Pastor Eric Chang | Paskah |
Dua hari terakhir ini saya sibuk dengan pekerjaan di rumah saya. Rumah kami sudah semakin tua. Di dalam sebuah rumah yang sudah usang, segala sesuatunya tidak lagi berfungsi dengan baik. Sebagai contoh, keran pengatur pembuangan air di tempat cucian sudah mulai bocor karena cincin penutupnya sudah tidak ada. Cincin penutupnya dapat diganti tetapi masalahnya adalah dengan pipa yang sudah berkarat. Banyak pipa yang sudah lapuk, sehingga jika ditekan sedikit saja, pipa-pipa tersebut langsung patah. Jadi saya coba untuk menjadi tukang ledeng – sesuatu hal yang tidak pernah saya lakukan sebelumnya. Tetapi karena ongkos tukang ledeng sangat mahal, sama mahalnya dengan ongkos dokter, jadi saya putuskan untuk menanganinya sendiri. Memasang barang yang baru adalah perkara gampang, namun menyingkirkan yang lama ternyata susah. Pipa-pipa yang berkarat itu melekat antara satu dengan yang lainnya. Sulit untuk memisahkan pipa-pipa itu karena karat telah menyatukan mereka semua. Jadi, di beberapa tempat, saya harus memotongnya dan mengeluarkan kerannya.
Perkara memotong pipa besi, bagi kebanyakan orang, bukanlah hal yang sederhana. Terdapat banyak jenis gergaji yang berbeda-beda. Anda mungkin pernah melihat pisau gergaji yang bentuknya melingkar ini. Gergaji semacam ini tidak ada mata gergajinya; tidak ada tepi yang bergerigi. Barang ini bahkan tidak terbuat dari logam; ia dapat dilengkungkan. Jika Anda perhatikan baik-baik, tampaknya bahan ini terbuat dari semacam fiber dan dilapisi oleh semacam bahan yang terasa kasar. Tahukah Anda bahwa barang yang terlihat tidak berbahaya ini dapat memotong baja? Tidak bergerigi – tidak ada tepian yang bergerigi seperti gergaji biasa – namun kecepatannya dalam memotong baja sangat mengagumkan. Tentu saja, pemakaian benda ini tidak sama caranya dengan gergaji biasa. Anda harus menempatkannya pada sebuah alat pemutar elektrik. Akan lebih aman jika Anda memakai sepasang sarung tangan, karena jika tidak bukan pipa tapi tangan Anda yang terpotong nanti. Saat dipasang di alat pemutarnya, benda ini memotong pipa besi dalam waktu yang singkat. Namun saya dapat meraba benda ini (dalam keadaan diam) tanpa takut terluka. Bagaimana cara kerjanya? Hal yang terlihat begitu lemah dan lunak, ternyata mampu memotong logam dalam waktu yang singkat.
Jadi setelah memotong pipanya, saya masih harus mengeluarkan kerannya karena semua katup di dalamnya sudah terangkai oleh karat. Perhatikanlah benda yang terlihat agak bagus ini – warna perak dan hitam, ini adalah alat pembelah logam. Benda yang terlihat tidak berbahaya ini mampu untuk menembus dan membelah baja atau baut baja dalam waktu yang sangat singkat. Jadi, setelah memotong pipa besi tersebut, benda ini dimasukkan ke dalam pipa sampai di tempat keran itu tersambung, tempat di mana katup keran itu berada. Setelah itu kencangkan alat ini. Lalu Anda akan melihat sebuah benda runcing keluar darinya. Saat Anda mengencangkannya, ujung tersebut akan menusuk dan membelah segala sesuatu – bahkan baut yang terbuat dari logam pun terbelah. Dan jika katup-katup itu sudah retak, maka Anda bisa mengeluarkan kerannya.
Mengapa saya membicarakan hal ini kepada Anda? Karena pada saat mengerjakan hal ini, saya memikirkan tentang Allah dan mahluk ciptaan-Nya. Ketika pertama kali Allah menciptakan manusia, segalanya sangat indah; semuanya sangat baik. Kemudian datanglah sesuatu yang menimbulkan karat, merusak dan mencemari segalanya. Keran pengatur pembuangan air yang tadinya sangat bagus sekarang penuh karat. Dan saya harus mengganti keran itu. Sekarang saya sudah memasang keran baru yang bagus. Namun upaya untuk memperbaharui hal tersebut, menjadikannya baru, sungguh besar. Manusia sudah dirusak oleh dosa dan ini menimbulkan banyak hal yang membuat kita menderita karenanya. Akibatnya Allah harus menciptakan ulang segala sesuatunya.
Itu sebabnya orang Kristen berbicara tentang sesuatu yang disebut kelahiran baru, atau lahir kembali, lahir baru. Yang lama harus disingkirkan; yang baru harus muncul. Akan tetapi menyingkirkan yang lama bukanlah persoalan mudah. Menyingkirkan yang lama itu justru merupakan persoalan yang paling utama.
Alat utama yang Allah pakai adalah salib. Salib, jika Anda amati, tampak seperti benda-benda tidak berbahaya yang baru saja kita bahas – terlihat seperti benda yang lemah dan tidak berbahaya. Akan tetapi kekuatan yang dimiliki oleh benda ini tidak main-main. Lihatlah betapa ringannya peralatan untuk memperbaiki pipa itu, sangat mulus. Namun jangan tertipu oleh penampilannya; benda-benda itu dapat menembus dan memotong baja, tanpa basa-basi. Pada sebuah lembaran baja – alat itu akan membelahnya dengan cepat. Pandanglah salib, terlihat sangat sepele, sangat sederhana – perangkat lambang kelemahan. Akan tetapi Paulus berkata, itu adalah kuasa Allah bagi keselamatan. Melaluinya hidup seseorang akan diubah. Jadi hari ini saya ingin membagikan dengan singkat tiga prinsip mendasar.
Untuk Memahami Sesuatu kita harus Mengalaminya
Pertama, kita tidak akan dapat memahami sesuatu dengan benar jika kita belum mengalaminya. Saat kita berbicara tentang kebangkitan, maka kita harus berbicara tentang kematian. Tanpa kematian, tidak ada kebangkitan. Kebangkitan mempersyaratkan adanya kematian. Siapa di antara Anda yang telah mati sebelumnya? Dapatkah Anda mengacungkan tangan? Tampaknya tidak ada yang sudah mengalami kematian. Tak satupun! Jika Anda tidak pernah mengalami kematian, maka Anda hanya memahami kematian sebatas definisi saja. Mungkin Anda pernah melihat orang yang sudah mati. Namun itu tidak berarti bahwa Anda sudah memahami apa itu mati.
Saya teringat ketika pertama kali bertemu dengan nenek saya. Saya sempat berbicara dengannya satu atau dua hari sebelum ia meninggal. Kemudian saya dibawa ke satu ruangan dan diberitahu, “Nenekmu sudah mati.” Saat saya melihatnya terbaring di sana, saat saya mengamatinya, saya coba untuk memahami arti kematian – apa itu? Baru beberapa hari yang lalu saya berbicara dengannya. Dan sekarang ia terbaring di sana – tidak bergerak sama sekali, dan tidak dapat berbicara lagi. Saya baru berusia 12 tahun ketika itu. Saya terus mengamatinya dan berpikir, “Ya, aku pernah mendengar orang berbicara tentang kematian, aku tahu apa itu mati, akan tetapi aku tidak tahu apa yang sedang terjadi dengannya.”
Jika kita tidak tahu apa itu kematian, lalu bagaimana kita bisa memahami arti kebangkitan, padahal kebangkitan berarti bangkit dari kematian. Ini berarti kita belum mengetahui lewat pengalaman apa itu kematian dan apa itu kebangkitan. Jika kita tidak memahami sesuatu hal dengan benar, maka kita sedang berada dalam bahaya. Kita berada di dalam bahaya berbicara tentang suatu omong kosong. Sayangnya, hal ini sering terjadi, khususnya di dalam gereja, jika kita berbicara tentang perkara-perkara yang tinggi mengawang yang tidak kita pahami dan alami. Hal yang kita bicarakan adalah omong kosong jika kita tidak tahu hal-hal apa saja yang terkait dengannya. Saya termasuk orang yang takut berbicara tentang omong kosong. Ketika kita berbicara tentang perkara yang tidak kita ketahui dengan persis, atau hal yang tidak kita alami, berarti kita sedang beromong kosong.
Sebagai contoh, berapa dari Anda yang pernah ke surga? Tidak ada! Siapa yang pernah ke neraka? Tidak ada! Jadi ketika kita berbicara tentang surga dan neraka, maka kita sedang berbicara tentang perkara yang tidak kita ketahui melalui pengalaman. Anda bisa melihat besarnya bahaya yang bisa menjerumuskan kita ke dalam pembicaraan omong kosong. Seperti apa surga itu? Beberapa teman Muslim berkata kepada saya bahwa surga adalah suatu tempat yang berisi banyak pohon, sungai-sungai yang indah dan bunga-bunga. Dan tentu saja, bagi mereka, itu adalah tempat di mana banyak wanita cantik tersedia bagi mereka. Masalahnya, bagi kaum wanita, tidak disebutkan apakah di sana ada banyak pria yang menyenangkan. Tampaknya surga bagi mereka adalah tempat yang berorientasi lebih pada laki-laki. Hasilnya adalah kita berbicara tentang omong kosong, karena bagaimana kita bisa memahami hal yang disebut sebagai surga ini?
Hal tentang neraka juga sama saja. Kadang-kadang saya menjadi ngeri ketika mendengar pembicaraan tentang neraka. Mengapa? Karena yang Anda dapatkan adalah gambaran yang mencakup mahluk aneh bertanduk, yang maksudnya tentu si Iblis. Dan Iblis ini tinggal di sana dengan trisula di tangan, dan pekerjaannya tampaknya adalah memanggang semua orang yang masuk ke dalam wilayahnya. Saya bahkan diberitahu bahwa pemanggangan ini akan berlangsung sepanjang masa. Jadi neraka adalah tempat di mana Anda, jika kurang beruntung masuk ke dalamnya, akan dipanggang selama masa yang tidak ada akhirnya.
Perhatikan bahwa kita bahkan tidak tahu apa itu arti kekekalan. Apakah kekekalan itu berarti seratus juta tahun? Semilyar tahun? Siapa yang tahu berapa lama itu kekekalan? Kita bahkan tidak tahu seperti apa itu seratus juta tahun! Lantas, tentu saja, berbagai macam pertanyaan muncul di benak kita. Jika seorang manusia panggang yang malang ini telah menjalani hidupnya dalam dosa selama 60 atau 70 tahun, Anda akan memperkirakan bahwa jika kehidupan dosanya berlangsung selama 60 tahun, maka ia harus dipanggang selama 60 tahun. Tidaklah jelas bagi kita mengapa orang yang menjalani dosa 60 tahun akan membuatnya dipanggang sampai 6 milyar tahun.
Omongan ini kedengarannya agak lucu, akan tetapi jika neraka adalah suatu tempat untuk menangani dosa, maka persoalannya tidak lagi menjadi bahan gurauan, karena pembicaraannya menjadi tidak masuk akal. Tidak ada orang yang akan percaya akan hal itu. Bagaimana pun, jika surga adalah tempat yang banyak pepohonan dan bunga-bunga yang indah, mengapa tidak berjalan-jalan di taman kota saja? Apa daya tarik surga semacam itu bagi kita? Bagaimana dengan orang-orang yang alergi terhadap tumbuhan? Jika surga dipenuhi pepohonan dan bunga, apakah mereka harus menderita akibat alergi itu selamanya? Itulah yang terjadi, subyek yang sangat penting ini diubah menjadi konyol karena kita tidak tahu apa yang sedang kita bicarakan!
Lalu bagaimana dengan kebangkitan? Kematian saja kita tidak tahu. Ada orang yang pernah mengalami kematian. Jadi, pertanyaan saya apakah ada orang di sini yang pernah mengalami kematian, bukanlah suatu gurauan. Ada yang mungkin pernah mendengar tentang NDE, yaitu Near Death Experiences (Pengalaman Nyaris Mati). Fenomena ini mengacu kepada orang-orang yang secara medis dinyatakan sudah mati, yaitu jantung mereka berhenti berfungsi dan tidak terlihat lagi aktifitas pada semua anggota tubuh mereka (dan kemudian mereka hidup kembali). Ini adalah sesuatu yang sering terjadi dalam dunia kedokteran. Seseorang dinyatakan mati, dan ternyata hidup kembali, mungkin beberapa menit setelah itu, atau malah beberapa jam, bahkan sampai beberapa hari. Karena mereka telah mengalami kematian secara medis dan kemudian hidup kembali, maka pengalaman itu disebut NDE.
Jika Anda pernah mengalami hal semacam ini, Anda tentunya telah sedikit mencicipi rasa kematian. Jika Anda mempunyai pengalaman seperti itu, maka Anda bisa dibilang telah mengalami semacam kebangkitan. Di dalam Alkitab, terdapat beberapa orang yang mengalami hal seperti itu. Mereka hidup kembali setelah mati beberapa waktu, seperti anak seorang janda yang dibangkitkan oleh Yesus dan juga Lazarus. Orang-orang ini telah mati, dan kemudian bangkit kembali. Mereka akan memahami arti kematian secara lebih mendalam ketimbang kita.
Dua Macam Kebangkitan
Ada dua macam kebangkitan. Kita harus membedakan keduanya dengan jelas. Jenis yang pertama adalah ketika Anda mengalami kematian jasmani, seperti Lazarus. Anda dibangkitkan, dihidupkan kembali kepada kehidupan yang Anda jalani sebelumnya, kembali pada kondisi Anda yang semula. Jenis kebangkitan semacam ini tidak mengubah kondisi fisik Anda sebelum dan sesudah kebangkitan. Tidak ada perubahan pada tubuh Lazarus setelah ia dibangkitkan oleh Yesus.
Akan tetapi kebangkitan Yesus berbeda, karena ketika ia bangkit kembali, tubuhnya tidak sama dengan tubuh yang ia miliki sebelumnya. Dengan tubuh yang baru ini ia dapat melewati tembok. Ketika para murid berkumpul di sebuah ruangan, Yesus tiba-tiba hadir ke dalam ruangan sekalipun semua pintu dalam keadaan terkunci. Akan tetapi tubuhnya bukanlah sesuatu yang seperti kabut, bukan tubuh yang seperti awan, karena dengan tubuh tersebut ia dapat makan. Ia dapat menyentuh orang lain dan orang lain dapat menyentuhnya. Mereka dapat merasakan kehadirannya. Namun tubuh ini tidak akan pernah mati lagi. Sedangkan tubuh Lazarus, tentu saja, akan mati lagi pada saatnya.
Semua orang yang pernah dibangkitkan dari kematian di masa Perjanjian Lama misalnya, belakangan mereka semua mati. Namun di dalam Perjanjian Baru, saat membicarakan hal kebangkitan dalam surat-surat di Perjanjian Baru, yang dibahas bukanlah kebangkitan semacam itu. Pembicaraan tentang kebangkitan berarti bahwa ketika Anda dibangkitkan, maka tubuh Anda tidak akan binasa, ia tidak akan mati.
Itu sebabnya mengapa Yesus berkata, “Barangsiapa percaya padaku, ia tidak akan pernah mati!” Kita semua akan mengalami kematian dan kebangkitan sekarang ini juga, untuk Allah dapat membantu kita memahami realitas dari kematian dan kebangkitan Yesus. Jika Anda belum mengalami kematian dan kebangkitan, Anda pasti tidak tahu apa itu kematian dan kebangkitan Yesus. Itu sebabnya saya jarang mendengar penjelasan yang signifikan mengenai tentang kematian dan kebangkitan Yesus. Sehubungan dengan prinsip pertama yang sudah saya sebutkan tadi itulah, maka Paulus membuat pernyataan yang sulit dipahami oleh sebagian besar orang Kristen.
Di dalam Filipi 3:10, Paulus berkata,
Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya…
“Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya…” Bagaimana caranya? Dalam “…persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya.” Lihatlah: “Menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya.” Mengapa Paulus berkata, “Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya“? Karena hanya dengan jalan itulah maka Anda bisa sampai pada pengenalan itu – bukannya dengan jalan membaca buku-buku – tetapi dengan jalan mengalaminya (yaitu untuk mengalami kuasa kebangkitannya yang menghidupkan, maka kita perlu mengalami kematian dulu).
Ketika saya tanyakan tadi apakah ada orang yang pernah mengalami masuk neraka, saya tidak sedang bercanda. Sebenarnya kita juga pernah mengalami hal yang begitu menyenangkan sehingga kita katakan sepertinya kita sedang berada di surga. Dan kita juga pernah mengalami hal yang kita umpamakan seperti sedang berada di neraka. Kadang kala kita berkata, “Rasanya seperti di dalam neraka.”
Beberapa tahun yang lalu, Tuhan memberi kesempatan pada seorang wanita untuk mengalami langsung seperti apa itu neraka. Tuhan benar-benar membawanya ke neraka. Pengalaman itu tidak berlangsung sesaat saja; pengalaman itu didapatnya dalam waktu yang cukup lama, beberapa bulan jika saya tidak salah ingat. Hari demi hari, Tuhan membawanya ke neraka, dan membawanya pulang dan setelah itu ia dibawa lagi ke neraka. Wanita ini menuliskan sebuah buku yang menggambarkan pengalamannya, yang membuat kita menyadari bahwa neraka itu, dalam beberapa hal, sama seperti yang kita bayangkan, dan dalam beberapa hal lainnya, tidak sama dengan bayangan kita. Demikianlah, ada orang yang diberikan pengalaman tentang neraka oleh Allah. Tujuannya untuk mengingatkan orang-orang seperti apa neraka itu; untuk memberi peringatan kepada orang-orang; memberitahu mereka bahwa neraka bukanlah sekadar bahan gurauan yang menggambarkan tentang orang-orang yang dipanggang seperti sosis.
Kehidupan Rohani dimulai dengan Kematian
Prinsip kedua yang penting untuk dipahami adalah: Bagaimana kehidupan jasmani kita berawal? Tentunya Anda tahu bagaimana menjawab pertanyaan ini. Kapan kehidupan jasmani Anda berawal? Anda akan berkata, “Sejak saat saya dilahirkan.” Saya ingin tanyakan pada orang Kristen, “Kapan kehidupan rohani Anda dimulai?” Apa jawaban Anda? Anda mungkin akan berkata, “Ah, gampang. Sejak dilahirkan kembali.” Kita sudah sangat akrab dengan istilah yang satu ini.
Namun jika saya bertanya apa itu kelahiran kembali? Jawabannya mungkin tidak datang secepat tadi. Jika saya katakan bahwa kehidupan rohani dimulai dengan kematian, Anda mungkin akan terkejut. Akan tetapi itulah ajaran yang alkitabiah.
Kelahiran kembali tidak sama dengan kelahiran jasmani; bahkan tidak bisa dibandingkan. Itu sebabnya ketika Yesus berbicara dengan Nikodemus, seorang Farisi, tentang kelahiran kembali, Nikodemus mengira bahwa yang dibahas adalah perkara masuk kembali ke dalam rahim ibunya untuk bisa dilahirkan kembali. Sungguh ia tidak tahu! Yesus tidak menyia-yiakan waktu dengan menjelaskan hal ini. Yesus hanya berkata, “Engkau adalah pengajar Israel, dan engkau tidak mengerti hal-hal itu?” (Yoh.3:10).
Saya ingin tahu berapa banyak pengajar di antara kita yang tahu akan hal ini. Berapa banyak dari Anda yang tahu bahwa kehidupan rohani tidak diawali dengan kelahiran; melainkan diawali dengan kematian?
Keadaan gereja-gereja sekarang ini sangat menyedihkan. Ada begitu banyak saudara yang berbicara tentang omong kosong, dan tentu saja, bualan seperti itu akan membuat orang-orang yang berpikiran waras pergi menjauh, dan akibatnya gereja dipenuhi oleh orang-orang yang malas berpikir. Karena satu-satunya jenis manusia yang mau menerima omong kosong sebagai kenyataan adalah orang-orang yang malas berpikir. Akibat dari hal ini adalah bagian dari poin yang kedua juga: ada begitu banyak orang Kristen yang sebenarnya tidak pernah mati!
Saya yakin bahwa semua orang pernah membaca Roma pasal 6. Apa yang dinyatakan di sana? Dari mana kehidupan rohani kita berawal? Saat dibaptis. Bukan sekadar ritual baptis yang eksternal, namun saat baptisan dimana kita benar-benar mati bersama Kristus, dan kemudian bangkit bersama dengannya. Berapa banyak dari antara Anda yang tahu apa arti mati bersama Kristus? Berapa banyak dari antara Anda yang tahu, berdasarkan pengalaman, apa itu mati bersama Kristus?
Jika Anda tidak pernah mati bersamanya, bagaimana Anda bisa bangkit bersama dengan dia? Tanpa kematian, tidak ada kebangkitan! Orang Kristen macam apakah Anda dan saya ini? Sudahkah kita mati bersama Kristus?
Ini adalah pertanyaan yang sangat penting dan mendasar. Gereja-gereja sekarang ini dipenuhi oleh orang-orang yang tidak pernah mengalami kematian bersama Kristus. Tahukah Anda apa yang sedang saya bicarakan? Tidak! Anda tidak akan tahu, jika Anda masih belum mengalaminya! Sekarang Anda dapat memahami ilustrasi dari poin saya yang pertama. Apa yang tidak Anda alami, tidak akan Anda pahami dengan benar. Anda masih belum mati bersama dengan Kristus, jadi Anda tidak mengerti apa yang sedang saya bicarakan, lebih buruk lagi, Anda tidak tahu apa yang dibicarakan oleh Alkitab. Anda tidak tahu apa yang sedang dibicarakan oleh Paulus di dalam Roma pasal 6. Artinya Anda tidak tahu apa itu baptisan, sekalipun Anda telah dibaptiskan.
Gereja dipenuhi oleh orang-orang yang telah dibaptiskan tetapi tidak tahu apa yang terjadi pada waktu itu. Ada begitu banyak orang Kristen yang berkata, “Aku sudah dibaptis.” Lalu apa? Apa itu baptisan? Baptisan berarti mati. Jika Anda berkata, “Aku tidak tahu apa itu mati,” berarti baptisan Anda tidak berarti. Ada dua jenis orang Kristen. Orang Kristen jenis yang manakah Anda? Jenis orang Kristen yang berkata, “Oh, aku percaya. Aku diselamatkan oleh iman.” Anda diselamatkan oleh iman, dapatkah Anda menjelaskan arti iman kepada saya? Anda diselamatkan oleh iman, jelaskan iman macam apa yang Anda punyai. “Oh, mudah. Aku percaya tentang seseorang yang bernama Yesus.” Lumayan bagus. “Dan Yesus Kristus ini telah disalibkan.” Boleh juga. “Dan Yesus ini telah dibangkitkan dari antara orang mati.” Luar biasa!! “Aku percaya semua itu. Jadi aku sudah selamat!”
Saya akan berkata, “Maaf sobat. Apa yang Anda percayai itu juga dipercayai oleh Iblis. Tentu saja Iblis percaya; karena mereka tahu itu semua memang kenyataan. Percuma tidak mempercayai hal itu. Akan tetapi fakta bahwa Yesus telah mati tidak berarti bahwa Anda diselamatkan, sekalipun Anda percaya itu semua sebagai fakta sejarah. Yesus telah mati bagi kita semua – akan tetapi kita tidak akan diselamatkan sampai kita sudah mati bersama Kristus, dan kita dibangkitkan bersama dengan dia. Apakah ini pendapat pribadi saya? Tidak! Itu semua tertuang di dalam Roma pasal 6. Ini adalah prinsip yang kedua.
Mati dan Bangkit bersama Kristus
Ini adalah prinsip yang baru saja saya sebutkan tadi: bahwa kehidupan rohani diawali dengan kematian! Kata ‘kematian’ di sini tidak sama dengan kematian jasmani, melainkan ‘mati bersama Kristus’. Sekadar mati tidak akan menyelamatkan kita. Banyak orang yang telah mati! Lalu Kristus mati terhadap apa? Di dalam Roma pasal 6 disebutkan bahwa Yesus “telah mati bagi dosa.” Dan dengan demikian, ia telah mati bagi dunia, sistem yang dikendalikan oleh dosa. Dunia yang dibicarakan oleh Alkitab bukanlah dunia yang terdiri dari matahari, bulan dan bumi. Kata dunia ini mengacu kepada suatu sistem, sistem kehidupan manusia yang dikendalikan oleh dosa. Jadi, saat dikatakan, “Janganlah kamu mengasihi dunia” (1 Yoh.2:15), bukan berarti, “Jangan mengasihi bunga-bunga dan pepohonan.” Tetapi maksudnya adalah jangan mengasihi sistem duniawi yang didominasi oleh dosa.
Jadi jika kematian Yesus berarti kematian terhadap dosa, dan jika Anda telah mati bersama Kristus, maka seperti dia dan juga bersama dia, Anda telah mati bagi dosa. Dengan demikian, Anda juga telah mati bagi sistem duniawi yang dikuasai oleh dosa. Anda telah mati bagi, apa yang di dalam Alkitab disebut sebagai, daging, karena hal-hal kedagingan berada dalam posisi menentang kerohanian.
Itu berarti jika Anda telah mati bersama Kristus, maka terjadi perubahan total dalam cara berpikir Anda. Apakah Anda sudah mengalami semua ini? Dapatkah Anda berkata, “Ya, itulah yang terjadi pada saya. Seluruh hidup saya telah berubah”?
Saya sudah menyebutkan bahwa kita harus mengalami sesuatu sebelum bisa memahaminya. Hal ini khususnya berlaku di dalam kehidupan rohani. Pokok kedua yang saya sampaikan adalah bahwa kehidupan rohani berawal dari kematian. Dan saya sekarang masuk ke dalam poin yang ketiga, yaitu ‘kematian’ ini bukan sembarang kematian, tetapi ‘mati bersama Kristus’. Yang terjadi ketika kita mati bersama Kristus adalah kita juga dibangkitkan bersama dengan dia. Artinya, dari titik ini kita mengalami realitas dari kematiannya bagi dosa dan kuasa kebangkitannya yang memberi hidup. Ini akan menjadikan Anda orang Kristen yang sangat berbeda.
Sekarang Anda semakin memahami pernyataan-pernyataan seperti yang telah Paulus sampaikan. Sebagai contoh, ia berkata di Galatia 2:20,
“Aku telah disalibkan bersama Kristus.”
Aku telah mati bersamanya. “Ya,” katanya,
“aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri yang hidup, melainkan Kristus yang hidup di dalam aku.”
Inikah yang menjadi pengalaman Anda?
Hari ini adalah hari Paskah. Paskah ini akan menjadi sama saja dengan hari-hari Paskah yang lain di mana setiap orang berbicara tentang hal-hal yang pantas tentang Paskah. Jika Anda belum mengalami realitas hidup Allah bekerja di dalam diri Anda, berarti Anda belum mengalami makna Paskah. Untuk mengalami Paskah berarti mengalami realitas menjadi manusia baru, ciptaan baru, memiliki hidup yang baru. Sekali lagi, di Roma 6:4 disebutkan bahwa kita telah mati bagi dosa untuk, “hidup dalam hidup yang baru.” Paulus berkata seperti ini,
“Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan baru: yang lama sudah berlalu (karena Anda telah mati), sesungguhnya yang baru sudah datang” (2 Kor.5:17).
Saya menyingkirkan keran yang lama, yang dipenuhi oleh karat. Sekarang semuanya sudah baru dan mengkilat, dan berfungsi dengan sempurna. Benar-benar terasa baru. Bagaimana perasaan Anda? Adakah Anda mengalami sesuatu yang baru? Tuhan telah memanggil saya untuk suatu tugas, untuk melayani, dan salah satu beban terberat di dalam hidup saya – saya ungkapkan ini dari dalam hati saya, adalah begitu seringnya saya melihat sedikit sekali hidup yang baru. Saya telah bertemu dengan banyak orang yang mengaku dirinya Kristen. Mereka sudah dibaptis. Akan tetapi hidup mereka sama saja dengan yang dulunya. Saya tidak melihat adanya perubahan yang mendasar, setelah setahun, lima tahun, bahkan 20 tahun. Mereka masih sama saja, dengan kebiasaan buruk yang sama, dengan kepribadian buruk yang sama seperti sebelumnya.
Kita lihat di dalam pernyataan Paulus tadi, bahwa jika Anda adalah seorang Kristen – seorang Kristen yang sejati – “maka yang lama sudah berlalu dan yang baru sudah datang.” Namun yang saya lihat hanya yang lama saja. Sangat susah menemukan yang baru. Saya sering bertanya-tanya, “Apa saja yang telah kukerjakan selama ini? Apa hasil kerja saya selama ini? Apa hasil pengorbanan saya selama ini? Untuk hasil seperti ini?
Mengganti keran terasa lebih memuaskan. Mengapa? Karena Anda langsung melihat sesuatu yang baru di hadapan Anda. Tidak ada lagi keran yang bocor; di hadapan Anda yang terlihat sekarang keran baru yang mengkilat dan berfungsi dengan baik. Usaha selama berjam-jam membuahkan hasilnya. Pernahkah Anda coba mengganti keran? Bekerja di tempat sempit bukanlah hal yang mudah, karena tidak banyak ruang yang tersedia. Di bawahnya ada lemari kecil, Anda harus menyusupkan badan Anda, dan ini akan membuat punggung Anda terasa sakit. Ruang yang tersedia sungguh sempit; sangat sulit untuk mengatur posisi badan di tempat seperti itu. Jadi ketika saya keluar dari sana, badan ini terasa kaku dan sakit. Akan tetapi ketika saya melihat keran yang baru dan berfungsi dengan sempurna, saya merasa puas sekali.
Dan saat saya bekerja di gereja, apa yang saya dapatkan? Saya melayani pembicaraan lewat telepon sampai berjam-jam. Seperti yang sudah saya sampaikan, bagaimana bisa kehidupan saya menjadi mirip dengan pialang saham? Tangan yang satu memegang telepon, dan tangan yang lainnya juga memegang telepon. “Oh, maaf. Ada telepon di saluran lain.” Saya harus berbicara di saluran ini, kemudian di saluran yang lain. Terlihat sangat menggelikan. Saya pikir mungkin lebih baik menjadi pialang saham, karena setidaknya sesekali waktu saya akan mendapat kabar, “Harga sahammu naik.” Akan tetapi di dalam pekerjaan saya kali ini, sangat sedikit telepon yang masuk dengan kabar baik. Mereka menghadapi satu masalah dan bertanya, “Bagaimana cara untuk mengatasinya?” Dan yang lain lagi menelepon, “Saya sedang menghadapi satu masalah, bagaimana cara mengatasinya?” Setelah beberapa jam, kadang kala saya harus berkata kepada orang yang menelepon saya, “Permisi, saya sangat haus. Saya perlu minum sekarang.”
Bisa dibilang bahwa pekerjaan seperti ini akan merusak kesehatan Anda; sangat merusak kesehatan Anda. Saya sering berkata kepada mereka yang mengikuti pelatihan full-time: “Pelayanan ini sangat berat.” Kadang-kadang, mereka mengira bahwa saya sedang membesar-besarkan masalah. Tanyakan saja pada mereka sekarang, setelah mereka melayani selama beberapa tahun.
Kami tidak keberatan menangani masalah Anda, akan tetapi pertanyaannya adalah, bagaimana jika Anda terus saja berkutat dengan persoalan yang sama tanpa melihat adanya pembaharuan, atau transformasi? Anda akan hilang semangat dan menjadi jenuh. Watak manusia adalah hal yang harus kita tangani sepanjang waktu di dalam suatu pelayanan. Dan watak manusia adalah sesuatu yang sangat sulit berubah. Kita harus terus memakai salib, karena salib dapat membinasakan manusia lama Anda, jika kita mengizinkannya bekerja. Akan tetapi jika Anda tidak mau menjadi baru, maka salib tidak akan mengerjakan apa pun dalam diri Anda. Anda akan tetap terikat pada manusia lama Anda – watak lama Anda, kebiasaan marah Anda, dan sikap yang mudah tersinggung. Penyebabnya adalah karena kita tidak melepaskan yang lama (sehingga yang baru tidak datang).
Di hari Paskah ini, saya berdoa semoga: setiap orang yang hadir di sini menginginkan hidup yang baru yang disediakan oleh Allah bagi Anda. Dan membiarkan Allah, dengan salib-Nya, menyingkirkan yang lama. Dan tidak peduli seberapa beratnya hal itu – mungkin ia sudah keras seperti baja, tetapi salib akan memotong dan menyingkirkannya – hidup baru dari Allah akan datang dalam diri Anda.
Saya pernah menonton sebuah wawancara di mana seorang pianis terkenal – seorang pianis yang terkenal di zaman sekarang ini – sedang menjelaskan kehidupan dan kepribadiannya. Dalam sebuah penjelasannya, ia mengatakan suatu hal yang sulit saya lupakan, yaitu, “Saya mempunyai suatu watak yang khas, di balik sinar matahari saya selalu melihat adanya kabut.” Ini adalah suatu ungkapan yang merupakan kebalikan dari peribahasa, “Habis gelap terbitlah terang,” yang bermakna bahwa di dalam keadaan sesulit apa pun selalu ada harapan. Akan tetapi si pianis ini membaliknya. Dengan kata lain, Anda dapat melihat bahwa ia memiliki pandangan yang sangat negatif. Akan tetapi, ada banyak sekali orang yang seperti dia.
Saya sering bertemu orang seperti ini sepanjang waktu. Saat saya berkata, “Ini adalah saat yang indah.” Dan ketika Anda baru saja akan bergembira, ia akan berkata, “Benar, tetapi…”. Atau, “Masih ada persoalan ini dan itu, dan ….” Saat mereka selesai berbicara, semua sukacita Anda sudah tersapu bersih. Jika Anda punya orang-orang seperti ini di sekitar Anda, maka hidup Anda akan terus berada dalam kegelapan dan kemurungan. Sungguh luar biasa – mentalitas lama ini sangat menyukai hidup dalam kegelapan dan kemurungan. Anda akan heran mengapa mereka menyukai hidup di dalam kegelapan dan kemurungan. Apakah itu merupakan hal yang paling mereka senangi?
Kebangkitan adalah Kemenangan Hidup atas Maut
Namun kebangkitan berarti kemenangan hidup atas maut. Kegelapan dikalahkan oleh terang – terang mengalahkan kegelapan, dan itu artinya kemurungan dikalahkan oleh kebahagiaan. Karena Paulus hidup di dalam kebangkitan, maka ia bisa berkata, “Bersukacitalah senantiasa!” (Filipi 4:4). Ia selalu dalam keadaan bahagia. Jika Anda hidup di dalam kebahagiaan, maka Anda tahu bahwa Anda hidup di dalam hidup yang baru. Karena kebahagiaan ini bukan dari dunia; hal ini adalah sesuatu yang Allah berikan kepada kita.
Seperti satu peristiwa terkenal yang telah menimbulkan kesan yang mendalam pada diri John Wesley. Ia sedang berlayar dari Inggris ke Amerika, sekitar 200 tahun yang lalu, di atas sebuah kapal layar kayu (alat angkutan zaman itu), dan kapal mereka terkena badai. Badai di lautan Atlantik sangatlah dahsyat. Hal ini saya ketahui berdasarkan pengalaman saya, saya pernah terkena badai seperti ini, jadi bukan sekadar pengetahuan belaka. Kapal itu terancam tenggelam. Dan hal yang mengubah hidup John Wesley sehingga ia nantinya menjadi seorang penginjil yang besar adalah keberadaan sekelompok kecil orang Kristen di atas kapal itu. Semua orang yang lain terlihat sangat panik. Maut sedang mengintai mereka, akan tetapi sekelompok kecil orang Kristen terlihat begitu tenang dan bahagia. Tidak ada tanda ketakutan dalam diri mereka. Para wanita dan anak-anaknya berkumpul juga, sehingga anak-anak itu bisa melihat suasana hati orang tua mereka. Dan karena orang tuanya tidak takut atau panik, anak-anak itu juga demikian. Sungguh luar biasa! Inilah kemenangan atas maut! Ada damai dan sukacita mengalir dari dalam hati.
Apakah hidup Anda menimbulkan kesan yang mendalam pada diri rekan kerja atau teman kuliah Anda? Adakah kualitas baru yang muncul dari dalam hidup Anda yang menyentuh orang-orang di sekitar Anda? Tidak, jika Anda belum mati dan bangkit bersama Kristus! Kiranya semua itu menjadi pengalaman dalam hidup Anda!