Pastor Mark Lee | Pembaruan Akal Budi (1) |
PERKARA YANG PALING PENTING DARI SEGALANYA
Dalam suatu kesempatan sharing, ada beberapa saudara dan saudari seiman yang mengajukan pertanyaan ini: Bagaimana kita bisa tahu kehendak Allah? Saat itu saya memberikan penjelasan yang singkat karena waktu yang terbatas. Ketika saya renungkan lagi pertanyaan ini, saya merasa sangatlah penting bagi saya untuk menjelaskan tentang hal memahami kehendak Allah karena ini adalah pertanyaan yang paling penting di antara segalanya. Jika kita tidak tahu kehendak Allah, tentu saja akan sangat sukar bagi kita untuk bisa melangkah di jalan Allah, dan akibatnya pasti akan sangat berat.
Jika saya tidak salah, mungkin ada lebih dari 90% orang percaya yang tidak tahu kehendak Allah, dan mereka juga tidak tahu bagaimana cara memahami kehendak Allah. Ini adalah masalah yang sangat serius dalam kehidupan rohani kita. Saya harap setiap orang di sini bisa melihat dan mempertimbangkan pokok ini dengan serius dan jelas, supaya anda benar-benar bisa memahami uraian yang sedang anda dengarkan. Jika tidak, sangatlah mudah untuk mendengarkan sesuatu tanpa memahaminya. Sekalipun dituliskan dalam beberapa halaman, kita tetap perlu berusaha untuk bisa berpikir dengan serius agar dapat mencerna dan menyerapnya. Seringkali, ada saudara-saudari yang tidak memandang perkara rohani secara serius dan akibatnya, seperti yang sering diingatkan oleh Alkitab, kita perlu sering dibangunkan! Bangkit! Ini terjadi karena kita tidak menjalani keseharian kita dalam kewaspadaan.
Sebagai orang percaya, jika kita tidak mengetahui kehendak Allah, pada umumnya kebanyakan orang akan mengandalkan pada kejadian-kejadian ajaib sebagai jaminan dan tanda telah menerima kehendak Allah. Tentu saja, banyak orang yang tidak mengalami mukjizat dan mereka hanya bisa menyerahkan semua hal kepada nasib. Oleh karena anda tidak mengetahui kehendak Allah, dan juga tidak ada petunjuk apa pun, maka anda hanya bisa bertindak lebih dahulu. Ini adalah penyakit rohani yang paling serius yang melanda orang-orang percaya. Tanpa mengetahui kehendak Allah, bagaimana bisa kita mengikut Dia? Bagaimana kita akan melangkah sesuai dengan kehendak-Nya?
APAKAH MUKJIZAT MERUPAKAN TANDA KEHENDAK ALLAH?
Dulu ketika saya masih muda, ketika saya masih baru menjadi Kristen dan pengalaman saya di dalam Tuhan masih sedikit, ada seorang saudara dan saudari seiman yang berpacaran. Keduanya mengasihi Tuhan dan sedang mempertimbangkan untuk menikah. Saya ingat bagaimana saudara ini menceritakan kepada saya bahwa dia sudah mendoakan hal ini dan mencari pimpinan dari Allah. Setelah berdoa untuk beberapa waktu, terjadi sebuah peristiwa yang sangat khusus. Suatu hari dia naik ke bus umum ke tempat kerja, hal yang sudah menjadi kebiasaannya. Lalu, dia terkejut ketika melihat ada dua nama tertulis di balik kursi di hadapannya. Kedua nama itu adalah namanya serta nama saudari itu. Peluang hal ini merupakan suatu kebetulan sangatlah kecil. Peristiwa ini terjadi di luar negeri, dan kedua nama itu ditulis dalam bahasa Inggris, dan nama mereka berdua di dalam bahasa Inggris terbilang unik, bukanlah nama yang lazim seperti David atau Mary. Nama Inggris dari saudara ini dia buat dengan memakai terjemahannya sendiri — diambil dari bahasa Chinese — dan di dalam bahasa Inggris, terjemahan nama itu menjadi agak aneh, dan saya juga belum pernah bertemu dengan orang lain yang memakai nama (dalam bahasa Inggris) yang sama dengan nama kedua orang ini. Jadi, peluang tertulisnya kedua nama itu secara bersamaan di satu tempat sangatlah kecil. Jadi, dia kembali dan bercerita kepada saya bahwa dia menganggap hal itu adalah tanda dari kehendak Allah, yakni dalam memberi dia kesempatan melihat kedua nama itu ada tertulis di sebuah tempat. Benarkah ini kehendak Allah? Kelihatannya mungkin benar, apakah Allah sedang memberi mereka suatu pertanda? Semacam lampu hijau? Tidaklah mudah untuk mengetahui kehendak Allah.
Contoh nyata yang lain, yang juga berlangsung di masa lalu, terjadi pada seorang saudari seiman. Ada seorang saudara seiman yang menaksirnya dan berharap untuk bisa masuk ke hubungan yang lebih mendalam dengannya, dan saudara ini sedang menunggu jawabannya. Tentu saja, gadis ini juga mendoakan urusan ini. Saya rasa tidak ada orang Kristen yang tidak berdoa kepada Allah untuk mencari petunjuk dalam urusan pasangan hidup. Dia bertanya apakah dia dan pemuda itu boleh menjalin hubungan. Belakangan, gadis ini menyampaikan kesaksian bahwa dia mengalami pertemuan dengan pemuda itu di jalan sampai berkali-kali, dan hal ini terjadi setelah dia mendoakan urusan ini. Gadis ini bertemu dengannya di sebuah jalan, kemudian ketika dia melalui jalan yang lain, dia bertemu dengan pemuda itu lagi. Rangkaian peristiwa ini membuatnya merasa bahwa ini mungkin merupakan isyarat lampu hijau dari Allah baginya. Bagaimana mungkin hal ini terjadi secara kebetulan? Adalah normal jika kita bertemu seseorang satu kali, tetapi bertemu lagi di jalan yang lain bukanlah hal yang umum terjadi. Tiga kali berturut-turut di tempat yang berbeda? Oleh karena rangkaian peristiwa pertemuan ini terjadi dalam waktu yang cukup singkat, dia lalu menerima lamaran pemuda itu.
Jika hal-hal semacam ini terjadi pada diri anda, bagaimana anda akan membedakan apakah ini kehendak Allah atau bukan? Ini adalah pokok yang sangat penting, bukankah demikian? Bagaimana agar kita bisa menerima petunjuk dan arahan-Nya? Jika kita tidak memahami pokok ini dengan jelas, bukankah itu berarti kita harus membuang undi setiap hari di rumah? Angka ganjil berarti boleh dan angka genap berarti larangan? Faktanya adalah banyak orang percaya, bahkan mereka yang sudah percaya sejak lama, tidak tahu bagaimana memahami kehendak Allah. Apa yang bisa kita perbuat kalau kita tidak tahu kehendak Allah? Kita hanya bisa membuat anggapan. Sama seperti dua contoh tadi, kita akan memandang bahwa kejadian-kejadian khusus seperti itu sebagai tanda dan petunjuk akan kehendak Allah. Hal ini hanya hasil dari tebakan anda, dan bisa saja dilandasi oleh pandangan yang sudah condong pada kesimpulan tertentu. Peristiwa ajaib tidak selalu merupakan petunjuk dari Allah.
Banyak orang yang mencari kehendak Allah dengan cara menunggu tanda — suatu peristiwa khusus, tanda khusus. Namun tentu saja, jika anda akrab dengan isi Alkitab serta prinsip-prinsip rohani, suatu kejadian tak bisa dijadikan bukti sebagai kehendak Allah. Kejadian khusus adalah suatu hal yang tersendiri, dan kehendak Allah juga merupakan suatu hal yang tersendiri, dan keduanya tidak boleh disama-ratakan. Suatu kejadian khusus tidak selalu menandakan kehendak Allah. Ada orang yang memenangkan hadiah lotere, apakah hal ini juga menandakan kehendak Allah? Apakah sudah menjadi kehendak Allah bahwa dia akan memenangkan hadiah lotere?
ALKITAB MENGAJAR BAGAIMANA MEMBEDAKAN KEHENDAK ALLAH
Topik hari ini adalah: Bagaimana seorang percaya bisa memahami kehendak Allah? Ini juga menjadi suatu peringatan bagi kita semua bahwa urusan ini adalah pokok yang sangat penting. Sebagai seorang percaya, jika kita tidak memahami kehendak Allah, kita tidak akan tahu ke arah mana kita akan menuju, dan akan menjadi mustahil bagi kita untuk melangkah di dalam kehendak Allah. Oleh karenanya, sangatlah penting bagi kita semua untuk bisa memahami bagaimana supaya kita bisa mengerti kehendak Allah! Tentu saja, Alkitab memberi kita ajaran mengenai pokok yang penting ini. Mustahil Alkitab tidak mengajari kita tentang hal ini.
Hari ini, saya berencana untuk membahas satu ayat yang sangat penting, ayat yang sangat akrab bagi kebanyakan dari kita, walaupun keakraban dan pemahaman seringkali berbeda jalan.
Dalam Roma 12:2, rasul Paulus berkata,
Janganlah menjadi sama dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan akal budimu, sehingga kamu dapat membedakan apa yang menjadi kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna.
Ayat ini sangat akrab bagi kebanyakan orang percaya. Kita sudah sering membacanya, tetapi apakah kita sudah memahaminya? Setelah membacanya, tahukah anda hal-hal yang harus anda perbuat? Seringkali kita hanya membaca ayat ini, tetapi kita tidak tahu harus berbuat apa sesuai dengan ayat ini, dan kita juga tidak tahu hal apa sebenarnya yang diuraikan oleh ayat ini. Tampaknya kita dapat memahami sebagian dari perkataan dalam ayat ini, tetapi agaknya kita tidak benar-benar memahami makna ayat ini, dan kita tidak tahu harus berbuat apa dan bagaimana melakukannya. Banyak orang Kristen yang seperti ini saat membaca isi Alkitab. Apakah orang-orang ini tidak memiliki pemahaman? Mereka mengerti sebagian dari apa yang mereka baca. Namun, apakah mereka mengerti dengan sepenuhnya? Kenyataannya, mereka tidak tahu bagaimana menerapkan apa yang mereka baca di dalam kehidupan sehari-hari.
Jika kita sederhanakan, ada tiga poin dasar yang terkait dengan ayat ini. Jangan menjadi sama dengan dunia, berarti tidak memakai cara bertindak yang sama, lalu apa yang harus kita perbuat? Ada tiga poin yang berkenaan dengan hal apa yang harus kita perbuat. Pertama, akal budi kita harus diperbarui; kedua, mengalami perubahan; ketiga, membedakan apa yang menjadi kehendak Allah.
MEMBEDAKAN APA YANG MENJADI KEHENDAK ALLAH
Kita akan membahas dari poin yang ketiga: “Membedakan apa yang menjadi kehendak Allah” sebagai titik awal pembahasan. Banyak dari kita yang kurang memahami ungkapan ini. Kita mengira mengenali kehendak Allah berarti itu adalah urusan Allah untuk memberitahu kita apa yang menjadi kehendak-Nya. Mungkin Dia akan menyatakannya melalui mimpi atau berbagai kejadian ajaib, seperti yang sudah saya sampaikan tadi, lalu kita mengira bahwa itu adalah tanda dari kehendak Allah.
Akan tetapi, ini bukanlah hal yang dimaksudkan oleh ayat itu. Dalam ayat ini dipakai kata yang tegas:‘membedakan’. Kata aslinya dokimazo berarti ‘membuktikan’ atau ‘menguji’. Ini berarti anda harus mencermati, menguji dan membuktikan. Jadi, hal mengenali kehendak Allah menuntut kita untuk melakukan pemeriksaan dan kita perlu membedakan dengan jelas, bukannya melempar dadu dan mengamati angka berapa yang muncul — hal yang tidak ada kaitannya dengan urusan pembuktian. Bukan seperti itu, anda perlu memeriksa (kata ‘membedakan’ jelas berkenaan dengan urusan ‘pemeriksaan’), mengenali apakah ini memang kehendak Allah, dan anda perlu tahu bagaimana membedakan kehendak Allah dari hal-hal lainnya. Anda mungkin berkata bahwa tuntutan ini terlalu tinggi, apakah kita harus memeriksa dengan teliti apakah sesuatu hal itu memang merupakan kehendak Allah? Justru karena saya tidak bisa membedakan, bagaimana saya harus membedakan? Jangan mengeluh dulu, saya memulai pembahasan dari poin terakhir, dan kita perlu membahas poin kedua sebelum kita memiliki kemampuan untuk melakukan poin yang ketiga.
UNTUK MENGETAHUI KEHENDAK ALLAH, KITA HARUS DIUBAHKAN TERLEBIH DULU
Bagaimana seseorang bisa membedakan dan membuktikan apa yang menjadi kehendak Allah? Hal penting apa yang kita perlukan terlebih dahulu? Mengalami perubahan! Artinya, segenap hidup kita harus diubah! Oleh karenanya, urusan mengenali kehendak Allah tidak bergantung pada segala macam kursus atau pendidikan Alkitab. Sebaliknya, segenap kehidupan anda harus diubah oleh Allah! Dalam naskah aslinya terdapat kata ‘kamu’, hal yang juga ada dalam naskah bahasa Indonesia dalam bentuk yang disingkat, dan anak kalimat itu berbentuk pasif dalam bahasa aslinya. Ini berarti bahwa kita harus diubah oleh Allah. Saat hidup anda diubah, segenap watak anda berubah. Anda akan memiliki kemampuan untuk menguji dan mengenali kehendak Allah. Ini berarti hal memahami kehendak Allah itu bukan urusan membaca tafsiran Alkitab atau melakukan penelitian. Kemampuan ini muncul karena hidup kita diubah oleh Allah. Jika anda belum diubah oleh Allah, sekalipun anda membaca Alkitab sampai 365 kali, hal itu tidak akan menolong anda dalam memahami kehendak Allah. Jika anda ingin mengetahui kehendak Allah, anda harus diubah sepenuhnya. Masuklah ke dalam perubahan itu dan anda akan mendapat pemahamannya. Jika anda belum mengalami perubahan, anda tidak akan tahu apa-apa. Hanya orang yang sudah diubah hidupnya oleh Allah yang mampu mengenali kehendak Allah. Ini adalah langkah yang kedua.
PERUBAHAN TERJADI MELALUI PEMBARUAN AKAL BUDI
Bagaimana kita bisa diubah? Itu sebabnya mengapa saya membahas pokok ini secara terbalik. Kita harus mengambil langkah maju ke tahap berikutnya: melalui pembaharuan akal budi kita. Hanya dengan melalui pembaharuan akal budi itu anda bisa diubah. Langkah yang pertama ini sangatlah penting. Jika akal budi anda sudah benar-benar diperbarui, anda akan berubah. Apakah anda ingin diubahkan? Saya akan beritahu anda bagaimana caranya mengalami perubahan, tidak akan ada masalah dan anda akan mampu mengenali kehendak Allah. Ini adalah proses tiga tahap yang sederhana. Tampaknya kita harus memusatkan perhatian pada langkah yang pertama, yang paling dasar. Begitu langkah yang pertama ini sudah dijalani, maka kedua langkah berikutnya cenderung terjadi secara otomatis. Langkah yang pertama merupakan kunci bagi kedua langkah berikutnya.
Saya ingin menekankan poin ini karena hal ini merupakan poin yang sering diabaikan. Pertama-tama, mari kita lihat makna dari pembaruan akal budi. Pembaruan berarti perubahan, hal ini mudah untuk dipahami. Pembaruan akal budi berarti anda harus memiliki cara berpikir yang baru. Segala sesuatunya menjadi baru, dan semua itu bersumber dari cara berpikir kita.
APAKAH KITA MEMERIKSA PIKIRAN KITA?
Jika kita amati orang-orang, sangat sedikit — bahkan di kalangan orang percaya — yang memeriksa cara berpikir mereka sendiri. Bagi mayoritas orang — termasuk orang percaya — hal apakah yang menjadi pusat perhatian mereka? Mereka tidak peduli dengan cara berpikir mereka sendiri, mereka tidak memandang penting urusan memeriksa cara berpikir mereka. Yang mereka perhatikan adalah perilaku, apakah ada perbuatan yang salah atau menyimpang. Orang percaya yang lebih dewasa akan memeriksa urusan pemakaian kata-kata, apakah mereka sudah bisa mengendalikan lidah mereka dan apakah mereka sudah mengucapkan hal-hal yang seharusnya tidak mereka ucapkan. Ini adalah hal-hal yang lebih diperhatikan oleh orang-orang percaya: Apakah saya sudah melakukan atau mengucapkan hal yang salah? Beritahu saya ada berapa orang percaya yang memeriksa apakah cara berpikir mereka sudah benar atau belum? Sangat sedikit! Sangat sedikit! Sangat sedikit orang yang peduli apakah cara berpikir mereka masih salah. Kapankah anda memeriksa cara berpikir anda? Anda akan memeriksa perilaku anda dan mereka yang sudah lebih maju akan memeriksa ucapan mereka sendiri. Akan tetapi, apakah anda sudah memeriksa isi pikiran anda?
Ada begitu banyak hal yang terlintas di pikiran kita setiap harinya. Begitu kita membuka mata di pagi hari, bahkan sebelum kita menggosok gigi, banyak pikiran sudah memasuki benak kita, tetapi sangat sedikit orang yang memeriksa hal-hal yang masuk ke dalam pikiran mereka. Mengapa? Banyak orang mengira bahwa melakukan perbuatan yang salah akan menyakiti orang lain, mengucapkan hal yang salah akan menyakiti orang lain juga, tetapi memiliki pikiran yang salah tidak akan menyakiti orang lain. Selama kita tidak melakukan hal yang salah atau mengucapkan hal yang salah, kita merasa kita akan baik-baik saja.
Sebagai contoh, jika anda tidak menyukai seseorang, tetapi anda masih harus terus menyapa orang itu dengan senyum tanpa melupakan sopan santun. Anda tidak merasa telah menyakiti orang itu karena semua pikiran anda hanya ada di dalam otak anda sendiri. Ada sebagian orang yang tidak ingin dikunjungi oleh beberapa orang tertentu pada hari Tahun Baru Imlek, tetapi apa yang akan mereka katakan jika orang-orang tersebut tetap berkunjung? “Senang sekali bisa bertemu anda!” Anda akan menunjukkan sopan santun di sisi luar anda, tetapi bagaimana isi pikiran anda? Anda tidak terlalu peduli isi pikiran anda. Mengapa? Karena tak ada orang lain yang tahu isi pikiran anda. Setelah menghidangkan teh dan kue, anda mungkin berpikir, “Cepatlah pulang, sangat menjemukan!” Namun, anda tidak akan menunjukkannya karena tak ada orang yang tahu, jadi anda tidak akan peduli dengan hal-hal apa yang anda pikirkan saat itu. Akan tetapi, justru di sinilah letak persoalannya. Siapa yang bisa tahu isi pikiran anda? Anda masih bisa menampilkan senyum, dan merasa tidak ada masalah sama sekali. Saya tidak menyinggung perasaan siapa pun dan tidak melakukan perbuatan buruk apa pun. Hal-hal buruk itu cuma ada dalam pikiran, ditambah dengan fakta bahwa pikiran itu berlangsung singkat saja, jadi anda tidak merasa peduli dengan hal itu. Banyak pikiran datang dan pergi dengan cepat di dalam benak kita. Jika kita harus menangani semua itu, kita akan disibukkan dengan urusan pikiran saja.
Kebanyakan hal yang berlangsung dalam kehidupan kita terjadi di dalam pikiran, lebih banyak dari tindakan dan ucapan kita. Begitu ada satu pikiran yang muncul, hal itu bisa memicu banyak tindakan dan perubahan. Ada banyak pikiran yang melintas dengan sangat cepat. Seringkali, anda mendapatkan satu pikiran, tetapi kemudian pikiran itu hilang dengan cepat. Oleh karenanya, kita tidak merasa terganggu oleh pikiran kita sendiri. Lagi pula, hal-hal yang terlintas itu mungkin tidak penting, hanya suatu pikiran tentang pertemuan dengan orang yang tidak disukai, tidak ada tindakan atau ucapan yang menyatakan ketidaksukaan itu, jadi tidak ada masalah. Inilah masalah yang pertama: Kita tidak peduli dengan isi pikiran kita.
PIKIRAN KITA ADALAH DIRI KITA YANG SESUNGGUHNYA
Akan tetapi, anda perlu tahu bahwa Allah peduli dengan pikiran anda! Inilah perbedaan antara Allah dengan manusia. Bagaimana Alkitab menggambarkannya? Allah menguji isi hati manusia. Sama seperti kata examine (menguji, memeriksa) yang saya pakai. Anda harus memeriksa firman Allah untuk mencari tahu hal apakah yang benar dan manakah kehendak Allah. Pada saat yang bersamaan, Allah akan memeriksa anda, dan tebak hal apa yang Allah lihat? Apakah Dia memeriksa perilaku anda? Ucapan anda? Semua itu memang akan Dia perhatikan, tetapi hanya sebagai urusan kedua. Yang lebih penting bagi Allah adalah Dia akan memeriksa hati anda dan melihat apa yang kita pikirkan. Anda tahu apa yang sedang anda pikirkan, tetapi tetangga anda tidak tahu akan hal itu. Namun bagi Allah, Dia tahu persis isi hati dan pikiran anda. Tahukah anda? Itulah wujud sejati kita. Anda bisa terlihat sangat gembira, menyapa orang dengan senyum, tetapi apa yang tersimpan dalam hati anda? Anda mencela dia dalam hati anda. Mana yang asli? Yang gembira atau yang mencela? Tentu saja yang mencela, apa yang tersimpan di dalam itulah yang asli, itulah diri kita sesungguhnya. Jangan mengira bahwa anda akan baik-baik saja dengan mengutamakan sisi luar yang baik, Allah melihat isi hati anda. Artinya, jika anda ingin mengatasi masalah, anda harus memulai dari hati anda, dari pikiran anda karena itu adalah diri anda yang sesungguhnya. Bukan hal yang anda ucapkan, melainkan apa yang anda pikirkan, itulah yang menjadi jati diri anda. Cara anda menilai orang lain atau menilai sesuatu hal, itulah jati diri anda.
Namun, kita sering tidak memperhatikan aspek ini dan menutupinya dengan mudah. Kita sangat peduli akan sisi luar kita. Kita merasa perlu untuk berperilaku yang baik. Mengapa? Karena kita takut akan penilaian orang lain, jadi kita perlu bisa berperilaku baik untuk mendapatkan kesan baik dari mereka. Namun, ini adalah kepalsuan, bukan diri kita yang sebenarnya. Jati diri kita bergantung pada isi hati kita, isi pikiran kita, itulah jati diri kita, jadi janganlah kita menipu diri sendiri. Itulah poin yang pertama — yakni agar kita tahu bahwa pikiran adalah hal yang paling penting yang sering kita abaikan.
Oleh karena itu, dalam berbagai hal, bukan saja kita jadi tidak mengenal Allah, kita juga tidak memahami diri kita sendiri. Kita bahkan mengira bahwa kita ini orang baik, padahal sebenarnya tidak. Jika kita menyembunyikan kekotoran dalam pikiran kita, dalam hati dan benak kita, percuma saja semua kebaikan yang kita tunjukkan di sisi luar kita. Jangan mengira bahwa semua itu hanya kilasan singkat di dalam otak kita, justru semua kilasan singkat itulah yang menunjukkan jati diri kita.
TANPA PEMBARUAN AKAL BUDI, SEGALA UPAYA UNTUK BERUBAH AKAN GAGAL
Hal yang perlu saya ungkapkan terkait dengan makna penting dari pikiran di dalam poin kedua adalah: Banyak orang percaya, setelah mendengarkan ajaran Alkitab dan belajar beberapa prinsip (yang saya maksudkan adalah orang-orang percaya yang memiliki niat baik, sangat bersedia untuk menjalankan apa yang diperintahkan oleh Alkitab), seringkali mereka mendapati bahwa mereka tidak mampu menjalankannya. Alkitab menyuruh mereka melakukan hal ini dan itu, mereka sangat giat berusaha menjalankannya, tetapi mereka tak mampu menjalankannya. Ada juga yang bisa menjalankannya untuk beberapa waktu, tetapi mereka tidak sanggup terus menjalankannya. Ambil contoh urusan membaca Alkitab. Setelah mendengarkan khotbah, mereka jadi sangat rajin membaca Alkitab. Namun, setelah sekitar setahun atau beberapa tahun, mungkin hanya dalam hitungan bulan atau bahkan minggu, mereka dapati bahwa mereka tidak sanggup meneruskannya. Kadang kala, setelah mendengarkan khotbah, mereka merasa perlu melakukan sesuatu hal, mereka tahu bahwa hal itu baik dan mereka bersedia menaatinya, tetapi segera saja mereka dapati bahwa mereka tak berhasil melakukannya dan tidak bisa bertahan meneruskannya. Banyak orang Kristen yang seperti itu, bersemangat tinggi untuk beberapa saat, lalu semangat itu padam. Begitu terjadi sesuatu atau mendapat teguran, mereka terpaksa harus memulai dari awal lagi. Seperti orang yang naik roller-coaster (wahana permainan yang meluncur naik dan turun), mereka berputar-putar lalu naik dan turun terus menerus. Terlihat bagus bulan ini, lalu ceritanya berubah di bulan berikutnya. Mengapa? Alasannya sama — anda belum mengalami perubahan di dalam diri anda, yang berubah hanya sisi luarnya. Anda tahu hal baik yang perlu dilakukan, karena itu anda bergegas melakukannya. Namun, karena tidak ada perubahan di sisi dalam anda, hal itu tidak akan bertahan lama, tak peduli sekuat apa pun anda berusaha.
Otak merupakan pusat dari pikiran manusia. Otak memegang kendali. Otak tidak mengeluarkan instruksi yang jelas, jadi ada banyak orang yang hidupnya tidak stabil dan mudah goyah, tak peduli seberapa rajin mereka berusaha dan taat pada apa yang diajarkan oleh Alkitab. Mengapa? Ini karena hati dan pikiran anda belum diperbarui. Anda hanya bisa diperbarui melalui pembaruan akal budi. Jika anda lewati tahapan ini, jangan mengira bahwa anda akan bisa diubah hanya dengan membaca Alkitab lebih sering dan lebih giat. Tidak ada gunanya! Tanpa pembaruan akal budi, hal yang bisa anda lakukan hanya bersifat sementara. Dalam ayat ini dijelaskan dengan tegas: langkah yang pertama, kedua dan yang ketiga, dan disampaikan dalam urutan yang jelas. Anda tidak boleh melompati urutan yang ada.
Inilah hal yang terjadi pada orang yang akal budinya tidak diperbarui. Lalu, mengapa bisa tetap ada perbuatan baik? Hanya mengandalkan disiplin pribadi. Saya ingin membaca Alkitab, lalu kita mendisiplin diri kita untuk membaca Alkitab, berdoa dan melakukan berbagai hal. Kita membuat banyak aturan untuk diri kita sendiri. Kita mewajibkan diri sendiri untuk membaca Alkitab selama 30 menit, lalu berdoa 30 menit, tidak lagi bermain game di HP, dan sebagainya. Kita membuat banyak peraturan lalu berusaha menjalankan semua itu. Dapatkah anda memberitahu saya berapa lama hal semacam ini bisa bertahan? Anda yang sudah pernah mencobanya akan tahu, hal itu tidak akan berlangsung lama. Mengapa? Karena tidak ada perubahan di dalam. Akal budinya belum diperbarui, berapa lama hal semacam itu bisa bertahan hanya dengan mengandalkan tindakan menaati berbagai aturan? Namun, bukan berarti mereka tidak memiliki niat untuk mewujudkannya. Mereka ingin melakukan hal yang baik, tetapi tanpa pembaruan akal budi, usaha itu hanya akan berakhir dengan kegagalan jika anda hanya mengandalkan ketaatan pada aturan, hanya mengejar tindakan. Berapa lama anda bisa bertahan akan berbeda-beda, bisa 6 bulan atau 9 bulan atau setahun, dan sebagainya. Namun, akan tetap berakhir dalam kegagalan.
Jadi, urutan langkahnya sangatlah penting. Hidup anda hanya bisa diubah melalui pembaruan akal budi. Selama akal budi anda belum diperbarui, anda masih merupakan manusia lama, bukan manusia baru. Anda boleh berusaha menjalankan perintah Alkitab. Anda berusaha menjalankan saat teduh, berusaha mengasihi sesama manusia, berusaha melakukan ini dan itu. Semua itu hanya aturan buatan anda sendiri yang tidak akan bisa menolong anda.
Dengan demikian, anda perlu memperhatikan kata ‘oleh’, oleh pembaruan akal budi, baru perilaku anda bisa berubah, dan hidup anda akan berubah. Saya memakai banyak waktu khotbah ini untuk menekankan arti penting pokok ini kepada anda. Pembaruan akal budi adalah hal yang luar biasa penting!
PEMBARUAN AKAL BUDI TIDAK SAMA DENGAN PEMBARUAN PENGETAHUAN
Tentu saja, pertanyaan yang berikutnya sudah jelas: Bagaimana supaya akal budi kita bisa diperbarui? Inilah inti dari semua persoalannya. Saya juga sudah memberitahukan tadi bahwa pokok ini sangat sukar untuk dipahami. Saya akan mencoba menjelaskannya kepada anda, tetapi tetap saja akan terasa sukar untuk memahaminya. Anda perlu mencernanya dengan perlahan saat sudah pulang nanti agar bisa memahaminya dengan baik. Seringkali, kita mengira bahwa kita sudah mengerti sesuatu hal setelah mendengarkan uraiannya, tetapi jika tidak dicerna dengan baik, pemahaman itu akan hilang dalam waktu sebentar saja. Anda benar-benar perlu untuk mencernanya dengan baik. Jika tidak, apa yang sudah anda dengar akan hilang begitu saja.
Apa artinya memiliki pikiran yang baru? Bagaimana mungkin cara berpikir seseorang bisa diperbarui? Ini adalah hal yang perlu kita pahami. Bagaimana cara memahami urusan pembaruan akal budi kita ini? Bagaimana bisa cara berpikir seseorang diperbarui? Di permukaannya, terasa mudah untuk dipahami. Bagaimana cara seorang percaya memperbarui akal budinya? Sekalipun anda belum lama beribadah ke gereja, hal apa yang paling diperlukan? Yang terutama adalah Alkitab, bukan pendetanya. Yang dibutuhkan adalah kebenaran.
Kita membaca Alkitab setiap hari. Saya yakin lebih dari separuh dari kita menjalankan hal ini. Ada juga yang tidak setiap hari, mungkin paling tidak sekitar tiga kali seminggu, dan hal ini juga masih cukup baik. Ada yang bahkan bukan sekadar mempelajari Alkitab, mereka sudah aktif mengajar Alkitab di gereja, memimpin PA atau berbagi pengetahuan Alkitab dengan orang lain serta membawa mereka mengenal Allah. Pada dasarnya, orang-orang percaya cukup akrab dengan isi Alkitab dan cukup siap membahas beberapa ayat setiap saat. Saat kita berhadapan dengan masalah, kita juga bisa menangani masalah itu berdasarkan ayat-ayat Alkitab.
Namun, hal yang ingin saya tunjukkan adalah pembaruan akal budi berbeda sepenuhnya dengan pembaruan pengetahuan. Perbedaan ini dapat dilakukan hanya oleh sedikit orang. Jika anda benar-benar mencermati masalah ini, anda akan tahu hal yang saya maksudkan. Anda bisa saja sudah banyak belajar isi Alkitab dan sanggup mengutip banyak ayat, bahkan anda mungkin sudah mengajar banyak orang tentang isi Alkitab, tetapi anda perlu waspada mungkin saja semua itu hanya merupakan pengetahuan tentang isi Alkitab. Kitab Roma tidak berbicara tentang pengetahuan. Pengetahuan anda bisa saja bertambah atau diperbarui tanpa menghasilkan manfaat apa-apa. Mengapa menjadi tidak bermanfaat sama sekali?
Bukankah pengetahuan masyarakat zaman sekarang sudah bertambah? Tingkat pertumbuhan pengetahuan dalam sepuluh tahun terakhir bisa disamakan dengan pertumbuhan dalam seratus tahun pada abad yang lalu. Namun, apakah umat manusia mengalami perubahan? Tidak. Kita sekarang memiliki banyak sekali pengetahuan, generasi zaman sekarang bisa dikatakan sedang mengalami ledakan pengetahuan. Anda hanya perlu menjelajahi internet, membaca atau menonton berbagai pengetahuan yang disajikan, dan jumlah pengetahuan yang bisa anda kumpulkan bahkan tidak ada artinya dibandingkan dengan jumlah pengetahuan yang tersedia di internet. Sebagai contoh, siapa yang tidak tahu tentang masalah iklim yang semakin ekstrim? Setiap orang tahu. Ada gejala El Nino dan La Nina, perubahan iklim, kekeringan dan banjir, polusi sampah plastik. Manusia memiliki semua pengetahuan yang dimiliki, tetapi apakah kehidupan mengalami perubahan? Tidak. Kehidupan berjalan seperti biasanya. Ledakan pengetahuan tidak berdampak pada cara hidup kita, tak banyak hal yang berbeda dalam kebiasaan makan dan kegiatan kita. Anda tahu bahwa semua hal itu terjadi, tetapi anda tidak mau berubah sama sekali. Mungkin ada beberapa orang yang hidupnya berubah sejalan dengan pengetahuan yang didapatkannya, tetapi bagi kebanyakan orang, yang berubah hanya pengetahuannya dan bukan hidupnya. Itu sebabnya saya tegaskan kepada anda bahwa pembaruan pengetahuan sama sekali tidak ada dampaknya bagi perubahan cara hidup.
Masalah ini terjadi di tengah masyarakat dan juga di lingkungan jemaat. Anda beribadah ke gereja untuk menyerap banyak pengetahuan dan anda juga bisa menjelajahi internet untuk belajar Alkitab. Ada yang berkata, “Pak Pendeta, saya sudah membaca isi Perjanjian Baru secara online sampai sepuluh kali.” Percuma, tidak ada gunanya sekalipun anda sudah membacanya sampai 100 kali. Yang diperlukan adalah pembaruan akal budi dan bukannya pembaruan pengetahuan. Anda sudah beribadah di gereja cukup lama, tentu saja pengetahuan anda mengalami peningkatan. Akan tetapi, masalahnya jauh berbeda jika kita berbicara tentang pembaruan akal budi. Pengetahuan tidak bisa mengubah cara berpikir kita. Sebagian orang mengumpulkan begitu banyak pengetahuan, tetapi cara berpikir mereka tetap sama saja. Oleh karenanya, hanya pembaruan akal budi itulah yang penting!
Masalahnya sekarang adalah: Anda sudah lama beribadah di gereja, tetapi apakah cara berpikir anda — akal budi anda — dan cara anda menilai sesuatu persoalan sudah berubah? Atau apakah anda beribadah ke gereja, lalu mendapat banyak pengetahuan, bisa mengutip banyak ayat, tetapi sudahkah sudut pandang anda berubah? Ini adalah hal yang sangat penting, anda harus melihat apakah cara berpikir anda sudah diperbarui atau belum. Apakah anda sudah memiliki akal budi yang baru, cara pandang yang baru mengenai berbagai hal?
BERPIKIR DENGAN CARA PANDANG YANG SANGAT BERLAWANAN
Mari kita melihat sebuah ayat untuk memeriksa apakah cara berpikir kita sudah berubah. Ayat ini merupakan inti dari semua uraian dalam surat Roma. Setelah membaca ayat ini, anda tidak membutuhkan penjelasan dari saya lagi. Anda akan tahu seperti apa seseorang yang sudah diperbarui akal budinya. Mari kita lihat Filipi 3:7 —
Akan tetapi, segala sesuatu yang dahulu menguntungkan aku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus.
Inilah makna dari pembaruan akal budi. Hati dan pikiran anda berubah sepenuhnya. Di masa lalu, anda mengira bahwa anda adalah orang baik, dan anda berbangga karenanya — dan mungkin anda bersyukur kepada Allah untuk itu, tetapi apa yang terjadi ketika akal budi anda diperbarui? Tak ada lagi yang berarti, apa semua itu benar-benar baik? Terjadi perubahan! Dulunya anda sangat menyukai sesuatu hal dan memandang hal itu sebagai hal yang sangat berharga, tetapi sekarang, seperti yang dikatakan oleh ayat ini, anda melihat hal itu tak lebih dari sampah, mungkin bahkan sebagai hal yang berbahaya. Dulunya anda sangat tidak menyukai suatu hal dan anda lebih memilih untuk menghindarinya, tetapi ketika akal budi anda diperbarui, apa yang akan terjadi? Anda tidak lagi berusaha menghindari atau lari darinya, anda merangkulnya. Inilah hal yang disebut ‘pembaruan akal budi’, menerima akal budi yang baru. Jika hal itu memang terjadi, anda akan mengenal Allah karena akal budi anda diperbarui. Mengapa anda sampai tidak mengetahui kehendak Allah? Karena akal budi anda belum diperbarui. Pikiran anda dan Allah saling berlawanan. Apapun upaya anda, anda tidak akan bisa menerima pesan dan juga kehendak-Nya karena kedua pihak saling berlawanan.
Sama seperti gelombang radio, saya tidak tahu sudah seberapa jauh kemajuan yang dicapai sekarang ini. Di masa lalu, ada satu model alat komunikasi yang disebut HT, yang bisa dibawa ke sana kemari oleh orang-orang. Untuk bisa memakainya, anda tidak sekadar menghidupkan alat itu lalu mulai berbicara. Anda perlu menyetel frekuensi HT tersebut karena setiap HT bisa berada di berbagai frekuensi. Jika anda sudah menyetel frekuensi HT anda, disamakan dengan frekuensi HT orang lain, barulah anda bisa mulai berkomunikasi. Otak kita bekerja dengan cara yang sama. Memahami kehendak Allah berarti kita harus menyesuaikan frekuensi kita mengikuti frekuensi Allah, barulah kita bisa menerima sinyal dari-Nya. Ini berarti bahwa anda harus mengubah frekuensi anda. Jika tidak, anda hanya akan menerima gangguan sinyal dalam bentuk berbagai suara yang tidak jelas. Ini terjadi karena akal budi kita belum berubah dan saluran yang kita pakai tetap sama dengan frekuensi yang itu-itu juga, akibatnya anda tidak menerima sinyal apa-apa.
Sebenarnya, kehendak Allah itu tersedia di mana-mana di sekitar kita, sama seperti gelombang radio yang tersebar di sekitar kita, jika anda bisa masuk ke frekuensi yang dimaksudkan. Persoalannya adalah apakah kita sudah menyetel frekuensi HT kita dengan benar. Allah menyampaikan banyak hal kepada kita setiap hari. Dia mengingatkan kita akan berbagai hal dari pagi sampai malam, tetapi kita tidak bisa menerimanya karena pikiran kita masih terbelenggu di saluran yang sama. Oleh karenanya, urusan menyetel frekuensi otak ini sangatlah penting, dan itu berarti bahwa kita harus meninggalkan frekuensi yang lama serta masuk ke dalam frekuensi yang baru. Perlu ada perubahan! Hal yang anda pikir sebagai hal yang bagus di masa lalu, anda harus menjauhinya sekarang dan melihat hal itu sebagai hal yang pada dasarnya tidak baik, itulah yang disebut perubahan.
Tentu saja, langkah ini bukanlah suatu lompatan ajaib (instan), tetapi anda memang harus memulainya, dan penyesuaian frekuensi ini berlangsung secara perlahan sampai anda akhirnya bisa masuk secara akurat ke dalam frekuensi yang dimaksudkan. Jadi, anda menyetel hati dan pikiran anda secara berangsur-angsur dan melihat perubahan mulai terjadi. Hal-hal yang dulunya sangat anda sukai akan anda lihat seperti sampah sementara berbagai hal yang sangat tidak anda sukai atau bahkan anda takuti sekarang, anda pandang bermanfaat. Secara berangsur-angsur, pembaruan hati dan pikiran menghasilkan pembaruan dalam cara anda menilai dan memandang sesuatu.
Saya harap kita semua bisa merenungkan hal-hal yang sudah disampaikan hari ini saat kita semua pulang nanti. Ini agar anda tahu apa makna dari semua uraian tadi dan bagaimana menerapkannya, bagaimana menyetel hati dan pikiran anda. Jika tidak, anda tidak akan pernah mendengarkan suara Allah di sepanjang hidup anda, dan tidak akan mendapatkan bimbingan dari Allah karena frekuensi anda dan Dia bertolak belakang. Akan tetapi, anda bisa mencari tahu tentang frekuensi Allah, hal ini dijelaskan dalam Alkitab. Anda perlu menyetel hati dan pikiran anda mengikuti Alkitab dan selanjutnya anda akan tahu bahwa ini adalah suara dari Allah.
CONTOH DARI KEHIDUPAN PRIBADI SAYA
Bagian yang terakhir, saya ingin bagikan sebuah contoh kepada anda untuk menunjukkan proses mengenal kehendak Allah, dan saya akan memakai contoh yang sejenis dengan contoh-contoh yang sudah saya sampaikan tadi. Di bagian awal khotbah ini, saya menyampaikan dua kejadian yang terkait dengan masalah hubungan antar muda-mudi.
Ketika saya masih muda, di sekitar usia 25 atau 26 tahun, anda akan susah membayangkan seperti apa diri saya puluhan tahun yang lalu. Saya mulai mengenal Tuhan pada waktu itu dan sekitar 2 atau 3 tahun kemudian saya dibaptiskan. Dalam persekutuan doa anak-anak muda, yang dikelola oleh kalangan muda sendiri, saya berkenalan dengan seorang saudari yang bermarga ‘Yuan’, yang menjadi menjadi pimpinan dalam pelayanan saat teduh. Dia orang yang sangat kuat secara rohani dan penuh semangat dalam melayani Allah, jadi kami semua sepakat bahwa dialah orang yang tepat untuk memimpin persekutan kaum muda. Dia adalah orang yang gemar bergaul, mengasihi orang lain, dan sangat peduli pada sesama jemaat. Saya berurusan dengan dia hanya di dalam persekutuan doa ini, tidak banyak urusan di antara kami berdua di luar hal persekutuan doa. Setelah beberapa waktu, saya mulai jatuh hati padanya. Tentu saja, saya berdoa kepada Allah dan bertanya apakah saya perlu menjalin hubungan yang lebih dekat dengannya. Setelah beberapa bulan, tak ada petunjuk apa pun.
Saat itu saya baru saja lulus dan mulai mengajar di sebuah sekolah, jadi saya punya banyak waktu luang selama masa liburan musim panas. Saya ingat kejadian ini berlangsung di bulan Agustus dan saat itu saya tidak punya banyak hal untuk dikerjakan. Mendadak saja saya mendapat pikiran untuk menemui dia (kami tidak sering bertemu, hanya dalam kegiatan persekutuan doa saja). Saya tidak tahu di mana dia tinggal karena saya belum pernah berbicara langsung dengannya dalam persekutuan doa itu. Walaupun kami pernah berkomunikasi, urusan yang kami bahas terbatas hal-hal yang terkait dengan persekutuan doa. Jadi, saya hanya tahu sedikit tentang dia. Namun, saya mengetahui dari pembicaraan saya dengan jemaat yang lain bahwa dia bekerja di daerah Kwun Tong. Hanya itu informasi yang saya miliki tentang dia.
Kita semua sudah akrab dengan wilayah Kwun Tong, di tempat seluas ini, bagaimana saya bisa menemukan dia? Saya hanya tahu bahwa dia bekerja di daerah Kwun Tong, tetapi saya tidak tahu di lokasi yang mana dia bekerja. Di perusahaan apa? Saya juga tidak tahu. Tidak ada informasi lain sama sekali. Anda semua tahu seluas apa wilayah Kwun Tong ini. Ada beberapa lokasi yang merupakan kompleks industri dengan banyak pabrik yang beroperasi di sana (sekarang sudah tidak ada pabrik lagi di sana). Ketika terlintas pikiran tentang dia, yang saya rasakan adalah dorongan kuat untuk segera bertemu. Ketika pikiran ini muncul, saat itu sudah sekitar pukul 4 sore. Dengan dorongan ini, saya segera naik bus ke Kwun Tong, dengan waktu tempuh sekitar setengah jam, tidak terlalu lama. Apakah jam kerjanya berakhir pada pukul 5 atau pukul 6 sore? Saya tidak tahu. Ada perusahaan yang jam kerjanya berakhir pada jam 5 sore dan ada yang jam 6 sore. Pikiran untuk menemui dia muncul sekitar jam 4 sore, jadi saya akan sampai di wilayah Kwun Tong sekitar pukul 5 sore. Bus membawa saya sampai di tengah wilayah Kwun Tong, lokasi ini sudah jauh berbeda keadaannya sekarang. Pada waktu itu, bus tidak berhenti tepat di pusat wilayah Kwun Tong, tempat pemberhentiannya agak jauh ke atas, jadi saat itu saya harus berjalan dari halte bus umum turun ke pusat Kwun Tong. Mereka yang berusia cukup tua tentu bisa membayangkan keadaan saat itu dengan lebih baik.
Setelah turun dari bus umum, saya merasa seperti sedang memasuki pasar yang sangat ramai, penuh dipadati oleh banyak orang. Di mana saya harus mencari dia? Tidak ada bayangan sama sekali. Saya memutuskan untuk menelusuri jalan yang paling ramai sambil bergerak ke arah pusat wilayah ini. Saya mulai berjalan turun, jalan yang saya ambil sangat pendek, dan jalan ini dipadati oleh banyak orang di kedua sisinya. Saat itu kondisi jalan begitu padat oleh orang-orang sehingga tidak ada lagi tempat tersisa untuk berjalan di trotoar, sebagian orang harus berjalan kaki di tengah jalan. Demikianlah, bahkan jalur kendaraan yang paling tepi juga dipadati oleh pejalan kaki, ada sekitar 3 atau 4 lapis pejalan kaki yang memenuhi jalur tepi kendaaran itu. Jumlah orang yang pulang kerja memang luar biasa banyaknya, semua bagian jalan tertutup oleh mereka. Saya lalu berjalan kaki bersama mereka ke arah bawah, dengan niat menuju lokasi pusat kompleks industri ini. Jalur yang saya ambil terbilang pendek dan jarak antara kedua jalan yang saya tempuh itu ada sekitar 200 meter saja. Saya memilih untuk berjalan di sisi luar kerumunan (agak di tengah jalur kendaraan), dengan demikian saya bisa lebih mudah mengamati orang-orang di sekitar saya. Setelah berjalan sekitar 100 meter, saya melihat dia sedang berjalan di arah yang berlawanan, artinya, saya berjalan ke arah bawah dan dia berjalan ke arah atas.
Begitu melihat dia, tentu saja saya langsung melangkah ke arahnya dan menyapa dia. Dia terkejut, “Eh, bagaimana bisa kamu sampai ada di sini?” Saya lupa jawaban apa yang saya berikan saat itu (pasti susah menjawab pertanyaan seperti itu). Yang jelas, saat itu saya hanya sempat berbicara sebentar saja dengan dia sebelum kami berpisah. Tentu saja, saya tidak mengungkapkan isi hati saya saat itu, percakapan yang muncul hanya sekadar basa-basi antara orang yang kebetulan bertemu di jalan. Dia lalu melanjutkan pulang ke rumahnya dan saya juga kembali ke rumah saya, karena saya tidak punya tujuan lain saat itu. Seluruh rangkaian kejadian ini, mulai saat saya turun dari bus umum dan berjalan dalam jarak sekitar 100 meter, memakan waktu sekitar dua atau tiga menit. Anda bisa bayangkan bahwa sekalipun anda memiliki janji untuk bertemu seseorang di sebuah tempat, anda tidak akan bisa menemukan orang itu secepat ini. Lebih dari itu, saya bahkan tidak tahu kapan dia pulang kerja, di mana dia bekerja, dan jalan mana yang akan dia ambil untuk pulang kerja. Saya sama sekali tidak tahu semua hal itu. Namun, hanya dalam waktu sesingkat itu, tiga menit, saya langsung bisa bertemu dengannya. Seberapa sukar hal ini bisa dilakukan? Anda boleh mencobanya sendiri. Silakan mencoba untuk mencari seseorang yang tidak anda ketahui di perusahaan mana dia bekerja, kapan dia pulang kerja dan jalan mana yang akan dia ambil untuk pulang. Saya tidak tahu berapa kali usaha ini harus dilakukan sebelum bisa bertemu dengan orang yang dimaksud. Nyaris mustahil! Peluang suksesnya jauh lebih kecil daripada memenangkan lotere. Saya rasa peluang suksesnya bukan lagi 1/1000 atau 1/10.000 tetapi 1/100.000 ! Untuk bisa menemui seseorang dalam kondisi itu dalam waktu 3 menit! Ini adalah hal yang mustahil! Jika anda masih berniat mencobanya, saya tidak tahu, berapa kali anda harus mengulangi upaya itu terus menerus sampai bisa bertemu dengan orang yang dimaksudkan? Mungkin sejuta kali usaha pencarian! Oleh karenanya, saya yakin bahwa ini bukanlah suatu kebetulan, hal semacam ini bukanlah suatu kebetulan saja. Ini bukan peristiwa yang bisa berlangsung secara normal.
MUKJIZAT ITU TIDAK BERASAL DARI ALLAH!
Akan tetapi, hati saya memiliki cara pandang yang berbeda, cara pikir di dalam hati saya ini sangat spesial! Saya tahu bahwa hal ini tidak lazim dan bisa disebut sebagai suatu mukjizat! Saya juga tahu bahwa ada kuasa yang mengatur supaya hal ini terjadi. Akan tetapi, pikiran saya (saya berbicara tentang cara berpikir saya) tidak sama dengan kebanyakan orang lain, bahkan jika dibandingkan dengan para penginjil atau pendeta. Kebanyakan orang percaya atau bahkan pendeta akan mengira bahwa kejadian ini adalah hasil dari pimpinan Allah, tetapi ada hal yang berbeda dalam pikiran saya, sama seperti yang disampaikan oleh ayat kita hari ini, yakni bahwa saya memiliki alat navigasi atau pemandu di dalam hati dan pikiran saya dan cara berpikir saya jadi berbeda dengan kebanyakan orang lain, bahkan bisa berlawanan arah. Pemandu di hati saya memberitahu bahwa kejadian ini tidak berasal dari Allah! Bukan dari Allah! Allah tidak akan melakukannya dengan cara seperti itu.
Apakah kejadian langka seperti ini berasal dari pimpinan Allah atau bukan? Secara umum, kita bisa berkata bahwa peluangnya 50-50, dan kebanyakan orang percaya akan memandang hal ini berasal dari Allah. Namun, pemandu di hati saya berbeda dan saya bisa merasakan bahwa peristiwa ini tidak digerakkan oleh Allah. Jika anda tanyakan kepada saya mengapa saya sampai bisa tahu bahwa kejadian ini bukan dari Allah, dan ini memang pertanyaan penting, jawabannya adalah karena saya mengenal Allah. Persoalan yang sering terjadi adalah anda tidak mengenal Dia, dan tidak akrab dengan cara Dia mengerjakan sesuatu hal, akibatnya anda jadi tidak tahu apa-apa. Banyak orang Kristen yang tidak tahu cara Allah mengerjakan sesuatu, dan ini membuat saya ragu Allah mana yang anda ikuti. Seorang murid seharusnya tahu cara gurunya menangani sesuatu hal. Tentu saja, anda tidak akan bisa mengetahui segala-galanya, tetapi setidaknya anda mengetahui pola umum cara bertindaknya, dan di sinilah letak perbedaannya.
Saat pikiran dalam hati anda diubah, akan ada pemandu yang baru di dalam hati anda, dan anda akan mengetahuinya, dan ini disebut pembaruan akal budi. Saat akal budi berubah, cara kita menilai sesuatu hal jadi berubah. Mengapa? Karena kita mulai diberitahu tentang cara Allah menilai sesuatu hal, dan jalur yang saya jalani sekarang ini adalah jalur Allah. Saya bisa memberitahu anda bahwa cara berpikir saya tidak sama dengan kebanyakan orang percaya, atau bahkan dengan kebanyakan penginjil. Saya tidak menyampaikan hal ini dengan niat menyombongkan diri karena memang tak ada hal yang layak dibanggakan di sini. Ini adalah peristiwa yang paling mendasar dalam kehidupan Kristen. Tak ada hal yang perlu dibanggakan, ini hanya gambaran sederhana tentang kehidupan Kristen, hal yang paling mendasar. Hal ini bisa diibaratkan seperti saya makan nasi karena ini adalah hal yang paling mendasar bagi saya. Jika anda tidak bisa makan nasi, anda mungkin sudah mati sejak dulu. Jika kita tidak mampu membedakan kehendak Allah, kita sudah mati sejak dulu. Tidak ada hal yang perlu dibanggakan dalam urusan yang paling mendasar. Namun, urusan ini ternyata membuat saya jadi berbeda dengan kebanyakan orang percaya dan bahkan kebanyakan hamba Tuhan. Ini bukan karena saya ingin menjadi berbeda dari orang lain. Tentu saja, ada bukti di dalam hati saya dan ini terwujud dengan menjalankan Firman Allah. Ayat ini mengatakan bahwa hati dan pikiran diperbarui oleh Firman Allah, jalan Allah ada di Firman Allah dan hal ini akan membuat perbedaan. Itu sebabnya muncul perbedaan karena terjadi perubahan di dalam batin.
TIDAK SEMUA MUKJIZAT BERASAL DARI ALLAH
Mari kita bahas tentang perubahan di dalam batin. Pertama-tama, Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa tidak semua mukjizat berasal dari Allah. Anda bisa membaca Ulangan 13:1-2, yang dengan tegas mengatakan bahwa tidak semua mukjizat berasal dari Allah. Anehnya, walaupun Alkitab menegaskan hal ini, ternyata banyak orang percaya dan bahkan para hamba Tuhan yang tertipu. Banyak yang terjebak dalam urusan ini. Sudah dengan jelas dikatakan bahwa ada juga keajaiban yang dibuat oleh pihak lawan, seperti iblis. Allah bisa membuat mukjizat, dapatkah Iblis membuat mukjizat? Tentu saja, setan bisa membuat mukjizat. Kebanyakan orang percaya dan para penginjil tahu akan hal ini, tetapi mengapa mereka masih bisa tertipu?
Seperti yang sudah disampaikan tadi, pengetahuan tidak memberi manfaat apa-apa. Sekalipun anda memiliki pengetahuan, anda tetap bisa tertipu. Jadi, setan tidak takut kalau anda memiliki pengetahuan. Sebagai contoh, tahukah anda ada berapa banyak orang idiot di muka bumi ini? Berapa banyak orang yang merugi karena berspekulasi di bursa emas London? Silakan anda tanya mereka apakah mereka tahu bahwa mereka sedang berurusan dengan penipuan? Mereka semua tahu, tetapi mengapa mereka masih tetap ingin membelinya? Ini karena mereka tak sanggup menolak daya pikat dari tawaran yang ada, dan ini membuktikan bahwa pengetahuan mereka sama sekali tidak ada gunanya. Hal yang sama juga terjadi di bursa saham. Harga saham bergerak turun naik, tetapi orang tetap berbondong-bondong membelinya. Sekalipun mereka sudah babak belur diperas para penipu di bursa, mereka tetap saja mau ditipu lagi. Mengapa? Daya pikat uang. Oleh karenanya, saya beritahu anda, semua persoalan ini tidak terkait dengan masalah pengetahuan. Pengetahuan tidak ada gunanya. Orang percaya berusaha memperdalam pengetahuan Alkitabnya, tetapi hal ini juga tak ada gunanya. Jika hati anda belum berubah, akal budi anda belum diperbarui, pengetahuan tidak akan menolong anda. Jika akal budi anda masih terikat dalam kedagingan, dan anda masih mudah terpikat oleh kedagingan serta memandangnya sebagai hal yang sangat menarik hati, anda akan selalu tertipu! Tak ada gunanya sekalipun anda membaca Alkitab sampai ribuan kali, anda akan tetap tertipu.
Oleh karenanya, anda harus mengubah cara berpikir anda, dan jangan mengira bahwa tambahan pengetahuan akan menyelamatkan anda. Pengetahuan bisa menjadi tak berguna sama sekali. Banyak orang yang tertipu seperti itu, bukan karena mereka tidak tahu, tetapi jika terkait dengan hal-hal yang penting bagi mereka, selama akal budi mereka tidak diperbarui, mereka akan selalu terjebak. Sebagian orang mengutamakan hubungan muda-mudi dan pernikahan; yang lain mengutamakan pekerjaan, dan sebagainya. Jika mereka ditawari pekerjaan yang mereka idamkan tanpa harus bekerja lembur, mendapat gaji yang sangat tinggi, mereka akan bersukacita dan biasanya mereka akan mengira bahwa ini berasal dari Allah, ini adalah anugerah Allah. Namun, mengapa anda tidak mau memandang bahwa mungkin saja ini adalah jebakan iblis? Anda tidak akan berpikir seperti itu, bagaimana mungkin hal sebaik ini merupakan jebakan Iblis?
Izinkan saya ulangi pokok yang pertama. Alkitab dengan jelas mengatakan bahwa Iblis, sang lawan, juga bisa mengerjakan mukjizat, oleh karenanya, mukjizat bukanlah bukti dalam hal apa pun. Mukjizat bisa berasal dari Allah, tetapi juga bisa berasal dari setan. Mengapa orang cenderung memandang bahwa setiap peristiwa langka berasal dari Allah? Tidakkah anda tahu bahwa setan juga bisa mengatur hal semacam itu? Secara umum, kita tidak boleh menyamaratakan semua mukjizat, dan inilah pokok yang pertama.
APAKAH ANDA MENGENAL ALLAH?
Pokok yang kedua adalah: Apakah anda mengenal Allah? Pemahaman tentang cara seseorang menangani suatu urusan bersumber dari seberapa jauh anda mengenal orang itu. Jika anda mengenal dia, anda akan tahu apakah dia akan melakukan hal ini atau itu, dan pengenalan ini adalah pokok yang penting. Kita perlu mengenal Allah yang kita ikuti. Jika anda bahkan tidak tahu bagaimana Dia akan menangani suatu urusan, akan timbul pertanyaan tentang siapa yang sedang anda sembah dan ikuti, dan apa gunanya anda mempelajari Alkitab sampai jauh mendalam. Jika anda tidak tahu cara berpikir Allah, tidak tahu cara bertindak Allah, lalu apa gunanya belajar Alkitab?
Saat saya secara ajaib bisa menemui gadis ini, saya tidak memakai kesempatan itu untuk menyatakan isi hati saya. Namun, anggaplah, jika saya berkata, “Allah menyuruh saya untuk datang dan bertemu denganmu.” Jika hal semacam itu yang diucapkan, apa akibat yang mungkin terjadi? Dia mungkin merasa tidak punya pilihan lain karena mengira bahwa itu adalah kehendak Allah, dan bahwa Allah menyuruh saya untuk menikah dengannya, bisakah dia menolaknya? Dapatkah anda memahaminya? Jika saya sampai mengucapkan hal semacam itu, dia pasti tidak punya pilihan lain.
Ini bukan cara Allah menangani sesuatu hal! Allah tidak pernah memaksakan kehendak-Nya kepada orang lain. Saya mungkin menginginkan gadis itu, tetapi bagaimana dengan dia? Allah pasti juga mempertimbangkan tentang dirinya. Allah tidak akan memakai mukjizat untuk membuat dia tidak mempunyai pilihan. Jika anda mengenal Allah, anda tahu bahwa Allah tidak akan berbuat seperti itu. Oleh karenanya, kita perlu mencerna dengan benar hal-hal yang kita pelajari dari Alkitab. Saya tahu bukan seperti ini cara Allah menangani sesuatu hal. Lalu, bagaimana jika ini bukan cara Allah menangani sesuatu hal? Berarti ini adalah jebakan setan! Oleh karenanya saya tidak mau terjebak di situ. Allah tidak akan melakukan hal-hal yang membuat kita kehilangan kemerdekaan kita, bukan seperti itu cara Dia bertindak. Demikianlah, belajar banyak tentang isi Alkitab tidak ada gunanya, kita perlu menyerap apa yang diajarkan, dan yang terpenting adalah mengalami perubahan dalam sikap hati kita. Selanjutnya kita akan tahu bagaimana cara Allah bertindak dan hanya di dalam jalur itulah ada kebenaran yang sejati.
Sebagai tambahan, apakah persoalan yang sering menimpa kaum muda yang sedang jatuh cinta? Ketidaksabaran, ingin serba cepat, selalu terburu nafsu, tidak ada kesabaran. Seringkali, urusan ini hanya dijalani dengan mengendalikan perasaan, tanpa meluangkan waktu untuk saling memahami watak, kebiasaan, kepribadian dan sebagainya. Nah, engkau adalah matahari dan rembulanku! Mereka langsung saja menceburkan diri dan mencurahkan banyak perasaan ke dalam hubungan itu. Sebenarnya, cara ini tidaklah baik. Mereka perlu menjalani urusan ini dengan perlahan. Kalau Allah sudah membuka jalan, mengapa harus perlahan-lahan? Anda mungkin merasa boleh langsung berbicara tentang pernikahan sejak awal bertemu karena merasa bahwa Allah sudah memutuskannya, anda tidak bisa menolaknya. Tentu saja, ini hanya dorongan perasaan anda sendiri, jika anda memakai cara pandang seperti ini. Anda bahkan belum memahami watak orang itu, tetapi anda sudah berbicara tentang pernikahan. Allah tidak akan pernah merancang hal secara itu. Tak ada manfaatnya bagi kedua pihak. Mencurahkan terlalu banyak perasaan dalam waktu singkat, tanpa meneguhkan landasan yang baik dalam hubungan di antara keduanya, langsung terjun jauh ke dalam. Akan terjadi banyak penyesalan di masa depan. Kita memerlukan otak yang baru, pikiran yang baru, bukannya menjalani kehidupan dengan mengandalkan perasaan untuk menyukai hal ini, hal itu dan sebagainya. Semua itu merupakan hasrat anda sendiri, bukan cara berpikir Allah.
KESIMPULAN
Kita perlu merangkum apa yang sudah kita bahas hari ini. Apakah anda ingin memahami kehendak Allah? Maka anda memerlukan akal budi yang baru, cara berpikir yang baru. Dengan demikian, watak anda yang lama, cara pandang anda terhadap segala sesuatu akan dijungkir-balikkan dan dibuat menjadi baru. Selanjutnya, anda akan memahami kehendak Allah dengan cepat. Ini karena kedua pihak (anda dan Allah) mendapatkan jalur komunikasi yang jernih, dalam frekuensi yang tepat, dengan demikian anda akan bisa memahami kehendak Allah. Inilah pokok yang paling penting dalam kehidupan rohani kita karena jika frekuensi itu tidak disetel dengan benar, kita akan melangkah di jalur yang salah. Hati anda belum diperbarui, cara berpikir anda masih merupakan cara yang dulu. Kita harus meninggalkan cara berpikir yang lama dan masuk ke dalam cara berpikir yang baru, kita harus memiliki frekuensi yang tepat. Lalu, apa arti menyetel frekuensi? Dulu pikiran anda bergerak secara mendatar, sekarang arah pikiran anda berubah sepenuhnya, hanya bergerak ke atas menatap surga. Menyetel frekuensi anda, sudah seberapa jauh anda melakukan penyetelan itu? Banyak orang yang sudah terbiasa dengan cara berpikir tertentu, dalam penetapan prioritas, dalam berhubungan dengan orang lain, kita semua memiliki cara berpikir yang kita bakukan sendiri. Namun persoalannya, apakah cara berpikir itu sejalan dengan cara berpikir Allah? Apakah anda bersedia untuk mengubah cara berpikir anda agar sejalan dengan cara berpikir Allah? Bahkan cara anda menilai orang lain, anda mungkin sudah punya cara sendiri dalam menilai orang lain, tetapi apakah anda mencari tahu penilaian Allah terhadap orang tersebut? Apakah anda memilih untuk memakai penilaian anda sendiri? Apakah anda memilih untuk ikut cara penilaian Allah? Jika kita bisa mengubahnya, jika kita mau merendahkan diri, meninggalkan frekuensi kita yang lama dan masuk ke dalam frekuensi Allah, maka anda akan bisa berkomunikasi dengan Allah dan anda akan mengerti kehendak-Nya dan mampu melangkah di dalam kehendak-Nya. Jika tidak, maka anda dan Allah tidak akan memiliki hubungan komunikasi, tak peduli seberapa besar upaya anda untuk berdiam diri dan berusaha mendengarkan, tak akan ada pesan yang masuk karena pikiran anda tidak sejalan dengan pikiran-Nya, maka anda tidak akan menerima komunikasi apa-apa.
Kita akhiri khotbah kita hari ini sekarang. Saya harap kita semua bisa mencerna isi pesan yang disampaikan dengan baik sampai ke tingkat mampu memahami hal-hal apa yang perlu dilakukan, bagaimana menerapkannya, tahu bagaimana harus berubah dan menjalankannya. Perubahan ini harus terjadi di dalam cara berpikir anda, dan ini bukanlah masalah perilaku. Perilaku akan bergerak mengikuti cara berpikir kita.