Pastor Jeremiah C |
Setiap dari kita telah berpaling pada jalan kita sendiri
Di banyak negara, Jumat Agung adalah hari libur dan orang tidak perlu ke gereja, jadi orang percaya selalunya akan ke gereja untuk memperingati penderitaan Yesus. Banyak film yang menjadikan penderitaan Yesus sebagai tema mereka. Adegan-adegan di mana Yesus menderita, luka dengan darah mengalir di tubuhnya, membuat orang ngeri dan ketakutan. Jadi mengapa Yesus harus menderita dan mati? Apa kaitan pengorbanannya dengan kita? Hari ini saya ingin melihat pada Yesaya 53 untuk memahami penderitaan Yesus.
Kita semua bagaikan domba yang sesat dan telah berpaling ke jalan kita sendiri
Yes 53.4-6,
“Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.”
Mengapa Yesus harus menderita, dan bahkan harus mengalami hukuman yang paling kejam, yakni disalibkan? Ayat 6 memberitahu kita alasannya, “karena kita semua adalah domba yang telah tersesat, masing-masing telah berpaling pada jalannya sendiri”. Karena itu, Yahweh “menimpakan semua kejahatan kita pada dia”.
Sejak dulu, manusia telah hidup di dalam ikatan pada dosa dan tidak dapat menyelamatkan diri mereka. Bahkan di Taman Firdaus, tempat yang sempurna, Adam dan Hawa tidak dapat menolak godaan Iblis, mengingkari perintah Allah, dan dengan demikian berakhir di dalam dosa. Allah telah dengan jelas berkata bahwa manusia tidak boleh makan dari buah pohon itu, tapi manusia masih mau memakannya. Kemudian, Adam dan Hawa mempunyai dua orang anak, Kain dan Habel. Kedua saudara kandung ini harusnya sangat akrab tapi siapa yang menyangka bahwa Kain cemburu dengan saudaranya Habel. Allah sudah dengan gamblang berkata pada Habel bahwa dosa sudah berada di ambang pintu, menanti kesempatan untuk bertindak, jadi dia harus mengalahkannya. Namun, Kain mengabaikan peringatan ini dan membunuh saudara kandungnya.
Sejak zaman nenek moyang kita, semua manusia sudah hidup dalam dosa. Mungkin menurut Anda, selama ini Anda orang yang taat hukum, tidak pernah melakukan sesuatu yang membahayakan atau jahat seperti pembunuhan dan hal-hal semacam itu, jadi bagaimana mungkin Anda telah berbuat dosa? Di mata Allah, apa itu dosa? Apakah hanya pembunuhan atau melukakan orang? Sudah tentu, ini bukan hal yang sederhana. Ayat 6 berkata, “Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil jalannya sendiri.” Definisi dosa adalah, “mengambil jalannya sendiri”.
Melakukan apa yang benar di mata kita sendiri, mengambil jalan kita sendiri adalah sesuatu yang sangat masuk akal! Mengapa Alkitab menganggapnya sebagai dosa? Allah tidak mau kita mengambil jalan kita sendiri, tapi jalanNya; Allah mau kita melakukan apa yang benar di mataNya, bukannya apa yang benar di mata kita. Standar moral manusia selalunya bersifat relatif dan berubah seiring dengan waktu. Contohnya, dulu standar moral sosial lebih tinggi dan orang tidak akan menerima orang yang belum bernikah untuk tinggal bersama. Tetapi, sekarang, standar sosial sudah berubah, dan mereka tidak lagi menganggap hal itu sesuatu yang tidak dapat diterima. Dulu, homoseksualitas adalah suatu dosa yang menjijikkan. Di beberapa negara barat sekarang, bukan saja pernikahan antara sesama jenis itu legal, tapi mereka bahkan diberikan hak untuk menikah dan mengadopsi anak. Kaum homoseksual bisa dengan suara yang lantang berteriak dan mengumumkan bahwa hal itu merupakan orientasi seksual pribadi mereka. Karena mereka tidak membahayakan kepentingan orang lain, apa kaitannya dengan Anda? Anda memilih untuk menikah dengan lawan jenis, itu urusan Anda sendiri. Saya suka dengan sesama jenis, dan itu urusan saya. Kami tidak menganggu Anda, lalu mengapa Anda campur tangan dalam kehidupan pribadi kami?
Mungkin, Anda tidak pernah melakukan hal yang tidak bermoral. Namun, jika Anda hanya melakukan hal-hal yang bermanfaat hanya untuk diri Anda sendiri, itu berarti Anda telah mengambil jalan sendiri dan telah berpaling dari Allah. Dari pengamatan saya, orang tua sekarang semakin terbeban dengan pencapaian akademis anak-anak mereka. Ada anak yang memang sudah sangat rajin dan pencapaian mereka di sekolah juga agak bagus. Namun orang tua masih tetap memberi tekanan pada anak-anak, mendorong mereka untuk belajar dengan lebih giat lagi agar mendapatkan nilai yang lebih bagus, untuk menjadi orang yang berhasil di waktu akan datang. Alasannya adalah supaya orang tua tidak akan malu mempunyai anak seperti mereka. Beberapa orang tua, karena mau mendorong anak-anak mereka agar lebih rajin, selalu membandingkan mereka dengan anak-anak yang lain – anak siapa yang telah masuk ke universitas ternama atau anak siapa yang kuliah di luar negeri. Tapi, apakah salah mendorong anak-anak kita untuk belajar? Sekilas pandang, hal-hal ini sah-sah saja dan memang wajar, tidak ada yang salah. Masalahnya adalah ini bukannya kehendak Allah tapi kehendak Anda sendiri. Tujuan studi adalah untuk memastikan anak-anak memiliki pertumbuhan yang seimbang di dalam setiap aspek, seperti pengetahuan, kepribadian, pelatihan untuk hidup bermasyarakat agar anak itu dapat menyumbang secara positif pada masyarakat. Tujuan studi bukannya demi memenangkan persaingan, apa lagi untuk membuat orang tua bangga dan bermegah di hadapan orang tua yang lain. Tidaklah mengherankan bahwa banyak anak-anak yang bukannya tidak dapat belajar dengan baik, tapi malah memberontak. Karena semakin besar tekanan, semakin mereka akan memberontak.
TUHAN telah menimpakan semua kejahatan kita padanya
Walaupun manusia hidup di dalam dosa dan tidak dapat menyelamatkan dirinya, mengapa Yesus harus mengorbankan dirinya? Hal ini sering membuat saya bertanya-tanya di waktu yang lalu. Karena Allah itu maha kuasa, mengapa Dia tidak mengumumkan bahwa setiap orang telah diampuni? Mengapa dia harus pergi begitu jauh sampai menyalibkan Yesus? Sebagai contoh, jika saya berhutang uang pada seorang dan tidak dapat membayarnya. Oleh karena kemurahan orang itu, dia bisa mengampuni saya dan rela melupakan semua hutang saya. Karena Allah itu maha kuasa, dia hanya perlu mengucapkannya. Tidakkah dapat dia mendeklarasikan bahwa saya tanpa dosa? Mengapa dia harus membuat Yesus menderita dan mati?
Yes. 53:7-8 berkata,
“Dia dianiaya tetapi dia membiarkan diri ditindas dan tidak membuka mulutnya seperti anak domba yang kelu di depan orang-orang yang menggunting bulunya, ia tidak membuka mulutnya. Sesudah penahanan dan penghukuman ia terambil, dan tentang nasibnya siapakah yang memikirkannya? Sungguh, ia terputus dari negeri orang-orang hidup, dan karena pemberontakan umatKu ia kena tulah.”
Terdapat dua kelompok kata di sini. Kelompok pertama berkaitan dengan dosa, kata-kata yang muncul adalah “kejahatan”, “dosa’, “kesalahan”, dst. Kelompok kedua berkaitan dengan kesengsaraan dan penderitaan kata-katanya seperti “penindasan”, “hukuman”, “dipukul”, “terputus”. Tahukah Anda bahwa dosa itu membawa pada akibat dosa yang serius dan barangsiapa yang melakukan dosa pasti harus menanggung akibat dosa?
Seringkali, manusia diperdaya oleh sang Iblis, bagi mereka, dosa itu nikmat, bukannya sesuatu yang mendatangkan rasa sakit. Yang terjadi adalah yang sebaliknya, selain dari kesenangan sementara, apa yang menanti Anda adalah rasa sakit dan keterikatan yang lebih dalam. Sebagai contoh, Anda tidak dapat menguasai amarah dan mulai berkelahi dan memukul orang lain sampai giginya patah. Anda sangat menyesal setelah itu dan terus meminta maaf, “Maaf, saya sangat menyesal! Saya terlalu impulsif dan bukan maksud saya untuk menyakiti Anda, maafkanlah saya!” Pihak yang disakit mengampuni Anda tapi Anda harus membayar biaya medis yang tinggi untuk mengganti giginya yang sudah patah. Sekalipun Anda berusaha sekuat tenaga, meminta maaf dan membayar ganti rugi, tapi giginya tidak akan tumbuh kembali, dan gigi palsu tidak mungkin dapat mengantikan gigi yang asli.
Kita harus memahami bahwa sangatlah mudah untuk berbuat dosa tapi orang yang sudah berbuat dosa harus membayar harga yang besar. Dosa kecil mungkin akibatnya lebih kecil. Dosa yang besar akan mengakibatkan efek besar yang bersifat permanen. Justru karena inilah, pengakuan dosa saja tidak cukup untuk menyelesaikan dosa. Sekalipun pihak yang disakiti mengampuni Anda, Masalahnya belum selesai. Dia masih kehilangan gigi aslinya dan pada akhirnya ada orang yang harus menanggung akibat dari dosa Anda.
Yahweh akan meremukkan dia dan membuatnya menderita
Siapa yang akan membayar harga mahal dosa? Yes. 53:10 berkata,
“Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah, ia akan melihat keturunannya, umurnya akan lanjut, dan kehendak TUHAN akan terlaksana olehnya.
Tidak kira betapa keras manusia berusaha, manusia masih tidak dapat mengeluarkan dirinya dari keterikatan pada dosa. Kita berpikir bahwa selama kita menangani masalah dosa lewat aspek pendidikan, membuat orang lebih banyak belajar maka masalah dosa dapat diselesaikan dengan memiliki lebih banyak pengetahuan. Kenyataannya tidaklah demikian. Pengetahuan membuat orang lebih pintar tapi tidak menjadikan mereka lebih baik. Dengan adanya pengetahuan Anda akan tahu bagaimana untuk menutupi dosa Anda dan bagaimana untuk memanfaatkan hukum yang ada untuk lolos dari hukuman.
Ada juga yang berusaha untuk melakukan lebih banyak amal untuk membantu orang miskin dan lebih banyak berbuat baik, dengan harapan Anda dapat menyelesaikan masalah dosa. Bahkan orang Kristen punya pandangan demikian: karena mereka sudah berbuat dosa dan menyakiti Allah minggu ini, maka mereka akan menutupinya dengan memberikan lebih banyak persembahan pada hari Minggu. Selalunya hanya beberapa dolar tapi mereka akan memberikan persembahan khusus 50 dolar minggu itu. Dan selain itu, selalunya mereka tidak pernah mengambil bagian dalam pelayanan tapi minggu itu mereka akan dengan lebh antusias melayani. Dengan mengambil semua tindakan ini, mereka berharap sudah cukup untuk menutupi kesalahan yang telah mereka lakukan!
Mungkin bagi Anda, pendidikan maupun perbuatan baik tidak dapat menyelesaikan masalah dosa. Bagi Anda, dosa adalah masalah spiritual dan pendekatan spiritual harus diambil untuk menyelesaikannya. Jika demikian, lalu apa pendekatan spiritual ini? Tentu saja, adalah untuk mencari pengampunan dari Allah. Jika tidak ada pengampunan dosa, kehidupan Kristen tidak dapat dilanjutkan. Untuk mendapatkan pengampunan, seseorang itu harus berhadapan dengan Allah. Dengan demikian, setiap pagi, kita harus berlutut di samping tempat tidur dan mengakui semua dosa-dosa kita dengan tangisan air mata dan memohon pengampunan dari Allah. Apa yang terjadi akhirnya? Apakah masalah dosa sudah diselesaikan sampai tuntas?
Tanpa diragukan, saat kita menangis dengan sedih dan dengan lantang meminta pengampuanan, jiwa kita akan merasa lega, seolah-olah kita sudah menanggalkan beban yang sangat besar. Namun, pendekatan ini mungkin tidak akan mencabut akar masalah secara tuntas, dosa pada dasarnya masih menguasai Anda. Anda mungkin sudah mengakui dosa-dosa Anda tapi Anda akan dengan cepat kembali lagi pada dosa. Setelah itu Anda akan kembali terpuruk karena rasa putus asa dan bersalah. Anda akan menjadi sedih dan marah, menanyakan Allah apa itu hidup berkelimpahan yang dikatakan oleh Alkitab – mengakui dosa dan melakukan dosa lagi setiap hari? Banyak orang yang menulis dan membagikan tentang keputus-asaan mereka, karena sekalipun mereka tahu sesuatu itu bertentangan dengan kehendak Allah, mereka berulang kali melakukan dosa yang sama. Walaupun setelah meminta pengampunan dari Allah, hati nurani mereka tetap merasa bersalah, merasakan bahwa ada yang tidak beres dalam kehidupan spritual mereka. Saya setuju, memang ada yang tidak beres. Kejatuhan yang terus menerus bukanlah hidup berkelimpahan yang dibicarakan oleh Alkitab.
Metode apa yang dipakai Allah untuk menuntaskan permasalahan dosa?
Yes. 53:10 berkata bahwa,
“Tetapi TUHAN berkehendak meremukkan dia dengan kesakitan. Apabila ia menyerahkan dirinya sebagai korban penebus salah..”.
Allah mengutus Yesus untuk menjadi korban penebus dosa, memakai hidupnya untuk melaksanakan keselamatan kita.
Mengapa Allah tidak menuntaskan permasalahan dosa hanya dengan mengumumkan bahwa kita telah diampuni? Hal ini karena di alam spiritual, selain dari Allah Sendiri, ada Ibilis.. Deklarasi pengampunan dari Allah tidaklah cukup. Allah harus menyelamatkan Anda dari tangan si Iblis. Hanya demikian, Anda dapat dibebaskan dari penguasaan dosa. Sama seperti bani Israel di Perjanjian Lama, mereka telah ditindas di bawah perbudakan dan mereka meratapi dan mengeluh di dalam hati mereka. Bagaimana mereka dapat dibebaskan dari penguasan Firaun? Allah melaksanakan keselamatan melalui darah domba. Barangsiapa yang pintunya ditutupi oleh darah domba tidak akan dibunuh oleh Malaikat Maut dan hidup mereka akan terselamatkan. Karena tidak satupun anak sulung keluarga orang Mesir yang terselamat, Firaun tidak mempunyai pilihan dan akhirnya terpaksa melepaskan bangsa Israel.
Yahweh melaksanakan karya keselamatan melalui darah anak domba. Darahnya bukan darah yang biasa. Darahnya mempunyai efek yang luar biasa. Mari kita membaca dua perikop. Mari kita buka ke Ibr. 9:13-14,
“Sebab jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah, betapa lebihnya darah Kristus yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan dirinya sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup.”
Penulis kitab Ibrani membuat suatu perbandingan di antara korban di Perjanjian Lama dan Kristus. Di zaman Perjanjian Lama, Allah telah menegakkan sistem korban persembahan, mengizinkan bani Israel untuk mendekati Allah lewat korban persembahan. Mereka membakar lembu dan menggunakan abu lembu untuk membuat air pentahiran yang dapat menyucikan dari najis. Apa yang menajsikan? Sebagai contoh, seseorang telah menyentuh mayat, kuburan atau tulang orang mati, dan dia menjadi tidak tahir. Dia harus mengandalkan seseorang yang tahir untuk memercikkan air pentahiran itu ke atas dia untuk mentahirkan dia. Perinciannya dapat dibaca di Bilangan Pasal 19.
Penulis Kitab Ibrani berkata bahwa jika abu hewan-hewan ini mempunyai fungsi mentahirkan, lebih-lebih lagi darah Kristus, sama seperti domba yang tak bernoda, akan dapat membersihkan hati nurani kita dari semua doa. Sangatlah tidak mudah untuk membersihkan benda-benda yang kotor.
Sebagai contoh, baju baru yang bagus menjadi kotor saat makan. Tidak kira apakah Anda mencucinya dengan pemutih atau sabun, masih tidak dapat meniadakan noda minyak. Dengan cara yang sama, saat seseorang itu berbuat dosa, hati nuraninya ternodai dan dia merasa sangat tidak nyaman dan bersalah. Dapatkah Anda berkata bada diri sendiri untuk optimis dan melupakan semuanya, bahwa waktu akan membersihkan semua noda yang kotor? Sangat aneh, bahkan setelah 5 atau 10 tahun, nodanya masih ada. Hanya darah Yesus yang dapat membersihkan hati nurani seseorang. Darahnya lebih efektif dari sabun apa pun, yang membuat kita mengalami pengampunan Allah supaya kita memiliki hati nurani yang bersih sekali lagi.
Mari kita buka ke perikop yang satu lagi, yaitu di Ibr 2:14;
“Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematiannya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis…”
Yesus tidak hanya menjadi korban persembahan di mana dosa dan darahnya menyucikan hati kita, dia juga mengalami maut. Melalui kematiannya, dia mengalahkan kuasa Iblis dan membebaskan kita dari tangan si Iblis. Semua manusia telah berbuat dosa, hidup di bawah kuasa Iblis tanpa ada pengharapan untuk melepaskan diri. Allah mengutus Yesus kepada kita. Ia dicobai tapi tidak berbuat dosa. Dia mengalami kematian tapi dibangkitkan dari maut, yang membuka bagi kita suatu jalan yang baru dan hidup. Mulai sekarang, semua yang bersatu dengannya dapat mengalami kemerdekaan mengalahkan dosa dan mempunyai pengharapan akan kebangkitan dari maut.
Mengapa tidaklah cukup bagi Allah hanya dengan mengumumkan pengampunanNya bagi kita? Hal ini adalah karena kita bukanlah tandingannya sang lawan, si Iblis. Kecuali ada sosok yang lebih kuat dari Iblis dan dapat menaklukkan Iblis dan menyelamatkan kita dari tangannya. Dan sosok itu adalah Yesus.
Banyak yang dibenarkan karena pengenalan akan hambaku yang benar
Apakah sikap Anda dalam memperingati penderitaan Yesus? Ada yang merasakan bahwa mereka harus memperingati penderitaannya dengan bersedih dan meratapinya. Tentu saja, kita harus mengingat pengorbanan Yesus, tapi yang jauh lebih pentng adalah kita harus bertekad untuk bersatu dengannya dan menjalani hidup yang bebas dari dosa dan memuliakan Allah. Yes 53:11,
“Sesudah kesusahan jiwanya, ia akan melihat terang dan menjadi puas; dan hambaKu itu, sebagai orang yang benar, akan membenarkan banyak orang oleh hikmatnya, an kejahatan mereka dia pikul.”
Yesus menderita dengan tujuan untuk menjadikan kita manusia baru, dari orang yang berdosa menjadi orang yang benar. Kuncinya adalah hidup kita dan bukannya apa yang kita tampilkan. Anda dulunya ateis, sekarang Anda telah menjadi Kristen; apakah ini berarti Anda telah menggenapi kehendak Yesus? Jika Anda masih meneruskan dosa-dosa Anda yang lalu, itu berarti Anda hanya memiliki yang eksternal, menipu diri Anda sendiri dan orang lain. Yesus menderita dengan tujuan untuk membawa kita kepada suatu hidup yang baru dan benar; dulunya Anda tak berdaya tapi sekarang karena penyatuan Anda dengan dia, segala sesuatu menjadi mungkin sekarang.
Hidup dalam kebenaran berarti menjauhkan diri dari dosa. Bagi yang telah datang kepada Tuhan, Anda harus bertekad untuk tidak berkompromi dengan dosa agar rencana keselamatan dapat digenapi dalam hidup Anda. Saat Anda mulai maju di dalam jalan surgawi ini, Anda harus lebih-lebih lagi meneladani contoh Kristus, bukan sekadar menjauhkan diri dari dosa, tapi juga belajar untuk bertekad untuk menerima penderitaan.
Sebelum kita menutup pesan hari ini, mari kita lihat pada perikop di 1 Petrus 2:21-24 sebagai suatu penghiburan bagi kita semua.
“Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulutnya. Ketika ia dicaci maki, ia tidak membalas dengan mencaci maki; ketika ia menderita, ia tidak mengancam, tetapi ia menyerahkannya kepada Dia, yang menghakimi dengan adil. Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuhnya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilurnya kamu telah sembuh.”
Saat Petrus menulis surat ini, dia memikirkan Yesaya 53. Kristus rela menderita demi memikul dosa umat manusia, agar kita tidak lagi hidup untuk dosa, dan tidak berpaling pada jalan kita sendiri, tapi agar kita akan hidup untuk Allah mulai dari sekarang, menjalani hidup dalam kebenaran. Sekalipun Kristus tidak berbuat dosa, dia rela menanggung dosa umat manusia. Kita harus belajar dari contohnya dan sedikit menderita demi keselamatan orang lain, yang merupakan hal yang menyenangkan Allah.