Pastor Eric Chang | Antikristus (7) |

TERKENA KUTUK LEWAT GEREJA?

Kemarin saya pergi ke sebuah toko buku dan melihat ada sebuah buku di rak dengan judul yang mengejutkan. Apakah judul dari buku itu? Judulnya berbunyi seperti ini: Damned through the Church (Terkena Kutuk Lewat Gereja). Kata damned (dikutuk, terkena kutuk) bukanlah kata yang terasa sopan, dan anda mungkin tidak berharap untuk menemukan kata ini dalam judul sebuah buku, apalagi dalam buku yang dijual di toko buku Kristen. Jadi, saya mencermati judul buku itu sekali lagi untuk memastikan bahwa saya tidak keliru membaca judul itu. Memang benar, judulnya adalah Damned through the Church (Terkena Kutuk lewat Gereja). Saya terkejut dan membatin, “Wow! Ini benar-benar hal yang luar biasa! Ada buku seperti ini di toko buku Kristen.” Jika buku ini terdapat di toko buku umum, mungkin saya tidak akan terkejut. Saya lalu mengambil buku itu untuk melihat orang gila dari mana yang menulis buku ini, dan saya dapati bahwa buku ini ditulis oleh seseorang bernama John Warwick Montgomery, seorang penceramah dan teolog yang terkenal di Amerika Utara. Segera saja saya beli buku itu, dan salah satu alasannya adalah karena harganya memang tidak mahal. Saya membacanya sampai selesai di sepanjang malam.

Ada beberapa hal yang mengagetkan saya di dalam buku itu. Salah satunya adalah ternyata masih ada orang yang — karena kasih dan kepedulian mereka kepada gereja — berani mengungkapkan berbagai kekeliruan dan kesalahan yang terdapat di dalam gereja. Ini adalah hal yang cukup luar biasa. Sangat sedikit orang zaman sekarang ini berani bersuara menentang berbagai kesalahan yang terjadi dalam gereja. Saya sendiri memang selalu menjalankan hal ini, dan resiko yang harus dihadapi adalah kehilangan popularitas di lingkungan pimpinan gereja jika anda melakukannya di zaman sekarang ini. Saya bersyukur karena saudara seiman yang satu ini, Dr. Montgomery, berani mengungkapkan kebobrokan gereja.

Hal apa yang ingin dia sampaikan? Sebenarnya, di dalam bagian pengantar bukunya itu, dia berkata bahwa dia ingin memakai judul yang lebih keras daripada Damned through the Church. Dia berkata bahwa judul yang awalnya ingin dia pakai adalah: Going to Hell through the Church (Masuk ke Neraka lewat Gereja). Dia menyiapkan materi ini untuk disampaikan sebagai rangkaian khotbah di sebuah KKR. Namun ketika dia menyampaikan judul rangkaian khotbahnya kepada pihak panitia KKR, judul itu membuat panitia KKR ketakutan dan segera menelponnya. Dr. Montgomery mengatakan bahwa suara di ujung telpon terdengar gugup, dan orang itu berkata, “Tolonglah! Bisakah anda mengubah sedikit judulnya? Kami takut membaca judul seperti ini: Going to Hell through the Church!” Lalu Dr. Montgomery berkata bahwa dia akan mengubah sedikit judulnya menjadi Damned through the Church. Dia kuatir kalau-kalau ketua panitia KKR ini akan masuk rumah sakit jika dia tidak mengganti judulnya. Akan tetapi, dalam kata pengantarnya itu, Dr. Montgomery menegaskan, “Saya tidak ingin melunturkan ide original dari judul ini. Sebagaimana yang anda ketahui, kata damned (terkutuk) dalam makna alkitabiahnya sama saja dengan ungkapan going to hell (masuk neraka).” Jadi, walaupun dia memakai kata-kata yang berbeda, hal yang dia sampaikan sebenarnya sama saja.

Pokok apa yang ingin disampaikan oleh Montgomery dalam buku ini? Dia ingin menekankan fakta bahwa Gereja telah kehilangan karakter dasarnya di sebagian besar lingkungan bangsa barat. Masyarakat barat tumbuh besar dalam lingkungan yang akrab dengan gereja. Kakek mereka pergi ke gereja, orangtua mereka pergi ke gereja, mereka pergi ke gereja, dan mungkin anak cucu mereka nanti juga pergi ke gereja. Mereka bahkan tidak tahu apa yang mereka lakukan di gereja. Hal ini sudah menjadi kebiasaan saja bagi mereka. Jika anda sudah memiliki suatu kebiasaan, lalu anda tidak lagi mengikuti kebiasaan itu, anda akan merasa tidak enak sendiri. Montgomery merasa bahwa banyak orang pergi ke gereja hanya karena mengikuti kebiasaan. Jika mereka tidak pergi ke gereja, mereka akan merasa ada yang kurang. Serasa ada yang belum beres. Hati nurani mereka segera mengusik ketenangan mereka, dan di sepanjang minggu mereka akan merasa tidak enak. Lalu mereka akan berkata, “Baiklah. Hari Minggu depan saya ke gereja.” Namun, ini hanya dilakukan untuk meredam rasa tidak nyaman akibat tidak mengikuti kebiasaan.

Lalu, dia bertanya, “Untuk tujuan apa masyarakat barat pergi ke gereja?” Sayangnya, masalah ini juga melanda banyak orang Kristen di Hong Kong. Nah, dia membahas tentang acara makan malam dengan hidangan spaghetti, tentang kaum perempuan yang mengadakan kegiatan menyulam untuk menyumbangkan hasil karya mereka ke berbagai organisasi sosial, lembaga bantuan perempuan dan berbagai kegiatan lainnya. Semua aktivitas sosial ini memang baik, katanya, tetapi semua itu tidak ada kaitannya dengan makna gereja menurut Perjanjian Baru. Jika anda pergi ke gereja hanya untuk alasan semacam ini, gereja bukan saja tidak menyelamatkan anda, tetapi justru bisa menjadi sarana yang menghasilkan kutuk bagi anda! Nah, dibutuhkan keberanian untuk menyampaikan hal ini. Dibutuhkan keberanian besar untuk mengungkapkan persoalan ini.


GEREJA BISA JADI SARANA UNTUK MENGIRIM ORANG MASUK NERAKA!

Ini adalah bagian ke-7 dari rangkaian seri khotbah mengenai Antikristus, dan subyek yang akan saya bahas nanti adalah “Kemurtadan dan Antikristus.” Mari kita baca uraian Paulus di 2 Tesalonika 2:3-4

Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu manusia durhaka, yang harus binasa, yaitu lawan yang meninggikan diri di atas segala yang disebut atau yang disembah sebagai Allah. Bahkan ia duduk di Bait Allah dan mau menyatakan diri sebagai Allah.

Dua hal harus terjadi sebelum Yesus datang kembali. Kedua hal itu saling terkait satu sama lain. Hal-hal apa sajakah itu? Kemurtadan dan kehadiran “manusia durhaka”, yaitu “orang yang harus binasa”. Kedua hal ini harus terjadi lebih dahulu. Alkitab adalah buku nubuatan. Kita tidak dapat mengetahui hal ini dengan upaya kita sendiri. Kita tidak akan pernah bisa mengetahui bahwa hal-hal tersebut akan terjadi. Akan tetapi, Alkitab memberitahu kita bahwa dua hal ini akan terjadi sebelum Yesus datang kembali dalam kemuliaan. Yang pertama adalah terjadinya kemurtadan besar. Makna dari ‘kemurtadan’ ini merupakan pokok atau subyek dalam khotbah hari ini. Terkait dengan kemurtadan itu, tampillah satu sosok manusia yang sangat mengerikan, yang disebut oleh Alkitab sebagai “manusia durhaka”, orang yang harus binasa, yang bekerja dengan memakai kuasa setan.

Alasan rangkaian khotbah ini disampaikan adalah karena kita sudah sangat dekat dengan Hari itu. Kita tidak sedang berbicara tentang hal-hal yang tidak terkait dengan kehidupan kita sekarang ini. Saya ingin menunjukkan kepada anda bahwa kita sekarang hidup di zaman kemurtadan. Inilah alasan mengapa saya membicarakan judul buku tersebut karena, berbeda dengan para pemimpin gereja lainnya, Montgomery justru memperingatkan kita bahwa gereja bisa berubah menjadi sarana yang mengirim orang ke neraka, bukannya sarana menyelamatkan jiwa-jiwa. Ada dua alasan bagi terjadinya hal ini. Yang pertama adalah karena gereja sendiri sudah menjadi murtad. Gereja sudah berubah menjadi tempat kegiatan sosial, di mana banyak orang berkumpul karena, mungkin mereka merasa kesepian atau bosan, atau mungkin mereka ingin merasa lebih tentram, ingin merasa bermoral.

Alasan kedua adalah karena orang-orang yang pergi ke gereja  melakukannya dengan motivasi yang salah. Gereja bisa berkontribusi pada persoalan kedua ini dengan memberikan pemahaman yang keliru tentang makna gereja. Apakah anda memandang gereja sebagai pusat kegiatan sosial? Sayangnya, sebagaimana yang anda ketahui, dalam banyak kasus di Hong Kong, gereja telah menjadi lembaga semacam ini. Anda tidak perlu membahas tentang gereja di Amerika Utara atau di Inggris atau di berbagai negara lain, cukup dengan melihat berbagai gereja di Hong Kong saja. Banyak gereja yang tidak lebih dari sekadar pusat kegiatan sosial. Saya pernah mendengar seorang pimpinan kegiatan PA di sebuah gereja bersaksi bahwa kelompok PA yang dia pimpin tidak lebih dari sekadar perkumpulan sosial. Memiliki kegiatan perkumpulan sosial memang baik, tetapi ini bukanlah makna dari gereja menurut Perjanjian Baru. Apakah alasan anda masuk ke gereja? Apakah motivasi anda pergi ke gereja?


DOSA DI DALAM GEREJA

Pada zaman sekarang ini, kita harus berbicara ke dalam lingkungan gereja dulu sebelum kita mulai berbicara ke lingkungan non-Kristen. Jika tidak, gereja tidak akan memiliki hak untuk berbicara kepada dunia. Gereja banyak dipermalukan di mata masyarakat. Tidak ada lagi kredibilitas yang tersisa. Sebagian pemimpinnya melakukan berbagai hal yang sangat memalukan, beberapa di antaranya sudah sempat kita bahas dalam berbagai khotbah terakhir. Banyak kasus yang sampai masuk ke majalah Time Magazine, dan diulas sampai berminggu-minggu sehingga setiap orang bisa melihat seperti apa kelakuan para pemimpin gereja, yakni hal-hal yang mencakup perzinahan dan penggelapan uang. Kita semua tahu tentang seorang pemimpin gereja yang kasusnya diulas dalam Times Magazine selama beberapa minggu terakhir, dan laporan terakhirnya menyebutkan bahwa dia membayar sampai lebih dari seperempat juta dolar AS (bukan dolar Hong Kong) untuk menutup-nutupi kasus perzinahannya. Ketika kasus perzinahan ini terungkap, dia mundur dari jabatannya di gereja. Izinkan saya sampaikan di sini bahwa gereja yang mengikuti Perjanjian Baru akan bertindak lebih dari sekedar memecatnya dari jabatan pelayanan di gereja. Mungkin dia akan bernasib lebih buruk pada zaman dulu, ketika kekudusan masih menjadi hal yang sangat penting, yang tidak lagi diikuti oleh gereja zaman sekarang. Pada zaman sekarang, dia hanya mengalami pemecatan dari jabatan karena dinilai memalukan gereja. Jadi, alasan pemecatannya bukan karena dosa berat yang dia lakukan. Dia dipecat karena dipandang memalukan gereja. Ini jelas bukan alasan yang benar untuk memecat seseorang dari jabatannya di gereja.

Kita sedang mengamati situasi yang sangat menyedihkan. Dalam oraganisasi yang sama, yang dia pimpin, ada dana sebesar US$90 juta yang hilang tanpa bisa dijelaskan! Kita tidak berbicara tentang angka $9.000 atau $900.000. Kita tidak berbicara tentang angka yang kecil. Yang kita bicarakan adalah angka $90 juta. Banyak pastor yang berpendapat, “Mari kita tutupi masalah ini!” Tidak bisa lagi ditutup-tutupi — kasus ini sudah masuk Times Magazine.

Ada sesuatu yang salah dengan gereja. Sebelum gereja bisa menjadi garam atau terang dunia kembali, kita harus memulainya dengan membenahi diri kita sendiri dulu. Jika saya membahas tentang berbagai kasus ini, saya tidak sedang membahas orang di luar lingkungan Kristen, yang saya bahas adalah lingkungan kita sendiri. Kita adalah gereja! Kita harus berbicara menentang kebobrokan gereja — terhadap dosa-dosanya, yakni terhadap berbagai kesesatannya, terhadap berbagai kejahatan dalam gereja, justru karena kita mengasihi gereja. Jika tidak, berarti kita tidak peduli dengan hal-hal yang berlangsung di dalam gereja. Orang-orang non-Kristen mengamati berbagai kasus ini dan mereka tersenyum puas. Dia akan tersenyum dan berkata, “Ya benar, kami tahu bahwa kalian adalah kumpulan orang-orang munafik. Kasus ini bukan kejutan bagi kami.” Mereka sangat puas; mereka sangat senang melihat bahwa orang-orang Kristen ternyata tidak berbeda dengan mereka. Tentu saja, kita tidak bisa mengucapkan hal yang sama dengan senyum yang sama. Ini ibarat pisau yang menancap di hati kita karena kita adalah gereja. Semua kasus yang dilakukan oleh orang-orang ini menghancurkan diri kita, kredibilitas kita.


GEREJA MENINGGALKAN ALLAH

Dalam ayat itu Paulus sedang berbicara tentang kemurtadan di dalam gereja. Bagaimanapun juga, kemurtadan berkenaan dengan jemaat! Apakah makna dari kemurtadan itu? Pada dasarnya makna kata ini adalah “berpaling meninggalkan Allah”. Lebih jelasnya, kata ini bermakna memberontak terhadap Allah. Kata murtad berarti ketidaktaatan mutlak terhadap Allah. Orang non-Kristen tidak mungkin dikatakan murtad karena mereka tidak pernah menyatakan percaya kepada Allah. Mereka belum pernah menyatakan komitmen kepada Allah. Jadi, mereka tidak bisa dikatakan murtad. Kata ‘murtad’ ini ditujukan kepada jemaat, berbicara tentang orang-orang percaya. Jika anda tidak percaya, anda tidak akan bisa murtad. Izinkan saya mengingatkan anda, biarlah ucapan Paulus di 2 Tesalonika 2:3 ini tertanam dalam di benak anda. Paulus berkata, “Kemurtadan besar akan tiba. Dan bersamaan dengan kemurtadan itu, akan tampil manusia durhaka, orang yang harus binasa.” Kedua hal ini terkait dan tak bisa dipisahkan. Manusia durhaka adalah produk dari kemurtadan besar dan dia juga akan menjadi pendorong utama kemurtadan itu. Dia merupakan produk dari gereja, suatu hal yang sudah kita lihat di 1 Yohanes 2:19. Kita juga sudah melihat bahwa Alkitab berbicara dalam kejujuran dan secara terus terang, memakai kata-kata yang lebih keras daripada judul yang dipakai oleh Montgomery — yakni tentang hal masuk neraka lewat gereja, atau terkena kutuk lewat gereja. Alkitab sudah menyampaikan hal itu jauh sebelum Montgomery bisa bersuara. Alkitab sudah mengatakan tentang hal ini sejak 2.000 tahun yang lalu, bahwa gereja akan menjadi murtad, dan hanya tersisa sedikit orang yang masih setia. Hal itu sedang berlangsung sekarang ini.


PEMAHAMAN YANG KELIRU TENTANG ANTIKRISTUS

Di dalam khotbah saya sebelumnya, saya tunjukkan bahwa eksegesis dan berbagai khotbah mengenai Antikristus sudah melenceng dari sasaran. Saya tunjukkan empat buku yang membahas tentang Antikristus. Keempat buku itu memberitahu kita bahwa Antikristus berasal dari luar gereja, bahwa Antikristus adalah seorang diktator dunia. Dia bisa saja merupakan seorang Kristen. Bahkan salah satu dari keempat buku itu menyatakan bahwa dia bukan orang Kristen. Dia akan berasal dari luar gereja. Dia akan menjadi diktator dunia, yang pada akhirnya akan menganiaya orang-orang Kristen. Ada empat buku yang ditulis oleh orang-orang yang tampaknya memiliki latar belakang pendidikan agama Kristen yang tinggi, ada berbagai macam gelar akademis yang mereka tambahkan di belakang nama mereka; dua dari mereka bahkan memiliki gelar Ph.D. di belakang nama mereka! Jadi, saya rasa mereka bukan orang-orang yang sangat bodoh. Akan tetapi, dengan suara bulat mereka memberitahu kita, dengan otoritas dari ‘ilmu pengetahuan akademis’ mereka, bahwa Antikristus adalah diktator dunia. Bahkan salah satu dari keempat buku itu memakai judul: The Coming World Dictator (Diktator Dunia Yang Akan Datang).

Saya sudah memberitahu anda dalam khotbah terakhir bahwa eksegesis ini keliru. Sangat mudah bagi anda untuk mengetahui siapa yang menyampaikan kebenaran. Anda tidak perlu menjadi seorang pakar Alkitab untuk memahaminya sendiri. Buka saja surat-surat dari Yohanes, itulah satu-satunya tempat dalam Perjanjian Baru, hanya di dalam dua surat (1 dan 2 Yohanes) dalam Perjanjian Baru itulah kata antikristus ini dipakai. Kita sudah melihat dalam kesempatan yang lalu bahwa Antikristus menurut Perjanjian Baru bukanlah seorang tokoh politik. Dia akan tampil sebagai guru, seorang guru sesat dalam gereja. Sudah ada banyak antikristus yang tampil sekarang ini, yang membuat masyarakat mengalami kesukaran dalam membedakan siapa yang menyampaikan kebenaran dan siapa yang sesat. Namun, bacalah sendiri 1 Yohanes. Anda tidak perlu menjadi seorang Kristen yang matang dengan bekal pendidikan teologi. Silakan lihat bagaimana kata antikristus ini dipakai dalam 1 dan 2 Yohanes, dan anda akan tahu bahwa dia tidak sedang berbicara tentang diktator dunia. Tidak ada makna diktator global yang bisa kita tarik dari uraian dalam surat-surat Yohanes. Rasul Yohanes memberitahu kita bahwa Antikristus akan muncul dari dalam lingkungan gereja. Dia adalah seorang guru. Dia adalah seorang pemimpin gereja, karena seorang guru, menurut definisinya, adalah seorang pemimpin gereja! Pemimpin gereja yang satu ini akan menyesatkan banyak orang.

Apa yang sedang terjadi? Mengapa kita memiliki banyak pengajar yang mengatakan bahwa Antikristus adalah orang semacam ini padahal Alkitab tidak berkata demikian? Saya beritahu anda, memang sangat mungkin akan tampil seorang diktator dunia yang menganiaya orang Kristen. Saya bahkan tidak harus menjadi seorang nabi untuk meyakini hal itu. Hal ini sudah terjadi berulang kali dalam sejarah. Para kaisar Romawi adalah diktator dunia dalam skala yang tidak bisa disaingi oleh para diktator lainnya. Mereka adalah para diktator absolut yang menguasai segenap wilayah yang mereka kenal saat itu. Kita tidak lagi melihat adanya penguasa yang menguasai seluruh dunia sekarang ini. Para kaisar Romawi adalah diktator dunia dalam skala yang sekarang ini tidak bisa kita ketahui. Sebagian dari mereka menganiaya orang-orang Kristen — menumpahkan darah banyak orang Kristen — dan kita masih mengenang dengan penuh rasa syukur dan sukacita, berbagai teladan yang diberikan oleh para martir kepada kita, karena sebagian dari kita akan menerima panggilan di jalan tersebut. Jadi, jika anda berkata bahwa akan ada seorang diktator pada masa depan yang akan menganiaya orang-orang Kristen, saya akan setuju dengan pendapat anda. Saya bisa menyetujui isi keempat buku itu sejauh urusan akan tampilnya seorang diktator dunia. Saya bisa menyepakati hal itu. Ini adalah salah satu unsur kebenaran di dalam keempat buku itu yang bisa saya setujui. Akan tetapi, letak kekeliruan mereka adalah ketika mereka menyebut diktator dunia ini sebagai Antikristus.

Jika keempat buku itu ingin memberitahu kita bahwa di masa depan nanti akan tampil seorang diktator dunia yang menganiaya jemaat; ini bukanlah hal yang baru. Saya bisa menyetujui pendapat itu dengan gembira, tanpa perlu banyak pertimbangan. Akan tetapi, diktator itu bukanlah Antikristus. Masalahnya memang sesederhana itu.


KEMURTADAN DIAWALI DENGAN AJARAN YANG SALAH

Persoalannya adalah mengapa saya membahas keempat buku ini? Karena kita ingin menelusuri dengan teliti sumber dari kemurtadan! Kemurtadan, menurut Perjanjian Baru, diawali dengan ajaran yang salah — ajaran keliru yang memakai berbagai istilah yang sama dengan yang kita temukan di dalam Perjanjian Baru, tetapi semua istilah itu sudah mengalami perubahan makna dan penekanannya. Inilah titik awal dan akar dari kemurtadan! Hal inilah yang diperingatkan oleh rasul Yohanes kepada kita. Dia mengatakan bahwa Antikristus ini adalah seorang guru sesat. Dia akan berbicara tentang Yesus, tetapi Yesus yang dia bicarakan ini berbeda dari Yesus yang diajarkan oleh para rasul kepada kita. Para guru sesat ini akan menyangkal kemanusiaan Yesus — bahwa Yesus adalah manusia seutuhnya, di mana segala kepenuhan Allah berdiam dalam dirinya, sehingga Allah bisa berkarya secara total dan penuh kuasa melalui dia (Kolose 1:19-20). Misteri ini tidak dapat mereka pahami sehingga mereka memperlakukan misteri ini sesuai dengan pemahaman mereka sendiri.

Inilah titik awal dari ajaran sesat: kita memakai istilah yang sama sambil mengubah maknanya. Kita memakai istilah ‘antikristus’ dan kemudian kita menyebutnya sebagai diktator dunia. Akan tetapi, Antikristus menurut ajaran Perjanjian Baru bukanlah diktator dunia. Saya tidak takut berhadapan dengan pakar teologi manapun di dunia ini! Tak ada orang yang bisa membantah uraian saya mengenai pokok ini. Sesederhana itu. Ajaran Alkitab untuk urusan ini sangatlah jelas. Lalu, mengapa banyak orang yang berbicara tentang diktator dunia? Kemudian menyebut diktator ini sebagai Antikristus? Ini adalah hal yang membuat saya merasa penasaran. Apa yang sedang terjadi? Ini adalah tanda dari kemurtadan besar!


KEMURTADAN: MEMILIKI BENTUK, TETAPI TANPA SUBSTANSI

Definisi utama dari kata murtad menurut Perjanjian Baru adalah: suatu keadaan di mana wujud lahiriahnya masih ada, tetapi substansinya — kuasanya — sudah tidak ada lagi. Anda bisa baca hal ini di dalam 2 Timotius 3:5.

…kelihatan saleh tetapi menyangkali kuasanya. Jauhilah orang-orang seperti ini.

Ini adalah salah satu ayat yang perlu anda pahami baik-baik dalam hati anda, karena sejak ayat 1 dan selanjutnya, perikop ini berbicara tentang akhir zaman. Paulus berkata kepada Timotius, “Pada hari-hari terakhir akan datang masa yang sukar, keadaan akan berkembang sampai akhirnya (ayat 5) ibadah lahiriahnya masih ada tetapi kuasanya sudah tidak ada lagi.” Hal ini tidak hanya terjadi pada abad ke-20. Hal ini sudah terjadi sejak abad pertama! Kemurtadan sudah mengikuti gereja sejak masa awalnya, dan persoalan ini akan menjadi semakin besar seiring dengan waktu. Hal yang dulunya hanya merupakan masalah kecil, sekarang sudah menjadi masalah utama. Dari tujuh jemaat dalam kitab Wahyu pasal 2 dan 3, satu sudah mati. Jemaat ini masih memiliki wujud lahiriahnya, masih kelihatan saleh, masih memiliki nama, tetapi sudah mati. Anda bisa baca hal itu di dalam Wahyu 3:1. Yesus berkata kepada jemaat di Sardis, “Engkau dikatakan hidup, padahal engkau mati!” Istilah ‘kasih karunia’, ‘dosa’, atau ‘iman’ — semua itu hanya istilah; hanya merupakan kata-kata. Kata-katanya masih dipakai, tetapi isinya sudah tidak sama lagi. Jemaat ini — yang di Sardis — salah satu dari ketujuh jemaat yang menerima kiriman surat, ternyata sudah mati. Kemurtadan sudah berkembang bahkan sejak masa awal.

Persoalan yang kita hadapi sekarang ini bukanlah perbandingan satu dari tujuh. Saya kuatir sekarang itu perbandingannya sudah terbalik. Sekarang ini mungkin dari tujuh jemaat hanya ada satu saja yang masih hidup, sedangkan enam yang lainnya mati. Inilah yang saya maksudkan sebagai kesukaran yang semakin meningkat sepanjang waktu. Akhirnya urusan berubah menjadi upaya bertahan hidup. Jalan untuk tampilnya Antikristus sudah terbuka lebar. Penyesatan itu sudah berkembang sangat luas di lingkungan gereja, Antikristus akan melangkah masuk dan tak seorang pun yang akan perhatikan. Kemurtadan meluas di mana-mana. Siapa yang akan peduli jika ada lagi satu orang pemimpin murtad tampil di gereja? Kita tidak bisa mengenalinya.

Saat saya menyimak khotbah Jim Baker (maaf kalau saya terpaksa menyebutkan nama), saya langsung mengatakan, “Orang ini mengkhotbahkan dusta.” Dia mengajarkan hal yang menyimpang dari ajaran Perjanjian Baru. Namun, berapa juta orang di Amerika Utara dan seluruh dunia yang menyimak siaran radio dan TV-nya? Berapa juta uang yang disumbangkan orang untuk mendukung ajaran ini? Jumlahnya mencapai US$127 juta setahun. Saya pernah menyatakan, “Orang ini adalah guru sesat.” Saya menyimak siarannya dan membandingkan dengan isi Perjanjian Baru, dan saya menyimpulkan, “Dia ini guru sesat.” Namun, tak ada orang yang mau mendengarkan saat itu. Sampai akhirnya terungkap bahwa dia melakukan perzinahan — mengeluarkan uang 250 ribu dolar untuk menutup-nutupi kasusnya. Ajarannya saja sudah sesat. Bahkan inti dari ajarannya sudah melenceng.

Inilah persisnya hal yang dinyatakan oleh rasul Yohanes dalam 1 Yohanes. Perhatikan kehidupan para penginjil itu. Tentu saja, banyak dari mereka yang menyembunyikan banyak hal dalam kehidupan mereka. Mereka bahkan mengeluarkan uang untuk membungkus rapat-rapat kebusukan mereka, seperti yang dilakukan oleh penginjil tersebut. “Namun cepat atau lambat,” kata Alkitab, “dosamu itu akan menimpa kamu.” (Bil 32:23). Itulah hal yang disampaikan oleh Alkitab. Dosa itu akan terungkap. “Apa yang kamu katakan di dalam gelap akan terdengar di dalam terang dan yang kamu bisikkan di dalam kamar akan diberitakan di atas atap-atap rumah.” (Luk 12:3). Itulah hal yang disampaikan oleh Alkitab. Anda tidak akan bisa selamanya menyembunyikan suatu kebusukan. Bahkan jika seseorang menjalani hidupnya dalam dosa, khotbahnya akan mengungkapkan kenyataannya. Dengarkanlah dengan cermat. Dengarkanlah dengan waspada. Tentu saja, jika anda tidak memiliki kelengkapan atau pelatihan untuk itu, anda tidak akan bisa membedakannya. Itu sebabnya saya sampaikan sekali lagi, kami menyediakan latihan demi latihan, untuk memastikan bahwa anda tidak akan disesatkan.


SATU AJARAN YANG SALAH AKAN MEMBAWA KE AJARAN SALAH BERIKUTNYA

Banyak orang yang membahas tentang kemurtadan, dan saya yakin bahwa jika anda mendengarkan apa yang saya uraikan sampai dengan saat ini, anda akan mulai mendapatkan pemahaman yang baru dan yang alkitabiah tentang makna kemurtadan. Sekali lagi, makna ini berbeda dengan makna yang sering disampaikan para pengajar Alkitab. Para pengajar Alkitab di dalam berbagai buku mereka terpaksa memberikan makna yang berbeda mengenai ‘kemurtadan’ karena jika anda mendapatkan satu pemahaman yang salah, pemahaman anda mengenai pokok-pokok yang lain akan salah juga, bukankah demikian? Semua hal ini saling berkaitan. Jadi, jika Antikristus itu diartikan sebagai diktator dunia, satu-satunya jalan untuk memaknai ‘kemurtadan’ adalah “penganiayaan jasmani”. Karena kita tidak sedang mengalami penganiayaan jasmani, dan tampaknya prospek untuk peristiwa semacam itu masih belum terlihat dalam waktu dekat, setidaknya untuk puluhan tahun ke depan, sampai nantinya seorang diktator dunia tampil dan menganiaya jemaat, berarti kita boleh mengabaikan pesan tentang Antikristus untuk sekarang ini. Lalu, apa yang dilakukan oleh pastor yang satu ini? Dia bahkan sudah sampai ke seri ke-7 dari khotbah tentang Antikristus. Urusan yang dibahas tidak relevan. Sekarang ini tidak ada diktator dunia yang menganiaya kita, dan itu mungkin sampai puluhan tahun ke depan. Jika anda berpikir seperti itu, berarti anda sudah melangkah dari satu kesalahan menuju kesalahan berikutnya. Itu sebabnya, jika anda sudah menyimak isi khotbah saya, anda akan tahu bahwa menurut Alkitab kemurtadan itu sedang berlangsung sekarang ini. Hal itu sudah dimulai sejak masa awal kekristenan — sejak abad pertama — dan menjadi semakin buruk seiring dengan waktu. Semua istilah yang dipakai masih sama, ibadah lahiriahnya masih ada, bentuknya masih ada, salib tergantung di atas mimbar dengan berbagai hiasannya — semua masih ada di sana. Akan tetapi, kuasanya sudah tidak ada lagi.

Setiap orang yang membaca isi Perjanjian Baru, yakni dalam kitab Kisah Para Rasul, akan menyadari bahwa dia sedang membaca tentang suatu gereja yang berbeda. Setiap orang yang membaca Kisah Para Rasul, bahkan secara sekilas, akan melihat bahwa gereja di dalam kitab itu berbeda dengan gereja zaman sekarang. Ada kuasa yang bekerja di dalam gereja itu! Ada persekutuan yang erat di sana! Ada sukacita di sana! Ada hal yang berbeda dengan gereja di dalam kitab itu. Gereja yang diceritakan itu bukan semacam perkumpulan sosial seperti yang biasa kita temui. Apakah perbedaannya? Ada kuasa, hal yang sudah hilang dari gereja zaman sekarang. Jadi, kemurtadan itu bukanlah semacam penganiayaan pada masa depan. Akan ada penganiayaan. Hal ini juga sudah terjadi sejak zaman dulu, dan akan terjadi lagi pada masa depan, bahkan dalam wujud yang lebih buruk dari zaman dulu. Saya setuju akan hal ini. Akan tetapi, itu bukanlah makna yang utama dari kemurtadan menurut Perjanjian Baru.


APAKAH SAUDARA SUDAH MURTAD?

Makna kemurtadan menurut Perjanjian Baru, saya ingatkan sekali lagi kepada anda, adalah memiliki bentuk kesalehan secara lahiriahnya, tetapi tidak memiliki kuasanya. Dengan kata lain, jika sekarang ini anda mengaku sebagai orang Kristen; anda berjalan kesana-kemari dengan menenteng Alkitab; anda memakai kalung salib; anda beribadah ke gereja; anda bahkan mengikuti kegiatan pendalaman Alkitab; akan tetapi, hidup yang anda jalani itu dijalani dalam dosa, maka anda sama seperti jemaat di Sardis. Anda disebut hidup, padahal anda sudah mati. Anda memiliki nama Kristen, tetapi anda tidak menjalani hidup sebagai orang Kristen. Anda sudah murtad. Anda disebut murtad, menurut makna yang diberikan dalam Alkitab. Mungkin ada berbagai tingkatan kemurtadan di dalam gereja. Persoalannya adalah: sampai sejauh mana anda mengalami kemurtadan itu? Sampai sejauh mana anda membelokkan ajaran Alkitab untuk mengikuti kemauan anda sendiri? Anda mengambil ajaran yang anda senangi dan mengabaikan ajaran yang tidak anda senangi.

Sangat menarik, bukankah demikian? Orang pergi ke toko buku dan membeli buku tentang janji-janji dalam Alkitab. Mereka menginginkan semua janji itu — Allah menjanjikan ini dan itu. Ketika mereka mencoba mengeklaim semua janji itu, tidak ada yang dikabulkan. Lalu, mereka berkata, “Hei! Ada apa ini? Allah tidak menepati janji-Nya!” Setiap janji ada syaratnya. Jika anda berkata, “Saya tidak melihat ada persyaratan yang disebutkan dalam buku-buku tentang janji ini.” Berarti anda dibohongi! Itu adalah penyesatan! Memang ada berbagai janji di dalam Alkitab, berbagai janji yang indah ada di dalam Alkitab, tetapi jika anda memberitakan tentang semua janji itu (hal yang sering disampaikan oleh penginjil zaman sekarang) tanpa menyampaikan presyaratannya, berarti anda memberitakan kesesatan! Anda ikut menyuburkan kemurtadan dalam gereja!


KEMURTADAN MELALUI SIKAP SUKA MENGELUH

Kata ‘kemurtadan’ sering disebut dalam Perjanjian Lama. Segenap isi Perjanjian Lama itu, sebagaimana yang dikatakan oleh Paulus kepada kita di 1 Korintus 10:1-12, memperingatkan kita tentang kemurtadan, dan tentang banyaknya umat yang binasa di padang gurun akibat kemurtadan itu. Dia mengatakan bahwa Perianjian Lama itu ditulis untuk memperingatkan kita akan kemurtadan. Tidakkah kita memiliki mata untuk melihat? Saya menyampaikan peringatan ini kepada anda, dan juga kepada diri saya sendiri, kemurtadan adalah hal yang paling merusak banyak orang Krsiten dan membawa banyak orang Krsiten masuk neraka dibandingkan dengan berbagai dosa lainnya. Itu sebabnya mengapa pandangan Montgomery itu benar. Anda bisa terkena kutuk lewat gereja jika anda hidup dalam kemurtadan.

Seperti apa kemurtadan bangsa Israel di padang gurun itu? Mari kita bahas secara ringkas dan sederhana. Allah telah menyelamatkan umat Israel keluar dari Mesir. Allah melakukan banyak mukjizat yang sampai sekarang masih berusaha dipahami oleh banyak pakar Alkitab maupun pakar lainnya. Dia membelah lautan dan membuat bangsa Israel bisa menyeberanginya dengan berjalan kaki. Ini adalah mukjizat dari kuasa Allah yang memberi keselamatan — suatu kasih karunia! Dengan kasih karunia-Nya, Dia membelah laut Merah dan membiarkan umat-Nya berjalan menyeberang. Ketika bangsa Mesir ikut bergerak masuk ke jalur itu, air laut kembali menutup dan menenggelamkan mereka. Bangsa Israel mengalami keselamatan yang gemilang, seperti yang banyak dialami oleh orang Kristen. Namun, segera sesudah itu, kemurtadan mulai muncul. Kegemaran mengeluh mulai tumbuh subur. “Menurut kami, kehidupan di Mesir jauh lebih baik daripada di padang gurun ini. Ada banyak jenis makanan yang bisa kami nikmati. Kami bisa menikmati udara sejuk di sana, sedangkan di padang gurun ini, kami terbakar kepanasan. Air di Mesir mungkin tidak terlalu bersih, tetapi selalu ada air untuk diminum. Di sana kita bahkan bisa membasuh diri di tengah hari yang terik. Namun, di padang gurun ini, tidak ada air untuk membasuh diri. Tidak ada air, bahkan untuk minum. Di sana kami bisa menikmati bawang putih, daun bawang dan bawng merah, juga berbagai wewangian lainya. Di mana kita bisa mendapatkan satu saja bawang merah di tengah padang gurun ini?” Semangat mengeluh dan menggerutu! Lalu, mereka mulai merasa marah kepada Musa: “Bukankah ini idemu, Musa? Mengapa kamu membawa kami ke sini? Kamu ingin kami semua mati di padang gurun?”

Allah sudah memberikan keselamatan yang ajaib. Mereka melihat tembok air di kiri dan kanan mereka ketika menyeberangi Laut Merah. Mereka sudah melihat kuasa yang luar biasa! Allah juga menyediakan manna dari surga. Anda bisa melihat dari 1 Korintus 10 bahwa peristiwa menyeberangi laut Merah merupakan simbol dari baptisan. Segera sesudah baptisan banyak orang Kristen, dengan cara yang sama, mulai merindukan keduniawian yang sudah mereka tinggalkan. Kemurtadan sudah merasuk segera setelah baptisan. Sangat berat menjadi orang Kristen. Sangat berat menggembara di padang gurun; akan lebih baik jika tetap tinggal dalam keduniawian — akan terasa lebih baik untuk tetap tinggal di Mesir. Kemurtadan mulai bertumbuh! Hal itulah yang terjadi pada bangsa Israel. Anda bisa melihat seluruh sejarahnya, dan hal semacam ini masih terus terjadi. Mereka mulai berpikir — Allah kita ini sangat keras.


KEMURTADAN BERARTI BERPALING DARI ALLAH

Ketika Allah menunjukkan diri-Nya di gunung Sinai dan memberikan Sepuluh Perintah, gunung itu seperti terbakar oleh api. Umat Israel ketakutan — gunung itu terbakar. Kita sudah pernah melihat pohon terbakar api. Akan tetapi, siapa yang pernah melihat gunung terbakar api? Tidak ada pepohonan di gunung Sinai yang bisa membuat gunung itu mengalami kebakaran. Seluruh gunung itu hanya diselimuti batu, dan batu itu dimakan oleh api. Asap tebal menyelimuti gunung Sinai, dan kemudian mereka mendengar suara Allah berfirman! Api saja sudah sangat menakutkan, asap tebal lebih menakutkan lagi, dan sekarang mereka mendengar suara Allah berfirman! Mereka sangat ketakutan! Kemudian mereka berkata kepada Musa, “Tidak usah Allah berfirman langsung kepada kami sebab nanti kami mati. Kami tidak tahan melihatnya. Semua ini sangat menakutkan! Allah yang ini sangat menakutkan! Terlalu menuntut! Dia memberi kita sepuluh — banyak sekali — perintah! Menaati satu saja sudah susah, apalagi sepuluh perintah! Berbelaskasihanlah kepada kami! Kami hanya darah dan daging! Apakah kami ini sudah menjadi malaikat begitu keluar dari Mesir? Kami baru saja melangkah keluar dari Mesir dan Engkau sudah memberi kami sepuluh perintah untuk dijalankan, belum lagi berbagai perintah yang lainnya. Allah yang ini terlalu keras. Terlalu bengis! Lihatlah orang ini — Musa ini — orang kudus ini. Kekudusannya membuat kita ketakutan. Dia baru saja turun dari gunung dan wajahnya bersinar bagai matahari. Dia jadi seperti hantu!” Demikianlah, Musa yang malang ini harus menutupi wajahnya dengan kain! Anda bisa baca ini di 2 Korintus 3 dan juga di dalam Perjanjian Lama (Kel 34:29-5). Mereka sangat ketakutan. Allah ini sangat menakutkan! Dia begitu kudus. Dan hamba-Nya — Musa ini — dia begitu menakutkan. Sangat menakutkan jika berbicara dengan orang kudus ini. Ke mana pun Musa melangkah, orang-orang lari berhamburan menjauhinya. Demikianlah, ketika Musa memasuki perkemahan bangsa Israel — selalu ada jarak terbentang antara dia dengan umat Israel. Setiap orang berusaha menjauh darinya, mereka mungkin berpikir, “Nabi Allah yang kudus ini sangat menakutkan!”


KEMURTADAN DARI MENYEMBAH ALLAH DAN BERHALA SEKALIGUS

“Sedangkan ilah yang lain — nah, ilah yang lain — mereka begitu penuh pengertian! Mereka sangat sabar, sangat baik! Mereka tidak menuntut kekudusan. Kami lebih menyukai ilah-ilah yang lain ini. Mungkin kami akan tetap beribadah ke tabernakel untuk menyembah Allah yang kudus ini. Namun, kami juga senang dengan ilah yang lain.” Itulah segenap sejarah umat Israel. Baca saja Perjanjian Lama. Seluruh isi Perjanjian Lama menguraikan masalah ini, bukankah demikian? Seluruh umat beribadah kepada ilah lain. Mereka tidak berhenti beribadah ke tabernakel. Namun, sekarang mereka menambahkan berbagai ilah yang mereka senangi.

Mereka juga memberi persembahan kepada berbagai ilah lain di “tempat-tempat tinggi”. Ketika saya tinggal di Yerusalem, persis di luar hostel tempat tinggal saya, ada salah satu lokasi yang disebut “tempat yang tinggi”. Anda masih bisa melihat mezbah persembahan di atas sana, mezbah yang sudah berdiri sejak zaman Perjanjian Lama. Letaknya masih dalam jarak pandang dari Bait Allah. Luar biasa, bukankah begitu? Sebuah mezbah kafir dalam jarak pandang dari Bait Allah! Anda bisa sekaligus melihat lokasi Bait Allah dan ‘tempat tinggi’ atau mezbah kuno itu — tempat orang Yahudi memberikan persembahan kepada ilah lain — dalam satu kali pandang. Inilah kemurtadan. Hal ini pada mulanya masih merupakan masalah yang kecil. Akan tetapi, seiring dengan waktu, masalah itu menjadi semakin besar.

Lalu, nabi Allah tampil dan anda segera berpikir, “Nabi-nabi ini keras sekali! Mereka selalu mencela umat! Mereka tidak tahu bagaimana bersikap lembut dan ramah. Mereka selalu berseru kepada bangsa Israel: ‘Dosa-dosamu!’ Ah, selalu berbicara tentang dosa, dosa dan dosa! Apakah tidak ada urusan lain yang bisa dibicarakan selain masalah dosa? Coba lihat ilah-ilah yang lain itu! Mereka menjanjikan: Kalau kamu percaya kepadaku, kamu akan menikmati hasil panen yang baik. Kalau kamu bakar kemenyan sedikit di depan pintu, kamu akan mendapat lebih banyak uang; keberuntunganmu meningkat dan kamu tidak akan tergelincir di tangga lalu mengalami patah tulang leher. Allah semacam inilah yang ingin kami percayai — sangat praktis. Mereka sangat peduli pada kami. Akan tetapi, Allah yang satu ini, Oh! Kekudusan!”

Demikianlah, Yesaya, Yehezkiel, Yeremia dan berbagai nabi tampil menegur — bisakah anda tebak siapa yang mereka tegur — para imam di Bait Allah! Orang-orang ini sangat berani! Mereka berkata, “Kalian para iman adalah guru-guru palsu! Kalian hidup dalam dosa!” Wow! Ini sangat berani! Tahukah anda ada berapa banyak imam di Israel? Ada sekitar 30.000 sampai 40.000 imam melayani berbagai ibadah bangsa Israel di Bait Allah. Dan dia ini — satu orang Yeremia, satu orang Yehezkiel! Apa yang kamu bicarakan? Kamu hanya satu orang minoritas. Kamu tidak tahu tempat. Kamu bahkan bukan seorang imam; kamu hanya seorang nabi! Tanggapan semacam ini terdengar akrab di telinga, bukankah demikian? Sangat akrab di telinga!


PENCOBAAN DAN DOSA: JAUH LEBIH BERBAHAYA DARIPADA PENGANIAYAAN

Izinkan saya menutup dengan satu ilustrasi. Saya sudah menunjukkan bahwa dosa dan pencobaan atau godaan itu lebih berbahaya daripada penganiayaan. Dari manakah kemurtadan itu berasal? Pada dasarnya, kemurtadan itu berasal dari kompromi dengan dosa dalam kehidupan jemaat. Camkanlah hal ini! Kita membuka sedikit ruang bagi kedagingan, sedikit ruang bagi keegoisan, sedikit ruang bagi keangkuhan, sedikit ruang bagi cara-cara yang duniawi. Pada awalnya semua itu terlihat tidak berbahaya.

Sudah menjadi tradisi di Inggris, misalnya, di dalam gereja di Inggris, ketika pastor tampil ke mimbar, dia akan memakai jubah hitam. Dia juga mengenakan topi akademis. Terlihat sangat mengesankan, khususnya jika dihiasi dengan warna-warna ungu, merah atau merah hati. Lalu, dia melangkah ke arah mimbar; di mimbar, dia mengenakan kerah khususnya, dan orang-orang berkata, “Ah, ini baru terlihat sebagai penginjil sejati.” Akan tetapi, coba lihat orang yang satu ini — dia datang hanya dengan dasi biasa dan kemeja putih! Sangat tidak mengesankan! Akan tetapi, dari mana kebiasan memakai topi akademis itu berasal? Dari lingkungan gereja? Dari isi Perjanjian Baru? Tidak! Kebiasaan memakai topi akademis itu berasal dari lembaga-lembaga sekuler! Lalu, mengapa kita memakainya di gereja? Anda lihat, kita mengimpor sedikit demi sedikit hal-hal dari dunia ke dalam gereja. Diawali hanya dengan sedikit hiasan. Kemudian menjadi semakin banyak. Lalu, mengapa pengkhotbah ini memakai topi akademis di mimbar? Dia ingin memberi kesan kepada anda bahwa dia adalah orang terpelajar. Otoritasnya terletak pada topi akademisnya! Itulah kualifikasi yang dia tampilkan untuk bisa berkhotbah!

Akan tetapi, di dalam Perjanjian Baru, Petrus tidak bisa menunjukkan satu pun topi akademis. Kedua belas rasul yang lain juga tidak ada yang bisa. Mereka berkhotbah hanya dengan mengandalkan satu sumber otoritas, yakni otoritas yang diberikan oleh Tuan dan Penguasa mereka, Yesus Kristus, oleh kuasa Roh Kudus, dan oleh pembenaran dari kehidupan mereka yang saleh. Namun, kita biarkan hal-hal kecil semacam itu masuk ke gereja. Dunia lalu merembes masuk. Pencobaan atau godaan adalah penyebab kemurtadan.

Apakah maksud dari ilustrasi saya ini? Saya harap anda mau mencamkan hal ini baik-baik: Jika anda biarkan dosa dan pencobaan — mulai dari yang sedikit — masuk ke dalam kehidupan anda, pada akhirnya hal itu akan menghancurkan anda.

Mungkin sudah banyak dari anda yang pernah mengunjungi air terjun Niagara. Jika belum, dan anda ingin berkunjung ke Kanada atau Amerika Utara, lokasi ini adalah salah satu lokasi yang layak untuk dinikmati pemandangannya. Pemandangannya akan menjadi sangat luar biasa pada musim dingin. Lingkungan di sekelilingnya terlihat membeku — diselimuti es dan salju putih. Berbagai bongkahan es yang besar terbentuk di tepian sungai. Bahkan di sekitar tempat jatuhnya air juga terbentuk bongkahan es yang besar-besar. Pemandangan yang terlihat akan berbeda antara musim dingin dan musim panas. Limpahan air mengalir dalam takaran jutaan metrik ton melalui air terjun ini, dan air itu mengguntur ke bawah sampai jauh ke dalam dasar tempat jatuhannya. Ribuan turis berkunjung dan menyaksikan pemandangan yang luar biasa ini. Pada musim panas, anda bahkan bisa menyewa perahu kecil dan mendekati air terjun itu, untuk mendapatkan pengalaman lebih dekat dengan gemuruh yang dahsyat ini. Banyak orang yang sudah berkunjung ke sana, dan mereka terpesona oleh ciptaan Allah yang luar biasa ini.

Namun, pada musim dingin, makanan sangat sudah didapat, terutama menjelang musim semi, dan terlebih lagi bagi para hewan. Pada suatu hari, saat itu ada banyak wisatawan yang berkunjung ke sana. Lalu, dari arah hulu terlihat mayat seekor domba yang hanyut menuju air terjun. Sebagian bangkai itu sudah terbungkus es, tetapi bagian atasnya masih terbuka. Pada awal musim semi itu, tampaklah seekor elang sedang terbang di angkasa, berputar-putar mencari makanan. Seperti yang sudah saya sampaikan, makanan sangat sudah didapat dalam musim dingin di Kanada. Mata elang yang tajam ini lalu melihat bangkai domba tersebut, yang membeku di atas bongkahan es. Kemudian elang ini menukik turun ke arah bangkai domba dan mulai menikmati makanannya. Pada umumnya, elang tidak menyukai bangkai, tetapi di saat kelaparan, mereka akan menikmatinya juga. Demikianlah, elang itu lalu menikmati makanannya. Kemudian dia mendengar suara gemuruh yang menandakan bahwa air terjun sudah dekat.  Elang itu menatap ke arah air terjun dan berpikir, “Nah, masih ada cukup waktu untuk beberapa gigitan lagi” dan dia melanjutkan makannya. Lalu, dia memperhatikan lagi air terjun yang semakin dekat. Mungkin dia merasa yakin bahwa dia memiliki sayap-sayap yang kuat dan bisa terbang dengan cepat. Lalu, dia lanjutkan lagi memakan bangkai itu. Ia terus saja menggigiti bangkai itu sampai mencapai batas air terjun! Orang-orang yang menyaksikan peristiwa ini bertanya-tanya, “Apa yang akan terjadi?” Elang itu lalu mengembangkan sayapnya untuk segera terbang — tetapi dia tidak bisa terbang. Dia terlalu sibuk makan sehingga tidak sadar kalau kuku-kukunya tertancap membeku di dalam bangkai domba itu. Elang ini tidak sanggup menarik keluar cakarnya dari bangkai domba. Tahukah anda seberapa cepat air membeku dalam musim dingin di Kanada? Hanya dibutuhkan waktu beberapa menit untuk mengubah air menjadi es yang keras! Elang yang besar itu tidak sanggup terbang, dan ia tewas dalam air terjun itu.

Kebutuhan nyata kadang kala merupakan titik awal pencobaan. Kemudian ia akan berkembang ke arah hasrat mendapatkan lebih, dan tumbuh menjadi kerakusan, sampai akhirnya terlambat untuk meloloskan diri. Hal itulah yang sering menjadi sumber kejatuhan orang Kristen. Kemurtadan besar sudah meluas melalui pencobaan yang berlangsung terus menerus, dan hal ini tidak ditentang dalam lingkungan jemaat. Kiranya Allah menganugerahkan anda kemenangan! Mari kita berdoa!

 

 

Berikan Komentar Anda: