Pastor Eric Chang | Kekuatan Dalam Kelemahan (3) |

Dalam sebuah retreat di Singapura yang bertema “Hidup adalah Kristus”, saya diberikan kepercayaan untuk menyampaikan khotbah mengenai strategi bagaimana untuk menerapkan ayat, “Hidup adalah Kristus”.

Ketika berbicara tentang strategi, saya pikir kita ingin tahu bagaimana seharusnya kita menjalani hidup “yang adalah Kristus” ini. Sebelum kita membahas bagaimana, kita harus terlebih dahulu memahami “hidup” yang harus kita jalani ini.


Nothingness
(Kenihilan)

Saya akan memulai dengan berbicara tentang nothingness (kenihilan). Untuk mengerti tema ini, kita harus mengerti sedikit tentang nothing (nihil). Saya tidak mencoba untuk berfilosofi.  Sehubungan dengan tema ini, saya akan memu­satkan perhatian pada arti nothing dalam Perjanjian Baru.

Mengapa kita harus berbicara tentang nothing?  Karena tema “Hidup adalah Kristus” diambil dari  Filipi 1:21,

karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keun­tungan.

Kita harus memahami kalimat “mati adalah keuntungan” jika kita ingin memahami “hidup adalah Kristus”. Kedua kalimat ini merupakan dua sisi dari koin yang sama. Jika “mati adalah keuntungan” tidak berarti apa-apa bagi Anda, sudah tentu “hidup adalah Kristus” juga tidak berarti apa-apa.


Mati adalah Keuntungan

“Mati adalah keuntungan” – apakah kalimat ini mempunyai arti bagi Anda? Bagaimana mungkin “mati” adalah keuntungan? Jika Anda mati, Anda kehilangan segalanya. Sejak kapan kematian berarti keuntungan? Mati secara harfiah berarti menjadi nothing (nihil). Jika Anda tidak ada lagi, Anda telah menjadi nothing.  Anda telah menjadi nil. Jika Anda adalah pimpinan sebuah perusahaan dan ketika Anda mati, apakah Anda masih pimpinan bagi perusahaan tersebut? Tentu saja tidak. Posisi Anda di perusahaan itu tidak ada lagi. Anda sudah selesai. Jika Anda dijadwalkan untuk mengambil ujian dan Anda mati, apakah Anda akan lulus ujian tersebut? Tentu saja tidak! Anda tidak perlu menjadi seorang jenius untuk memahami hal ini. Jika Anda mati, Anda tidak akan dapat menghadiri ujian itu dan akibatnya Anda gagal. Jika Anda akan menikah dan kemudian Anda mati, pernikahan itu dibatalkan. Jika Anda hampir mewarisi kekayaan besar dan Anda mati, Anda tidak akan mendapatkan serupiah pun. Nama Anda akan dihapus dari surat wasiat karena Anda tidak ada lagi.

Mati adalah keuntungan? Apa yang sedang kita bicara­kan? Mati adalah menjadi nothing! Anda sudah berakhir sehubungan dengan dunia. Hilang. Kematian menghapus bersih semuanya. Pelat nama Anda mungkin pernah ada di perusahaan, mungkin sebagai direktur atau eksekutif, atau apa saja. Namun, seketika Anda mati, nama Anda dikeluar­kan. Mati adalah menjadi nothing. Bagaimana mungkin kematian dapat menjadi keuntungan?

Hal ini merupakan sebuah paradoks. Jika kita tidak memahami paradoks ini, kita tidak akan mengerti apa yang dimaksudkan dengan “hidup adalah Kristus”. Ayat ini terdiri dari dua bagian: “hidup adalah Kristus” dan “mati adalah keuntungan”. Jika yang satu tidak benar, yang lain juga tidak benar. Ini merupakan logika dasar. Jikalau “mati adalah keuntungan” tidak benar, “hidup adalah Kristus” juga tidak benar.


Nol

Mari kita melihat arti menjadi nothing. Anda pasti pernah melihat angka nol. Bayangkan sebuah lingkaran. Apa yang dilambangkan oleh sebuah lingkaran? Sebuah lingkaran melambangkan nol. Akan tetapi, sebagai sebuah simbol, apakah lingkaran mempunyai arti yang lain?

Dalam sebuah pernikahan, pasangan pengantin biasanya bertukar cincin sebagai semacam ikrar. Cincin berbentuk lingkaran. Apa artinya? Apakah itu melambangkan janji un­tuk saling tidak memberikan apa-apa? Jadi ikrar pernika­han seharusnya berbunyi seperti berikut, “Aku memberikan kepadamu sebuah cincin yang melambangkan bahwa dalam pernikahan ini aku tidak akan memberikan apa-apa kepada Anda!” Nah, ini merupakan ide yang baru! Anda membuat angka nol dari emas untuk menyaksikan bahwa Anda saling berjanji untuk tidak memberikan apa-apa. Itukah yang dilambangkan oleh cincin itu? Mungkin dalam kehidupan nyata itulah yang terjadi karena Anda benar-benar tidak memberikan apa-apa kepada pasangan Anda kecuali sakit kepala.

Apa yang disimbolkan oleh cincin pernikahan itu? Cincin merupakan lambang kesempurnaan. Sebuah lingkaran melambangkan kasih yang sempurna. Sebuah lingkaran, yang tidak memiliki titik awal dan akhir, melambangkan kesempurnaan. Itu merupakan janji bahwa Anda tidak akan mempertahankan apa pun dari pasangan Anda.

Jadi kita menemukan dua arti: di satu sisi, lingkaran itu menggambarkan nothing (nihil), dan di sisi lain, lingkaran itu juga menggambarkan kesempurnaan. Tidakkah ini menakjubkan? Hal ini menyimpulkan ajaran Alkitab tentang nothingness dengan sempurna.

Saya akan membawa Anda untuk mempelajari ajaran Perjanjian Baru tentang tujuh nothingness yang melambang­kan kesempurnaan.

  1. I Am Nothing (Aku Tidak Berarti)

Kita menemukan pernyataan I am nothing atau “Aku tidak berarti sedikit pun” di 2 Korintus 12:11,

Sungguh aku telah menjadi bodoh; tetapi kamu yang memaksa aku. Sebenarnya aku harus kamu puji. Karena meskipun aku tidak berarti sedikit pun, namun di dalam segala hal aku tidak kalah terhadap rasul-rasul yang luar biasa itu.

Di ayat ini, kata nothing muncul dua kali di dalam teks Yunani. Di sini kita menemukan pernyataan penting – “Aku tidak berarti sedikit pun” atau “Aku tidak ada apa-apanya” (AYT).

Juga di Galatia 6:3, rasul Paulus berkata:

Sebab kalau seseorang menyangka bahwa ia berarti, padahal ia sama sekali tidak berarti, ia menipu dirinya sendiri.

Paulus sedang menunjuk pada orang yang tidak tahu bahwa ia sama sekali tidak berarti pada saat ia berpikir bahwa dirinya berarti.

… tetapi  jika aku tidak mempunyai kasih, aku sama sekali tidak berguna.

Pernyataan di atas juga berarti bahwa hanya kasih yang menjadikan kita berarti di mata Allah. Anda tidak menjadi berarti di pandangan Allah karena Anda dapat berbicara dengan bahasa lidah, atau dapat bernubuat, atau mengetahui segala sesuatu tentang rahasia-rahasia rohani. Tidak satu pun dari hal-hal tersebut akan menjadikan Anda berarti dalam pandangan Allah. Satu-satunya hal yang diperhitungkan dalam pandangan Allah adalah kasih. Kalau Anda dikuasai oleh kasih Allah, baru Anda menjadi sesuatu. Jika kasih bukan bagian dari hidup Anda, Anda sama sekali tidak berarti di mata Allah.

Ingatlah akan hal ini ketika kita berbicara tentang Filipi 1:21. Terdapat dua tipe nothingness di dalam Perjanjian Baru. Ada nothing dalam arti positif dan ada juga nothing dalam arti negatif. Itu bermakna, ada arti yang baik dan arti yang tidak baik.

Contoh dari arti yang baik adalah ketika Paulus mengatakan bahwa ia “tidak berarti sedikit pun” (2Kor 12:11). Tanpa kesadaran itu, secara rohani Anda tidak akan menjadi apa-apa. Dengan kata lain, Anda hanya dapat menjadi berarti di hadapan Allah ketika Anda siap untuk menjadi tidak berarti. Bagaimana memahami hal ini? Ini merupakan prinsip pembalikan atau prinsip dwipolaritas. (Prinsip ini tidak akan dibahas di sini.)

Nothingness dan Keselamatan

Apa hubungannya semua ini dengan keselamatan? Kita dibesarkan dalam kekristenan yang mengajarkan bahwa keselamatan diperoleh dengan percaya kepada Yesus. Namun, arti “percaya” kepada Yesus sering kali tidak dijelaskan.

Anda ditanya: “Apakah Yesus mati untuk Anda?”
Anda berkata, “Ya”.
“Apakah Anda percaya Yesus mengasihi Anda?”
“Tentu saja. Jika ia mati untuk saya, ia pasti mengasihi saya.”
“Jadi Anda percaya kepada Yesus, bukan?”
“Ya.”
“Anda telah diselamatkan, haleluya!”

Nah, prosesnya cepat sekali, bukan? Hanya butuh beberapa detik untuk memperoleh keselamatan.

Bagaimana memahami hal pemuridan? Apa pengajaran standar tentang hal ini di gereja masa kini? Apa peran pemuridan dalam hal keselamatan? Mengapa Alkitab berkata Anda harus menjadi seorang murid sebelum Anda dapat diselamatkan? “Siapa saja yang tidak memikul salibnya dan mengikut aku, ia tidak dapat menjadi muridku.” Dapatkah Anda diselamatkan tanpa menjadi murid? Jika jawabannya adalah “tidak”, lalu apa yang terjadi dengan pernyataan sebelumnya yang mengatakan bahwa Anda diselamatkan melalui percaya kepada Yesus? Jika jawabannya “ya”, lalu bagaimana kita memahami tuntutan Yesus atas orang yang ingin menjadi muridnya? Untuk diselamatkan, Anda harus menjadi murid dan memikul salib dalam mengikuti dia. Memikul salib berarti berada di jalan menuju penyaliban. Disalibkan berarti mati, dan itu berarti menjadi nothing bagi dunia (Gal 6:14). Akan tetapi, kehilangan nyawa dengan jalan ini berarti Anda telah memperolehnya (Mat 10:39, Mrk 8:35, Luk 9:24). Oleh karena itu, kematian adalah keuntungan.

Persoalan di sini adalah Paulus menyatakan bahwa ia tidak berarti sedikit pun. Mengapa Paulus menjadi tidak berarti? Supaya Yesus menjadi segalanya! Apakah artinya “bagiku hidup adalah Kristus”? Kalimat tersebut berarti aku tidak berarti apa-apa dan Kristus adalah segalanya. Bagi saya, “hidup” tidak memiliki arti kecuali  hidup adalah Kristus. Bukankah itu artinya? Adakah arti lain selain itu? Dalam penafsiran Firman Tuhan dengan menggunakan prosedur eksegese yang teliti, kalimat “hidup adalah Kristus” tidak memiliki arti lain selain  Kristus adalah segala-galanya.


Apakah Ajaran ini Masuk Akal?

Anda mungkin berkata, “Wah! Ini ajaran yang mengerikan! Bagaimana kalau sebagian dia dan sebagian tetap aku? Bukankah ini lebih masuk akal? Maksudmu ketika aku menjadi orang Kristen, ‘aku’ ini tidak ada lagi?” Temanku, jawabannya adalah “ya”. Masihkah Anda ingin menjadi orang Kristen? Pikirkanlah hal ini dengan baik-baik.

“Hidup adalah Kristus” berarti di dalam hidup ini Kristus adalah segalanya. Tidak ada yang lain kecuali Kristus yang merupakan hidup. Berarti “hidup” adalah sama dengan “Kristus”, yaitu “hidup = Kristus”. Keduanya dihubungkan oleh tanda sama (=). Jika hidup adalah sama dengan Kristus (hidup=Kristus), itu berarti tidak ada tempat lagi bagi aku, aku telah menjadi nol. Apakah hal ini sulit untuk dimengerti?

Tidakkah Filipi 1:21 berlaku untuk semua orang Kristen? Mungkin di benak kita, kita berharap hal ini berlaku hanya bagi Paulus. Namun, jika itu yang dimaksudkan oleh Paulus, kita berada dalam kesulitan karena kita tidak tahu bagaimana menerapkan ayat ini. Kalau ayat ini tidak berlaku bagi kita, mengapa ia ada di Perjanjian Baru? Mengapa tidak dicoret saja? Mungkin hanya berlaku untuk orang Kristen yang super. Mungkin Anda membatin, “Saya hanya ingin menjadi Kristen yang biasa-biasa, lagi pula saya sudah sedikit lebih baik daripada kebanyakan orang Kristen. Jangan terlalu menuntut. Saya memiliki definisi murid yang saya tentukan sendiri. Bagiku hidup adalah sebagian aku dan sebagian Kristus. Dengan rumus seperti ini, saya baru bisa tenang. Mungkin 70% aku dan 30% Kristus. Kalau tidak cukup, kita dapat menambahnya menjadi 50% aku dan 50% Kristus.”

Paulus adalah seorang Kristen yang radikal. Bukan saja radikal, tetapi terlalu ekstrim karena ia berpendirian, “Aku bukanlah apa-apa dan Kristus adalah segalanya”. Bagi kita, hal ini tidak praktis.


Definisi “Percaya”

Apakah menurut Anda keselamatan diperoleh semata-mata dengan percaya bahwa Yesus mati bagi Anda? Bukankah keselamatan Anda akan terancam jika ternyata definisi ini tidak memadai? Anda telah meletakkan harapan keselamatan pada dasar yang salah! Anda telah mengizinkan dasar itu dipalsu­kan untuk disesuaikan dengan definisi Anda. Jika demikian, bukankah Anda sedang menipu diri sendiri?

Rasul Paulus berkata, “Kalau Anda pikir bahwa Anda berarti, yaitu Anda pikir Anda telah diselamatkan padahal tidak, maka Anda harus dikasihani.” Berapa banyak orang pada masa kini yang berpikir bahwa mereka telah disela­matkan, tetapi sebenarnya tidak? Anda dapat mengetahuinya dari cara hidup mereka bahwa mereka belum diselamatkan. Anda tahu dari percakapan mereka. Anda tahu dari cara mereka melakukan segala sesuatu. Namun, mereka pikir bahwa mereka selamat. Mereka pikir bahwa mereka adalah milik Kristus, meskipun mereka bukan. Pada hari terakhir, seperti disebutkan di Matius 7:21, “Aku akan menyuruh mereka enyahlah daripadaku, aku tidak mengenal kamu.” Akan tetapi, Anda berkata, “Selama ini aku sudah memanggil engkau ‘Tuhan, Tuhan’, engkau kenal aku!” “Tidak, aku tidak mengenal kamu.” Mereka pikir mereka berarti sesuatu, padahal tidak!

Bagaimana kalau definisi kita tentang keselamatan salah? Gereja tidak jenuh-jenuh memberitahu kita bahwa kesela­matan adalah semata-mata soal “percaya lalu diselamatkan”. Namun, definisi “percaya” tidak didasarkan pada Perjanjian Baru, dan tidak didasarkan pada Filipi 1:21. Percaya didefinisikan oleh mereka sebagai sekadar mempercayai fakta bahwa Yesus telah mati bagi kita. Apa akan terjadi jika definisi ini keliru? Keselamatan bergantung pada hal ini. Selidikilah Alkitab untuk melihat apakah definisi ini tepat.

  1. I Have Nothing (Aku Tidak Punya Apa-Apa)

Murid yang sejati tidak mempunyai apa-apa. Murid yang palsu memiliki segala sesuatu yang diinginkannya. 2 Korintus 6:10,

sebagai orang berdukacita, namun senantiasa bersukacita; sebagai orang miskin, namun memperkaya banyak orang; sebagai orang tak bermilik, sekalipun kami memiliki segala sesuatu.

Ini merupakan sebuah paradoks yang penting. Jika Anda memiliki segala sesuatu secara rohani, Anda benar-benar kaya. Akan tetapi, Anda tidak akan memiliki segala sesuatu kecuali Anda juga tidak memiliki apa-apa. Mengertikah Anda? Paulus mengatakan bahwa secara harfiah ia miskin, tetapi meskipun demikian ia selalu membuat orang lain kaya. Bagaimana Anda dapat menjadi miskin, tetapi memperkaya banyak orang? Yang Anda berikan adalah kekayaan rohani. Orang kaya sangat miskin secara rohani. Mereka tidak memi­liki apa-apa untuk diberikan. Akan tetapi, murid yang sejati melihat dirinya tidak memiliki apa-apa. Ia hanyalah seorang pengurus. Seperti murid-murid di Kisah Para Rasul, mereka tidak menganggap harta mereka sebagai milik mereka sendiri. Mereka hanya berperan sebagai pengurus atas harta benda mereka. Hanya orang yang memiliki mentalitas seperti ini merupakan murid sejati. Orang seperti inilah yang kaya secara rohani.

Kita melihat dalam Alkitab sisi negatif dan positif dari tidak memiliki apa-apa. Ada sisi negatif di Wahyu 3:17 yang dengan tepat menggambarkan kondisi rohani zaman ini.

Karena engkau berkata: Aku kaya dan aku telah memper­kayakan diriku dan aku tidak kekurangan apa-apa, dan karena engkau tidak tahu bahwa engkau melarat, dan malang, miskin, buta dan telanjang,

Mereka menyangka mereka tidak membutuhkan apa-apa. Dalam kenyataannya, mereka tidak memiliki apa-apa. Itu merupakan situasi yang tragis. Banyak orang Kristen yang tidak memiliki apa-apa secara rohani. Ada juga orang Kristen yang memiliki segala sesuatu. Hanya dibutuhkan beberapa menit untuk menentukan orang Kristen macam apakah yang sedang berbicara dengan Anda. Anda langsung dapat melihat kekayaan dan dinamika kehidupan mereka. Kehidupan mereka penuh walaupun uang di dompet tidak banyak. Mer­eka miskin bukan karena mereka tidak dapat menjadi kaya, tetapi karena mereka telah berpaling dari hal-hal itu. Bukan karena mereka tidak bisa memilikinya, tetapi mereka memilih hanya untuk menjadi pengurus kepada harta benda mereka. Semua harta mereka berada di bawah pengendalian Tuhan. Dengan senang hati mereka menuruti setiap petunjuk Tuhan. Meskipun mereka tidak memiliki apa-apa, mereka memiliki kekayaan rohani yang membuat orang lain kaya.

Apakah kehidupan Anda memperkaya orang atau membuat orang lain miskin? Di dalam rumahtangga Anda, apakah kehadiran Anda melelahkan orang lain? Apakah Anda tipe yang menjengkelkan dan melenyapkan sukacita orang lain? Atau sebaliknya kehadiran Anda memperkaya orang lain? Bagi orang yang hidup sedemikian rupa  sehingga Kristus menjadi hidupnya, dia akan selalu memperkaya orang lain. Setelah mengakrabi orang seperti itu, Anda akan merasa diperkaya. Anda merasa sudah menerima banyak. Akan tetapi, ada juga orang yang walaupun Anda hanya bergaul bersamanya sebentar saja, Anda merasa begitu lelah. Mereka menguras dan mengersangkan Anda. Saya melihat banyak pemimpin gereja yang capek dan letih. Ini pasti karena terdapat banyak pengemis rohani di gereja mereka. Dimanakah orang-orang yang baginya “hidup adalah Kristus?” Apakah Anda tipe yang memperkaya, atau yang memiskinkan orang lain?

  1. I Do Nothing (Aku Tidak Berbuat Apa-Apa)

Aku tidak berbuat apa-apa. Apa artinya ini? Untuk mengerti hal ini, kita baca Yohanes 8:28,

Maka kata Yesus, “Apabila kamu telah meninggikan Anak Manusia, barulah kamu tahu bahwa akulah dia, dan bahwa aku tidak berbuat apa-apa dari diriku sendiri, tetapi aku berbicara tentang hal-hal, sebagaimana diajarkan Bapa kepadaku.”

Aku tidak berbuat apa-apa dari diriku sendiri. Itu meru­pakan prinsip operasional yang mendasar bagi orang yang hidupnya adalah Kristus.

Apakah prinsip yang beroperasi di dalam kehidupan kita? Siapakah yang berperan sebagai pemegang kendali di dalam hidup kita? Siapakah yang berperan sebagai pengendali hidup Yesus? Bapa, “aku tidak berbuat apa-apa dari diriku sendiri.” Hal yang mengontrol hidup kita adalah Kristus. “Bagiku hidup adalah Kristus” berarti Kristuslah yang mengarahkan setiap aspek dari hidup Anda sampai ke perkara-perkara yang terkecil. Itu tidak berarti Anda menjadi robot. Anda bukan robot karena dengan sadar Anda meminta dia untuk mengarahkan Anda. Anda menghendaki dia untuk memimpin. Hal ini tidak terjadi secara otomatis. Apakah Anda bertanya kepada Kristus apa yang harus Anda lakukan? Atau apakah Anda melakukan apa yang Anda inginkan dan membuat keputusan Anda sendiri?

Ini merupakan kekristenan tingkat dasar, yaitu menjalani sebuah kehidupan yang diarahkan oleh Kristus. Inilah yang memerdekakan Anda. Ini merupakan sumber kuasa Anda. Kristus adalah hidup bagi Anda karena ia mengarahkan cara berpikir dan cara Anda melakukan sesuatu. Ia mengarahkan apa yang harus Anda lakukan. Dapatkah Anda dengan jujur berkata, “Aku tidak berbuat apa-apa dari diriku sendiri?”

Mungkin Anda berkata, “Aku tidak dapat melakukan apa pun dengan betul”. Anda sering menyinggung perasaan orang dan memalukan keluarga Anda. Memang ada orang Kristen yang tidak berbuat apa-apa karena setiap kali berbuat sesuatu, pasti ada saja yang salah. Mereka benar-benar menggusarkan orang lain. Kita hampir mau berkata, “Tolong jangan lakukan apa-apa. Paling tidak, kamu tidak akan menjengkelkan orang lain. Kamu tidak akan menghanguskan nasi atau merusak peralatan dapur. Kamu tidak akan memecahkan piring. Tolong jangan berbuat apa-apa.”

Tentu saja, menjadi seorang murid berarti lebih dari sekadar tidak melakukan apa-apa dalam pengertian ini. Saya secara pribadi akan merasa lebih tenang jika orang tertentu tidak melakukan apa-apa. Setiap kali mereka membuka mu­lut, mereka mengucapkan hal yang salah. Sangat luar biasa. Bayangkan betapa damainya sebuah pernikahan jika kedua pihak mau menutup mulut. Setidaknya Anda tidak akan bertengkar jika Anda berdua tutup mulut. Setiap kali mereka membuka mulut, mereka bertengkar. Kadang-kadang ada baiknya kita bisu. Setidaknya tidak ada pertengkaran mulut!

Coba bayangkan kehidupan Kristen yang dijalankan atas prinsip tidak melakukan apa-apa dari diri sendiri. Kristus bukan mau kita tidak berbuat apa-apa, tetapi ia mau membawa kita melangkah lebih jauh lagi. Ia mau kita hidup dengan prinsip, “Aku tidak melakukan apa-apa kecuali apa yang dikatakan Bapa untuk aku lakukan.” Apakah ini tingkat yang terlalu tinggi? Tidak, ini merupakan kehidupan Kristen yang dasar. Itulah yang dimaksudkan dengan percaya pada Yesus. Anda percaya bahwa Kristus dapat mengarahkan Anda. Kalimat “percaya Yesus” bukan berarti kita percaya pada suatu peristiwa yang terjadi dua ribu tahun yang lalu. Ia masih melakukan sesuatu hari ini. Ia mengarahkan hidup saya setiap saat, setiap hari.

Jika kita tidak melakukan apa-apa dari diri sendiri, yang melakukan segala sesuatu adalah dia. Jikalau yang melakukan segala sesuatu adalah Kristus, dia adalah hidup saya. Itulah yang dimaksudkan oleh Filipi 1:21.

Di Yohanes 5:30, Yesus berkata,

Aku tidak dapat berbuat apa pun dari diriku sendiri; aku menghakimi sesuai dengan apa yang aku dengar, dan penghakimanku adil, sebab aku tidak menuruti kehendakku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus aku.

“Tidak dapat berbuat apa pun” di sini didefinisikan sebagai tidak melakukan apa-apa menurut kehendak pribadi kita. Hanya kehendak Bapa yang dilakukan Yesus. Yohanes 5:19,

Lalu Yesus menjawab mereka, “Sesungguhnya aku berkata kepadamu, Anak tidak dapat mengerjakan sesuatu dari dirinya sendiri, jikalau ia tidak melihat Bapa mengerjakannya; sebab apa yang dikerjakan Bapa, itu juga yang dikerjakan Anak.

Apa yang dikerjakan Bapa, itulah yang dikerjakan Anak. Itulah yang dimaksudkan dengan “Hidup adalah Bapa.” Kristus adalah hidup saya dan ia yang mendefinisikan hidup saya. Saya tidak mau melakukan apa-apa selain kehendaknya. Dapatkah Anda dengan jujur berkata bahwa hal ini menggambarkan hidup Anda? Seperti itukah kehidupan Kristen Anda? Atau, apakah Anda berharap untuk diselamat­kan oleh semacam pengakuan yang dangkal? Hanya dengan percaya pada fakta historis bahwa Yesus mati untuk Anda? Tidak ada Kekristenan semacam itu dalam Perjanjian Baru.

Apakah pengajaran ini terlalu radikal untuk Anda? Jika Kristus adalah hidup saya, itu berarti hidup saya han­yalah melakukan kehendak dia [kehendak Kristus adalah kehendak Bapa]. Itulah cara hidup saya. Jika tidak demikian, Kristus bukan hidup saya. Jika ia bukan hidup saya, bagaimana mungkin saya dapat diselamatkan?! Kita sedang berbicara tentang hidup. Hidup adalah keselamatan dan keselamatan adalah hidup.

  1. I Know Nothing (Aku Tidak Mengetahui Apa-Apa)

“Aku tidak mengetahui apa-apa!” – kita bergerak dari satu nothingness ke nothingness yang lain! Kehidupan Kristen adalah tidak mengetahui apa-apa. Sungguh indah, bukan? 1 Korintus 2:2 mengandung prinsip yang menuntun kehidupan rasul Paulus, yaitu rahasia bagaimana ia hidup. Apa yang ia tahu? Izinkan ia menjawab pertanyaan itu sendiri dari 1 Korintus 2:2,

Sebab aku telah memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa di antara kamu selain Yesus Kristus, yaitu dia yang disalibkan.

Paulus selanjutnya mengaku bahwa ia telah mempelajari filsafat dunia ini. Paulus merupakan orang yang amat terpelajar. Paulus begitu terpelajar sehingga hakim yang mengadilinya berkata, “Engkau gila, Paulus! Pengetahuanmu yang banyak itu membuat engkau gila!” (Kis 26:24). Paulus tidak gila (ayat 25). Ia tahu dengan jelas apa yang ia bicarakan. Mengapa mereka mengira dia gila? Lihatlah kenyataan ini. Bagi Paulus, sejak ia datang kepada Kristus, satu-satunya hal yang berarti baginya adalah Yesus Kristus, yaitu dia yang disalibkan. Bagian yang menyangkut “Yesus Kristus” kita masih dapat mengerti, tetapi “dia yang disalibkan”? Seorang mati? Mungkin Paulus benar-benar sudah gila. Paulus selanjutnya menjelaskan bahwa Kristus yang disalibkan itu adalah kuasa Allah yang menyelamatkan! Apa? Kristus yang disalibkan? Apa yang sedang Paulus bicarakan?

Saya tidak akan menjabarkan hal itu sekarang. Cukuplah dengan menyatakan bahwa orang yang hidup menurut prinsip “hidup adalah Kristus”, juga memutuskan untuk tidak mengetahui apa-apa. Hal itu tidak berarti Anda meninggalkan pengetahuan sekuler Anda. Jika Anda dilatih dalam bidang komputer, Anda tidak akan dengan tiba-tiba tidak mengerti komputer sama sekali. Maksudnya adalah pengetahuan semacam itu tidak lagi menentukan cara hidup Anda. Sebelumnya hal itu merupakan segalanya bagi Anda. Anda bangga karena kepandaian dan pengetahuan Anda. Anda menganggap diri Anda itu sesuatu. Sekarang prinsip yang menuntun kehidupan Anda bukan lagi hal-hal semacam itu.

Prinsip yang beroperasi di dalam hidup Anda (yang menentukan pengetahuan Anda dan semua yang lain) adalah Yesus Kristus. Di sini Yesus Kristus tidak dipandang sebagai Raja alam semesta. Ia memang seorang Raja, tetapi bukan hal itu yang ditekankan dalam Perjanjian Baru. Yang ditekankan ialah Yesus Kristus yang rendah hati dan lemah lembut. Itulah yang dimaksudkan dengan “Yesus Kristus, dia yang disalibkan”. Sejauh mana ia merendahkan dirinya dan seberapa lemah lembutnya dia? Ingat bahwa kita sedang membahas Filipi 1:21. Filipi 2 menyatakan bahwa Yesus, seperti Adam, ada dalam rupa Allah. Apa yang telah ia lakukan? Ia merendahkan dirinya untuk mati sebagai seorang penjahat di atas kayu salib. Yesus inilah yang sedang kita bicarakan, bukan Yesus Raja di atas segala raja dengan mahkota anggun di atas kepala.

Paulus tidak menjadikan Yesus Sang Raja sebagai pusat pengetahuannya. Yesus yang dijadikan fokus kehidupan Paulus adalah Yesus yang bermahkotakan duri. Dapatkah Anda mengerti hal ini? Mudah untuk memuliakan Kristus yang bertakhta di atas alam semesta ini. Itu bukanlah Kristus yang dimuliakan Paulus. Paulus memuliakan Yesus yang merendahkan dirinya menjadi seorang hamba. Bayangkan apa yang akan terjadi jikalau pikiran seperti ini menguasai pikiran Anda. Anda akan menjadi orang Kristen dengan kualitas yang berbeda. Anda akan menjadi orang Kristen yang membanggakan Yesus yang telah merendahkan dirinya lebih rendah daripada seorang hamba.

Inilah mentalitas yang menguasai seluruh proses cara pikir Paulus. Orang yang memiliki mentalitas ini akan memperlihatkan kualitas kerendahan hati, keramahan dan kelemah-lembutan.

Hal ini masih saya pelajari. Setiap hari saya merenungkan salib Kristus. Yang saya renungkan bukanlah Yesus Sang Raja di atas segala raja karena hal itu mudah untuk dimengerti. Hal yang sulit dimengerti adalah Yesus yang lebih rendah daripada seorang hamba, Yesus yang membasuh kaki murid-muridnya, dan yang mati bagi kita, Yesus yang berada di surga dengan bekas paku pada tangannya, bekas luka pada keningnya, dan yang menderita tikaman di hatinya. Yesus seperti inilah yang saya usahakan untuk mengerti. Walaupun sulit, tetapi saya masih berusaha. Bagi Paulus, Yesus seperti inilah yang dia ingin kenal. Mengenal dia adalah mengetahui seluruh rahasia yang ada, dan ia tidak ingin mengetahui hal-hal yang lain.

  1. I Fear Nothing (Aku Tidak Takut Apa-Apa)

Poin yang kelima: aku tidak takut apa-apa. I fear nothing. Sekarang kekuatan dari manusia rohani mulai tampak. Aku tidak takut apa-apa. Ini merupakan hal yang menarik. Sekali lagi, saya menemukan begitu banyak ayat tentang “jangan takut”. Filipi 1:28,

… tanpa digentarkan sedikit pun oleh lawanmu.

Orang yang memiliki sifat seperti ini tidak mempunyai rasa takut. Pada masa remaja, saya pernah memilih nama Dreadnaught sebagai nama tim bola saya, yaitu nama sebuah kapal perang terkenal yang berarti “Tidak Gentar”. Kapal ini juga dikatakan tidak dapat tenggelam. Dalam bahasa Mandarin, tim kami bernama Da Wu Wei.

Orang Kristen yang sejati tidak takut apa pun. Alasannya sangat sederhana, karena satu-satunya pribadi yang ia takuti adalah Allah. Di Lukas 8:24, ketika Yesus berada di tengah-tengah badai dan kapalnya sedang tenggelam, apakah Yesus takut? Ia tidur dengan nyenyak, sama sekali tidak terlihat rasa takut. John Wesley begitu terkesan dengan sekelompok orang Kristen saat ia berada di kapal dalam perjalanan ke Amerika Utara. Pada waktu itu, seperti kebanyakan dari kita, Wesley masih belum lahir baru. Ia melihat orang Kristen (yang disebut pietists) yang memiliki keyakinan yang demikian rupa sehingga mereka sama sekali tidak ada rasa takut. Kepercayaan mereka menghapuskan rasa takut. Seperti inikah iman Anda pada Yesus? Apakah ujian sekolah membuat Anda cemas? Atau, kesihatan Anda membuat Anda cemas? Atau, pernikahan Anda membuat Anda cemas? Segala sesuatu membuat Anda cemas. Anda adalah orang Kristen yang senantiasa berada dalam keadaan takut dan cemas. Kalau Anda hidup seperti itu, Anda tidak tahu apa artinya menjadi orang Kristen. “Hidup adalah Kristus” berarti Anda tidak memiliki rasa takut karena ia hidup di dalam Anda. Segala sesuatu merupakan tanggung jawabnya.

Pengalaman saya membenarkan hal ini. Saya hidup ham­pir tiga tahun di China dalam keadaan miskin tanpa punya apa-apa. Saya kehilangan segalanya setelah kaum komunis mengambil-alih kekuasaan. Satu sen pun tidak saya miliki. Setiap hari, saya harus mempercayai Tuhan untuk memenuhi kebutuhan saya. Saya akan bangun setiap pagi tanpa mengetahui apa yang harus saya makan. Bayangkan hal itu. Saya tidak memiliki uang atau harta apa pun, dan hampir tiga tahun saya hidup dalam keadaan itu.

Jika Anda bangun pagi tanpa satu sen, tanpa ada makanan selama berminggu-minggu dan berbulan-bulan, bagaimana­kah kondisi Anda? Dapatkah Anda hidup tenang dengan penuh damai dan sukacita? Jawabannya adalah ya, kalau Kristus adalah hidup Anda. Saya akan bangun pagi dan berkata “Bapa, inilah anakmu. Aku lapar dan tidak ada apa-apa untuk dimakan dan aku juga tidak memiliki uang untuk membeli makan siang. Aku tidak takut. Aku tahu bahwa Engkau akan mencukupkan kebutuhanku hari ini.” Pernah­kah Ia gagal? Tidak pernah. Mengapa saya memberitakan Injil dengan keyakinan? Karena saya tahu bahwa Allah yang memberi makan dua juta orang di padang gurun dengan manna dari surga, merupakan Allah yang sama yang memberi saya makan setiap hari dan mengatur supaya saya tidak mati kelaparan. Begitulah praktisnya Allah saya itu. Kalau orang bertanya kepada saya, “Apakah Allah mem­beri kamu makan ketika kamu lapar?” Jawaban saya ialah, “Tentu saja.” Apakah mungkin Allah yang menciptakan surga dan bumi tidak dapat menyediakan makanan untuk Anda? Tidak ada rasa takut.

  1. I Lack Nothing (Aku Tidak Kekurangan Apa-Apa)

Aku tidak kekurangan apa-apa. Apakah secara jasmani atau rohani, orang yang hidup dalam Kristus memiliki segalanya. Tidak memiliki apa-apa meskipun memiliki segalanya. Ia tidak kekurangan apa-apa. 1 Tesalonika 4:12, “tidak mempunyai keperluan apa pun” (ILT). Hiduplah sedemikian rupa sehingga Anda tidak kekurangan apa pun. Ini bisa saja karena pemeliharaan Tuhan secara langsung, atau apabila situasi mengizinkan, Anda juga dapat bekerja dengan tangan Anda sendiri seperti yang dilakukan oleh rasul Paulus. Allah mencukupi kebutuhan saya di China pada waktu itu karena tidak ada jalan lain untuk saya memperoleh penghasilan. Akan tetapi, pada kemudian hari apabila ada kesempatan untuk bekerja, saya tidak berkata kepada Tuhan, “Engkau dapat mencukupi kebutuhanku, jadi aku tidak perlu bekerja lagi.” Tidak. Saya bekerja.

Ketika pertama kali saya menjadi gembala sidang di Liverpool, gereja terlalu kecil sehingga mereka tidak dapat membayar saya. Saya katakan kepada mereka bahwa hal itu tidak menjadi masalah. Saya akan mencari pekerjaan. Maka saya mengajar. Saya mengajar dari Senin sampai Jumat dan saya bekerja di gereja hari Sabtu dan Minggu. Saya bekerja tujuh hari seminggu tanpa satu hari pun untuk beristirahat. Setelah enam bulan, Allah di dalam kebaikan-Nya membuat gereja itu bertumbuh dalam jumlah yang cukup besar sehingga mereka mampu memberi saya gaji yang sama dengan yang saya terima melalui mengajar.

Jadi Allah mencukupkan, apakah secara langsung atau melalui pekerjaan kita sendiri. Yang lebih penting lagi adalah, kita tidak akan kekurangan suatu apa pun di tingkat rohani. Bagaimana kondisi rohani Anda? Apakah Anda merasa kosong? Apakah Anda merasa ada yang kurang dalam hidup Anda, tetapi Anda tidak tahu apa alasannya? Jawabannya sangat sederhana. Apa yang kurang adalah Anda belum menerapkan kebenaran ini, yaitu Kristus adalah hidup Anda. Selama Kristus tidak menjadi hidup Anda, kekosongan di dalam hidup Anda tidak akan pernah terisi. Anda tidak akan berhasil memenuhinya. Anda akan selalu dihantui oleh kekosongan itu.

Namun, jangan pernah berkata bahwa Anda tidak tahu bagaimana mengisi kekosongan itu. Saya telah menyam­paikan apa yang diajarkan Alkitab. Tidak ada jalan pintas. Namun, ada jalan yang ajaib. Kristus akan memenuhi hidup Anda sampai melimpah dan Anda tidak akan kekurangan apa pun sama sekali.

  1. I Withhold Nothing (Aku Tidak Menahan Apa Pun)

Anda tidak kekurangan apa pun, oleh karena itu, Anda juga tidak menahan apa pun. Anda memiliki begitu banyak untuk diberikan sehingga Anda tidak perlu mempertahankan apa pun. Pernahkah Anda bertemu orang Kristen yang memiliki sumber-sumber yang tidak ada batasnya? Mereka selalu mempunyai sesuatu untuk diberikan. Mereka begitu kaya sehingga mereka tidak perlu mempertahankan apa pun. Mereka tidak perlu menjadi kikir.

Kisah Para Rasul 20:20,

Betapa aku tidak pernah menahan apa pun yang bermanfaat untuk tidak menyampaikannya kepada kamu dan mengajar kamu di depan umum dan dari rumah ke rumah; (ILT)

Pernahkah Anda menahan sesuatu dari Tuhan? Apakah Anda mempunyai sesuatu untuk diberikan kepada Tuhan atau kepada sesama? Apakah kehidupan Anda sebuah kehi­dupan yang kaya? Apakah kehidupan Anda kehidupan yang berkuasa? Paulus berkata kepada jemaat di Efesus bahwa ia tidak menahan apa pun yang bermanfaat. Sebenarnya kualitas apa yang ada pada dia sehingga Allah dapat mengguncang dunia melalui dia?


Kesimpulan

Kehidupan Kristen yang bagaimana yang ingin Anda jalani? Apakah Anda ingin menjadi orang Kristen yang biasa-biasa, yang tidak begitu baik, tetapi juga tidak terlalu jelek? Atau Anda ingin hidup Anda diperhitungkan pada generasi ini? Apakah Anda ingin menjadi orang Kristen yang melaluinya Allah dapat mengguncangkan bukan saja negara ini, tetapi seluruh dunia? Allah sedang mencari orang yang seperti ini. Berapa orang di antara kita yang dapat berkata “bagiku hidup adalah Kristus”?

Paulus begitu kaya sehingga ia dapat berkata bahwa adalah sukacita baginya untuk menjadi korban bagi orang lain. Itulah mentalitasnya saat dia menulis 2 Korintus 12:15,

Aku suka mengorbankan segala milikku, bahkan mengor­bankan diriku untuk kamu.

Di Roma 9:3, Paulus begitu rela untuk tidak menahan apa-apa, termasuk keselamatannya sendiri.

Bahkan, aku mau terkutuk dan terpisah dari Kristus demi saudara-saudaraku, kaum sebangsaku secara jasmani.

Mungkin ada orang yang rela memberikan segala sesuatu kepada Anda, tetapi adakah yang akan mengorbankan keselamatan mereka demi Anda? Paulus menegaskan bahwa bahkan keselamatan dirinya tidak berharga baginya, jika, melalui kebinasaannya, orang lain dapat diselamatkan. Roma 9:3 membuat saya menangis. Paulus menyatakan bahwa jika melalui kebinasaannya kaum sebangsanya dapat diselamatkan, ia dengan senang hati akan menyerahkan keselamatan­nya untuk kesejahteraan kekal mereka. Apa sebenarnya yang sedang dikatakan Paulus? Paulus sedang berkata bahwa ia rela ke neraka kalau lewat pengorbanannya itu bangsa Yahudi dapat diselamatkan. Berapa banyak dari kita yang berani berkata bahwa saya mau pergi ke neraka kalau kaum sebangsa saya dapat diselamatkan? Berapa banyak dari kita yang berani berkata kami mau ke neraka kalau bangsa Indonesia dapat mendengar Injil dan diselamatkan? Di manakah Allah dapat menemukan orang seperti ini?

Semua ini merupakan bagian dari “hidup adalah Kristus”. Ini bukanlah semacam kekristenan kelas super. Ini hanyalah bagian dasar dari maknanya “hidup adalah Kristus”.

 

Berikan Komentar Anda: