SC Chuah | Yohanes 1:29-34 |

Tema khotbah kali ini adalah “Lihatlah Anak Domba Allah!” Sebelum itu, mari kita rangkum khotbah yang sebelumnya. Di khotbah yang lalu, kita terfokus pada pelayanan Yohanes Pembaptis. Banyak orang tidak sadar bahwa tokoh Yohanes Pembaptis dan apa yang dilakukan oleh Yohanes Pembaptis itu sebenarnya adalah permulaan Injil. Kapan awal atau permulaan dari Injil Yesus Kristus? Permulaan pemberitaan Injil diawali oleh satu pribadi, yaitu Yohanes Pembaptis.


YOHANES PEMBAPTIS: PERMULAAN INJIL

Injil Markus dengan jelas menyatakan hal ini. Ayat pertama dari Injil Markus menyatakan, “Inilah permulaan Injil Yesus Kristus, Anak Allah…” Dan ayat berikutnya berbicara tentang Yohanes Pembaptis, secara spesifik, nubuatan Yesaya tentang Yohanes Pembaptis. Saudara akan perhatikan bahwa setiap Injil, Matius, Markus, Lukas dan Yohanes, diawali dengan tokoh Yohanes Pembaptis. Yang paling signifikan adalah di Kisah 1:22, ketika para murid mengurungi seluruh pengalaman mereka bersama Yesus seperti berikut, “… mulai dari baptisan Yohanes Pembaptis sampai hari Yesus terangkat ke surga meninggalkan kami.” Dengan kata lain, pengalaman para murid atau Injil itu dikurung oleh baptisan Yohanes Pembaptis sampai hari Yesus terangkat ke surga. Ini berarti, Injil tidak dimulai dari Bethelem tetapi Sungai Yordan.


MAKNA KATA “PEMBAPTIS”

Hal kedua tentang Yohanes Pembaptis adalah kata “pembaptis” itu sendiri. Kita sudah terbiasa dengan kata ini sehingga kita tidak melihat keunikan, keanehan atau kejanggalan dari kata ini. Sebenarnya, kata pembaptis itu pada dasarnya berarti orang yang mencelup atau merendam. Jadi Yohanes seharusnya dalam bahasa Indonesia disebut sebagai Yohanes tukang celup, Yohanes tukang rendam atau Yohanes tukang benam. Karena itulah arti dari kata “baptis”, yaitu membenamkan sesuatu ke dalam sesuatu.

Dalam percakapan sehari-hari orang berbahasa Yunani akan berkata, “Aku membaptis sosej ini ke dalam saos tomat.” Sosej itu diambil dan dicelupkan ke dalam saos tomat. Itulah artinya kata baptis. Saya merendam atau mencelup sosej itu sampai kuyup. Jadi artinya adalah merendam, atau mencelup. Saya katakan tadi adanya kejanggalan karena biasanya sebuah kata asing diserap ke dalam bahasa pribumi kalau bahasa pribumi tidak mempunyai kata yang sepadan dengan kata asing itu. Anehnya, ini merupakan satu-satunya kata Yunani dalam seluruh Perjanjian Baru yang tidak diterjemahkan (hanya ditransliterasikan) dalam hampir semua Alkitab terjemahan meskipun semua bahasa pribumi itu pasti mempunyai kata yang sepadan dengan konsep “mencelup atau merendam”. Besar kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh doktrin atau praktik gereja masa dulu. Alkitab kita mulai diterjemahkan untuk orang umum hanya di abad yang ke-16. Pada waktu itu, sudah banyak doktrin dan praktek gereja yang telah membaku di dalam gereja. Doktrin dan praktek seputar baptisan yang telah membudaya itu tidak memungkinkan lagi kata “baptis” diterjemahkan apa adanya, yakni menurut makna harfiahnya. Saya harap kita sekarang mengerti apa maksud dari kata “Pembaptis” dalam Yohanes Pembaptis, artinya adalah Yohanes tukang celup atau Yohanes tukang rendam.


NABI PERJANJIAN LAMA YANG TERAKHIR

Hal berikut tentang Yohanes Pembaptis adalah dia merupakan nabi PL yang terakhir dan dampak dari pelayanannya sangatlah besar. Walaupun pelayanannya singkat, persiapannya seumur hidup, sejak lahir sampai usianya 30 tahun. Itu persiapan yang panjang untuk pelayanan yang hanya berlangsung beberapa bulan. Menurut perkiraan, pelayanannya hanya berkisar sekitar 3-6 bulan saja. Kita mungkin berpikir, kita mau melayani sampai 100 tahun, tapi rencana Tuhan bisa berbeda. Saat Tuhan berkata selesai, kita selesai. Walaupun dia tidak melakukan satu mukjizat pun, tapi dampaknya sangat besar dan luar biasa. Pada waktu itu, seluruh Israel mengira bahwa Yohanes Pembaptis adalah Elia yang dinubuatkan oleh Maleakhi. Dialah sang Nabi yang dinubuatkan oleh Musa. Apakah mungkin dialah sang Mesias itu, yang akan membawa damai ke seluruh dunia? Ini menunjukkan bahwa pelayanan Yohanes Pembaptis, walaupun dia tidak pernah melakukan satu mukjizat sekalipun, tetapi dampak dari pelayanannya begitu besar sampai orang berpikiran bahwa dia adalah salah satu dari tokoh-tokoh besar yang dinubuatkan itu.

Jadi saya harap, saudara bisa melihat betapa luar biasanya pengurapan Allah atas pelayanannya. Para pembesar zaman itu mengutus orang dari Yerusalem ke sungai Jordan untuk menanyakan kepada dia, “Siapakah engkau?”  Jarak dari Yerusalem ke sungai Jordan, tempat Yohanes membaptis, sekitar 172 km melalui jalan tol. Menurut perkiraan dari Google Map, kalau berjalan kaki, waktu yang dibutuhkan sekitar 23 jam 35 menit, kalau tidak berhenti. Ini perjalanan yang memakan waktu dua atau tiga hari, termasuk waktu istirahat. Jadi mereka berangkat jauh-jauh dan dengan capek-capek hanya untuk bertanya kepada Yohanes Pembaptis, “Siapakah kamu? Apakah kamu Elia? Apakah kamu nabi itu? Apakah kamu sang Mesias? Kalau semuanya bukan, jadi siapakah kamu? Jangan membuat kami bolak balik, berilah kami jawabannya supaya kami bisa langsung pulang dan memberitahu orang yang mengutus kami.” Yohanes memberi jawabannya, “Akulah suara yang berseru-seru di padang gurun. Luruskanlah jalan Tuhan.” Dengan kata lain, luruskanlah segala yang bengkok untuk mempersiapkan hatimu menyambut kedatangannya. Apa saja yang bengkok, diluruskan.


BERHENTI BERBUAT SALAH, MULAI BERBUAT BENAR

Pesan yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis juga sangat sederhana. Khotbah kebanyakan orang sekarang jauh lebih rumit dan menarik. Tercatat beberapa orang datang berkonseling kepada dia (Lukas 3:10-14). Konseling di zaman itu tidak sembunyi-sembunyi, tidak dalam kamar tertutup. Konseling diadakan di tempat terbuka, semua masalah disampaikan secara terbuka dan semua orang mendengarkan. Kisah ini memberikan gambaran sekilas bagaimana Yohanes mempraktekkan konseling.

Jadi orang datang menyampaikan masalahnya dan jawaban Yohanes sederhana saja. Dalam dua kata, “Stop it!” (“Berhenti melakukan itu!”) Orang lain datang lagi dan membagikan masalahnya, dan jawaban Yohanes adalah, “Stop it! Jangan berbuat itu lagi. Lakukan apa yang benar!” Bayangkan kalau saya jadi konselor yang seperti itu, apa saja masalah yang disampaikan, jawaban saya adalah, “Hentikan, jangan berbuat itu lagi!” Kamu datang lagi dengan masalah yang lain dan jawaban saya tetap sama, “Stop it! Jangan lakukan itu lagi!” Konseling zaman sekarang kalau ada yang datang dengan masalah, “Saya kecanduan itu dan ini.” Konselor akan berusaha memahami, “Ooo, waktu kamu kecil dulu, bagaimana papamu memperlakukan kamu? Apakah kamu kurang kasih sayang? Kurang pelukan orang tua? Ya, kamu ada luka-luka batin ya? Mama kurang nyanyi ketika kamu dalam kandungan ya? Kurang perhatian? Orang tua suka bertengkar?” Jadi inilah konseling zaman sekarang, persis seperti Adam dan Hawa, cenderung menyalahkan sesuatu atau seseorang untuk menghibur orang bersalah. Kalau konseling Yohanes, “stop itu, hentikan itu.” Sebenarnya konseling versi Yohanes itu gampang sekali. “Apa masalah kamu? Berhenti melakukannya dan pergi.” Berhenti berbuat salah, dan mulai berbuat benar.


KEBESARAN YOHANES PEMBAPTIS

Berikut saya mau berbicara lagi tentang kebesaran Yohanes Pembaptis. Yesus membuat sebuah pernyataan yang sangat mengagetkan tentang Yohanes, “Sesungguhnya di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis” (Mat 11:11) Yang termasuk “dilahirkan oleh perempuan” tentu saja termasuk Nuh, Abraham, Musa, Elia dan seterusnya. Tidak ada yang lebih besar daripada dia. Namun, tahukah saudara, di mana letaknya kebesaran Yohanes Pembaptis? Untuk memahami hal ini, kita harus memahami prinsip kebesaran dalam Kerajaan Surga: yang terbesar adalah yang terkecil dan yang terkecil adalah yang terbesar. Ini prinsip abadi yang berlaku dari dulu sampai sekarang dan dalam segala keadaan. Yang terbesar dalam kerajaan Allah adalah yang terkecil. Yang terbesar adalah orang yang merendahkan dirinya. Itulah sebab kenapa Yohanes Pembaptis itu besar di mata Allah bukan karena pangkat atau jabatannya, bukan juga karena misinya, bukan karena fungsinya yang spesial. Yang terbesar di mata Allah ialah orang yang merendahkan dirinya serendah-rendahnya, itulah yang paling besar di mata Allah.

Justru di sinilah letaknya kebesaran Yohanes Pembaptis. Walaupun tidak pernah melakukan satu mukjizat pun dan pelayanannya singkat saja, tetapi dari segi kerendahan hati, dia yang paling unggul. Namun sebesar-besarnya Yohanes, di hadapan sang Mesias, di hadapan Yesus yang adalah adik sepupunya, dia berkata, “Aku tidak layak bahkan untuk membuka tali kasutnya. Aku tidak layak untuk menjadi hambanya.” Sebesar itulah Yesus di mata Yohanes Pembaptis. Justru berdasarkan prinsip ini juga, kita memahami sekilas kebesaran Yesus. Yesus merendahkan dirinya jauh lebih rendah lagi (Filipi 2) sehingga kita yang memikul salib mengikutnya mempunyai potensial menjadi lebih besar daripada Yohanes.

Jadi itulah Yohanes Pembaptis. Saudara akan perhatikan bahwa mulai dari pesan hari ini, Yohanes mulai meredup, dia mulai menghilang. Dia muncul sebentar saja dan kemudian dia menghilang, sehingga Yesus sendiri berkata, dia adalah “pelita yang menyala dan yang bercahaya seketika saja”. Dan dia akan menghilang sesuai prinsip hidupnya, “Ia harus makin besar, tetapi aku harus makin kecil.”


YOHANES TIDAK MENGENAL SANG MESIAS

Di pesan hari ini kita akan melihat dari Yohanes 1:29-34, tentang hari kedua. Yohanes 1:29 sampai 2:11 bisa dijudulkan sebagai tujuh hari dalam kehidupan Yesus. Mulai ayat 29, “keesokan harinya…” ini yang terjadi. Kemudian ayat 35, “keesokan harinya…” lagi, itu yang terjadi dan seterusnya. Keseluruhannya tujuh hari dalam kehidupan Yesus.

Yohanes 1: 29-34

29  Keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata, “Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia. 30  Dialah yang kumaksudkan ketika kukatakan: Kemudian daripada aku akan datang seorang yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku. 31  Aku sendiri pun dulu tidak mengenal Dia, tetapi untuk itulah aku datang dan membaptis dengan air, supaya Ia dinyatakan kepada Israel.” 32  Selanjutnya Yohanes bersaksi, katanya, “Aku telah melihat Roh turun dari langit seperti merpati, dan Ia tinggal di atas-Nya. 33  Dan aku pun dulu tidak mengenal-Nya, tetapi Dia, yang mengutus aku untuk membaptis dengan air, telah berfirman kepadaku: Jikalau engkau melihat Roh itu turun ke atas seseorang dan tinggal di atas-Nya, Dialah yang akan membaptis dengan Roh Kudus. 34  Aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah.”

Ayat-ayat ini cukup menarik karena kita diberitahu bahwa selama pelayanan Yohanes Pembaptis, dari awal pelayanannya, dia tidak pernah tahu siapa sang Mesias itu. Dia hanya mengetahuinya melalui pernyataan langsung dari Allah, dan itupun dalam bentuk petunjuk. Hanya pada saat baptisan Yesus ketika Roh itu turun dan tinggal di atasnya, baru dia tahu siapa sebenarnya Yesus itu. Di saat itu, baru dia mendapatkan konfirmasi, siapa sebenarnya sepupunya itu. Baru di saat itu, dia tahu selama ini dia membuka jalan untuk siapa. Sebelum baptisan Yesus, Yohanes Pembaptis tidak tahu siapa sang Mesias itu. Dua kali Yohanes mengaku tidak mengenalnya. Hal ini sangat menarik.


TIGA HAL PENTING TENTANG YESUS

Hari ini saya akan sampaikan tiga poin utama tentang Yesus yang diberitakan oleh Yohanes Pembaptis. Yang pertama, Yesus sebagai anak domba Allah yang menghapus dosa dunia. Yang kedua adalah tentang Yesus sebagai dia yang membaptis dengan Roh Kudus. Hal yang membedakan baptisan Yesus daripada baptisan Yohanes adalah Yohanes membaptis dengan air  tetapi Yesus akan membaptis dengan Roh Kudus. Orang lain membaptis dengan air, saya membaptis dengan air; hanya Yesus yang membaptis dengan Roh Kudus. Saat kita mempelajari Injil Matius, kita telah melihat bahwa Yesus datang untuk melakukan dua hal ini. Itulah dua janji Injil yang pertama. Di Matius 1:21 kita baca, “Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan dia Yesus, karena dialah yang akan menyelamatkan umatnya dari dosa-dosa mereka.” Itu janji yang pertama, yang kedua disebut di Matius 3:11, “Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api.” Dua janji yang sama itu diulangi lagi di sini. Yang ketiga dan terakhir, Yesus inilah Anak Allah.


BAHAYA DARI KEAKRABAN

Yang pertama, “Lihatlah, anak domba Allah!” Dia adalah anak domba Allah yang menghapus dosa dunia. Kata-katanya kedengaran begitu akrab dan familier di telinga kita. Bisa dikatakan, kita semua sudah “bosan” mendengarnya. Justru ini hal yang memprihatinkan. Salah satu hal yang paling bahaya dalam kehidupan Kristen adalah terlalu akrab dengan apa yang telah baca dan apa yang telah kita dengar. Kita mendengar para penginjil mengabarkan hal ini sepanjang waktu. Kita bahkan dapat memprediksi apa yang akan dikatakan berikutnya! Ini merupakan salah satu bahaya yang paling besar yang harus dilawan hampir setiap hari. Waktu kita merenungkan firman Tuhan, keakraban dengan perkataan firman itu sendiri yang sering membutakan mata kita. Rasa familier, rasa sudah tahu ini seringkali menimbulkan kejenuhan dan kebosanan. Itu selalu terjadi. Ada pepatah Inggris “familiarity breeds contempt” (“keakraban melahirkan kebencian.”) Karena terlalu akrab atau familier dengan nas tertentu, kita tidak lagi melihat dan merasa apa-apa. Kita bisa saja sedang berhadapan dengan satu nas yang mengagumkan, sangat luar biasa, tetapi kita tidak merasa takjub atau kagum lagi. Kita bukan saja tidak merasa apa-apa, tetapi bahkan merasa jenuh. Saat kejenuhan atau kebosanan rohani ini terjadi kepada kita, kita bisa saja sedang melihat sesuatu yang sebenarnya luar biasa tetapi kita merasa biasa-biasa saja.

Seorang filsuf bernama Ralph Emerson pernah mengatakan bahwa kalau bintang-bintang di langit muncul hanya sekali dalam seribu tahun, maka seluruh umat manusia akan keluar pada malam itu untuk melihatnya dan akan menceritakannya untuk seribu tahun berikutnya. Namun justru karena bintang-bintang muncul setiap malam, kita tidak pernah mengambil waktu untuk memandangnya. Kepala kita tertunduk terus. Sebenarnya, bintang-bintang itu begitu indah, kalau saja kita mengambil waktu sejenak mengamatinya, semua masalah kita akan hilang. Kita melihat kebesaran Allah, kebesaran alam, masalah-masalah “besar”  yang kita alami sehari-hari akan terlihat kecil dan sepele. Masalah kita menjadi tidak berarti. Memang dibutuhkan usaha untuk belajar menghayati dan mengembalikan rasa takjub ini.

Saya harus melawan kecenderungan untuk merasa jenuh ini. Karena kita bisa saja sedang melihat hal-hal yang luar biasa di dalam firman Tuhan sambil menguap! Kita bisa saja sedang mendengarkan misteri-misteri yang luar biasa tetapi tidak merasa tergerak sama sekali. Kadang-kadang kita perlu mencari waktu untuk melunakkan hati kita yang jenuh. Ada baiknya kita cari waktu, atau berlibur dari semua kegiatan selama satu hari, hanya untuk berdiam diri dan menemukan lagi cinta mula-mula itu. Bagi yang terlalu sibuk, cari satu hari untuk benar-benar mencari Tuhan, meminta Tuhan untuk melunakkan hati kita, “Tuhan, berikan kepadaku kepekaan pada hal-hal surgawi”. Saat kita bisa berbicara tentang surga, tanpa rasa gairah; bicara tentang neraka, tanpa rasa gementar; bicara tentang Bapa, menyebut nama Yesus, tanpa rasa cinta; kita tahu kita dalam masalah. Ada yang bahkan bisa bercanda tentang neraka tanpa merasa terusik sedikit pun. Jika kita mulai membicarakan hal-hal seperti ini tanpa perasaan apa-apa pun, ada baiknya kita benar-benar bertobat di hadapan Allah. Kita perlu libur satu hari, kalau perlu, dua hari. Waktu kita bisa berbicara hal yang jorok tanpa rasa jijik, ada baiknya saudara bertobat di hadapan Tuhan, berlutut di hadapan Tuhan. Hal ini harus kita lakukan selalu. Jujur saja, saya bukan orang yang terlalu rohani, walaupun saya berkhotbah kepada saudara. Hal yang saya lakukan terus, berlutut di hadapan-Nya, “Tuhan, ada apa ini? Saya tidak melihat apa-apa. Tuhan, hati saya dingin, ada apa?”


ANAK DOMBA ALLAH YANG MENGHAPUS DOSA DUNIA

“Lihatlah anak domba Allah yang menghapus dosa dunia!” Ini adalah sebuah pernyataan yang mengagetkan kalau saudara seorang Yahudi di zaman itu. Mereka tahu tentang anak domba sembelihan. Anak domba Paskah mereka tahu. Sepanjang sejarah orang Yahudi, jutaan anak domba telah dikorbankan. Namun inilah anak domba yang akan Allah sendiri korbankan! Untuk memikirkan hal ini saja kita kesulitan. Kita tidak tahu bagaimana membayangkan hal ini. Seluruh simbolisme agama orang Yahudi mencapai titik puncak dan kegenapannya di sini.  Jadi kalimat “Lihatlah anak domba Allah!” adalah kalimat yang sangat mengagetkan orang-orang Israel. Anak Domba Allah? Yang menghapus dosa dunia?

Hari ini saya mau berbicara tentang ke mana mata kita tertuju? Di bulan pemilu, mata kita tertuju pada siapa? Jokowi? Prabowo? Di mana kita menaruh pengharapan kita? Mata kita tertuju pada hal-hal yang paling memikat hati kita. Skor bola? Skor bulutangkis? Atau artis dan selebriti tertentu? Tahukah saudara agama orang Eropa itu sepakbola? Alien yang mengunjungi bumi pasti akan mendaftarkan sepakbola sebagai salah satu agama besar penghuni dunia. Mata kita tertuju pada apa? Apa yang dilihat mata kita?

“Lihatlah domba anak Allah yang menghapus dosa dunia!” Hanya ada satu hal yang tidak beres dengan dunia ini. Hanya ada satu hal yang kurang beres dengan saudara. Hanya satu hal yang kurang beres dengan saya. Hanya satu hal yang perlu dihapus dari dunia ini. Dan Allah telah menyediakan solusinya. Dia sudah menyediakan anak domba untuk menghapus dosa saudara. Banyak pendeta zaman sekarang yang tidak berani bicara tentang dosa. Ada yang sampai kata dosa itu sendiri tidak pernah diucapkan dari mulut mereka. Ada yang terang-terangan mengaku bahwa mereka secara sadar dan sengaja menghindari kata itu dalam khotbah dan pelayanan mereka. Itu seperti seorang dokter yang menghindari memakai kata “kanker” kepada pasiennya yang mengidap kanker. Atau seperti dokter yang memberikan panadol untuk mengobati penyakit kanker.  Hanya satu hal yang tidak beres dengan dunia ini: dosa. Hanya satu hal yang tidak beres dengan saudara: dosa. Dan hanya satu solusi yang Allah sediakan bagi kita. Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia ini.

Saat kita datang ke Yohanes dengan membawa perilaku dosa, Yohanes akan berkata, “Stop it!”. Kalau saudara datang ke saya, saya juga akan berkata, “Stop it!” Yohanes tidak dapat menghapus dosa saudara. Saya tidak dapat menghapus dosa saudara. Namun saat saudara datang ke Yesus, dia juga akan berkata, “Stop it!” Akan tetapi, dia oleh pengorbanannya, dapat menghapuskan dosa saudara. Dalam bahasa Inggris, “take away the sin of the world”. Take away, berarti dia ambil pergi dosa-dosa dunia. Saudara tidak perlu pulang hari ini dengan membawa dosa saudara.

Dia datang untuk menghapus dosa kita. Saudara seorang pemarah? Suka marah-marah? Saudara tidak perlu menjadi pemarah lagi. Saudara seorang yang pahit? Tuhan akan jadikan saudara orang yang manis. Tadi ada saudara yang dekat dengan kami, katanya mau datang ke Jakarta mau tinggal dengan kami. Katanya dia mau belajar dari orang yang sabar dan lemah lembut. Katanya lagi, kalau tidak jadi sabar dan lemah lembut tidak masuk surga nanti. Hati saya berkata, dia salah alamat. Saya tidak bisa menghapus dosa saudara. Jangan cari saya. Hanya dia yang dapat menghapus dosa saudara. Hanya dia yang sanggup mengubah seorang pemarah menjadi seorang penyabar. Hanya dia yang dapat mengubah wajah murung menjadi berseri-seri. Jadi saya berharap, saudara bisa melihat bahwa ini adalah ayat yang hidup. Diucapkan dan dicatat 2000 tahun yang lalu, tetapi masih berlaku sampai sekarang. Dia menghapus dosa manusia 2000 tahun yang lalu, dan sampai sekarang pun, dia tetap menghapus dosa kita.  Dia menjadikan kita berubah menjadi orang yang sama sekali berbeda. Kita yang hidup dalam pelayanan sering menyaksikan hal ini terjadi di depan mata kita.


PENGORBANAN ANAK DOMBA

Kalau kita benar-benar bisa menghayati kebenaran ini, “Lihatlah anak domba Allah yang menghapus dosa dunia”, kita juga akan kehilangan nafsu untuk berbuat dosa lagi. Mata yang tertuju pada Yesus adalah mata yang melihat penderitaan dan pengorbanannya demi menghapus dosa kita. Mata yang tertuju pada Yesus tidak akan memandang enteng dosa karena dia paham Allah tidak menganggapnya enteng. Anak domba Allah yang menghapus dosa dunia! Penghapusan dosa kita dicapai dengan penuh pengorbanan dan darah yang tertumpah. Saudara tidak akan bernafsu lagi untuk berbuat dosa. Itulah poin yang pertama.

Kalimat “Lihatlah anak domba Allah” sebenarnya muncul dua kali dalam pasal ini. Yang berikut muncul di ayat 36:

36  Dan sambil memandang kepada Yesus yang sedang berjalan, dia berkata, “Lihatlah, Anak Domba Allah!” 37  Dan kedua murid itu mendengarkan ketika dia berkata, dan mereka mengikuti Yesus.

 Tema kem kita di bulan Nopember 2019 nanti adalah, “Walking as He Walked”. Saudara perhatikan di ayat 36, dan sambil memandang kepada Yesus yang sedang berjalan, Yohanes berkata, “Lihatlah anak domba Allah!” Dan kedua murid itu mendengarkan dan mereka langsung mengikuti Yesus.

Siapa yang kita ikuti? Anak domba Allah. Dengan kata lain, kita sedang mengikuti anak domba Allah. Ciri khas dari kehidupan anak domba Allah adalah pengorbanan. Anak domba adalah sesuatu yang dipersembahkan. Dan ciri khas dari kehidupan Yesus adalah pengorbanan. Dan kita mengikuti jejak itu. Itulah sebabnya ciri khas dari kehidupan Kristen adalah pengorbanan. Panggilan untuk memikul salib ialah panggilan untuk menjalani sebuah kehidupan yang penuh pengorbanan.

Pertumbuhan rohani adalah pertumbuhan dalam pengorbanan. Allah Bapa dan anak-Nya Yesus telah menunjukkan kepada kita pengorbanan yang ideal. Itu merupakan pengorbanan yang tertinggi dan tidak bisa dilewatkan lagi. Dan kita bertumbuh ke arah itu. Itulah ciri khas dari kehidupan Kristen.


DIALAH YANG AKAN MEMBAPTIS DENGAN ROH KUDUS

Yang kedua, “Dialah yang akan membaptis dengan Roh Kudus”. Itulah hal yang membedakan baptisan Yohanes daripada Yesus. Dan itulah satu ciri khas dari pelayanan Yesus, apakah di Matius, Markus, Lukas, Yohanes dan kemudian di Kisah Para Rasul. Hal yang sama  diulangi keempat Injil dan di Kisah Para Rasul bahwa Yesuslah yang membaptis dengan Roh Kudus. Manusia hanya membaptis dengan air tetapi oleh dia kita akan dibaptis dengan Roh Kudus. Untuk apa? Supaya ke depannya, setelah dosa kita dihapus, kita bebas hidup sesuai dengan kehendak Allah. Penghapusan dosa berurusan dengan masa lalu kita tetapi anugerah Roh Kudus berkaitan dengan masa sekarang dan masa depan kita.

Khususnya di Injil Yohanes, Roh digambarkan sebagai angin. Yohanes 3:8, “Angin bertiup ke mana ia mau, dan engkau mendengar bunyinya, tetapi engkau tidak tahu dari mana ia datang atau ke mana ia pergi. Demikianlah halnya dengan tiap-tiap orang yang lahir dari Roh.” Kemudian di Yohanes pasal 4 dan pasal 7, Roh digambarkan sebagai air. Jadi kalau orang bertanya apakah kita percaya fengshui atau tidak, saya akan berkata percaya karena dalam bahasa Mandarin, feng adalah angin dan sui adalah air. Kita adalah master fengshui sebenarnya J. Kita sangat percaya pada Roh Kudus, feng dan sui adalah gambaran untuk Roh Kudus. Roh Kuduslah yang memberikan kekuatan kepada kita di dalam kehidupan Kristen kita. Bagi saya Yohanes 4 dan Yohanes 7 yang berbicara tentang Roh adalah ayat-ayat yang sangat indah. Dikatakan di situ, “siapa saja yang minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai pada hidup yang kekal.” Ini berarti di dalam diri kita, ada satu sumber kepuasan. Sumber kepuasan kita bukan sesuatu yang berasal dari luar tetapi sesuatu yang berasal dari dalam. Kita puas di dalam. Itu sebabnya, pencobaan tidak terlalu menarik bagi kita kalau kita benar-benar dipenuhi Roh Kudus. Kalau kita basah, penuh air di dalam, tidak kering, pencobaan tidak terlalu menarik bagi kita. Akan tetapi, kalau kita kering di dalam, pencobaan menjadi sangat menarik. Orang yang dipenuhi Roh mengalami kepuasan batin yang tak terkatakan, yang berlimpahan. Kemudian di Yohanes 7 dikatakan, “Siapa saja yang percaya kepada-Ku, seperti yang dikatakan oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.” Bukan saja memberkati diri sendiri, tetapi cukup banyak untuk memberkati orang lain.

Saya benar-benar berharap dua hal mengenai Yesus ini, menjadi kenyataan dalam kehidupan kita semua. Kalau saudara seorang pemarah, saudara bukan pemarah lagi. Kalau saudara penuh dengan kepahitan, saudara tidak pahit lagi. Saya benar-benar saudara mengalami dia seperti itu. Dosa saudara dihapus. Saya juga harap saudara dibaptis bukan saja dengan air, tetapi dengan Roh Kudus. Kalau tidak, kehidupan Kristen kita akan seperti ayam yang berusaha untuk terbang,bukan ayam kampung tetapi ayam negeri. Ayam kampung masih bisa terbang sedikit, itupun dengan penuh pergumulan. Akan tetapi ayam negeri, tidak bisa terbang sama sekali. Atau seperti mobil tanpa bensin. Atau seperti keretapi tanpa api. Seperti itulah kalau kita berusaha menjalani kehidupan Kristen tanpa Roh Kudus. Saudara hanya akan merasa frustasi tanpa mengalami kemajuan sedikit pun. Saudara akan bergumul seperti ayam negeri yang berusaha terbang. Kalau kita dipenuhi Roh, kita akan seperti rajawali, seperti elang, cukup melebarkan kepaknya, dan terbang. Pemarah jadi penyabar; yang pahit menjadi manis; benci jadi kasih.


IA INILAH ANAK ALLAH!

Yang terakhir, ayat 34, “Aku telah melihat-Nya dan memberi kesaksian: Ia inilah Anak Allah.” Mengapa Yohanes Pembaptis membuat pernyataan ini? Kita tahu pada baptisan Yesus, langit terbuka dan terdengar suara dari surga yang mengatakan, “Inilah Anak-Ku yang terkasih, kepada-Nyalah Aku berkenan.” Ini merupakan peristiwa yang teramat menakjubkan. Allah Bapa sendiri dengan suara-Nya sendiri memperkenalkan anak-Nya kepada kita. Ketika Yesus dimuliakan di atas gunung, hal yang sama terjadi. Suara yang sama mengatakan, “Inilah Anak-Ku yang terkasih, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia.”

Sebagai penutup, saya akan membagikan satu ayat lagi khususnya kepada saudara yang ingin memberikan diri untuk dibaptis. Ayat ini saya bagikan kepada semua yang ingin menerima Roh Kudus:

15  “Jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku. 16  Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya,…

Kita diberitahu di sini bahwa hanya Bapa yang dapat memberikan Roh Kudus kepada kita. Anugerah Roh Kudus diberikan kepada kita atas permintaan Yesus kepada Bapa. Apa syaratnya?  Jikalau kita mengasihi Yesus, kita akan menuruti segala perintahnya. Dan dia akan meminta kepada Bapa, dan Dia akan memberikan kepada kita seorang Penolong yang lain, supaya ia menyertai kita selama-lamanya. Ayat janji yang sungguh indah! Kita perlu melakukan bagian kita, dan bagian kita hanya satu, yaitu untuk mengasihi Yesus dan menuruti segala perintahnya. Dan itulah yang harus menjadi fokus dan tujuan hidup kita. Yang lain Yesus yang akan urus. Jika kita melakukan bagian kita, dia akan melakukan bagiannya. Dia akan meminta kepada Bapa untuk memberikan kepada kita seorang Penolong yang akan menyertai kita selama-lamanya. Hal ini bersesuaian dengan pernyataan di Kisah Para Rasul 5:32, “Roh Kudus, yang dikaruniakan Allah kepada semua orang yang menaati Dia.”

Itulah yang menjadi pergumulan kita dalam membangun jemaat ini. Apakah tiga hal ini menjadi kenyataan dalam kehidupan setiap pribadi? Atas dasar atau fondasi inilah kita membangun kehidupan rohani kita. Fondasi merupakan hal yang terpenting bagi sebuah bangunan. Fondasi yang lemah atau salah, akan berakhir dengan reruntuhan. Jadi saya memberitakan kepada saudara, tiga hal yang sangat penting. Inilah kabar baik Injil. Ini berita baik. Pertama, dosa-dosa saudara bisa dihapus. Bukankah itu berita baik? Bersukacitalah. Kedua, saudara bisa dibaptis dengan Roh Kudus. Dibaptis sampai basah kuyup, menandakan kelimpahan anugerah Allah. Dan terakhir, dia inilah anak Allah. Itu berarti seluruh hidup saya, seluruh hidup kita hanya ada satu tujuan, yaitu mendengarkannya.

Saya benar-benar berharap melalui pesan ini, semua ini menjadi kenyataan di dalam hidup setiap orang di sini. Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengar!

Berikan Komentar Anda: