. Tak ada lagi masa depan bagiku. Kecerobohanku nyaris berakibat kematian bagi anakku. Sekarang mereka bahkan tidak punya sarapan lagi!” Air mata mengalir di wajahnya. Dia telah berusaha, tetapi dia tahu bahwa tidak mungkin melepaskan diri dari cengkeraman alkohol. Dia membuka laci mejanya. Dia pernah menjadi seorang perwira di dalam Angkatan Perang Swiss, dan dia menyimpan pistol militernya di laci itu. Lalu, dia mengambil pistolnya dan berpikir, “Yah, biar kita akhiri saja kesengsaraan semua orang. Aku akan mengakhirinya dengan satu tembakan.” Lalu, dia ambil pistol itu, dan juga peluru yang ada di sampingnya. Ketika dia mengambil pistol dan peluru-peluru itu, dia melihat sesuatu yang tergeletak di bawah pistolnya. Sebuah Alkitab – sebuah Alkitab yang tak pernah dibacanya. Dia telah dibaptis, sama halnya dengan kebanyakan orang lain di Swiss. Dia menerima Alkitab itu pada upacara pembaptisannya, tetapi dia tidak pernah membacanya. Dia hanya menggeletakkan Alkitab itu di dalam laci.

Jika anda bertanya kepadanya, “Apakah anda seorang Kristen?” dia akan menjawab, “Tentu saja aku seorang Kristen.” “Apakah anda percaya bahwa Yesus telah mati bagi dosa-dosa anda?” “Sudah tentu, aku percaya bahwa Yesus telah mati bagi dosa-dosaku. Aku orang Kristen! Aku sudah dibaptis! Aku sudah ditahbiskan! Sudah semuanya!” Seorang Kristen yang pemabuk! Tak heran jika orang non-Kristen menatap ke arah orang Kristen dan berkata, “Lihat mereka! Sekumpulan orang-orang yang tidak berguna, sama saja dengan yang lain.”

Demikianlah, dia lalu memutuskan bahwa setidaknya, sebelum dia menembakkan peluru itu, ada baiknya jika dia juga melakukan ritus terakhir bagi dirinya. Setidaknya, membuka Alkitab dan membaca beberapa patah kata yang tertulis di sana. Lagi pula, sebagai seorang Kristen, anda perlu mengucapkan doa yang terakhir sebelum mati. Tentu saja, dia tidak tahu mana awal dan mana akhir dari Alkitab itu. Lalu, dia membatin, “Yah, bagian mana yang harus kubaca?” Demikianlah, dia buka saja Alkitab itu sekenanya. Tanpa mengetahui harus membaca bagian yang mana, dia membuka Alkitab itu, dan yang terbuka adalah kitab Yesaya. Lalu, tanpa mengetahui harus membaca yang mana, dia amati sekilas tulisan yang ada di halaman Alkitab tersebut. Saat matanya menelusuri, dia terpaku pada sebuah kalimat:

“Aku, TUHAN, adalah Juru Selamatmu dan Penebusmu” (Yesaya 60:16).

Dia berkata, “Hei! Kalimat ini berbicara kepadaku!” “Aku, TUHAN, adalah Juru Selamatmu dan Penebusmu.” Kata ‘Penebus’ berarti pembebas, orang yang membebaskan anda, orang yang menyelamatkan anda. Saat dia mengamati kata-kata itu, dia nyaris tidak mempercayai penglihatannya. Dia tidak tahu harus membaca di bagian yang mana dalam Alkitab. Di ruangan itu, dia sekedar membuka Alkitab dan kalimat itu langsung menghunjam matanya: “Akulah, TUHAN, Juruselamatmu, dan Penebusmu.” Dia segera jatuh berlutut. Dia tahu bahwa Allah berbicara langsung kepadanya. “Akulah Penebusmu. Mengapa kamu putus asa? Untuk apa pistol di tanganmu itu? Aku bisa menyelamatkanmu!”

Dia lalu berkata, “Tuhan, aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Aku sudah kerahkan segenap kemampuanku. Jika Engkau bersedia menolongku, kumohon pada-Mu, selamatkanlah aku!” Dia letakkan pistolnya dan dia jatuh tersungkur di hadapan Tuhan. Dia bercerita bahwa pada saat itu juga, mukjizat terjadi. Kuasa Allah masuk ke dalam hidupnya, dan bukan sekedar mengampuni dosa-dosanya, tetapi juga mengerjakan hal yang ajaib! Yang terjadi adalah kuasa Allah masuk ke dalam hidupnya dan menyingkirkan kecanduannya pada alkohol, semua keinginan untuk minum sirna! Apa yang tidak bisa dikerjakan oleh manusia, dikerjakan oleh Allah dalam sedetik saja! Dia membatin, “Sungguh luar biasa!” Dia bangkit, dan mendapati bahwa hasratnya untuk minum telah hilang. Bagaimana dia bisa memahami hal ini? Sebagai seorang dokter, dia tahu bahwa kecanduan alkohol adalah masalah yang sangat serius. Akan tetapi, Allah mengatasinya hanya dalam sekejap.


KESELAMATAN BERARTI DIBEBASKAN DARI KUASA DOSA

Dari pengalaman indah yang disampaikan secara langsung oleh dokter itu kepada saya, kita bisa melihat apa makna keselamatan itu. Saya harap anda perhatikan apa arti keselamatan itu sambil anda pelajari kisah ini.

Keselamatan adalah pengampunan dari dosa. Akan tetapi, keselamatan itu tidak sekedar pengampunan dari dosa saja. Nah, anggaplah keselamatan itu hanya berupa pengampunan dari dosa saja, pikirkanlah apa yang akan dilakukan oleh dokter itu. Dia akan berlutut di hadapan Allah dan berkata, “ya Allah, ampunilah dosa-dosaku. Aku lahir sebagai seorang Kristen, tetapi aku menjalani hidup yang bukan Kristen sama sekali. Kumohon ampunilah aku karena telah mempermalukan nama-Mu. Ampunilah aku yang tidak memenuhi tanggung jawabku sebagai ayah dan suami. Ampunilah aku yang lalai mengurusi anakku pada saat dia sakit. Ampunilah aku yang tidak merawat keluargaku, mereka tidak punya makanan lagi. Ampunilah aku yang tidak menunjukkan tanggung jawab kepada para pasienku.” Demikianlah, dia bertobat secara sungguh-sungguh dari dosanya. Dosa-dosanya diampuni. Saya ingin bertanya, “Apakah dia diselamatkan dari dosa?” Pikirkanlah baik-baik: Apakah ia diselamatkan dari dosa?

Anda berkata bahwa dia diselamatkan. Pasti! Namun, bagaimana dengan kuasa dosa di dalam kehidupannya? Jika dia tidak dibebaskan dari kuasa dosa, apa yang akan terjadi pada dirinya? Apa gunanya bagi dia dengan hanya menerima pengampunan saja? Apa gunanya pengampunan itu bagi dia? Karena begitu dia keluar dari sana, dia masih berada dalam kuasa dosa, dia akan mengerjakan lagi semua dosanya. Akar dari dosa itu ada di dalam dirinya. Anda bisa saja memotong bagian ujungnya seperti memangkas rumput, tetapi ia akan segera tumbuh lagi. Lalu, apa itu keselamatan? Keselamatan ibarat memangkas rumput, memotong bagian atasnya dan meninggalkan bagian akarnya di bawah? Bisakah anda memahami bahwa pengampunan dosa saja, pengampunan dari akibat dosa saja, tak dapat disebut sebagai keselamatan? Karena selama akar dari dosa itu masih ada di dalam sana, maka anda masihlah budak dosa. Anda akan terus berbuat lebih banyak dosa lagi. Apa gunanya pengampunan? Anda terus saja memintakan pengampunan atas dosa, sambil terus hidup di dalam dosa, lalu apakah anda akan terus diampuni? Apakah menurut anda hal semacam ini yang diinginkan oleh si dokter? Apakah anda pikir yang dia inginkan adalah pengampunan? Apakah menurut anda pengampunan merupakan hal yang paling penting yang dia cari? Tidakkah anda tahu bahwa baginya, hal yang terpenting bukanlah sekedar pengampunan dosa, melainkan kemerdekaan dari kuasa yang sedang menghancurkan dirinya? Saya beritahu anda, tak seorangpun yang sedang bergumul dengan dosa bisa memahami pokok persoalan dosa, sampai dia berhadapan dengan realitas kuasa dosa.

Di sinilah letak permasalahannya. Orang yang hanya sekedar meminta pengampunan dosa, masih belum melihat langsung persoalan dosa yang serius itu. Jika saya datang ke ruang bedah itu, pada saat si dokter sedang mengarahkan pistolnya, dan saya berkata padanya, “Sabar! Jangan terlalu dipikirkan. Allah akan mengampuni semua dosa anda.” Apakah anda pikir dia akan merasa lega? Apakah anda pikir dia merasa putus asa karena dia hanya ingin dibebaskan dari hukuman dosa? Dia sedang akan menghukum dirinya sendiri! Dialah yang memohon hukuman itu. Bagi dia, pengampunan bukanlah masalah yang utama untuk saat itu. Persoalan yang utama adalah kuasa dosa yang sedang menghancurkan diri dan keluarganya. Jika anda seorang dokter, maka anda harus mencari akar dari permasalahan.

Kebanyakan orang Kristen mungkin berkata kepada dokter ini, “Anda tidak perlu begitu tertekan atas dosa-dosa anda. Ayolah! Tersenyumlah! Yesus mengasihi anda! Dia akan mengampuni dosa-dosa anda.” Hal itu memang benar. Dia akan mengampuni! Akan tetapi, pengampunan itu bukan masalah keselamatan buatnya. Yang menjadi masalah, yakni masalah orang berdosa, masalah saya, bukan apakah saya diampuni atau tidak, yang menjadi masalah saya adalah kuasa dosa di dalam hidup saya yang sedang menghancurkan saya. Jika anda menyuruh saya untuk menjadi budak dosa seumur hidup, dan selama seumur hidup saya harus bolak-balik kepada Allah setiap hari dan berkata, “Tuhan, maafkan aku! Aku mabuk lagi. Tuhan, maafkan aku! Aku mabuk lagi!” Apakah menurut anda orang ini mau menjalani hidup yang seperti ini? Itukah jenis kehidupan Kristen yang ingin anda jalani? Setiap hari hidup di bawah kuasa dosa? Itukah kekristenan? Kita berhak untuk bertanya, “Lalu, di manakah keselamatan dari dosa itu?” Kita hanya diselamatkan dari hukuman dosa. Kita belum diselamatkan dari dosa. Saya harap anda bisa memahami dengan jelas pandangan ini. Bisakah anda melihat bahwa dokter ini tidak takut pada hukuman dosa? Bukan hukuman yang membuat dia cemas! Yang membuat dia kuatir adalah kuasa dosa, realitas dosa di dalam kehidupannya.

Saya harap anda cermati hal ini: hukuman dosa bukanlah dosa. Dibebaskan dari hukuman dosa bukan berarti dibebaskan dari dosa itu sendiri. Pertanyaan yang perlu kita ajukan adalah, apakah yang diajarkan oleh Alkitab? Apakah Alkitab mengajarkan “diselamatkan” berarti diselamatkan dari hukuman dosa, atau yang diajarkan adalah diselamatkan dari dosa? Syukur kepada Allah, Alkitab tidak sekedar mengajarkan keselamatan dari hukuman dosa! Syukur kepada Allah, karena Alkitab mengajarkan keselamatan dari dosa itu sendiri, dari setiap kuasa dosa di dalam hidup saya! Jika anda masih belum menemukan ajaran ini di dalam Alkitab, maka saya mohon agar anda baca lagi Roma pasal 6, di mana rasul Paulus berkata,

Sebab dosa tidak akan berkuasa lagi atas kamu… (Roma 6:14)

Dosa tidak berkuasa lagi atas diri anda. Anda lihat, saudara-saudari, jika anda tidak mampu berkata kepada orang yang akan binasa oleh dosa, bahwa Allah sanggup menyelamatkan dia dari kuasa dosa, maka tidak ada pesan yang bisa anda sampaikan kepadanya. Anda harus diselamatkan dari dosa, bukan sekedar dari hukuman dosa. Segenap isi surat Roma berkenaan dengan masalah ini, terutama Roma pasal 6 dan 8 — kemerdekaan dari dosa! Saya yakin jika anda peduli akan hal ini, maka anda akan membaca bagian ini dengan teliti.


PERUBAHAN MENDASAR DI DALAM HIDUP

Jika demikian halnya, bahwa kita tidak sekedar diselamatkan dari hukuman dosa, tetapi juga dari kuasa dosa, maka tahap lanjutan dari saat anda diselamatkan adalah munculnya perubahan yang mendasar dalam kehidupan anda. Perubahan yang mendasar ini adalah hal yang kami sampaikan pada pesan yang lalu, saat kami menguraikan tentang kelahiran kembali, atau lahir baru. Jika anda berkata bahwa anda telah diselamatkan, tetapi belum diselamatkan dari dosa dan hidup anda masih hidup dalam dosa yang lama, berarti anda masih belum tahu apa arti menjadi seorang Kristen. Ketika Dr Zatorius diselamatkan oleh Tuhan, dia tahu bahwa dia telah diselamatkan. Dia tahu persis apa yang dimaksudkan oleh Paulus di 2 Korintus 5:17,

Jadi, siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru. Hal-hal yang lama sudah berlalu, lihatlah, hal-hal yang baru sudah datang.

Itulah keselamatan! Itulah keselamatan sejati! Sungguh indah! Itulah makna dari keselamatan! Mengenai keselamatan jenis yang ini, saya sangat bersemangat. Saya tidak akan bersemangat pada keselamatan yang sekedar memberitahu, “Dosa-dosamu sudah diampuni. Apapun cara hidupmu nantinya, tidak jadi masalah.” Jenis ajaran yang memberitahu orang Kristen baru lewat nasihat yang konyol: “Nah, sekarang kamu sudah menerima Kristus, menjalani hidup yang kudus memang sangat bagus. Namun itu tidak penting; itu hanya sebuah pilihan, tetapi memang bagus…” Saya beritahu anda, itu bukanlah ajaran yang alkitabiah. Jika anda mengajarkan Firman Allah dengan cara ini, anda harus bertanggung jawab atas darah orang itu di hadapan Allah nanti.

Saat seseorang telah diselamatkan, dia tahu bahwa dia telah diselamatkan; dia tahu bahwa sesuatu telah terjadi pada dirinya. Saat kuasa Allah masuk ke dalam hidup anda, apakah anda tidak mengetahuinya? Saya tidak bermaksud mengatakan bahwa peristiwanya harus dramatis seperti yang dialami oleh Dr Zartorius, tetapi tetap merupakan peristiwa di mana anda tahu bahwa anda telah mengalami kuasa Allah di dalam hidup anda. Anda mungkin bahkan tidak tahu kapan peristiwa itu terjadi, tetapi yang penting adalah hal itu benar-benar telah terjadi. Sebagian orang mengalami kuasa Allah masuk secara perlahan, tetapi efektif ke dalam hidup mereka. Mereka tahu bahwa kuasa Allah ada di dalam hidup mereka, walaupun mereka mungkin tidak tahu kapan persisnya perubahan besar itu terjadi. Ajaran yang alkitabiah dengan tegas menekankan bahwa perubahan telah terjadi.


PERUBAHAN: KEBEBASAN DARI KENDALI HASRAT

Perubahan macam apa? Sama seperti yang terjadi pada Dr Zartorius. Karena kuasa dosa bekerja dalam kerangka yang sama. Apakah kuasa dosa di dalam kasus Dr Zartorius ini? Masalah hasrat, yaitu kecanduan minuman keras. Inilah hal yang disebut sebagai ‘nafsu’ atau ‘keinginan’ di dalam Alkitab. Nafsu atau keinginan ini adalah hasrat untuk terus menikmati sesuatu. Ini adalah bukti adanya kuasa dosa yang bekerja di dalam diri anda. Demikianlah, anda mungkin melihat orang-orang yang tidak kecanduan alkohol, tetapi mereka kecanduan seks. Ada nafsu itu di dalam darah mereka. Mereka berusaha untuk terus menerus memuaskannya. Nafsu seks tampaknya sangat berpengaruh pada sebagian orang. Mental mereka nyaris menjadi tidak seimbang akibat nafsu seks ini. Ada juga orang yang kecanduan uang. Selalu saja uang; mata mereka hanya bisa melihat lembaran dolar saja. Ada orang yang berhasrat pada kehormatan dan kedudukan. Kuasa dari semua hal itu mengendalikan diri mereka. Sungguh mengherankan pengorbanan yang rela mereka tempuh demi memuaskan hasrat mereka itu.

Lihat saja Dr Zartorius. Dia bersedia mengorbankan reputasinya; kehilangan nama baiknya; kehilangan uangnya; malahan, menghancurkan keluarganya, untuk memuaskan hasratnya. Inilah yang kami maksudkan sebagai kuasa, dominasi dosa. Artinya, dosa mengendalikan hasrat di dalam diri anda. Setiap orang yang tidak dimerdekakan dari dosa, di dalam dirinya hasrat dosa yang memegang kendali. Sebagai contoh, sifat ‘egois’ dalam diri orang yang belum dilahirkan kembali: “Si Aku”, “Akulah” yang menjadi pusat dunianya. Namun, ketika kuasa Allah masuk, Dia membebaskan anda dari kuasa dosa.

Demikianlah, kita bisa melihat hal ini di 1 Yohanes 3:9: Rasul Yohanes mengatakan,

Tidak seorang pun yang lahir dari Allah berbuat dosa karena benih Allah tinggal di dalam dirinya; dan ia tidak dapat berbuat dosa karena ia telah dilahirkan dari Allah.

Ajaran ini jelas bertentangan dengan ajaran yang sering kita dengar di gereja-gereja zaman sekarang. Rasul Yohanes berkata, “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi.” Sungguh pernyataan yang keras! Bagaimana kita bisa memahaminya? Pertama-tama, kita tahu bahwa rasul Yohanes sedang membahas perkara yang tengah kita bicarakan: diselamatkan berarti diselamatkan dari kuasa dosa, watak dosa yang ada di dalam diri anda. Rasul Yohanes tidak menyatakan bahwa keselamatan itu sebagai sekedar pengampunan dosa saja. Dia sedang berbicara tentang penyembuhan ganda. Segenap isi ayat tersebut perlu anda baca; saya hanya mengutipkan sebagian kecil saja. Seluruh isi ayat itu berbicara tentang hal yang serupa. Bagaimana cara kita untuk memahaminya? Apakah rasul Yohanes ingin berkata bahwa ketika anda dilahirkankembali, maka anda tidak mampu lagi berbuat dosa? Oh, bukan itu yang ingin disampaikan oleh rasul Yohanes! Dia tidak bermaksud mengatakan bahwa kita langsung menjadi sempurna tanpa dosa. Jika kita amati pasal pertama dari suratnya itu, dia sudah menegaskan kepada kita. Di 1 Yohanes 1:8 dia berkata, “Jika kita mengatakan bahwa kita tidak berdosa, kita menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita.” Lalu, apa yang dimaksudkan oleh sang rasul?

Mari perhatikan lagi kesaksian Dr Zartorius. Ketika kuasa Allah masuk ke dalam hidupnya untuk menyelamatkan dia dari dosa, hasrat untuk minum telah meninggalkan dia. Dia berkata bahwa hal itu sangat luar biasa! Anda bisa taruh segelas anggur di hadapannya, dan dia bisa sekedar menatap ke arah gelas tersebut tanpa hasrat untuk meminumnya. Jika anda tahu seperti apa itu kecanduan alkohol, tindakan meletakkan segelas anggur di hadapan seorang pecandu alkohol sudah merupakan godaan yang luar biasa baginya. Namun, yang terjadi adalah: sedemikian sempurnanya pembebasan itu sehingga anda bisa saja meletakkan segelas anggur di hadapannya tanpa membuatnya terpengaruh. Dia telah memiliki kodrat yang baru sekarang. Kodrat yang baru ini merdeka dari hasrat untuk minum. Bukan berarti bahwa dia tidak bisa minum anggur lagi. Dia masih bebas untuk mengulurkan tangannya dan meminum anggur itu. Dia juga tahu bahwa jika dia memperlakukan kemerdekaannya dengan cara minum anggur itu, dalam waktu singkat, dia akan kembali ke dalam perbudakan kecanduan anggur lagi.

Demikianlah, saat kita memperoleh kodrat yang baru dan Allah menyingkirkan kecanduan kita dari menjalankan suatu dosa tertentu, hal itu bukan berarti bahwa kita tidak dapat berbuat dosa. Juga bukan berarti bahwa kita tidak akan menikmati perbuatan dosa, karena seperti halnya Dr Zatorius, anggur memang sudah tidak memikat hatinya lagi. Namun, itu bukan berarti bahwa jika dia mencicipi anggur itu, lantas rasa anggur itu tidak terasa nikmat baginya. Anggur itu masih punya kuasa untuk menjatuhkannya lagi. Dia tahu bahwa dia harus menjaga jarak dari anggur. Jangan berkata pada diri sendiri, “Nah, sekarang aku sudah merdeka dari hasrat untuk minum, aku sudah merdeka dari kuasa kecanduan minuman, jadi aku boleh minum sebanyak yang aku suka.” Hanya karena kita sudah dibebaskan dari kuasa dosa tidak berarti bahwa sekarang kita boleh berbuat dosa sesuka hati sebab dosa sudah tidak berkuasa atas kita. Jadi, “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi,” berarti bahwa kuasa dosa memang sudah pergi, tetapi bukan berarti bahwa anda tidak bisa berbuat dosa lagi.


JANGAN CEROBOH MENJALANKAN KEMERDEKAAN BARU ANDA DARI DOSA

Saya akan menyimpulkan dengan satu poin lagi. Sekedar untuk merangkum, apa yang terjadi ketika kita mengeklaim kuasa keselamatan Allah. Yang terjadi adalah, seperti yang dialami oleh Dr Zartorius, Allah menaruh hati yang baru di dalam diri kita, seperti yang disampaikan oleh Yehezkiel, bahwa Allah menaruh hati yang baru di dalam diri kita (Yeh 36:26). Hati yang baru ini merupakan hati yang bebas dari kuasa dosa. Namun, hal ini bukan berarti bahwa kita tidak bisa berbuat dosa lagi. Seberapa permanen kemerdekaan dari dosa ini? Apakah karena kita sudah merdeka dari kuasa dosa, lalu kita boleh bersikap ceroboh terhadap dosa? Apakah karena kita sudah dimerdekakan dari kuasa dosa—sekali kita diselamatkan, maka kita akan selalu diselamatkan dari kuasa dosa—kita tidak perlu takutkan lagi masalah dosa? Ini adalah kekeliruan yang serius! Jika Dr Zartorius tidak menjaga kemerdekaannya, dan mengambil kebebasan untuk minum, dia akan kembali masuk ke dalam masalah.

Ada dua macam jalur terjadinya kekeliruan dalam memahami ajaran keselamatan di sini. Kekeliruan yang satu menganggap bahwa sekali kita dibebaskan dari kuasa dosa, maka kita langsung menjadi sempurna. Itulah doktrin perfeksionisme. Itu adalah kegagalan dalam memahami bahwa sekalipun Dr Zartorius sudah dimerdekakan dari kuasa dosa, bukan berarti bahwa dia tidak dapat menjadi pemabuk lagi. Itulah sebabnya mengapa rasul Paulus berkata di Galatia 5:1,

Demi kemerdekaan, Kristus telah membebaskan kita. Karena itu, berdirilah teguh dan jangan lagi mau dibebani dengan kuk perbudakan..

Dia telah menjadikan anda merdeka, tetapi anda harus berdiri teguh di dalam kemerdekaan itu, yakni, anda harus menjaga dan melindungi kemerdekaan itu. Jangan salah gunakan kemerdekaan itu. Jadi janganlah berpikir, “Aku sudah merdeka dari dosa. Sekarang aku bisa mengerjakan apa yang aku suka.” Itu adalah kesalahan yang paling besar!

Kekeliruan yang kedua adalah yang lebih sering terjadi di kalangan gereja zaman sekarang. Wujudnya adalah pandangan bahwa sekalipun saya telah dimerdekakan dari dosa, lalu jatuh ke dalam dosa lagi, saya akan tetap diselamatkan walau tidak bertobat. Ini adalah kekeliruan yang sama besarnya. Anda lihat, Dr Zartorius telah dibebaskan dari dosa, tetapi akan seperti apakah keadaan dia selanjutnya? Apakah keadaannya akan lebih baik jika, karena telah menyalahgunakan kemerdekaannya, dia kembali menjadi pemabuk? Apakah menurut anda dia tidak akan menjadi pemabuk lagi? Tentu saja, dia bisa menjadi pemabuk lagi, jika dia tidak berdiri teguh di dalam kemerdekaan yang telah diberikan oleh Kristus padanya. Itulah sebabnya, ketika saya berbincang-bincang dengan Dr Zartorius saat itu, dia tidak mau mendekati anggur; dia tidak mau menyentuhnya, dia juga tidak mau melihat terus ke arah anggur itu sekalipun anggur itu sudah tidak memikat hatinya lagi. Dia tidak akan mau mencoba melakukan hal itu! Tidak, dia ingin berdiri teguh di dalam kemerdekaan itu. Seperti yang dikatakan oleh rasul Paulus, “Jangan pergunakan kemerdekaanmu itu sebagai kesempatan untuk hidup dalam daging…” Ajaran Paulus, ajaran alkitabiah, sangat berbeda dengan ajaran yang kita dengar di zaman sekarang ini.


KESELAMATAN PENUH: ALLAH MAMPU MENYELAMATKAN DARI DOSA DAN MENJAGA KITA TIDAK JATUH

Lalu, anda bertanya, jika memang ada bahaya bahwa seseorang bisa jatuh kembali — lalu menjadi pemabuk lagi, lalu seberapa pasti keselamatan saya itu? Keselamatan anda itu terjamin dalam dua cara. Masih banyak jalan lagi, hal yang akan saya uraikan dalam kesempatan lain nanti, tetapi untuk sekarang ini saya hanya akan menyinggung dua saja.

Pertama, orang yang dilahirkan kembali, dia akan sanggup berkata seperti rasul Paulus,

“karena aku tahu kepada siapa aku percaya ” (2 Tim 1:12).

Itulah kalimat penuh keyakinan dari rasul Paulus: “Karena aku tahu kepada siapa aku percaya.” Setiap orang Kristen yang benar-benar telah dilahirkan kembali bisa mengucapkan kalimat tersebut karena dia telah mengalami kuasa Allah yang menyelamatkan dari dosa. Oh, Dr Zartorius benar-benar dipenuhi oleh sukacita dan semangat! Ke manapun dia pergi, dia bersaksi tentang apa yang telah dikerjakan oleh Allah dalam hidupnya. Dia mampu berkata, “Karena aku tahu kepada siapa aku percaya. Dan aku tahu bahwa Dia mampu menjagaku. Dia mampu menjaga agar aku tetap merdeka dari dosa.”

Ini membawa kita masuk kepada poin yang kedua. Orang yang tahu dan mengalami kuasa Allah melalui Kristus memiliki keyakinan kepada kuasa tersebut yang akan memampukan dia melangkah maju. Seperti yang kita baca di surat Yudas di ayat 24,

“Bagi Dia, yang berkuasa menjagamu tidak jatuh…”.

Artinya, di setiap waktu, saya bergantung pada kuasa itu. Itulah sebabnya, sungguh tepat saudari tadi menyanyikan lagu “Day by Day (Hari demi Hari)” “Kasih karunia” menurut Alkitab bukanlah sesuatu yang pernah anda terima beberapa tahun yang lalu, ketika anda pertama kali percaya kepada Yesus. “Kasih karunia” menurut Alkitab adalah sesuatu yang menjadi sandaran anda — anda bergantung pada kasih karunia Allah hari demi hari, detik demi detik. Anda bergantung kepada-Nya karena anda tahu bahwa Dia berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung.

Ajaran Alkitab ini sangatlah berbeda dengan apa yang kita dengar dari kalangan gereja, bukan bahwa Allah berkuasa menjaga anda supaya tidak tersandung, melainkan Allah tetap mempertahankan anda sekalipun anda sudah tersandung — hal yang tidak diajarkan oleh Alkitab. Alkitab tidak berkata bahwa Dia akan tetap mempertahankan anda saat anda jatuh ke dalam dosa. Bukan itu yang diajarkan oleh Alkitab. Jika anda mengutip Alkitab, kutiplah dengan tepat. Yang tertulis di sana adalah: Dia, yang berkuasa menjagamu tidak jatuh, artinya, menjaga supaya anda tidak jatuh ke dalam dosa. Itulah yang diajarkan oleh Alkitab. Jika anda hidup di dalam dosa, janganlah mengutip firman ini; firman tersebut tidak berlaku bagi anda.

Perhatikanlah keselamatan yang indah ini. Saya bermegah di dalam salib Kristus! Saya bermegah di dalam keselamatan yang indah dari Allah ini! Dan alasan saya bermegah dalam keselamatan ini adalah karena ini adalah keselamatan yang lengkap — keselamatan yang sempurna — keselamatan yang tidak saja dari hukuman dosa, tetapi juga keselamatan dari kuasa dosa di dalam hidup saya. Saya bermegah dalam keselamatan ini karena saya telah mengalami realitas dan kuasa dari keselamatan tersebut di dalam hidup saya, sehingga saya mampu berkata seperti rasul Paulus, “Karena aku tahu kepada siapa aku percaya.” Saya juga mampu berkata seperti Yudas, “Dia, yang berkuasa menjagamu tidak jatuh.” Sudahkah anda mengalami keselamatan yang penuh itu? Apakah anda sanggup berkata, “Aku tahu kepada siapa aku percaya“?

 

Berikan Komentar Anda: