Pastor Boo | Kematian Kristus (17) |

APAKAH TEORI SUBSTITUSI PIDANA DOKTRIN YANG ALKITABIAH?

Sekarang ini kita sudah masuk ke dalam seri ke-17 dari pembahasan tentang kematian dan kebangkitan Yesus. Hal yang akan saya uraikan hari ini terbagi dalam dua bagian. Bagian yang pertama berkenaan dengan perkara bagaimana menangani pemahaman zaman sekarang tentang penebusan Yesus, suatu doktrin standar di lingkungan gereja Protestan, yang disebut Teori Substitusi Pidana. Ajaran ini tidak ada di dalam lingkungan Katolik Roma dan Ortodoks. Jadi, ajaran ini hanya beredar dan menjadi standar di lingkungan gereja Protestan. Sebenarnya, bagi sebagian pendeta di lingkungan Protestan, jika anda tidak mempercayai doktrin ini, maka anda bukanlah orang Kristen. Anda tidak meletakkan dasar iman anda dalam Alkitab! Demikianlah, setelah khotbah ini, maka saya akan dipandang sbagai orang tidak percaya oleh mereka.

Doktrin ini disebut Penebusan Substitusi Pidana (PSP). Saya perlu membahasnya secara khusus karena di sepanjang 16 seri sebelumnya, saya belum banyak menyentuh doktrin ini. Alasan saya adalah karena saya ingin agar kita benar-benar memahami Firman Allah secara mendalam. Saya melihat doktrin ini sebagai ajaran yang dangkal. Saya rasa kita semua sudah cukup akrab dengan doktrin ini. Wikipedia menguraikan isi doktrin ini sebagai berikut:

Penebusan Substitusi Pidana adalah sebuah teori tentang penebusan di dalam Teologi Kristen yang menyatakan bahwa Kristus, yang berkorban atas pilihannya sendiri, telah menanggung hukuman menggantikan tempat orang-orang berdosa, hal ini memenuhi tuntutan keadilan sehingga Allah dapat mengampuni dosa dengan adil.

Doktrin ini sangat mementingkan urusan hukuman dosa. Dosa harus dihukum sebelum Allah bisa mengampuni anda. Tanpa hukuman, maka tidak ada pengampunan. Pada dasarnya, hal itulah yang diajarkan oleh doktrin ini. Yang terjadi adalah: Jika Yesus mengambil tempat kita, maka kita akan selalu berada dalam keadaan pasif. Dia sudah melakukan segalanya bagi kita, dan dia bahkan mengambil hukuman yang seharusnya untuk kita. Lalu, apa yang harus kita kerjakan? Nah, tidak ada. Kita hanya perlu menerima semua manfaat dari hal-hal yang sudah Yesus lakukan. Anda hanya perlu percaya kepada Yesus dan bahwa dia menanggung hukuman anda. Dengan kata lain, doktrin Substitusi Pidana ini bermakna pengambil-alihan tempat secara eksklusif. Kejadiannya tidak melibatkan peranan kita.

Berlawanan dengan itu, ajaran Perjanjian Baru menegaskan pengambil-alihan yang bersifat inklusif, artinya kita ikut dilibatkan dalam tindakan penebusan Yesus. Sebagai contoh, Paulus berbicara tentang keterlibatan kita dalam mati dan bangkit bersama dengan Yesus. Dalam hal ini, Yesus berperan mewakili kita. Dia mewakili kita, dan kita mengikuti jejak langkahnya.

Akan tetapi, ajaran dari Doktrin Substitusi Pidana menyatakan bahwa dia menggantikan kita. Semua yang dia lakukan bagi penebusan kita secara total ditanggung oleh dia. Kita sama sekali tidak dilibatkan. Jika anda periksa isi Perjanjian Baru, anda akan sadari bahwa, sebenarnya, tak terjadi pergantian tempat.

Perjanjian Baru dengan tegas menyatakan bahwa Yesus telah menderita dan mati bagi kita, tetapi jika kita mengikuti dia, maka kita juga harus menderita bersama dia. Jika dia menderita di tempat kita, berarti kita tidak harus menderita. Kita sudah melihat dari Roma 6 bahwa kita harus mati bersama dengan dia. Kita juga sudah melihat bahwa hal ini adalah peristiwa rohani. Bukan itu saja, berdasarkan logika Doktrin Substitusi Pidana, jika dia sudah mati bagi kita secara jasmani, berarti kita juga tidak perlu mati secara jasmani. Akan tetapi, hal ini juga tidak benar. Secara jasmani, akan tiba waktunya bagi kita untuk mati.

Masalah besar yang terkait dengan doktrin ini adalah, “Apakah hukuman untuk dosa?” Jika hukuman untuk dosa adalah kematian jasmani, itu berarti seharusnya kita tidak perlu mati secara jasmani. Dan kita tahu bahwa hal ini tidak benar.

Sebagian orang mengutip ucapan Yesus di kayu salib, “Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku?” untuk menunjukkan bahwa hukuman untuk dosa adalah terpisah dari Allah. Jika demikian halnya, berarti kita sudah menanggung hukumannya karena kita semua adalah orang berdosa yang terpisah dari Allah. Oleh karenanya, orang yang berdosa di sepanjang hidupnya, kemudian dia mati, seharusnya dia langsung pergi ke surga karena dia sudah menanggung hukuman di sepanjang hidupnya, yakni terpisah dari Allah. Ada sesuatu yang salah di sini, bukankah demikian?

Akhirnya hanya tinggal satu alternatif yang tersisa, dan itu adalah hukuman kekal. Doktrin Substitusi Pidana harus menunjukkan berdasarkan Kitab Suci bahwa ketika Yesus mati di kayu salib, maka dia dihukum masuk ke neraka! Akan tetapi, anda tidak akan menemukan hal itu di dalam Alkitab. Ada cukup banyak cendekiawan yang sudah membuktikan hal ini. Tidak ada bagian dari Kitab Suci yang mengatakan bahwa Yesus mengalami hukuman di neraka. 1 Petrus 3 justru memberitahu kita bahwa Yesus turun ke dunia orang mati untuk memberitakan Injil kepada mereka yang binasa pada zaman Nuh. Jika kejadian sesungguhnya memang demikian, bagaimana mungkin dikatakan bahwa Yesus menderita di sana? Mungkin jika anda membayangkan bahwa memberitakan Injil ke dunia orang mati sebagai hukuman di neraka! Jadi anda bisa melihat bahwa doktrin tersebut bermasalah.

Sebagai tambahan, menyatakan bahwa kita tidak akan dihakimi karena Yesus sudah menanggung penghakimannya juga tidak benar, karena Paulus berkata bahwa kita semua akan berdiri di hadapan Takhta Penghakiman Kristus (2Kor 5:10). Kita tetap akan dihakimi. Itu sebabnya semakin saya renungkan masalah ini, semakin saya melihat bahwa doktrin ini menyimpang dari keadilan. Doktrin ini memberi kesan seperti sangat mengutamakan keadilan, ternyata justru sudah berlaku tidak adil terhadap Firman Allah.

Kita harus sangat berhati-hati saat mempelajari isi Alkitab. Sekalipun gereja menerima suatu ajaran, kita masih harus memeriksanya berdasarkan Firman Allah untuk memastikan kebenarannya. Saya rasa masalah utama dari doktrin ini adalah bahwa kita harus diselamatkan dari Allah dulu sebelum diselamatkan dari dosa. Karena Allah marah kepada kita semua, maka Dia harus menghukum kita. Doktrin ini memberi kita kesimpulan bahwa Yesus datang bukan untuk menyelamatkan kita dari dosa, dia datang untuk menyelamatkan kita dari Allah! Menurut Alkitab, kita ini diselamatkan dari apa? Apakah kita diselamatkan dari dosa? Apakah kita diselamatkan dari hukuman dosa? Atau kita sebenarnya diselamatkan dari Allah sendiri? Isi Perjanjian Baru menyatakan dengan tegas: Dia menyelamatkan kita dari dosa kita. Kuasa dosa harus dipatahkan. Itulah isi uraian dari Roma 6 sampai 8. Pasal-pasal tersebut menjelaskan mengapa Yesus datang untuk mati bagi kita.

Demikianlah, kita sekarang tahu masalah dari doktrin ini: ia menekankan pada satu aspek dalam Alkitab yang sebenarnya bukan merupakan pokok utama tentang keselamatan. Perjanjian Baru memang berbicara tentang murka dan penghakiman Allah, tetapi ketika berbicara tentang keselamatan, hal pertama yang dilakukan Yahweh melalui Kristus adalah melepaskan kita dari dosa.


PENTINGNYA KESATUAN DENGAN KRISTUS

Selama ini saya hanya sedikit membahas tentang doktrin ini, tetapi hari ini saya akan mengulasnya secara lebih terperinci. Kita sudah melihat dari isi Roma 6 bahwa hal “menjadi satu dengan Kristus” adalah pokok yang mendasar. Beberapa pemimpin dan cendekawan gereja sudah melihat adanya masalah dengan Doktrin Substitusi Pidana; itu sebabnya mereka berbicara tentang “partisipasi”. Penekananya adalah pada aspek inklusif; kita harus beridentifikasi dengan Kristus di dalam kematian dan kebangkitannya. Sebagian pakar memakai kata ‘partisipasi’, tetapi mereka juga menyadari bahwa kata ‘partisipasi’ kurang memadai karena suatu partisipasi bisa bersifat sementara. Sebagai contoh, pada hari ini sebagian masyarakat akan mengadakan demonstrasi untuk kasus George Floyd. Kita mungkin berkata, “Aku akan berpartisipasi dalam demonstrasi nanti.” Dan kita semua tahu bahwa anda mungkin akan terlibat dalam demonstrasi itu hanya dalam beberapa jam saja dan akan segera pulang sesudah demonstrasi itu selesai. Jadi, kata ‘partisipasi’ ini bukanlah kata yang tepat untuk dipakai. Lalu, kata apa yang lebih tepat untuk dipakai? Mari kita lihat Roma 6:5

Sebab jika kita telah menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematian-Nya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitan-Nya.

Ungkapan yang dipakai di sini adalah “menjadi satu dengan dia.” Jika anda baca naskah Yunani ayat ini, terjemahan kata itu adalah ditanam bersama-sama. Ditanam dan tumbuh bersama-sama, hal ini terkait dengan bidang pertanian. Kata ini mengingatkan kita akan apa? Yohanes 15, dalam pasal itu kita ditanam sebagai cabang, atau dicangkokkan ke pokok anggur. Jadi, yang kita bicarakan ini bukanlah partisipasi (sekalipun ada unsur partisipasi di sana); urusannya jauh lebih besar dari sekadar partisipasi. Kita berbicara tentang kesatuan: kesatuan dengan Kristus, beridentifikasi dengan Kristus. Jika dia telah mati bagi saya, maka saya bersedia mati bagi dia. Jika dia mengasihi saya, maka saya ingin mengasihi dia juga.

Keterlibatan akan selalu ada jika memakai kata kesatuan maupun beridentifikasi. Jadi, di dalam semua keberadaan dan tindakannya, kita menyatu dengan dia. Hal ini sangat penting untuk dicamkan. Jika kita baca Roma 6 dan Yohanes 15, anda akan sadari bahwa semua ini berhubungan dengan hal “menjadi satu”. Begitu kita masuk ke dalam hidup yang baru, kita semakin disatukan oleh identifikasi dengan dia. Itu sebabnya Paulus bisa memakai istilah pernikahan antara gereja dan Kristus.

Di dalam setiap pernikahan, kita semua tahu bahwa anda tidak akan langsung, dalam satu malam, tahu segala-galanya tentang pasangan anda. Ada jangka waktu penyesuaian, dan penyesuaian itu berlangsung seumur hidup. Selalu ada hal baru yang anda temukan dalam diri pasangan anda seiring dengan makin eratnya kesatuan hati, jiwa, pikiran, persahabatan dan kasih anda berdua. Jadi, anda bisa melihat betapa pentingnya kesatuan ini. Minggu lalu kita sudah melihat bahwa Yohanes 17 berbicara tentang Bapa, Putra dan Jemaat menjadi satu. Kita bisa sebut hal ini dengan istilah Tri-Unity, persatuan dari tiga pihak dalam rencana keselamatan Allah. Saya tidak ingin memakai istilah Trinity karena hanya akan membingungkan persoalan. Yang kita bicarakan adalah kesatuan dalam arti ikatan hubungan sehingga Allah, Yesus dan Jemaat menjadi satu. Mengapa harus jadi satu? Karena hanya kesatuan inilah yang bisa menyebarkan pengaruh ke masyarakat. Kita prihatin dengan berbagai masalah yang kita hadapi di dunia ini. Itu sebabnya mengapa kesatuan itu harus terwujud.

Berkenaan dengan masalah virus corona, misalnya, mengapa Korea Selatan dan Taiwan sangat berhasil dalam menangani masalah ini? Sementara jika kita lihat AS dan Brasil, kita semua tahu, dari berbagai berita, bahwa jumlah korban di kedua negara ini luar biasa tingginya. Di mana letak perbedaannya? Ini bukan karena pengetahuan dan teknologi kesehatan mereka rendah. Sebenarnya, dibandingkan dengan negara-negara lain, maka AS seharus tidak menjadi negara yang paling parah. Kita tahu dari berita bahwa baik Taiwan mapun Korea Selatan, masyarakatnya bertindak dalam kesatuan. Dengan kata lain, masyarakat dan pemerintah mampu bekerjasama dengan lancar, sesama masyarakat juga giat saling menolong dan memperhatikan untuk memastikan bahwa virus ini tidak menyebar. Jadi, anda bisa lihat bahwa tingkat kerjasama antara pemerintah dan masyarakat, juga di dalam lingkungan masyarakat, begitu tinggi di Korea Selatan dan Taiwan. Akan tetapi, di AS banyak anggota masyarakat yang terus saja memprotes dan menuduh pemerintah bersikap otoriter dan opresif. Mereka merasa bahwa hak dan kebebasan mereka sudah ditindas. Bukan itu saja, mereka juga tidak melihat seberapa berat masalah wabah covid ini. Setiap orang harus terlibat jika kita ingin mengatasi virus mematikan yang sedang menjangkiti masyarakat ini. Harus ada harmoni dan kesatuan.

Demikian pula halnya dengan hal kerohanian, harus ada kesatuan dalam peperangan kita melawan dosa, hal yang jauh lebih berat karena merusak kehidupan dan keselamatan rohani kita. Itu sebabnya mengapa Yesus selalu mendoakan supaya mereka menjadi satu sama seperti kita adalah satu. Hanya dengan cara ini barulah Injil bisa berkembang. Masyarakat akan meninggalkan dosa dan datang kepada Allah.


DUA POLA KESELAMATAN DALAM KRISTUS

Anda akan bisa temukan dua pola pelaksanaan keselamatan ini. Sebagai contoh, saat membaca isi Perjanjian Baru tentang kematian dan kebangkitan Yesus, saya melihat dua pola itu. Dan kedua pola itu bisa muncul di dalam satu ayat. Apa wujud kedua pola itu? Pola yang pertama adalah “XYYZ”. Apa itu X? X bisa saja Allah atau Kristus atau keduanya [sebagai pihak yang berinisiatif]. Kemudian Y adalah anda dan saya [sebagai pihak yang menanggapi inisiatif]. Kemudian dilanjutkan dengan Y lagi, berarti anda dan saya [sebagai pihak yang berinisiatif]. Terakhir adalah Z, yakni masyarakat [sebagai pihak yang menanggapi inisiatif]. Uraiannya sebagai berikut: Allah atau Kristus melakukan sesuatu bagi kita; lalu kita melakukan hal itu bagi orang lain. X –> Y; Y –> Z.

Pola yang kedua adalah “XYYX”. Ini berarti Allah atau Kristus melakukan sesuatu bagi kita, dan kita melakukan hal yang sama bagi Dia. X –> Y; Y –> X. Demikianlah, di satu sisi, Dia melakukan sesuatu bagi saya dan saya melakukan hal yang sama kepada orang lain. Dan di sisi lain, Dia melakukan sesuatu bagi saya, dan saya melakukan hal yang sama kepada-Nya. Anda bisa melihat kedua pola ini di sepanjang Perjanjian Baru, sebagai contoh, mari kita lihat 1 Petrus 2:24

Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhnya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.

Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhnya.” Saya akan berkonsentrasi pada bagian yang pertama ini.

Mari kita lihat Galatia 6:1-2

1 Saudara-saudara, kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka kamu yang rohani, harus memimpin orang itu ke jalan yang benar dalam roh lemah lembut, sambil menjaga dirimu sendiri, supaya kamu juga jangan kena pencobaan. 
2 Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.

Dia memikul dosa-dosa kita, dan kemudian Paulus menyuruh jemaat di Galatia untuk saling menolong dalam menanggung beban mereka. Beban ini berhubungan dengan pelanggaran di dalam ayat 1, dan dengan berbuat demikian, kita memenuhi perintah Kristus. Namun, Paulus berkata, “Lakukanlah dalam roh lemah lembut.” Anda tidak mencela atau bersikap keras terhadap orang itu.

Sekarang mari kita lihat Matius 18:32-35, kita melihat pola yang pertama. Pola #1.

32 Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. 
33 Bukankah engkaupun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau?
34 Maka marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia melunaskan seluruh hutangnya. 
35 Maka Bapaku yang di sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.”

Perhatikan ayat terakhir yang mengatakan bahwa Bapa di sorga tidak akan mengampuni kita kalau kita tidak mengampuni saudara kita. Karena Allah sudah mengampuni saya, maka saya mengampuni orang lain. Dengan kata lain, saya tidak membiarkan adanya ganjalan di dalam hati terhadap saudara dan saudari seiman supaya saya bisa berhubungan dengan Allah dan orang lain di dalam kemerdekaan. Anda bisa lihat bahwa pola ini diulangi dalam kutipan ini, bukankah begitu? Mari kita lihat 2 Korintus 5:18-19

18 Dan semuanya ini dari Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diri-Nya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu kepada kami. 
19 Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami.

Allah mendamaikan hubungan-Nya dengan kita oleh Kristus. Dia telah memberi kita tugas pelayanan pendamaian supaya kita bisa membawa orang lain masuk dalam perdamaian dengan Allah. Pola pertama terus berulang. Anda juga bisa temukan ayat-ayat lain yang berisi perintah yang berbeda, dan perintah itu disampaikan dalam pola yang sama. Sebagai contoh, Yesus berkata, “Aku sudah membasuh kaki kalian, selanjutnya kalian akan saling membasuh kaki sesama kalian.” Anda bisa lihat semua aspek tercakup dalam peristiwa itu.

Bagaimana kita menjalankannya? Jawabannya ada di dalam Tubuh Kristus. Kita akan membangun jemaat bersama-sama. Namun, dapatkah kita membangun jemaat kalau masih ada permusuhan di antara jemaat? Kalau tak ada upaya untuk berdamai? Kalau tak ada kepedulian untuk saling memikul beban bersama-sama? Kalau kita tidak mau menanggung penderitaan sebagaimana yang sudah diuraikan pada minggu yang lalu? Paulus berkata, “Aku melengkapi penderitaan Kristus bagi jemaat.” Yohanes menyampaikannya secara umum di 1 Yohanes 4:10-11

10 Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. 
11 Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.

Jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi. Kata ‘haruslah’ di dalam bahasa Yunaninya adalah kata yang bermakna “hutang”. Jadi, kita memikul hutang untuk saling mengasihi. Kita berhutang kepada Allah! Mari kita lihat 1 Yohanes 3:16-18

16 Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita. 
17 Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? 
18 Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran.

Yesus telah menyerahkan nyawanya bagi kita, dan apa yang disampaikan oleh Yohanes? Kita berhutang; kita berhutang kepada Yesus, dan kita harus siap mengorbankan nyawa kita bagi saudara seiman. Itu sebabnya mengapa, menurut Doktrin Substitusi Pidana, ayat-ayat yang baru saja saya kutip menjadi tidak relevan. Dengan kata lain, doktrin ini akan menyatakan bahwa kita tidak perlu melakukannya karena Yesus sudah melakukan segalanya bagi kita. Ini adalah suatu penyimpangan. Saya harap kita mulai mampu melihat betapa penting masalah ini. Panggilan kita adalah panggilan untuk menjadi satu; untuk beridentifikasi dengan Kristus dan dengan Allah.

Sedangkan pola yang kedua, pelaksanaannya cukup luas. Kita bisa mulai dari Markus 8:35

Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya; tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya.

Karena siapa yang mau menyelamatkan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, tetapi mari kita perhatikan bagian yang kedua – tetapi barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku dan karena Injil, ia akan menyelamatkannya. Yesus sedang berbicara tentang pokok keselamatan di sini. Jika anda tidak terlibat, anda tidak mengikuti di dalam roh dan sikap yang sama, maka anda tidak akan diselamatkan.

Kita semua akan menghadapi kematian. Jika kita pasti menghadapi kematian, apakah kematian kita akan menjadi suatu kematian yang berarti? Itulah persoalannya. Ada banyak orang yang mati, tetapi di dalam pandangan Allah, kematian mereka sia-sia. Yesus berkata, “Kalau kamu mati karena aku dan injil, maka – dalam pemahaman rohani – itu adalah kematian yang berarti.” Kita tentu berharap agar hayat kita akan berakhir seperti itu. Setidaknya, kita berada dalam keyakinan bahwa kita sudah menjalankan hal yang dikehendaki oleh Yahweh dari kita. Mari kita lihat Markus 10:29

Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya,

Yesus sedang menyatakan bahwa jika anda tidak mengikhlaskan semua hubungan yang anda miliki, termasuk hubungan dengan harta benda anda, maka anda tidak akan memperoleh hidup yang kekal (ayat 30). Banyak orang yang tidak suka menerima hal ini, tetapi jika anda menjalankannya, itu bisa menjadi langkah yang membuat orang-orang di lingkungan keluarga anda terbangun dari tidur rohaninya. Dalam kasus saya, dengan menjalani pelayanan full-time, belakangan orang tua saya menyadari bahwa saya pergi untuk mengejar tujuan yang lebih mulia. Kemudian saya menerima email yang mengabarkan bahwa orang tua saya dibaptiskan. Saya meninggalkan mereka, kemudian Tuhan mengubah situasi di rumah, dan akhirnya saya mendapatkan hubungan baru yang lebih baik dengan orang tua saya. Hal yang sama juga terjadi pada diri istri saya, Elizabeth, yang dalam hal ini berkenaan dengan hubungannya dengan ayahnya. Beberapa tahun yang lalu, ayahnya menjalani baptisan juga.

Tindakan ‘pergi’ini mungkin terdengar keras dan tidak berperasaan. Ini memang tindakan yang drastis, tetapi menjadi semacam seruan yang membangunkan orang-orang di lingkungan keluarga supaya mereka bisa berpaling ke arah injil. Jika kita berbicara tentang rumah dan tanah, saya harap hal-hal semacam itu tidak dipandang sebagai urusan yang penting. Ketika saya melayani di India, saya mengajukan pertanyaan, “Mana yang lebih penting, kekayaan atau keluarga anda?” dan salah satu orang menjawab, “Kekayaan.” Saya rasa dia mungkin mengalami masa kecil yang sengsara. Demikianlah, Yesus menegaskan, “Demi aku dan injil.” Dalam pembahasan hari ini, kalau kita ingin memberi judul temanya, mungkin akan seperti ini: Bagimu dan bagi kami. Itu semua menyangkut hal-hal yang sudah dilakukan oleh Kristus bagi kita, juga dari Allah bagi kita. Sambil menutup pembahasan hari ini, mari kita lihat Yohanes 21:15-19

15 Sesudah sarapan Yesus berkata kepada Simon Petrus: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku lebih dari pada mereka ini?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” 
16 Kata Yesus pula kepadanya untuk kedua kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Jawab Petrus kepada-Nya: “Benar Tuhan, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku.” 
17 Kata Yesus kepadanya untuk ketiga kalinya: “Simon, anak Yohanes, apakah engkau mengasihi Aku?” Maka sedih hati Petrus karena Yesus berkata untuk ketiga kalinya: “Apakah engkau mengasihi Aku?” Dan ia berkata kepada-Nya: “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu, Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Kata Yesus kepadanya: “Gembalakanlah domba-domba-Ku. 
18 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki.” 
19 Dan hal ini dikatakan-Nya untuk menyatakan bagaimana Petrus akan mati dan memuliakan Allah. Sesudah mengatakan demikian Ia berkata kepada Petrus: “Ikutlah Aku.”

Di dalam kutipan ini, anda bisa melihat kedua pola itu muncul semua. Perhatikan bahwa tadi kita membahas tentang hal memikul beban bersama-sama, tentang pengampunan, pendamaian dan kasih. Kali ini anda bisa melihat semua unsur itu ada dalam kutipan ini. Bagaimana Yesus memulihkan Petrus? Petrus sudah tahu bahwa dia bersalah kepada Yesus. Dosa yang dia lakukan sangat besar, dia menyangkal Yesus. Dan lebih dari itu, dia sampai bersumpah serapah. Dalam bahasa modern, mungkin dia sudah memakai kata-kata yang kotor. Lalu, bagimana Yesus memulihkan dia? Yesus tahu apa yang Petrus pikirkan dan rasakan. Petrus pasti sangat menyesal. Dan Yesus tahu akan hal itu. Nah, apakah Yesus akan memarahi dia? Kita tidak melihat hal ini dalam kutipan tersebut. Tak ada teguran keras d sana. Karena Petrus sudah menyangkal Yesus sampai tiga kali, maka tiga kali juga Yesus menanyakan apakah Petrus mengasihi Yesus. Dan Petrus menjawab, “Ya, Tuan, kau tahu bahwa aku mengasihimu.” Di sini kita melihat pola XYYX. Dan anda bisa lihat di bagian akhir dari kutipan ini, di ayat 19, Petrus akan mengasihi Yesus sampai mati. Sama seperti Yesus sudah mengasihi kita sampai mati, maka kita juga mengasihi dia sampai mati. Ini adalah pola yang kedua, atau pola XYYX.

Hal apa lagi yang disampaikan oleh Yesus? Karena engkau berkata bahwa engkau mengasihi aku, maka gembalakanlah domba-dombaku, rawatlah domba-dombaku. Saat memulihkan Petrus, Yesus memberi dia arah dan tugas yang baru: mulai saat itu, dia akan menggembalakan domba-domba Yesus. Semua berada di bawah tanggung jawabnya, dan kita semua tahu bahwa domba bukanlah hewan yang perkasa. Kawanan domba adalah hewan lemah. Dengan kata lain, mereka adalah orang-orang yang dipandang lemah oleh dunia. Tanggung jawab anda ialah merawat mereka. Jika ada yang menyerang mereka, anda harus siap mengorbankan nyawa bagi mereka.

Kita bisa merangkum kedua pola itu sebagai berikut: Yesus mengasihi dan melayani kita sampai ke titik menyerahkan nyawanya bagi kita; kita mengasihi dia dan satu sama lain dengan cara yang sama.

Saya harap anda mulai mengerti. Saat kita berbicara tentang Yesus yang mati bagi kita, menyerahkan nyawanya bagi kita, ini bukan berarti bahwa kita tidak perlu melakukan hal yang sama. Yohanes menegaskan hal ini dalam 1 Yohanes 3:16: Demikianlah kita ketahui kasih Kristus, yaitu bahwa Ia telah menyerahkan nyawa-Nya untuk kita; jadi kitapun wajib menyerahkan nyawa kita untuk saudara-saudara kita. Dan 1 Yohanes 4:10-11

10 Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. 
11 Saudara-saudaraku yang kekasih, jikalau Allah sedemikian mengasihi kita, maka haruslah kita juga saling mengasihi.

Perhatikan bahwa dalam kutipan ini tidak disebutkan tentang Allah yang merasa perlu untuk menghukum siapapun agar reda kemarahan-Nya; bukan kita dan bukan Kristus juga. Yohanes menekankan kasih Allah kepada kita dinyatakan melalui Kristus.

Berikan Komentar Anda: