Pastor Eric Chang | Kekuatan dalam Kelemahan (4) |

Kita akan membaca nas yang penting dari kitab suci di 2 Korintus 12:7b-10,

… maka aku diberi suatu duri di dalam dagingku, yaitu seorang utusan Iblis untuk menghantam aku, supaya aku jangan meninggikan diri. Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur da­ri hadapanku.  Tetapi jawab Tuhan kepadaku, “Cukuplah anugerahku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaku menjadi sempurna.” Sebab itu, aku terlebih suka bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu, aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesengsaraan karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.

Pasal ini merupakan pasal yang amat penting. Pernahkah Anda merasa megah dan bangga karena merasa lemah? Ka­pan pernah terlintas di pikiran kita bahwa masalah, kesulitan, kesukaran dan penganiayaan merupakan hal-hal yang membuat kita bersukacita?


Kekristenan yang Bagaimana?

Pengajar-pengajar sekarang mengajarkan bahwa Tuhan sedang memberkati kita apabila tidak ada masalah dan semuanya berjalan dengan lancar. Namun, Paulus berbicara tentang kesukaran, penderitaan dan semua jenis penghinaan yang menimpa dirinya sebagai sumber sukacita dan kemegahan; yaitu kekristenan yang tak terkalahkan sekalipun masalah datang silih berganti dan semuanya tidak mulus dan lancar. Kekristenan semacam ini cukup langka pada zaman ini.

Khotbah-khotbah yang kita dengar sekarang memberi­tahu kita bahwa penderitaan dan kesukaran tidak berasal dari Allah. Jika Anda miskin, itu bukan kehendak Allah. Jika Anda menderita sakit penyakit, itu juga bukan kehendak Allah. Semua penyakit harus disembuhkan. Setiap kemiskin­an harus disingkirkan. Apabila Anda miskin, itu karena Anda tidak memiliki iman. Jika Anda memiliki iman, Anda dapat meminta mobil Cadillac, atau Mercedes dan Anda akan mendapatkannya. Kalau Anda tidak mendapatkannya, berarti Anda tidak memiliki iman. Kekristenan semacam inilah yang sedang dikabarkan di seluruh dunia.

Dengan kekristenan semacam ini, Anda bertanya-tanya apakah Anda sedang membaca Alkitab yang sama dengan yang dibaca oleh Paulus. Andai saja dia mendengarkan semua ini, ia pasti bingung dan tertanya-tanya apakah tulisannya sudah ketinggalan zaman!

Saya ingin membahas tentang inti dan sifat kehidupan Kristen. Ini merupakan subjek yang sangat penting. Seperti apa kehidupan Kristen yang berkemenangan? Apakah raha­sia kekuatan rohani? Apakah Anda memiliki kekuatan rohani dalam hidup Anda? Apa itu kerohanian yang sejati? Tahukah Anda apa definisi kerohanian? Semua ini merupakan pertanyaan-pertanyaan yang sangat penting. Tanpa kuasa rohani, kita tidak dapat menjalankan kehidupan Kristen.

Perhatikan setiap kata dalam kalimat “jika aku lemah, maka aku kuat” dengan cermat. Ada dua bagian dalam kalimat ini. Bagian terakhir berbunyi, “aku kuat”. Apakah Anda kuat? Sepanjang minggu ini, apakah Anda memiliki kekuatan untuk mengatasi semua masalah yang Anda hadapi? Kita lebih cenderung menekankan bagian kedua dari ayat ini, bukan? “Aku kuat” – inilah bagian yang menarik perhatian kita.

Begitu juga dengan ucapan Rasul Paulus di Filipi 4:13, “Aku sanggup melakukan segala sesuatu…” (KSKK). Ah, kehidupan Kristen yang indah. “Aku sanggup melakukan segala perkara”. Paulus sanggup bertahan dalam setiap kesukaran. Tidak peduli apa yang dihadapinya, ia tetap kuat; tipe orang Kristen yang tak terguncangkan. Bagaimana dengan Anda dan saya? Berhadapan dengan persoalan sepele kita sudah jatuh tersungkur. Namun, sayangnya hidup ini penuh dengan masalah. Oleh karena itu, kita sering jatuh. Kapan kita bangkit? Mungkin ketika ke gereja. Jadi selama enam hari kita jatuh dan pada hari ketujuh, kita mengumpulkan sedikit kekuatan untuk bangkit. Jika demikian, kita akan selalu mengalami defisit dan berakhir dengan kebangkrutan rohani.


Hal-hal yang Dibanggakan Rasul Paulus

Kesanggupan Paulus untuk bertahan sangat mengagumkan. Bacalah daftar panjang di 2 Korintus 11:22-30. Adakah Anda melihat hal-hal yang layak dimegahkan? Silakan mencermati daftar tersebut. Dapatkah Anda menanggung hal-hal itu? Ia mengalami karam kapal tiga kali, dan terkatung-katung di tengah laut Mediterania yang dingin. Maukah Anda mencobanya?

Jika Anda seorang misionari dan bekerja sebagai pem­berita Injil, Anda tentu berharap supaya Tuhan membuka jalan Anda. Namun, apa yang Ia lakukan? Ia mengizinkan kapal Anda tenggelam! Anda bisa saja protes: “Tuhan, maaf tetapi itu bukan caranya memperlakukan hamba-Mu. Walaupun aku bisa berenang, tetapi membiarkan kapal yang aku tumpangi karam dan membiarkan aku terkatung-katung di laut yang dingin, bukanlah cara yang layak untuk memperlakukan hamba-Mu! Tuhan, kalau hanya terjadi satu kali, aku masih dapat memaafkan Engkau. Tetapi tiga kali!? Ini tidak dapat diterima. Satu kali cukup sengsara, tetapi tiga kali?! Aku tidak sanggup lagi. Bukan saja Alkitabku basah dan rusak, tetapi semua catatan khotbahku hilang dan bagai­mana aku dapat mengingat apa yang harus aku khotbahkan?”

Cukup kuatkah iman Anda untuk dapat mengatasi tan­tangan ini? Saya yakin iman Anda tidak sanggup bertahan, jika kekristenan Anda adalah tipe yang percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah mengizinkan perkara buruk terjadi pada Anda. “Inilah aku hamba-Mu, siap untuk diutus dan memberitakan Firman-Mu. Tentu saja Tuhan akan membuka jalan bagiku!” Dan apa yang terjadi? Lif mogok dan Anda harus berlari ke lantai bawah. Anda ketinggalan bus dan Anda terlambat. Sudah pasti ini bukan caranya memperlakukan seorang hamba Tuhan! Lalu Anda menge­luh, “Tuhan, mengapa Engkau memperlakukan aku seperti ini?”

Anda perlu mengerti apa itu esensi Kekristenan. Anda mungkin bertumbuh di dalam Kekristenan yang mengajar­kan bahwa selama Anda berjalan dalam kehendak-Nya, maka semuanya akan berjalan lancar. Mungkin jalan yang harus ditempuh tidak dihiasi bunga-bunga mawar yang indah, tetapi setidaknya tidak akan dipenuhi dengan begitu banyak duri.

Apa tujuannya Paulus menuliskan hal-hal itu di 2 Korintus 11? Apakah karena ia sedang menggerutu dan melawan Tuhan? Tidak. Paulus menuliskan hal-hal itu sebagai bukti kepada jemaat Korintus bahwa ia adalah seorang hamba Tuhan yang sejati (ay.23). Inilah yang menjadi penghubung antara bagian pertama dan bagian kedua dari 2 Korintus 11. Paulus mengatakan: “Apakah mereka hamba-hamba Tuhan? Aku lebih lagi. Apa buktinya? Kapalku karam.” Apa?! Bukankah ini hal yang menakjubkan? Kapal mereka tidak karam, karena itu mereka bukan hamba Tuhan yang sejati. Bukankah ini logikanya? Apakah ini sebuah guyonan? Bacalah dan lihatlah sendiri.


Bukti-bukti Kerasulan

Paulus menyebut kesukaran, pukulan dan lemparan batu sebagai bukti-bukti yang meneguhkan kerasulannya. Ini sangat mencengangkan. Ketika membela diri, ia tidak menunjuk pada penglihatan yang dialaminya dalam perjalanan ke kota Damsyik. Di dalam suratnya kepada jemaat Korintus, ia mengeklaim sebagai rasul yang sejati. Dia berpendapat bahwa mereka seharusnya tahu bahwa ia merupakan seorang rasul yang sejati karena demi Injil ia telah dilempari batu, dipukul, mengalami kapal karam dan segala macam penganiayaan.

Ketika Paulus keluar untuk berkhotbah, ia tidak berharap supaya Tuhan melunakkan hati orang supaya mereka tidak melempar batu atau memukulnya. Kadang-kadang, saya diherankan saat mendengar orang berkata, atau membaca di majalah, bahwa bukti kebaikan Allah adalah bagaimana hati para pendengar sudah dipersiapkan saat para penginjil tiba. Sambutan yang diberikan sangat bagus. Meskipun awalnya ada sedikit permusuhan, tetapi hati mereka begitu diubahkan saat mereka tiba di tempat penginjilan. Penerimaan dari para pendengar tentu saja ada kalanya merupakan bukti pekerjaan Tuhan dalam hati orang. Namun, mengertikah kita bahwa reaksi keras terhadap pesan khotbah yang disampaikan sering kali merupakan bukti pasti bahwa Roh Kudus sedang menginsafkan para pendengar akan dosa?

Rasul Paulus yang malang ini dilempari batu. Ia juga pernah dirajam batu secara sadis sehingga seluruh tubuhnya berlumuran darah. Setelah dipukul sampai pingsan ia dibiarkan tergeletak di atas timbunan tanah sehingga orang yang melihatnya mengira bahwa ia telah mati. Saya kira di wajah Paulus terdapat banyak sekali bekas-bekas luka. Paulus menyebut bekas-bekas luka ini sebagai tanda-tanda “kematian Yesus di dalam tubuh” (2Kor 4:10). Tidak, Paulus tidak selalu diterima dengan sambutan yang hangat.

Berapa kali dia dipukul? Paulus pernah dicambuk sampai 39 kali di punggungnya. Setiap cambukan itu bukan saja menyakitinya, tetapi juga mencabik dagingnya. Setiap cam­bukan akan menyayat dagingnya di empat atau lima tempat pada waktu yang bersamaan. Sebagai ungkapan belas kasihan, menurut ketentuan hukum Yahudi, satu pukulan dikurangi dari 40 pukulan yang ditetapkan. Dapatkah Anda tahan menerima pukulan seperti itu, bukan hanya satu atau dua cambuk, tetapi 39 cambuk? Bagaimana keadaan punggung rasul Paulus? Apakah ini sambutan yang hangat?

Menurut pemikiran kita, Roh Kudus yang bekerja di dalam Paulus akan menginsafkan para pendengarnya. Setelah mendengar kata-kata yang keluar dari mulutnya, mereka akan jatuh tersungkur dan bertobat. Namun, sebaliknya yang terjadi. Ketika Stefanus di Kisah 7 berkhotbah dengan penuh kuasa, ia malah dirajam sampai mati. Mengapa Tuhan tidak melindungi hamba-Nya, tetapi membiarkannya dibunuh dengan kejam oleh massal yang mengamuk?

Beranikah Anda pergi memberitakan Injil? Jangan harap Tuhan akan meratakan jalan Anda. Pada umumnya, Ia tidak akan melakukan hal itu. Mungkin sekali-kali, tetapi jarang sekali Ia akan meluruskan jalan Anda.

Jika Anda tidak memahami sifat kehidupan Kristen, Anda tidak akan dapat bertahan. Paulus bukan saja tidak mengeluh menerima perlakuan seperti ini, ia bahkan bermegah karena hal-hal itu dan bersukacita di dalam penderitaannya.


Lebih daripada Pemenang?

Bukankah Paulus sebenarnya seorang Superman karena sanggup bertahan menanggung semua itu? Barang kali Anda akan berkata, “Aku mengerti maksud Anda. Untuk menjadi seorang Kristen, kita perlu kekuatan untuk bertahan. Akan tetapi, Paulus seorang Superman dan aku bukan. Aku tidak dapat bertahan. Biarkan saja si Superman maju dan menang­gung semua itu.” Nah, inginkah Anda menjadi Superman?

Benarkah Paulus seorang Superman? Kita baca di Roma 8:37 bahwa Tuhan menjadikan kita lebih dari pemenang. Gambaran lebih dari pemenang sepertinya hanya sebuah “mimpi”. Banyak di antara kita cukup puas untuk menjadi pemenang saja. Tidak pernah terbayang untuk menjadi “lebih daripada” pemenang! Kita tidak mengalami apa yang “lebih” itu. Untuk menang saja, kita tidak sanggup.

Dalam dunia tinju, kadang-kadang kita menyaksikan pertandingan di mana kedua petinju saling meninju sampai babak belur. Para juri mengalami kesulitan untuk memu­tuskan yang mana satu yang layak menang lewat peraihan angka. Namun, ada juga pertandingan di mana pemenangnya jelas karena berhasil memberikan pukulan K.O. Kemenangan lewat K.O., inilah contoh dari “lebih daripada pemenang”.

Jadi, ketika Paulus berkata “lebih daripada orang-orang menang”, ia tidak bermaksud bahwa Anda menang karena meraih angka yang lebih tinggi, tetapi menang lewat pukulan K.O. Paulus kelihatannya sedang berbicara tentang kekristenan Superman, bukan? Akan tetapi, ini bukanlah pengalaman kebanyakan orang Kristen.

Apa yang akan terjadi kalau Anda tidak mengalami kekuatan yang berlebihan itu? Anda menjadi putus asa dan frustrasi. Hal ini sangatlah berbahaya, karena akan menimbulkan rasa bersalah. Anda mulai bertanya-tanya misalnya, “Apakah aku sudah lahir baru? Aku membaca di Alkitab bahwa aku harusnya lebih daripada pemenang, tetapi ternyata aku tidak. Mengapa?” Inikah pengalaman Anda?

Lalu Anda memandang ke saudara-saudara yang lain, te­tapi sepertinya bukan Anda saja yang mengalami keka­lahan. Mereka juga tidak lebih baik daripada Anda. Mereka juga kelihatannya tidak seperti pemenang. Kenyataannya, mereka juga bukan Superman. Bagaimana dengan pendeta-pendeta dan pemimpin-pemimpin gereja? Mereka juga kelihatannya memiliki banyak kelemahan. Mungkin sedikit lebih baik daripada Anda, tetapi yang pasti mereka juga bukan Superman.

Anda mulai merasa kecewa dan bersikap sinis. Saat keadaan bertambah buruk, Anda mulai merasa putus asa. Anda mulai menyimpulkan bahwa kehidupan Kristen itu mustahil. Ternyata pahlawan-pahlawan yang Anda hormati, para pemimpin gereja juga tidak begitu sempurna. Perasaan putus asa mulai mencengkeram Anda. Akibatnya kehidupan Kristen Anda menjadi semakin merosot dan lemah. Anda tidak dapat mengalami kemenangan. Tidak seorang pun yang berkemenangan, bahkan para pemimpin juga kalah terus. Kita sedang berperang di dalam peperangan yang kalah.

Apa jalan keluarnya? Banyak orang Kristen yang menjadi semakin negatif. Sepertinya semua sia-sia, tidak berpeng­harapan. Namun, ketika Anda membaca surat Rasul Paulus, apakah ia berpikir seperti itu? Tidak, Paulus tidak berpikir seperti ini karena pola pikirnya berbeda dari Anda dan saya. Paulus memang tidak dapat dikalahkan, tetapi ia juga bukan Superman.


Gagasan Superman

Mengapa bukan? Pertama-tama kita harus meninjau gagasan “Superman” ini. Dari mana datangnya kesalahan gagasan “Superman” ini?

Gagasan ini datang dari Friedrich Nietzsche, seorang ahli filsafat Jerman. Nietzsche adalah seorang ahli filsafat yang anti-kristen. Meskipun ayahnya seorang pendeta, ia melawan segala sesuatu yang berbau kekristenan. Bukanlah hal yang baru bagi seorang yang dibesarkan dalam keluarga Kristen kemudiannya berbalik melawan kekristenan. Hal ini terjadi mungkin karena pengaruh jenis kekristenan yang mereka lihat di rumah. Nietzsche merupakan seorang yang sangat pandai, tetapi ia memiliki obsesi untuk melawan Tuhan. Dari sekian banyak buku yang ditulisnya, salah satunya berjudul “Anti-Kristus”. Di dalam buku itu, ia menyatakan diri sebagai Anti-Kristus. Ia berbalik melawan Allah karena Allah disampaikan kepadanya dengan cara yang keliru. Akan tetapi, dengan berpaling dari Allah, ia tidak lagi memiliki tujuan hidup. Ia kehilangan arti hidup. Menolak Injil berarti menolak semua dasar pengharapan. Tidak ada apa pun yang kekal, segala sesuatu adalah fana. Nietzsche menjadi gila pada usia 45 tahun dan meninggal 11 tahun kemudian pada tahun 1900.

Nietzsche merupakan orang yang mengembangkan gagasan tentang Superman. Ia berpendapat bahwa manusia dapat berkem­bang menjadi Superman. Mungkin bukan semua, tetapi paling tidak beberapa orang dapat mencapainya. Baginya, pengharapan berarti perkembangan manusia ke tahap pencapaian yang terunggul dan tertinggi. Manusia dapat menyelamatkan dirinya dengan mengembangkan dirinya sendiri. Beberapa dari kita dapat berkembang menjadi bangsa yang super. Gagasan tentang bangsa super inilah yang dianuti oleh kaum Nazi di Jerman.

Menjelang akhir perang dunia kedua, berakhir jugalah impian Nazi untuk menjadi bangsa yang super. Namun demikian, gagasan ini dilanjutkan oleh beberapa kartunis. Manusia masih saja ingin mempercayai dirinya sendiri. Akan tetapi, siapakah yang dapat kita percayai?

Baru-baru ini saya mendengar mengenai seorang pria di China yang menyembah Mao Tse Tung. Ia mengumpulkan segala macam potret, buku, lencana dan patung Mao Tse Tung. Targetnya adalah mengumpulkan 25,000 barang seperti itu. Di dalam kamarnya tergantung potret Mao Tse Tung yang sangat besar. Setiap hari ia membakar kemenyan dan menyembah potret Mao. Mengapa ia melakukan hal ini? Karena bagi dia, Mao Tse Tung adalah superman.

Tidak ada manusia yang mirip Superman, jadi para kartunis membayangkan seorang pria yang cakap, berambut lebat dan berotot kuat. Superman versi kartun ini berpakaian biru yang ketat dan mengenakan mantel dan dapat terbang. Inilah hal-hal yang kita mimpikan. Pernahkah Anda terbang dalam mimpi? Pasti pernah. Jikalau Anda tidak dapat menjadi Superman dalam kehidupan nyata, setidaknya Anda dapat menjadi satu dalam mimpi!

Akan tetapi, gagasan “Superman” tidak boleh digunakan untuk menggambarkan kehidupan Kristen. Mengapa tidak? Karena gagasan superman mengagungkan manusia. Gagasan ini berujung pada pemujaan manusia, dan sama sekali melupakan Allah. Dalam film kartun, Superman dapat meng­hentikan dan memutarbalikkan roket. Apa pesan yang mau disampaikan? Pesannya adalah manusia dapat menyelesaikan masalah-masalahnya sendiri dan tidak membutuhkan Allah. Manusia hanya perlu berkembang ke tingkat yang lebih tinggi dan ia dapat melakukan segala sesuatu. Ini bukanlah pemikiran yang baru. Kita dapat melihatnya di kitab Keja­dian. Di sana kita membaca mengenai makhluk-makhluk yang sangat perkasa yang disebut anak-anak Allah. Kita juga membaca tentang keberhasilan manusia dalam membangun menara Babel. Manusia ingin membangun jalan sendiri ke surga. Manusia ingin duduk di takhta Allah.

Keberhasilan manusia memang tak terhitung banyaknya. Manusia dapat meluncurkan roket dan menerobos surga. Saya membaca sebuah laporan tentang teleskop canggih di Hawaii yang memampukan manusia untuk melihat lebih jauh ke angkasaraya. Sebenarnya semakin banyak kita tahu tentang alam semesta ini, semakin kita sadar betapa rendah dan kecilnya manusia itu. Keberhasilan kita yang paling besar sekalipun dalam bidang roket tidaklah seberapa dibanding­kan dengan luasnya alam semesta ini.

Jadi pemujaan terhadap pencapaian manusia menjadi inti kepada gagasan Superman. Karena itu, penerapan gagasan Superman ke dalam kehidupan Kristen merupakan sebuah penyimpangan besar. Sayangnya, pemikiran semacam ini masih kuat dalam gereja. Gereja memupuk mental pengembangan diri dengan maksud untuk mencapai status Superman rohani.

Kita telah diindoktrinasi oleh sistem pendidikan masa kini yang didasari oleh gagasan pengembangan diri (self-development). Mengapa kita belajar dengan bersungguh-sungguh? Pengembangan diri. Kita belajar supaya kita dapat maju dari satu jenjang pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dari satu tingkatan ke tingkatan yang lain. Kita belajar untuk mengembangkan memori dan konsentrasi kita. Kita minum suplemen untuk mengembangkan “kemampuan otak”. Kita mengembangkan diri dengan segala macam cara.


Motif kita Belajar Firman

Tidakkah kita melakukan hal yang sama di gereja? Mengapa Anda mempelajari Alkitab? Jawab Anda, “Saya ingin menge­tahui kehendak Allah.” Mengetahui kehendak Allah biasanya hanya bagian kecil dari alasan yang sesungguhnya. Alasan yang sesungguhnya adalah untuk mengembangkan pengertian Anda tentang Firman Allah, betul? Bukankah hebat apabila seseorang mengajukan pertanyaan, lalu Anda membuka Kitab Suci dan langsung menjawab dengan tepat. Jawaban Anda membuat mereka mengagumi Anda. Mereka memandang Anda, ternganga mengagumi pemahaman Anda yang begitu dalam. Tentu saja, Anda tidak akan mengaku bahwa Anda mempelajari Firman Tuhan untuk mengesankan orang. Anda akan berkata bahwa Anda ingin mengetahui kehendak Allah. Akan tetapi, jika Anda sudah mengetahui kehendak Allah dengan begitu baik, mengapa Anda masih tidak dapat hidup berkemenangan?

Bagaimana dengan doa? Tentu saja itu kegiatan yang sangat rohani. Namun, berdoa bisa saja tidak begitu rohani. Kita dapat berdoa dengan cara seperti “meditasi transendental”. Kita memusatkan pikiran kita untuk mengembangkan akal budi kita. Berdoa dengan cara ini dapat menolong kita untuk memfokuskan kemampuan mental kita. Memang sehat bagi pikiran dan jiwa kita untuk meluangkan waktu 10 menit untuk memusatkan seluruh perhatian dengan tenang. Kita begitu merangkul gagasan pengembangan diri. Jika Anda memiliki alasan-alasan yang tersembunyi dalam mempelajari Alkitab dan berdoa, Anda telah menyimpang dari maksud Tuhan dan tidak akan mengalami kemajuan rohani.

Anda mungkin bertanya, bagaimana dengan kursus, seminar, pelatihan dan pembelajaran Firman Tuhan pada umumnya? Tentu saja, semua ini dapat membantu pertumbuhan rohani kita. Namun, apa yang akan terjadi jika Anda sudah mendapatkan pelajaran dasar, tetapi masih bergumul untuk hidup berkemenangan? Apakah Anda terus mengumpul pengetahuan? Jika demikian, bukankah semua pembelajaran itu hanya menjadikan Anda Superman rohani?

Apakah pelatihan dan kursus Alkitab dapat membantu Anda hidup berkemenangan? Atau apakah setelah mengikuti pelatihan, seminar dan kursus, Anda justru menemukan sifat-sifat Superman di dalam hidup Anda? Jikalau kita belajar Firman dengan maksud untuk mengalami kemajuan rohani, yaitu untuk menjadi Superman, Anda telah salah besar. Bahkan lebih buruk lagi, pengetahuan yang Anda perolehi itu akan sangat membahayakan Anda. Pembelajaran Firman Tuhan dengan motif yang salah akan mendatangkan bahaya besar.


Inti Kerohanian

Kita harus kembali pada inti dari pernyataan Paulus di 2 Korintus 12:10. Tanpa memahami hal itu, kita tidak akan pernah dapat hidup berkemenangan. Pikirkan dengan saksama kalimat, “jika aku lemah, maka aku kuat”. Paulus tidak pernah mengeklaim dirinya sebagai Superman. Dalam kenyataannya, ia tidak pernah menjadi Superman. Lebih menakjubkan lagi, ia melanjutkan dengan berkata di 2 Korintus 13:4,

… ia telah disalibkan oleh karena kelemahan.

Ini menunjukkan bahwa Kristus juga bukan Superman. Ayat ini dapat disusun menjadi “Yesus telah disalibkan sebagai orang lemah”. Di Perjanjian Baru, Yesus tidak pernah tampil sebagai Superman. Di Injil Yohanes, Yesus tidak pernah melakukan apa pun dengan kekuatannya sendiri. Jikalau Anda tidak berfungsi dengan kekuatan sendiri, itu berarti Anda sendiri bukan apa-apa dan hanya Allah yang menjadi segalanya dalam hidup Anda.

Tanpa memahami hal ini, Anda tidak akan memahami kehidupan Kristen. Jangan pernah membayangkan bahwa suatu hari kelak Anda dapat berfungsi dengan kekuatan Superman. Karena apabila Anda mencapai tingkat itu, Anda tidak membutuhkan Allah lagi. Akan tetapi, selama Anda masih bergantung sepenuhnya kepada Allah, itu berarti Anda selalu lemah.

Dapatkah Anda melihat bahaya dari gagasan Superman ini? Jangan bayangkan bahwa Anda dapat mencapai ting­katan di mana Anda memiliki kekuatan yang begitu besar sehingga Anda dapat berfungsi sendiri secara rohani. Jangan pernah berpikir bahwa kehidupan kekristenan Anda itu umpama baterai yang dapat diisi dengan pelatihan, seminar, kursus, pelajaran Alkitab dan doa. Anda diisi sampai penuh. Setelah berdoa dan mempelajari Alkitab, Anda keluar dan berlari selama baterai itu masih kuat. Kemudian Anda kembali kepada Allah untuk dicas ulang. Ini konsep yang sama sekali keliru. Kita harus hidup dalam kelemahan setiap saat, dan senantiasa menarik kekuatan dari-Nya. Ini berarti kita senantiasa lemah.


Kelemahan, Kesempatan Allah

Apa yang Paulus maksudkan ialah: “Ketika aku lemah, ketika itu jugalah aku menjadi kuat”. Itu berarti untuk menjadi kuat, Anda harus menjadi lemah. Hal ini sangat penting untuk dimengerti. Kedua bagian dari kalimat ini tidak dapat dipisahkan. Saat Anda merasa lemah, itulah saatnya untuk bersyukur pada Tuhan. Inilah yang dimegahkan oleh Paulus.

Paulus berbicara tentang duri di dalam daging. Coba menusukkan duri ke dalam tubuh Anda. Apa rasanya? Duri di dalam daging menggambarkan rasa sakit yang dahsyat. Banyak sarjana berusaha untuk memahami artinya. Tidak seorang pun yang dapat menyatakan dengan pasti. Jika Anda selalu mengeluh kepada Tuhan mengapa Anda mengalami rasa sakit, Anda belum memahami rahasia kehidupan Kristen. Justru dalam kelemahan itulah kuasa Allah akan dinyatakan di dalam diri Anda. Di ayat inilah, Paulus membanggakan hal yang satu ini: kesakitannya. Kekristenan Paulus sama sekali berbeda.

Pada saat Anda mengalami kekurangan, itu merupakan kesempatan bagi Allah untuk memperlihatkan kuasa-Nya. Hal ini dapat kita lihat di dalam kisah nyata ini. Joni adalah seorang atlet wanita yang sangat menarik dan muda. Karena suatu musibah, tulang lehernya patah, mengakibatkan lumpuh dari leher ke bawah. Ia seorang wanita yang masih muda dan seluruh hidupnya harus dihabiskan di atas kursi roda. Mengapa Allah mengizinkan hal seperti ini terjadi? Namun, melalui kehidupan yang diceritakan di dalam biografinya, tak terhitung banyaknya orang yang telah diber­kati. Mengapa? Karena kuasa Tuhan dinyatakan di dalam kelemahannya.

Namun, saat Anda merasa kurang sehat, Anda merasa kurang senang. Saya sering kali merasakan sakit punggung yang melemahkan. Perhatikan kata “melemahkan”. Setiap penyakit dan rasa sakit melemahkan kita. Untuk menjadikan Paulus lebih kuat, Allah harus pertama-tama melemahkan­nya dulu dengan menusukkan duri ke dalam dagingnya. Mengertikah Anda prinsip ini? Barang kali kita belum mencapai tahap di mana Allah dapat menusukkan duri ke dalam daging kita. Kita mengalami kesulitan mengatasi masalah-masalah kecil yang kita hadapi setiap hari. Namun, kualitas kekristenan kita dapat dilihat dari cara kita mengha­dapi masalah.

Ingatkah Anda tentang The Queen of the Dark Chambers (Ratu Kamar Gelap)? Mata wanita ini sangat peka terhadap sinar cahaya sehingga ia harus berada di dalam kamar gelap setiap waktu. Tragis! Ia hidup di dalam kegelapan siang dan malam. Namun, sekali lagi melalui kelemahannya kuasa Allah dinyatakan dan jutaan orang diberkati melalui kehidupan dan tulisannya.

Kelemahan Anda merupakan kesempatan bagi Allah untuk menunjukkan betapa dahsyat kuasa-Nya. Inilah kemu­liaan kekristenan. Bukan karena Anda tidak ada masalah, tetapi justru di dalam setiap masalah, ada kekuatan untuk mengatasinya. Di mana lagi kuasa Allah akan dinyatakan di dalam kehidupan kita jika bukan di dalam kelemahan? Apakah kemuliaan Allah dinyatakan melalui saya karena saya mengendarai mobil Mercedes? Saya tidak perlu menjadi orang Kristen untuk mengendarai mobil Mercedes. Akan tetapi, saya perlu menjadi orang Kristen untuk memuliakan Tuhan, untuk mengizinkan kuasa-Nya dinyatakan melalui saya lewat duri di dalam daging. Saya tidak membutuhkan kuasa Allah untuk hidup di dalam rumah mewah dan besar. Akan tetapi, saya membutuhkan kuasa Allah ketika demi Injil, saya tidak ada tempat tinggal.


Kebahagiaan dalam Kelemahan

Pada awal pengalaman kekristenan saya, saya melihat kuasa Allah dinyatakan melalui saudara Yang, seorang martir di China. Ia menyatakan rahasia Paulus di dalam hidupnya. Ia menjadi miskin karena memberitakan Injil. Hal ini merupakan suatu kebanggaan dan kemegahannya. Saya diberikan penghargaan oleh Tuhan untuk tinggal bersamanya selama beberapa bulan. Tahukah Anda, apa yang saya pelajari darinya? Bukan caranya membaca Alkitab, atau bagaimana ia berdoa selama berjam-jam. Saya belajar cara bagaimana dia mengatasi masalah dan kesulitan yang dihadapinya. Dari situ saya belajar apa itu kemuliaan Allah. Kami berdua tidak mempunyai uang. Kadang-kadang, kami hanya mempunyai satu ikan kecil untuk dimakan berdua. Tidak ada uang bahkan untuk membeli sayur, hanya cukup uang untuk membeli beras. Saya masih ingat ucapan syukur dan pujiannya kepada Tuhan untuk ikan yang kecil itu. Ia selalu dikejar-kejar polisi di Shanghai. Sukacitanya di dalam Tuhan saat menghadapi masalah membuat saya melihat kemuliaan Allah. Mengertikah Anda rahasia ini?

Paulus berkata di Galatia 2:19, “aku telah disalibkan dengan Kristus.” Disalibkan berarti dianggap sebagai penjahat. Itu juga berarti penderitaan dan kematian. Penyaliban merupa­kan lambang dari kelemahan total. Inilah yang dipandang Paulus sebagai pusat kehidupannya. Justru di situlah ia menikmati persekutuan dengan Kristus. Apakah Anda mempunyai pengalaman semacam ini dengan Kristus?

Di Ucapan Bahagia (Mat.5:3-12), kita melihat bahwa setiap ucapan bahagia itu ada hubungannya dengan kelemahan. “Berbahagialah  orang yang miskin”, orang miskin itu lemah. “Berbahagialah orang yang lemah lembut”, orang yang lemah lembut adalah orang lemah. “Berbahagialah orang yang dianiaya”, mereka dianiaya karena mereka tidak dapat melawan. Yesus ingin menegaskan kepada kita bahwa Allah adalah Allah bagi orang lemah. Kuasa-Nya dinyatakan hanya melalui kelemahan.

Daud disebut sebagai orang yang berkenan di hati Allah (Kis 13:22). Apakah karena Daud itu Superman? Justru seba­liknya. Ia seorang yang sangat tahu bahwa Allah mengasihi dan hidup di antara orang yang miskin, yang rendah hati, dan yang lemah. Daud menulis, “Yahweh itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya” (Mzm.34:18). Sebenarnya ucapan bahagia ini, “Berbahagialah orang yang lemah lembut”, berasal dari perkataan Daud di Mazmur 37:11, “Orang-orang yang rendah hati akan mewarisi negeri”.

Saya telah banyak mengalami keajaiban Tuhan di dalam hidup saya. Anda dapat membacanya di dalam buku kesaksian saya. Saya telah banyak kali mengalami pernyataan kuasa Allah. Yang mengkhawatirkan saya adalah saya jarang mendengar orang lain membagikan pengalaman yang serupa. Saya bertanya-tanya mengapa Anda tidak mengalami keajaiban pekerjaan Allah. Apakah karena saya Superman dan Anda bukan? Tidak, saya bukan Superman. Saya bukan apa-apa. Justru karena itu, Allah dapat bekerja dalam hidup saya. Karena di dalam kelemahan dan kekurangan saya, Allah menyatakan diri-Nya kepada saya.

Masalahnya ialah Anda jauh lebih “super” daripada saya. Anda tidak mengalami kekurangan yang saya alami dan itulah sebabnya Anda tidak mengalami Tuhan. Itulah sebabnya saya menyesal untuk Anda karena kehidupan Anda terlalu mewah. Anda terlalu berkecukupan, jadi Anda tidak memer­lukan Tuhan.

Pernah terjadi di Shanghai saya tidak mempunyai apa-apa untuk dimakan. Allah melakukan hal yang ajaib untuk saya. Ia tidak membiarkan saya dalam kelaparan. Jika Ia membiar­kan saya dalam kelaparan, saya tetap akan menerima keadaan itu. Namun tidak, Ia tidak membiarkan saya dalam kelaparan. Saya mengalami mukjizat yang mengagumkan ketika Ia melipat-gandakan makanan buat saya. Saya telah menceritakan peristiwa tersebut di dalam kesaksian saya.


Apakah Allah Nyata?

Anda tidak beruntung karena Anda hidup terlalu mewah. Anda juga terlalu sehat. Anda memiliki paspor dan kewarganegaraan asing sehingga Allah tidak perlu menolong Anda. Selidikilah hidup Anda dan tanyalah pada diri sendiri, “Di mana kemiskinan dan kekurangan saya?” Berbahagialah orang yang miskin. Berbahagialah mereka yang lemah karena Allah akan campur tangan.

Ketika saya menceritakan mukjizat-mukjizat yang saya alami, mungkin Anda berkata bahwa saya ini merupakan kasus pengecualian. Mungkin ada juga yang menganggap saya memperbesar-besarkan kesaksian saya. Sangat sulit untuk mempercayai cerita-cerita itu jika Anda tidak pernah mengalaminya sendiri. Dapatkah Anda membayangkan perasaan saya ketika saya melihat ke dalam panci, berpikir makanan sudah habis, tetapi ternyata masih ada? Dapatkah Anda membayangkan perasaan saya ketika saya mengeluar­kan makanan dari dalam panci dan kemudian menemukan bahwa jumlah makanan dalam panci masih tetap sama seperti sebelumnya? Sangat menakjubkan kalau Anda mengalaminya sendiri.

Inginkah Anda mengalami kehidupan Kristen yang tak terkalahkan seperti yang Paulus alami? Inginkah Anda memiliki kuasa rohani di dalam kehidupan Anda? Apakah Allah nyata bagi Anda?

Berbahagialah orang yang miskin dan yang lemah karena Allah akan menyatakan diri-Nya kepada mereka. Siapkah Anda menjadi miskin dan lemah supaya Anda dapat mengalami kehidupan yang tak terkalahkan seperti Paulus?   

 

Berikan Komentar Anda: