Pastor Eric Chang | Seri Keselamatan (3) |

Hari ini, kita lanjutkan pembahasan kita tentang keselamatan. Kita akan memulai dari Markus 10, yang akan kami uraikan maknanya, dan juga kaitannya nas ini dengan ‘lahir baru’ atau ‘dilahirkan kembali’. Namun, kita ingin terlebih dulu memahami mengapa penting untuk dilahirkan kembali dan bagaimana melaksanakan hal ini dalam hidup kita.


UPAYA MEMPEROLEH HIDUP YANG KEKAL

Markus 10:17-31,

 17  Lalu, ketika Yesus sedang mempersiapkan perjalanannya, seseorang berlari kepadanya dan berlutut di hadapannya dan bertanya, “Guru yang baik, apa yang harus aku lakukan untuk mendapat warisan hidup yang kekal?”
18  Dan, Yesus berkata kepadanya, “Mengapa kamu menyebut aku baik? Tidak ada seorang pun yang baik, kecuali Allah sendiri.
19  Kamu mengetahui perintah-perintah: ‘Jangan membunuh, jangan berzina, jangan mencuri, jangan memberi kesaksian palsu, jangan menipu, hormatilah ayah dan ibumu.’”
20  Lalu, orang itu berkata kepadanya, “Guru, aku sudah mematuhi semua itu sejak aku masih muda.”
21  Namun, Yesus memandang kepada pemuda itu dan menaruh kasih kepadanya, dan berkata kepadanya, “Satu hal yang kurang darimu. Pergi dan juallah semua yang kamu miliki, dan berikan kepada orang miskin, maka kamu akan memiliki harta di surga. Lalu, kemarilah dan ikut aku.”
22  Namun, perkataan itu membuatnya susah hati dan ia pergi dengan sedih karena ia memiliki banyak harta.
23  Kemudian, Yesus memandang ke sekeliling dan berkata kepada murid-muridnya, “Betapa sulitnya bagi mereka yang kaya untuk masuk Kerajaan Allah!”
24  Murid-murid terkejut pada perkataannya. Namun, Yesus berkata lagi kepada mereka, “Hai anak-anak, betapa sulitnya untuk masuk Kerajaan Allah!
25  Lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum daripada orang kaya masuk Kerajaan Allah.”
26  Murid-murid semakin terkejut dan berkata satu sama lain, “Lalu, siapa yang bisa diselamatkan?”
27  Yesus memandang kepada mereka dan berkata, “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi tidak bagi Allah. Sebab, segala sesuatu mungkin bagi Allah.”
28  Petrus mulai berkata kepada Yesus, “Lihat, kami telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut engkau!”
29  Yesus berkata, “Aku mengatakan yang sebenarnya kepadamu, tidak ada seorang pun yang telah meninggalkan rumah, atau saudara-saudara laki-laki, atau saudara-saudara perempuan, atau ibu, atau ayah, atau anak-anak, atau ladang-ladangnya karena aku dan karena Injil,
30  yang pada masa ini tidak akan menerima seratus kali lipat — rumah-rumah, dan saudara-saudara laki-laki, dan saudara-saudara perempuan, dan ibu-ibu, dan anak-anak, dan ladang-ladang, dengan penganiayaan; dan pada masa yang akan datang, hidup yang kekal.
31  Akan tetapi, banyak orang yang pertama akan menjadi yang terakhir, dan yang terakhir menjadi yang pertama.”

Saya harap saudara perhatikan secara khusus ayat 24 di mana Yesus berkata, “Hai anak-anak, betapa sulitnya untuk masuk Kerajaan Allah!” Jadi, menurut Yesus, masuk Kerajaan Allah itu sesuatu yang sulit. Kesulitan itu berlaku untuk setiap orang, tetapi terutama bagi orang kaya. Lalu, mengapa begitu sulit?

Seluruh nas ini diawali dengan sebuah pertanyaan. Pertanyaan ini diajukan oleh seorang muda yang kaya mengenai keselamatan. Pertanyaan yang diajukan oleh orang muda yang kaya itu adalah: “Apa yang harus aku lakukan untuk mendapat warisan hidup yang kekal?” Artinya, bagaimana supaya aku bisa diselamatkan? Pertanyaan ini memang berkenaan dengan keselamatan.


DILAHIRKAN KEMBALI UNTUK MEWARISI HIDUP YANG KEKAL

Sekali lagi, saya harap anda perhatikan betapa bijak dan cermatnya pertanyaan itu diajukan. Pertanyaan itu tidak diajukan dengan kalimat, “Bagaimana supaya aku bisa meraih (earn = mendapatkan, meraih, memperoleh) hidup yang kekal?” Orang muda yang kaya ini bertanya, “Apa yang harus kuperbuat untuk mewarisi hidup yang kekal?” Nah, satu-satunya orang yang berhak untuk ‘mewarisi’ adalah seorang anak. Seseorang harus merupakan anggota keluarga untuk bisa mewarisi sesuatu, entah kedudukan sebagai anggota keluarga itu diperoleh melalui kelahiran ataupun pengangkatan, keduanya sama saja. Orang muda yang kaya ini berpendidikan baik; dia tidak membayangkan bahwa hidup yang kekal itu sebagai sesuatu hal yang bisa diraih melalui usaha pribadi. Dia tahu bahwa hidup yang kekal itu merupakan suatu warisan. Warisan adalah sesuatu yang diberikan kepada anda, bukan hasil jerih payah anda. Akan tetapi, pemberian itu diberikan berdasarkan satu persyaratan khusus. Pemberian itu terjadi atas dasar hubungan anda dengan orang yang akan memberi warisan. Oleh karena itu, jika anda tidak memiliki hubungan apa-apa dengan orang tersebut, maka anda tidak bisa memperoleh warisan darinya.

Oleh sebab itu, jika dia ingin memiliki hidup yang kekal dari Allah, orang muda yang kaya ini tahu bahwa dia harus memiliki hubungan yang sangat khusus dengan Allah. Dan dia harus memiliki hubungan sebagai anak bagi Allah, dan Allah sebagai Bapanya. Hanya dengan cara itu, baru anda bisa memperoleh hidup yang kekal sebagai anugerah dari Allah, yakni berdasarkan hubungan istimewa ini dengan Allah. Anda bisa langsung melihat betapa bijaknya orang muda yang kaya ini. Dia sangat bijaksana! Sampai dengan titik ini, di dalam memahami hal-hal yang berasal dari Allah, orang muda yang kaya ini terlihat sangat mengerti. Dan hikmatnya tidak berhenti pada titik itu saja. Dia tidak membayangkan bahwa hubungan dengan Allah ini merupakan sesuatu yang jatuh begitu saja ke pangkuannya. Dia tahu bahwa ada sesuatu yang harus dia kerjakan: Apa yang harus kuperbuat? Dia tidak membayangkan bahwa dia akan memperoleh hubungan yang istimewa dengan Allah ini tanpa adanya tanggung jawab di pihaknya, atau hanya berdasarkan predestinasi (takdir) yang telah ditetapkan oleh Allah. Tidak, dia tahu bahwa Allah telah memberi kita peluang untuk memperoleh hidup yang kekal tersebut. Dia tahu bahwa hidup yang kekal ini hanya tersedia baginya dengan cara menjadi anak Allah. Hal ini juga diketahui oleh orang-orang Kristen. Akan tetapi, dia juga tahu bahwa anda tidak secara otomatis menjadi seorang anak Allah. Ada hal yang harus anda perbuat. Dan hanya dengan melakukan hal itu, baru dia bisa memiliki hidup yang kekal.


KETAATAN ADALAH IMAN

Lalu, dia datang — perhatikan betapa indah sikapnya — dengan rendah hati kepada Yesus. Dia berlutut di hadapan Yesus. Perhatikan juga urgensinya: dia berlari mendatangi Yesus! Dia tidak sekedar melangkah santai menuju Yesus; dia berlari ke arah Yesus dan berlutut. Dan karena pertanyaan yang dia ajukan itu berkenaan dengan hidup kekal, dengan demikian, pertanyaan tersebut adalah pertanyaan yang penting. Peristiwa ini dicatat di dalam ketiga Injil Sinoptik, yaitu ketiga kitab Injil yang pertama. Sungguh indah sikap orang ini! Dia bukan saja mengajukan pertanyaan yang sangat baik dan penting, tetapi sikapnya juga sangat sempurna. Dia berlutut di hadapan Yesus dan berkata, “Guru yang baik, apa yang harus aku lakukan untuk mendapat warisan hidup yang kekal?” Mula-mula, Yesus menanyai pemahamannya tentang Allah, dan juga tentang Yesus sendiri. Mengenai pokok yang satu ini, saya sudah pernah menguraikannya secara terperinci. Untuk sekarang ini, kita lanjutkan dengan tanggapan Yesus atas pertanyaan, “Apa yang harus kuperbuat?” Yesus memberinya jawaban yang sangat lengkap. Dia berkata, “Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah.” Sebagai langkah awal, turutilah perintah-perintah itu! Nah, kita tentu terkejut dengan jawaban tersebut. Kita tentunya berharap bahwa jawaban Yesus adalah, “Percayalah kepadaku.” Dan memang, Yesus akan membahas pokok tersebut nanti, tetapi ia memulai dengan berkata, “Engkau tentu mengetahui segala perintah Allah” — kerjakanlah apa yang kau tahu harus kau kerjakan!

Paulus berkata di Roma pasal 7 bahwa Hukum Taurat itu rohani, dan karena rohani, maka Hukum Taurat itu harus ditaati. Yesus berkata dalam Khotbah di Bukit, “Jangan berpikir bahwa aku datang untuk meniadakan Hukum Taurat atau kitab para nabi. Aku datang bukan untuk meniadakannya melainkan untuk menggenapinya.” (Mat 5:17). Yesus berkata lagi, “Karena itu, siapa yang meniadakan salah satu dari perintah-perintah terkecil ini dan mengajar orang lain untuk melakukan hal yang sama, ia akan disebut yang terkecil dalam Kerajaan Surga” (Mat 5:19). Yesus berkata kepada orang muda yang kaya ini, “Lakukanlah perintah-perintah itu.” Lalu, orang muda ini berkata kepada Yesus, “Aku telah mengerjakannya. Aku selalu menghormati perintah-perintah Allah. Guru, semuanya itu telah kuturuti sejak masa mudaku.”

Jika kita tilik sikap orang muda ini, kita pasti segera sepakat bahwa dia ini adalah orang yang benar-benar tulus dan jujur. Dia adalah orang yang sangat luar biasa. Dia mampu mengucapkan perkataan yang sama dengan rasul Paulus di Filipi 3:5-6, “Dalam hal menjalankan Hukum Taurat, aku ini sempurna.” Itu klaim yang sangat besar! Namun Paulus tidak ragu membuat klaim itu. Tepatnya, di Filipi 3:6 dia mengucapkan hal ini, “dalam hal kebenaran di bawah Hukum Taurat, aku tidak bercacat.” Dan orang muda yang kaya ini, sama seperti Paulus, mengucapkan perkataan yang sama, “Tentang kebenaran dalam menaati hukum Taurat, aku tidak bercacat.” Yaitu, hal-hal sejauh yang telah dia ketahui. Saya ingin tahu ada berapa banyak orang Kristen yang berani berkata seperti itu. Mereka adalah orang-orang yang pengabdiannya sangat tinggi kepada Allah. Satu-satunya jalan yang mereka ketahui untuk menyatakan pengabdian mereka itu adalah dengan jalan mengerjakan Hukum Taurat.

Jadi, saat anda menatap ke arah orang muda yang kaya ini, anda akan berkata, “Wow! Ini dia bakat yang sejajar dengan rasul Paulus!” Dia adalah orang yang sangat baik, orang yang taat beribadah. Dalam caranya sendiri, dia memiliki pengabdian yang sangat tinggi, orang yang sangat tulus, sangat rendah hati. Dia adalah orang yang perilakunya sangat menawan. Dia tidak berpikir, “Aku ini orang kaya, aku bebas melaju di jalanan dengan Rolls Royce; ngebut di jalan, membuat banyak keributan.” Anda tidak akan melihat adanya kesombongan orang kaya di dalam diri orang muda ini. Dia datang dengan rendah hati, dan berlutut di hadapan seorang guru — persisnya seorang guru yang ditolak oleh semua pemimpin di Yerusalem; seorang guru yang tidak dihargai oleh para pemimpin agama di negerinya. Akan tetapi, di hadapan guru ini, dia bersedia berlutut. Kita harus memberikan penghormatan yang tinggi kepada orang muda ini.

Nah, banyak orang kaya yang sangat materialistis sehingga mereka hanya bisa memikirkan uang saja. Mereka hanya memikirkan kesenangan pribadi saja. Akan tetapi, orang muda ini tidak. Ia peduli dengan persoalan tentang hidup yang kekal. Oh, tak heran jika ayat 21 menyebutkan bahwa Yesus menatap ke arahnya, dan mengasihi dia! Yesus mungkin membatin, “Sungguh potensi yang hebat! Kalau dia mengikut aku, maka dia akan menjadi hamba Allah yang sangat hebat!”

Jadi, pertama-tama, jawaban Yesus terhadap pertanyaan, “Apa yang harus kuperbuat?” mengarah pada ketaatan — taatilah Allah! Nah, ini adalah definisi yang mendasar tentang iman menurut Alkitab. Ketaatan adalah iman.


KETAATAN YANG BAGAIMANA?

Akan tetapi, hal itu masih belum cukup, karena iman, sebagaimana yang telah kita lihat minggu lalu, terdiri dari 3 macam. Yang pertama, adalah iman yang diakui di mulut, tetapi tidak tulus. Banyak sekali orang yang mengaku beriman, tetapi tidak tulus. Ada lagi jenis yang kedua, yaitu iman yang sudah tulus, tetapi tidak utuh; tidak total. Lalu, kita lihat bahwa satu-satunya jenis iman yang dipandang berharga di hadapan Allah, dalam jangka panjang, adalah iman yang berwujud komitmen total.

Karena jika kita berkata bahwa kita ‘diselamatkan oleh iman’, tentunya wajar jika dipertanyakan, “Seberapa besar iman yang dibutuhkan supaya anda bisa diselamatkan?” Ini adalah pertanyaan yang wajar. Jika anda minta agar saya beriman kepada Allah, tentunya saya berhak untuk bertanya, “Berapa besar iman yang anda minta dari saya?” Jika anda berkata, “Anda harus taat kepada Allah,” tentunya wajar jika saya bertanya, “Seberapa besar ketaatan yang menghasilkan iman yang menyelamatkan itu?” Dan bagaimana anda akan menjawab pertanyaan ini?

Nah, Yesus memberi jawab atas pertanyaan ini. Anda lihat, pertanyaan ini mengangkat persoalan Hukum Taurat. Jika menaati Allah itu lewat ketaatan pada Hukum Taurat, maka seberapa lengkap ketaatan saya pada Hukum Allah itu untuk bisa berkenan kepada Allah? Anda lihat, orang muda ini berkata, “Aku telah menjalankan Hukum Taurat itu.” Maksudnya, tentu saja, mengikuti standar yang lazim dipakai oleh orang-orang. Itulah yang dikatakan oleh Paulus, “Tentang kebenaran dalam menaati hukum Taurat, aku tidak bercacat“. Maksudnya adalah, “Menurut apa yang bisa dinilai oleh manusia, aku telah menaati Hukum Taurat sebaik yang bisa dilakukan oleh orang lain.” Namun, Paulus sendiri juga mengatakan bahwa, di hadapan Allah, tak seorang pun yang bisa menaati hukum Allah dengan sempurna. Mustahil bagi anda untuk melakukannya. Jika saya harus menaati Allah, mengikuti perintah Yesus, “Taatilah,” lalu seberapa besar ketaatan itu harus saya miliki sebelum saya bisa berkenan di hadapan Allah? Untuk alasan inilah, karena tak seorang pun bisa menaati hukum Taurat dengan sempurna, maka di dalam Perjanjian Lama disediakan jalur persembahan korban. Persembahan korban itu dimaksudkan untuk melengkapi usaha anda, yang tidak sempurna itu, dalam menaati Hukum taurat. Jika demikian halnya, maka tak seorang pun yang bisa memiliki ketaatan yang sempurna di hadapan Allah. Kita masih membutuhkan darah korban persembahan untuk menyucikan kita.


HANYA DALAM MENGIKUTI YESUS, KITA DAPAT DISEMPURNAKAN

Lalu, bagaimana kita bisa menjadi sempurna? Yesus berkata kepada orang muda yang kaya ini, “Kamu masih belum sempurna. Kamu tahu akan hal itu. Sekalipun kamu sudah menaati Hukum Taurat, kamu adalah orang pertama yang paling tahu bahwa kamu belum sempurna.” Sebenarnya, mereka yang paling taat kepada Hukum Taurat merupakan orang-orang yang paling tahu bahwa mereka tidak sempurna. Mungkin tidak ada seorang pun yang sadar akan ketidaklayakan mereka sendiri dibandingkan seorang pemberita Injil. Semakin saya mengikut Yesus, semakin mendalam kesadaran saya akan kelemahan, ketidaksempurnaan dan ketidaklayakan saya; dan semakin sadar anda akan ketergantungan anda pada kasih karunia Allah. Kita ini selamanya tidak sempurna.

Lalu, Yesus berkata kepada orang muda yang kaya ini, “Masih satu hal mendasar yang kurang darimu.” Bagaimana cara untuk mendapatkan satu hal yang mendasar ini? Tanpanya anda tidak akan pernah menjadi sempurna. Hanya dengan cara mengikut Yesus! Hanya dengan mengikut Yesus,  maka anda bisa dijadikan sempurna. Dia menjadikan anda sempurna lewat dua cara.

Pertama, dengan memberi anda pengampunan yang anda butuhkan itu lewat pengorbanannya di kayu salib. Kata ‘sempurna’ ini muncul berulang kali di dalam kitab Ibrani, di mana penulis kitab Ibrani berkata, “Persembahan korban dalam Perjanjian Lama tidak bisa menjadikan kita sempurna, dan menaati Hukum Taurat juga tidak bisa menjadikan kita sempurna. Akan tetapi, Kristus, lewat satu persembahan korbannya, telah menyempurnakan kita” (Ibr 7:19; 10:1-14). Hanya Kristus yang bisa menyempurnakan kita melalui pengorbanannya di kayu salib. Artinya, dia mampu menyucikan dosa-dosa saya, dan jika semua dosa saya diampuni, maka tentu saja, saya menjadi sempurna. Sejauh menurut Hukum Taurat, maka saya tidak memiliki kesalahan lagi karena semuanya telah diampuni; nodanya telah dibersihkan. Secara resmi, saya telah sempurna. Dan syukur kepada Allah! Dia tidak sekedar menyempurnakan saya secara legal saja. Karena setiap kali noda itu dihapuskan, saya bisa berbuat dosa lagi, dan semuanya kembali berisi noda.

Hal berikut yang dia kerjakan, dia menaruh Roh Kudus ke dalam diri saya, dan menjadikan saya lahir baru. Seperti yang dikatakan oleh Petrus di 2 Petrus 1:4, “kamu dapat ikut ambil bagian dalam keilahian-Nya,” Kita mengambil bagian dalam kodrat ilahi lewat cara sebagaimana yang disampaikan oleh rasul Yohanes di 1 Yohanes 3:9. Oleh karena kita memperoleh benih ilahi, karena Roh-Nya diam di dalam diri kita, oleh karena itu kita tidak berbuat dosa lagi. Artinya, kita tidak secara sengaja meneruskan lagi dosa-dosa kita. Rasul Yohanes tidak berkata bahwa sejak saat kita dilahirkan kembali, maka kita tidak dapat melakukan perbuatan dosa lagi. Pandangan semacam ini tentu saja tidak benar. Yang dia maksudkan adalah kita tidak lagi secara sengaja berbuat dosa karena sekarang hal itu sudah bertentangan dengan kodrat baru kita. Jadi, apa yang disampaikan oleh Yesus kepada orang muda yang terkasih ini, adalah, “Mari ikutlah aku. Jika kamu menginginkan hal yang kamu butuhkan bagi keselamatanmu itu — ikutlah aku.”


PERSYARATAN YESUS: KOMITMEN TOTAL

Namun, sebagaimana yang telah saya peringatkan berulang kali, mengikut Yesus menurut Kitab Suci itu, bukanlah hal yang mudah. Dia mengatakan hal ini kepada orang muda yang kaya, “Pergi dan juallah semua hartamu, lalu datang dan ikutlah aku.” Apakah yang dituntut Yesus kepadanya? Yesus menuntut iman jenis yang ketiga — yang berupa komitmen total! Saya telah sampaikan bahwa segenap ajaran Yesus selalu memperingatkan kita, bahwa satu-satunya jenis iman yang menyelamatkan dalam jangka panjang, adalah komitmen total kepadanya. Dia tidak pernah menetapkan syarat lebih rendah daripada itu. Itulah persyaratan minimumnya! Itu bukan syarat maksimum; itu adalah standar minimum.

Ajaran Yesus mengenai keselamatan sangatlah berbeda dengan apa yang dikhotbahkan di gereja-gereja saat ini. Jika orang muda yang kaya ini mendatangi pastor atau penginjil zaman sekarang, maka pastor atau penginjil tersebut — kecuali jika dia memang sangat istimewa — pasti tidak akan menyampaikan hal seperti yang dikatakan oleh Yesus kepada orang muda ini.

Jika orang muda yang kaya ini mendatangi seorang pastor, penginjil atau pengkhotbah dan bertanya, “Apa yang harus kuperbuat untuk bisa diselamatkan?” maka dia hanya akan diberitahu, “Percayalah kepada Yesus.” Dia tidak akan diberitahu sepatah pun tentang komitmen total. Tak satu pun kata yang akan disampaikan mengenai komitmen total. Jika orang muda ini berkata kepada pendeta, “Nah, saya siap untuk mempercayai Yesus, apa yang harus saya perbuat?” Pendeta akan berkata kepadanya, “Nah, bertobatlah dari dosa-dosamu yang lama. Apakah kamu bersedia bertobat dari dosa-dosamu?” Orang muda ini akan berkata, “Ya, aku bersedia bertobat.” Lalu, pendeta akan berkata, “Berlututlah di sini bersama saya dan terimalah Yesus.” Seperti yang anda ketahui, itulah pendekatan standar dari setiap orang yang menyebut dirinya pelayan, pastor dan penginjil di zaman sekarang ini. Kita berani mengambil peranan, mengambil hak, untuk memperlebar gerbang Kerajaan Allah! Kita memandang bahwa gerbang Kerajaan Allah itu terlalu sempit. Dengan demikian, pendeta dan penginjil telah mengambil kewenangan untuk memperlebar gerbang tersebut. Dan kita semua yang menyampaikan peringatan bahwa tindakan tersebut adalah suatu ketidaktaatan kepada Allah, akan diserang dengan berbagai macam tuduhan.

Perhatikan apa yang dikatakan oleh Yesus, “Oh tidak. Aku sangat mengasihi orang ini. Dia adalah orang yang sangat baik. Dia memiliki potensi yang sangat hebat, tetapi aku tidak bisa memberi dia kemudahan untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah. Hal itu tidak bisa dilakukan. Gerbang Kerajaan Allah memang sebesar itu lebarnya, dan akan tetap selebar itu sampai selama-lamanya buat semua orang.”


HANYA ADA SATU KELAS ORANG KRISTEN: MEREKA YANG BERKOMITMEN TOTAL

Banyak gereja yang memberitahu kita bahwa memasuki pintu gerbang yang sempit itu memang perlu, tetapi hal itu dipandang sebagai langkah lanjutan. Begitulah cara gereja-gereja zaman sekarang mengajarkannya. Kita diberitahu tentang adanya berbagai macam kelompok: ada kelompok ‘orang Kristen’ dan ada kelompok ‘murid-murid’, atau ada kelompok ‘kelas satu’ dan yang ‘kelas dua’. Namun, tentu saja, siapa yang peduli apakah dia akan mendapat tempat di kelas dua atau kelas turis, atau kelas tiga — selama ia sampai tujuan? Selama anda bisa diselamatkan, bahkan masuk di kelas keempat juga tidak jadi masalah. Yang tidak mereka pahami adalah bahwa di dalam ajaran Yesus, tidak ada kelas kedua atau ketiga, hanya ada satu kelas untuk perjalanan ke surga. Sama seperti keadaan China zaman dulu, hanya ada satu kelas. Tidak ada kelas pertama, kedua atau ketiga di dalam kereta apinya. Di zaman sekarang ini, banyak perusahaan penerbangan yang hanya menerapkan satu kelas saja. Keberadaan kelas utama semakin mengecil dan akhirnya nanti menghilang. Yesus tidak mengizinkan adanya kelas kedua. Dia hanya punya satu kelas.

Akan tetapi, gereja justru menciptakan pembagian kelas. Jadi, mereka memberitahu anda bahwa pertama-tama anda diselamatkan, dan selanjutnya, jika anda suka — seandainya anda tidak suka, tidak jadi masalah — anda bisa menjadi murid. Tak ada ajaran semacam itu di dalam Alkitab. Di dalam Alkitab, hanya ada satu kelas: semua adalah murid dan mereka yang bukan murid tidak diselamatkan. Saya telah memperingatkan anda sebelumnya, dan saya ulangi lagi, bahwa di Kisah 11:26, hanya para murid yang disebut sebagai orang Kristen. “Orang Kristen” adalah istilah yang ditujukan kepada pada murid. Malahan, di sepanjang kitab Kisah Para Rasul, satu-satunya nama sebutan bagi orang Kristen adalah ‘murid-murid’. Penggambaran orang Kristen tidak bisa dilakukan dengan cara lain. Orang non-Kristenlah yang, karena tidak tahu bagaimana menyebut para murid Kristus itu, lalu menyebut mereka dengan istilah Christianoi — “orang Kristen”.

Jadi perhatikanlah betapa berbedanya ajaran dari Yesus mengenai keselamatan. Dia berkata kepada orang muda yang kaya ini, “Kamu adalah orang baik. Kamu memiliki potensi yang besar. Namun, aku meminta komitmen yang total darimu.” Orang ini memang sangat baik, tetapi dia masih kurang sedikit saja. Dia sangat tulus, sangat murni, tetapi masih ada sedikit yang kurang. Saya sudah sebutkan bahwa seseorang bisa saja sangat tulus, tetapi hal itu tidak serta merta membuktikan bahwa dia adalah seorang Kristen. Saat masuk kepada persyaratan komitmen total, dia lalu mundur; dia tidak tahan.

Ada sangat banyak orang di zaman sekarang ini yang bersedia menjadi Kristen sekiranya saja, kalau saja anda menurunkan sedikit persyaratannya, sedikit saja. Dan gereja, dalam keserakahannya menjaring orang-orang masuk gereja, bukan sekedar menurunkan sedikit saja persyaratannya, gereja malah menjatuhkan tingkat persyaratannya, menurunkannya begitu jauh, sampai-sampai gereja dipenuhi oleh berbagai macam orang yang tidak bisa disebut Kristen.

Akan tetapi, Yesus tidak menurunkan persyaratannya walaupun hanya sedikit. Orang muda yang kaya ini menginginkan hidup yang kekal. Benar, dia menginginkannya. Dia ingin menjadi anak Allah, dia memang benar-benar menginginkannya. Akan tetapi, yang dipertanyakan oleh Yesus adalah: seberapa besar keinginanmu itu? Seberapa dalam hasrat anda akan hidup kekal itu? Seberapa berharga hidup kekal itu bagi anda? Apakah melebihi segala-galanya bagi anda, atau ternyata tidak terlalu berharga bagi anda? Sekalipun hidup kekal itu mencapai nilai 90% dari segala-galanya, hal itu masih belum mencukupi. Hidup kekal itu harus bernilai segala-galanya bagi anda atau anda tidak akan memilikinya sama sekali.

Orang kuda yang kaya ini sangat menginginkannya, tetapi bukan dalam bentuk komitmen total. Dia menjadi kecewa. Ahh! Harganya terlalu tinggi! Kita tahu bahwa dia tidak terlalu mencintai hartanya, tetapi dia tidak bisa melepaskannya begitu saja. Dia tidak bisa memisahkan diri secara penuh dengan dunia. Dia bersedia berpisah dari dunia, tetapi tidak sepenuhnya. Dia masih menginginkan sedikit hubungan dengan dunia. Akan tetapi, Yesus tidak memberinya peluang itu — semua atau tidak sama sekali! Itulah komitmen total! Sangat sukar. Akan tetapi, itu bukan ajaran saya. Itu adalah ajaran Yesus!


MEMUTUSKAN SEGALA IKATAN DENGAN DUNIA

“Jika seseorang tidak memikul salibnya dan melepaskan dirinya dari segala miliknya, dia tidak dapat menjadi muridku” (Mat 16:24, Mar 8:34, Luk 9:23). “Ia tidak dapat menjadi muridku bukan karena aku tidak menghendakinya menjadi muridku, melainkan karena dia tidak akan mampu menjadi muridku.” Jika anda tinggalkan satu celah saja terbuka untuk berhubungan dengan dunia — anda telah memutuskan semua tali hubungan itu kecuali satu yang kecil — saya beritahu anda, satu tali yang kecil itu akan menarik anda kembali kepada dunia. Seperti yang telah kita lihat, jenis iman yang kedua memang tulus, tetapi masih meninggalkan beberapa keterkaitan dengan dunia. Ketika itu terjadi, anda pasti akan kalah dalam peperangan anda melawan dunia. Itulah sebabnya mengapa anda tidak dapat menjadi muridnya, karena anda tidak akan menang dalam peperangan ini, selama ikatan itu masih ada.

Dan terlebih lagi, saya perlu ingatkan anda juga, bahwa dengan melepaskan segala milik anda itu bukan berarti anda telah memutuskan semua hubungan dengan dunia. Yesus tidak sekedar berkata, “Juallah segala milikmu“, tetapi dia juga berkata, “Kemudian datanglah ke mari dan ikutlah aku“. Anda bisa saja menjual segala milik anda, menyerahkan tubuh anda untuk dibakar, tetapi tidak memiliki kasih. Ada orang yang bisa melakukan itu semua, tetapi tanpa mengikut Yesus.

Jadi anda bisa lihat bahwa menjadi seorang Kristen itu sangatlah berat, bukankah demikian? Itulah sebabnya mengapa ketika kita sampai pada ayat 24, anda bisa memahami mengapa ia berkata kepada murid-muridnya, “Anak-anakku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah” (Mar 10:24). Nah, sekarang saya rasa kita bisa mulai mengerti, ini karena sangat sukar memutuskan hubungan dengan dunia, bukankah demikian? Paulus berkata, “Aku telah disalibkan bersama Kristus. Dan sekarang dunia telah mati bagiku, dan aku telah mati bagi dunia” (Gal 6:14). Jika anda seorang Kristen sejati, sanggupkah anda mengatakan hal itu?

Seolah-olah pokok ini masih belum jelas, Yesus melanjutkan dengan memberi gambaran tentang masalah ini, agar tak ada orang yang gagal dalam mencermati pokok ini, yaitu bahwa ini adalah persoalan yang sukar. Dia tahu betapa sukarnya bagi kita untuk memutuskan hubungan dengan dunia. Dia berkata, “Tahukah kamu seberapa sukar hal itu? Sama sulitnya dengan upaya seekor unta untuk melewati lubang jarum.”


APAKAH KITA MENUMPUK BEBAN SEPERTI UNTA?

Nah, unta itu sangat mirip dengan kita. Kita ini seperti unta. Unta adalah hewan dengan daya tampung yang sangat luar biasa. Ia menyimpan segala sesuatu di dalam dirinya. Coba lihat diri anda. Silakan lihat diri kita masing-masing. Berapa banyak tahun yang kita habiskan untuk belajar? Diri saya sendiri, menghabiskan tahun demi tahun — enam, tujuh, bahkan delapan tahun, terus menerus, menampung pengetahuan di dalam kepala, mirip dengan unta. Sungguh banyak waktu yang kita habiskan untuk belajar. Di tingkat universitas saja, ada beberapa dari kita yang menghabiskan enam, atau tujuh tahun, menumpuk pengetahuan.

Mengapa kita menimbun semua ini? Yah, kita semua punya alasan sendiri-sendiri: untuk mengejar sukses, untuk menghasilkan banyak uang. Kita bisa menimbun banyak uang, seperti halnya dengan unta, lalu kita tumbuhkan lagi punuk yang kedua. Mula-mula kita besarkan punuk yang pertama, selanjutnya adalah punuk yang kedua. Dan selanjutnya, seiring dengan semua itu, kita bahkan mungkin membesarkan punuk yang ketiga! Kita ini benar-benar unta yang hebat; kita sangat mahir menimbun! Jangan ada yang lolos! Simpan semua untuk diri anda! Hebatnya lagi adalah, unta yang menimbun dalam punuknya itu tidak bisa berbagi dengan unta yang lainnya. Hanya bisa dia nikmati sendiri. Dengan demikian, jika anda memiliki lebih banyak punuk, semakin besar punuk anda, akan semakin sukar untuk melewati lubang jarum.

 
“LAHIR BARU” ADALAH TRANSFORMASI TOTAL MELALUI IMAN YANG TOTAL

Untuk bisa melewati lubang jarum, anda harus mengurangi beban sampai nyaris habis! Maksud saya, bahkan para pelatih kursus pengurangan bobot tubuh juga tidak banyak menolong anda. Sekalipun anda terus menurunkan berat dan menjalankan diet, hal ini tidak akan berhasil. Tidak ada usaha, tidak ada perjuangan yang akan bisa meloloskan anda melalui lubang jarum. Satu-satunya jalan untuk bisa melewatinya adalah dengan transformasi total. Itulah tepatnya hal yang ingin diberitahukan oleh Yesus kepada kita. Transformasi total hanya bisa muncul dari iman yang total. Dari sini, anda mulai bisa melihat hubungannya.

Dan transformasi total ini adalah ungkapan lain dari apa yang disampaikan oleh Kitab Suci mengenai hal ‘dilahirkan kembali’. Nah, ‘dilahirkan kembali’ berarti anda menjadi benar-benar baru! Anda menjadi berbeda dengan diri anda yang sebelumnya. Menjadi seorang Kristen berarti mengalami transformasi total! Dan transformasi total ini, saya ingatkan anda sekali lagi, hanya muncul melalui komitmen total, melalui iman yang total.

Nah, transformasi total ini hanya bisa digenapi oleh kuasa Allah. Sekarang anda bisa mengerti mengapa Yesus berkata, “Memang mustahil bagi manusia, tetapi tak ada hal yang mustahil bagi Allah.” Hal apakah yang ia katakan mustahil itu? Yah, memang mustahil bagi seekor unta untuk melewati lubang jarum. Hal ini tidak mungkin bisa dilakukan! Akan tetapi, apa kata Yesus? Apakah makna ungkapan ‘mungkin bagi Allah’ itu berarti Allah berkata, “Baiklah, kamu boleh mengitari jarum itu. Kamu tidak perlu lewat melaluinya”? Dia menggambarkan pintu gerbang Kerajaan Allah itu sedemikian sempitnya dengan menyamakannya dengan lubang jarum. Jadi, ketika ia berkata, “Hal itu mungkin bagi Allah,” tentu saja, dia tidak bermaksud berkata bahwa gerbang itu terlalu sempit sehingga anda boleh masuk dengan melompati temboknya. Dia berkata, “Hal itu memang mustahil bagi orang kaya, atau semua orang, untuk melewati lubang jarum. Akan tetapi, Allah bisa melakukannya.” Dia bisa mengerjakan hal itu dengan mengubah hati anda, dengan mengubah segenap hati anda.

Lagi pula, ia telah melakukan hal itu pada murid-muridnya. Perhatikan bahwa para murid tahu persis apa yang disampaikan oleh Yesus. “Oh,” kata mereka, “Oh. Begitu cara Allah menjadikannya mungkin.” Lalu, mereka berkata, “Lihatlah, kami telah meninggalkan semuanya untuk mengikut engkau. Kami telah melewati lubang jarum. Sungguh suatu mujizat!” Perhatikanlah, itulah sebabnya Yesus menyebut mereka anak-anak, ingatkah anda? Itu sebabnya di dalam ayat 24, ia menyebut mereka sebagai anak-anak Allah: “Anak-anak, alangkah sukarnya…” Dia berbicara kepada mereka sebagai orang-orang yang telah lahir baru. Kata ‘anak-anak’ di sini adalah ungkapan standar yang sudah pernah kita bahas minggu lalu di Yohanes 1:12, “Namun, mereka yang menerima dia diberinya kuasa untuk menjadi anak-anak Allah”. Persisnya, ungkapan itulah yang muncul di dalam ayat ini, dalam bahasa aslinya.

Lalu bagaimana? Apa yang harus saya perbuat untuk mewarisi hidup yang kekal? Bagaimana kita akan menjawab pertanyaan ini, atau bagaimana Yesus menjawab pertanyaan ini? Yesus menyatakan dengan tegas kepadanya, “Melalui iman yang total, maka kamu akan masuk ke dalam kasih karunia yang total — kasih karunia dari kelahiran baru. Namun, karena kelahiran baru ini adalah suatu perubahan total, maka kamu tidak akan bisa memasukinya tanpa iman yang total. Dilahirkan baru adalah sesuatu hal yang bukan merupakan pencapaian manusia. Hal itu mustahil bagi manusia. Ini adalah karya keselamatan Allah. Kasih karunia Allah, kuasa Allah, kasih Allah yang diwujudkan melalui transformasi ini.”


KOMITMEN TOTAL ADALAH SIKAP HATI

Bagaimana dengan anda sendiri? Iman macam apakah yang anda miliki? Mungkin iman anda itu murni, tetapi apakah sudah total? Anda mungkin segera berkata kepada saya,”Apa maksud anda dengan iman yang total itu? Apakah saya harus bergegas menjual segala yang saya miliki?” Belum apa-apa anda sudah kuatir, memikirkan rumah dan mobil dan segala yang anda miliki. Jika anda menguatirkan semua itu, jelas itu bukan pertanda baik. Orang yang berhasrat untuk menjadi seorang anak Allah tidak akan terlalu menguatirkan hal-hal tersebut. Dia tidak takut akan hal-hal tersebut. Lalu, anda berkata, “Yah, baiklah, saya memang menguatirkan hal-hal tersebut. Ada apa dengan diri saya?” Ingatlah selalu, bahwa unsur terpenting dalam komitmen total itu adalah sikap hati. Anda tidak perlu takut! Allah tidak akan datang ke rumah anda lalu membawa pergi rumah dan mobil anda. Yesus tidak mendatangi rumah orang muda yang kaya ini lalu menyita habis segalanya. Dia tidak mengurusi apa yang anda kerjakan dengan harta milik anda. Itu semua terserah anda.

Ketika saya serahkan diri saya sepenuhnya kepada Tuhan, saya letakkan segala yang saya miliki di atas altar kepada-Nya. Segala yang ada pada diri saya adalah milik-Nya. Bagaimana dengan sikap hati saya? Sikap hati saya sederhana saja, “Tuhan, aku ini milik-Mu. Segala yang kumiliki adalah milik-Mu. Silakan Engkau kerjakan apa yang Kau pandang baik akan semua itu. Jika Engkau ingin agar saya memberikannya, beritahu saya kepada siapa saya harus memberikannya. Engkau tinggal menunjukkan orangnya. Maka orang itu akan mendapatkannya.” Saya menunggu dengan tekun dan tulus di hadapan Tuhan. Jika saya memiliki rekening $100 di bank, Tuhan bisa melakukan semua yang Dia kehendaki atas rekening itu. Dia hanya perlu memberitahu saya. Tuhan tidak berkata, “Pergi, ambillah uang $100 itu dan hamburkan di jalan.” Rekening itu sekarang adalah milik-Nya. Jika anda sudah menjadi milik-Nya, maka uang tersebut adalah milik-Nya. Dialah yang akan menentukan akan diapakan uang tersebut nantinya. Saya selalu siap mendengarkan apa yang ingin Tuhan perbuat atas setiap dolar yang saya miliki. Nah, anda tentunya tidak bisa memastikan apakah saya memang tulus mengatakan hal ini, tetapi Allah tahu apakah saya tulus dengan pernyataan saya itu. Sangatlah penting Dia tahu karena di sanalah akan terlihat entah saya ini berkomitmen atau tidak. Jika anda telah menjadi milik Tuhan, maka segala milik anda adalah milik-Nya. Anda hanya sekedar menjadi pengurus segala milik-Nya. Dan segala milik anda itu menjadi milik komunitas umat Allah. Orang Kristen sejati tidak lagi memandang harta milik sebagai hak pribadinya.


ANDA KEHILANGAN SEGALANYA, TETAPI MEMPEROLEH SEGALANYA!

Inilah alasan mengapa, ketika pada murid berkata, “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut engkau!” (Mar 10:28) — seolah-olah berkata, “Lalu, apa yang kami miliki selanjutnya?” – lalu Yesus berkata di ayat 29-30,

29  Yesus berkata, “Aku mengatakan yang sebenarnya kepadamu, tidak ada seorang pun yang telah meninggalkan rumah, atau saudara-saudara laki-laki, atau saudara-saudara perempuan, atau ibu, atau ayah, atau anak-anak, atau ladang-ladangnya karena aku dan karena Injil,
30  yang pada masa ini tidak akan menerima seratus kali lipat — rumah-rumah, dan saudara-saudara laki-laki, dan saudara-saudara perempuan, dan ibu-ibu, dan anak-anak, dan ladang-ladang, dengan penganiayaan; dan pada masa yang akan datang, hidup yang kekal.

Nah, anda mungkin berkata, “Bagaimana mungkin saya yang telah meninggalkan rumah, tanah dan anak-anak, lalu mendapat seratus kali lipat? Saya tinggalkan orang tua saya, lalu saya mendapatkan seratus ayah dan ibu? Saya tinggalkan rumah saya, lalu saya mendapatkan seratus rumah? Saya tinggalkan ladang saya, lalu saya mendapat seratus ladang?” Bukankah sangat indah? Sederhana saja, seperti yang telah saya katakan, karena sekarang ini anda menjadi milik Tuhan, saat anda telah dilahirkan kembali, maka anda tidak lagi memandang kekayaan anda sebagai milik pribadi yang sepenuhnya hak anda. Sekarang anda bersedia membagikan semua milik anda bersama umat Allah. Bukankah sangat indah? Selanjutnya, ke mana pun anda pergi, anda akan bertemu dengan saudara dan saudari seiman yang mau berbagi dengan anda. Anda berbagi dengan mereka, dan mereka berbagi dengan anda. Tak heran jika anda akan memperoleh seratus kali lipat! Bukankah sangat indah? Ke mana pun anda pergi di dunia ini, anda akan bertemu dengan saudara, saudari, ayah dan ibu di sana.

Saya sangat terharu, karena, ke mana pun saya pergi, saya bertemu dengan ibu-ibu yang memperlakukan saya seperti anak mereka. Mereka sangat memperhatikan saya — sama baiknya dengan ibu kandung saya. Karena kasih mereka kepada Tuhan, mereka memandang saya seperti anak mereka sendiri. Saya beritahu anda, di dalam kehidupan Kristen saya, saya memiliki banyak ibu yang memelihara saya, yang membawa saya ke dalam keluarga mereka yang memperlakukan saya sebagai bagian dari keluarga mereka. Saya beritahu anda, bahwa secara rohani, saya akan menjadi sangat miskin tanpa adanya para ibu, bapa, saudara dan saudari seiman itu. Pada saat saya masih tinggal di China di bawah pemerintahan Komunis, di dalam perjalanan menuju Inggris, selalu ada keluarga yang bersedia menerima saya sebagai bagian dari keluarga mereka, yang selama bertahun-tahun terus merawat saya, memperhatikan saya, berdoa buat saya. Sungguh indah keluarga Allah yang sangat besar ini! Mungkin anda berpikir, “Apa yang telah hilang dari saya?” Apa yang hilang dari saya, saya mendapatkan seratus kali lipat, keluarga saudara, saudari dan rumah. Itulah yang Yesus maksudkan.

Tentu saja, Yesus tidak berkata, “Kamu harus pergi menjual rumahmu dan tinggal di pinggir jalan.” Hal ini jelas tidak menyelesaikan masalah. Apa yang anda butuhkan, anda harus menjaganya. Yang ia maksudkan adalah komitmen total yang sejati dan murni, yang bisa dengan tulus menyerahkan segala harta milik di bawah pengaturannya sepenuhnya, dan dengan tulus merelakan segala yang Dia kehendaki agar saya relakan. Jika Tuhan berkata kepada saya, “Saudara yang di sana memerlukan $100,” saya beritahu anda, saudara itu akan mendapatkan uang yang $100 itu karena sudah bukan menjadi milik saya, uang itu adalah milik Tuhan. Dan ketika dia menerima uang yang $100 itu, dia tidak perlu merasa telah menerima amal karena uang yang $100 itu adalah milik Tuhan dan dia adalah anak Allah. Dia berhak menerima uang itu.

Oh, bukankah sangat indah bahwa dengan kehilangan segala-galanya, anda justru mendapatkan segala-galanya? Anda ingin bertahan dengan apa yang anda miliki? Anda akan berkutat terus dengan milik anda yang sedikit itu. Prinsip di dalam kehidupan Kristen selalu berjalan: semakin anda memberi, maka semakin banyak juga anda menerima dari Tuhan. Akan tetapi, anda tidak boleh memberi dengan niat mendapatkan kembali.


MILIK BERSAMA TIDAK BERARTI KITA BOLEH MEMANFAATKAN ORANG LAIN

Dan juga, seorang anak Allah bertindak dengan hikmat yang besar. Dia tak pernah belajar untuk mengambil keuntungan atas orang lain. Kebiasaan ini adalah tanda yang langsung terlihat pada orang yang tidak berkomitmen. Dia tidak berkata, “Baiklah, semuanya milik bersama, jadi saya boleh bersenang-senang dengan hartamu.” Sikap semacam ini dengan segera menunjukkan bahwa orang ini tidak berkomitmen. Orang yang berkomitmen memandang harta milik bersama itu sejalan dengan ajaran Yesus di Kisah 20:35, “Lebih berbahagia memberi daripada menerima.”

Jadi, saya tidak berkata, “Saya tidak punya mobil. Saudara ini punya mobil. Ayo, mari kita pakai mobilnya! Semuanya milik bersama.” Jika dia berkata bahwa dia perlu memakainya, maka saya akan menyahut, “Yah, kamu naik bus saja. Saya yang pakai mobilnya.” Dan saya akan khotbahi dia, “Lebih berbahagia bagimu dengan memberi daripada menerima.” Jika anda mendengar ada orang yang berkata seperti itu, maka anda akan tahu bahwa dia bukan orang yang berkomitmen. Tidak, seorang anak Allah itu memiliki hikmat. Dia selalu bertenggang-rasa karena dia tahu bahwa segenap keselamatannya bergantung pada perkara komitmen totalnya. Karena alasan inilah, saat membicarakan, misalnya, mobil, saya bahkan tidak berhasrat untuk memakai kendaraan orang lain. Sekalipun kadang kala, mereka menawarkannya kepada anda dan berkata, “Silakan pakai,” saya sering mencoba untuk menolaknya. Jika memang harus, maka saya akan memakainya dengan sangat hati-hati.

Seorang anak Allah selalu menjalani hidup dalam komitmen yang total. Demikianlah, jika dia menghampiri Allah dengan sikap ini, segenap dirinya akan ditransformasi — segenap pemikiran dan sikap hatinya akan diubah. Itu sebabnya dia tidak akan pernah memanfaatkan orang lain. Dia tidak akan mendatangi orang lain dan berkata, “Aku tidak punya uang. Mari kita pakai uangmu.” Tidak, karena segenap cara berpikirnya telah diubah; dia telah lahir baru. Segenap sikap hatinya berwujud sikap hati yang bergantung sepenuhnya kepada Allah. Jadi, komitmen total adalah jalan untuk menerima kasih karunia yang total dari Allah. Saya harap anda bisa memahami hal itu.


MUKJIZAT KELAHIRAN KEMBALI DAN PERTUMBUHAN MENUJU KEDEWASAAN

Mengenai hal dilahirkan kembali, bagaimana peristiwa itu digenapi, bagaimana kejadiannya, tidak bisa kita pahami. Dan juga, tidak penting bagi kita untuk memahami bagaimana peristiwa suatu kelahiran berlangsung. Kebanyakan dari kita tidak memahami mekanisme kelahiran bayi manusia. Sebagaimana yang dikatakan oleh Yesus di Yohnes 3:8, “Angin bertiup ke mana ia mau…Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.” Artinya, kita tidak tahu dari mana ia datang, dan ke mana ia pergi, karena tak ada orang yang tahu bagamana Roh Allah bergerak. Yang penting, bagi kita hari ini, adalah: bahwa kita menghampiri Allah dengan ketulusan, dengan hati yang terbuka sepenuhnya kepada Dia. Selanjutnya, Allah akan mengerjakan mujizat — mujizat kelahiran kembali! Dia masuk ke dalam hidup kita melalui Roh Allah, dan menciptakan manusia yang baru sepenuhnya di dalam diri anda. Nah, hal ini tidak lantas menjadikan anda sempurna sepenuhnya dalam sekejap mata.

Mula-mula, anda menjadi bayi kecil. Saat anda dilahirkan kembali, anda akan melihat bahwa pemahaman rohani anda sering kali kabur dan buram. Dan banyak orang yang merasa tertekan akan hal ini. Mereka mengira bahwa disaat mereka dilahirkan kembali, maka mereka langsung menjadi raksasa rohani yang hebat. Kejadiannya tidak seperti itu. Saat anda dilahirkan kembali, anda menjadi sama seperti bayi, yang terbaring tanpa daya. Namun, bayi itu hidup! Bayi itu memiliki sedikit pemahaman tentang dunia yang baru, dunia yang baru dia masuki, tetapi segala sesuatunya masih tidak begitu jelas. Seorang bayi yang kecil masih belum bisa memusatkan pandangannya. Banyak dari antara mereka yang tidak bisa memusatkan pandangannya sampai beberapa bulan kemudian. Demikianlah, sama halnya dengan orang Kristen yang baru dilahirkan kembali, dia memang benar-benar dilahirkan kembali, dia sudah bisa melihat, tetapi masih belum begitu jelas. Dia juga, kadang kala, mendapati bahwa dia bisa berbicara, tetapi masih belum bisa berkomunikasi dengan jelas. Kadang-kadang, hal ini membuat frustrasi.

Saya yakin jika bayi mampu mengutarakan apa yang dia inginkan, tentunya akan sangat membantu para orangtua. Akan tetapi, yang bisa dia kerjakan hanyalah membuat keributan dan akhirnya, dalam keputusasaannya, ia mulai menjerit-jerit, lalu wajahnya memerah karena frustrasi. Dan orang tuanya bertanya-tanya, apakah ini karena popoknya basah? Atau karena dia lapar? Atau ada sumber ketidaknyamanan yang lainnya? Bulan-bulan pertama anda memiliki bayi, segala sesuatunya adalah usaha tebak-tebakan. Anda berusaha menebak apa penyebab kerewelan bayi. Sang bayi tidak bisa berkomunikasi. Keadaannya membuat sang bayi frustrasi; dan orangtuanya juga sama frustrasi.

Demikianlah, saat anda dilahirkan kembali, anda mungkin menemukan hal yang sama. Saat anda berdoa, anda mendapati bahwa berdoa itu sukar: “Tampaknya doa aku tidak akan bisa menembusi surga.” Dan, kadang-kadang, doa kita sepertinya tembus, dan anda berkata, “Oh, bagus sekali.” Saat lainnya, anda merasa sangat sulit berdoa. Janganlah berkecil hati. Hal itu bukanlah bukti bahwa anda belum dilahirkan kembali; hanya merupakan bukti bahwa anda masih bayi. Itu saja.

Tanda lain yang baik dari seorang bayi adalah bahwa dia selalu lapar. Setiap beberapa jam, ia memerlukan makanan lagi. Seperti yang dikatakan oleh rasul Petrus di 1 Petrus 2:2, anda memerlukan banyak susu. Kemudian, anda bertumbuh dengan memanfaatkan gizi dari susu itu. Susu itu, tentu saja, adalah Firman Allah. Jika anda memiliki selera makan yang bagus akan Firman Allah, itu berarti bahwa anda sedang bertumbuh. Saat anda bertumbuh, anda mulai belajar berjalan.

Jika anda ingat bagaimana anda belajar berjalan, hal itu juga merupakan proses yang membuat putus asa pada awalnya. Anda mencoba berdiri dan kaki anda gemetaran. Anda mulai menggerakkan kaki anda, terlihat seperti kaki yang bengkok dalam posisi orang menunggang kuda. Kaki-kaki anda masih belum kuat; masih cenderung mudah jatuh. Dan anda mendapati juga hal yang serupa dengan itu di dalam kehidupan Kristen anda. Seringkali anda mencoba untuk berdiri bagi Tuhan, tetapi anda terjatuh. Dan anda berkata, “Saya tidak tahu, saya ini orang Kristen atau bukan? Saya lemah sekali!” Selama anda tahu bahwa anda benar-benar berkomitmen kepada Kristus, jangan kuatirkan hal itu! Perlahan-lahan kaki rohani anda akan menguat. Dan anda akan ingat bahwa pada masa tersebut, sering kali anda sangat bergantung pada orang Kristen yang lain. Sama seperti anak kecil yang sedang belajar berjalan, saudaranya, saudarinya, atau siapa pun itu, harus memeganginya untuk membantu dia berjalan. Anda perlu pertolongan saudara atau saudari anda. Dan yang paling penting adalah, janganlah terlalu angkuh berkeras tidak memerlukan pertolongan dari saudara atau saudari anda. Pada tahapan itu, anda memang memerlukan pertolongan dan nasehat.

Perlahan-lahan, kaki anda menjadi semakin kuat, dan kemudian anda bisa mengambil satu atau dua langkah ke depan. Ahh, sungguh membangkitkan semangat! Sungguh suatu pengalaman yang menyenangkan bagi seorang bayi yang belajar berjalan. Anda bisa melihat kegembiraan di wajahnya, walau kemudian wajahnya terbentur lagi ke lantai. Demikianlah, dia lalu menangis frustrasi. Anda berkata, “Tidak apa-apa.” Anda mengangkat dan menegakkannya lagi. Saat berikutnya, dia bisa melangkah sampai lima atau enam langkah, dan terbanting lagi ke lantai. Jadi jangan kuatir, perlahan-lahan dia akan belajar untuk menguasai kemampuan ini.

Demikianlah, di dalam kehidupan Kristen, anda juga temukan hal semacam ini, anda melakukan beberapa langkah dan berkata, “Oh, sungguh hebat!” Dan tiba-tiba saja, anda terjatuh. Begitulah kehidupan Kristen. Itulah proses pertumbuhan — bertumbuh menuju kedewasaan, sampai anda mulai bisa melangkah dengan benar, lalu anda mendapati bahwa anda mulai bisa berbicara dengan baik. Pada awalnya, yang bisa anda ucapkan dalam doa anda hanyalah, “Abba! Bapa!” Itulah semangat anak yang baru diangkat; anda bisa berkata, “Abba! Bapa!” Seringkali, anda hanya bisa berkata, “Bapa yang terkasih,” di dalam doa anda. Anda tidak ingat lagi apa kelanjutannya. Namun, tidak masalah. Anda teruskan saja pertumbuhan anda, selanjutnya nanti anda akan semakin lancar secara rohani — anda akan lebih mampu berkomunikasi. Dan semakin hari, gambaran Kristus semakin terbentuk di dalam diri anda. Hidupnya menjadi semakin penuh kuasa di dalam diri anda. Selanjutnya, anda bertumbuh menuju kedewasaan, menjadi mahir dalam Firman Allah, layak menjadi prajurit rohani yang tangguh.


BERPALINGLAH DARI DUNIA, BUKALAH HATI ANDA SEPENUHNYA KEPADA KRISTUS

Demikianlah, anda bisa lihat mengapa Alkitab menguraikan kehidupan Kristen dengan ungkapan ‘dilahirkan kembali’. Istilah ini memberitahu kita segenap proses pertumbuhan menuju keserupaan dengan Kristus, lewat kuasa dan hidupnya yang bekerja di dalam diri anda. Akan tetapi, semua itu berawaldari satu hal: berpaling dari dunia dan membuka hati sepenuhnya kepada Kristus. Apakah anda bersedia melakukan hal itu? Sudahkah anda menguji iman anda untuk melihat apakah iman itu berisi komitmen total?

 

Berikan Komentar Anda: