Mark Lee |

Saya akan memulai dengan mengajukan satu pertanyaan – coba tanyakan kepada diri Anda apakah Anda orang yang mencintai Kebenaran? Bagaimana menurut Anda? Apakah selama ini Anda orang yang mencintai Kebenaran? Apakah Anda memiliki hati yang mengasihi Kebenaran?

Seperti apakah orang yang mengasihi Kebenaran itu? Apa ciri orang yang mencintai Kebenaran? Sangat sederhana. Lihat reaksinya saat orang menunjukkan kesalahannya.

Apa reaksi Anda saat orang menunjukkan kesalahan Anda? Apakah Anda akan sangat senang dan berkata, “Terima kasih! Saya tidak melihat kesalahan ini sebelumnya. Baru sekarang ini saya tahu. Terima kasih karena tidak takut untuk memberitahu saya!”

Namun kebanyakan orang tidak seperti itu. Banyak orang akan marah saat kesalahan mereka diungkapkan. Mereka tidak mau lagi berbicara dengan orang yang telah menyinggung hati mereka, atau mereka akan menghindari orang itu seperti menghindari penyakit menular.

Orang itu telah mengambil resiko besar untuk jujur dengan Anda. Bukankah kerelaan dia menanggung resiko itu menunjukkan bahwa dia adalah seorang sahabat yang baik? Atau Anda justru berkata, “Tahukah kamu bahwa kamu keliru? Kamu tidak kenal aku. Kamu tidak mengerti siapa aku. Apa yang kamu katakan semuanya itu omong kosong!” Apakah Anda akan bereaksi seperti ini?

Di Amsal 12.1 berkata,

“Siapa mencintai didikan, mencintai pengetahuan; tetapi siapa membenci teguran, adalah dungu.”

Jadi Alkitab memberitahu kita bahwa orang yang pandai dan berhikmat akan bersyukur dan mengasihi orang yang mengungkapkan kesalahannya. Dan karena ini dia akan menjadi lebih bijak lagi. Dia menjadi lebih pandai karena dia mendengarkan koreksi dari orang lain.

Namun Kitab Suci mengatakan bahwa orang yang bodoh justru bersikap sebaliknya. Orang bodoh akan membenci mereka yang mengungkapkan kesalahannya. Demikianlah, Alkitab menyuruh kita agar jangan pernah memberitahu si bodoh akan kesalahannya. Karena dia akan membenci Anda sampai mati.

Jadi, apakah Anda seorang yang bijak atau yang bodoh?

Apakah Anda dapat dengan cepat menerima kesalahan Anda? Atau apakah Anda termasuk yang harus bergumul setengah mati, nyaris seperti sedang berperkara di pengadilan, mengumpulkan para saksi, menanyai banyak orang sampai akhirnya Anda tidak punya pilihan lain kecuali mengakui bahwa Anda memang salah? Anda termasuk orang yang bagaimana?

Saya pernah menemukan orang semacam ini dulu. Saat saya masih di sebuah gereja di Amerika. Pada waktu itu, ada dua orang yang mendatangi saya dan membicarakan tentang niat mereka untuk kembali ke suatu tempat, dan kami menyajikan manfaat serta kerugian jika mereka melakukannya. Yang satu dengan cepat memahami apa yang kami maksudkan serta melihat bahwa mungkin tidak baik bagi dia untuk pulang ke tempat itu. Bagaimana dengan yang satunya lagi? Situasi mereka kurang lebih sama. Akan tetapi, yang satu ini tidak segera mengerti. Keesokan harinya, ia tetap saja dia tidak bisa melihat. Dia tetap saja berpikir bahwa apa yang disampaikan itu masih belum pasti benar atau salahnya! 

Apakah Anda termasuk orang yang mudah paham jika Anda salah dan orang lain memberi Anda sedikit petunjuk kepada Anda, atau Anda termasuk orang yang cenderung mengajak orang lain untuk berdebat lalu Anda baru akan mengakui kesalahan setelah merasa kalah. Jika demikian halnya, maka akan sedikit orang yang mau menunjukkan kepada Anda di mana letak kesalahan Anda.

Alkitab juga memberitahu kita di Kejadian pasal 6 bahwa Roh Kudus juga tidak mau berlama-lama bergumul dengan manusia. Dia akan berusaha mengingatkan Anda untuk beberapa waktu, dan jika Dia mendapati bahwa Anda termasuk yang jenis ini, maka Dia akan membiarkan Anda karena tidak ada gunanya buat Dia untuk melanjutkan hal itu.

Ada juga orang yang bisa mengerti dengan cepat. Cukup dengan sedikit peringatan, ia sudah tahu bahwa dia salah. Sebagian lagi malah lebih maju – Anda tidak perlu memberitahu dia, dia akan memeriksa dirinya sendiri serta mencari tahu apakah dia telah melakukan suatu kesalahan yang sama saat dia melihat seseorang melakukan kesalahan. Dia tidak akan menuding orang tersebut. Dia belajar setiap kali dia melihat orang lain melakukan kesalahan. Orang jenis ini memiliki kerohanian yang lebih dewasa.

Memang ada berbagai tingkatan. Saya tidak tahu Anda sekarang berada di tingkatan yang mana. Seberapa peka Anda terhadap kesalahan Anda sendiri? Hal ini, tentu saja, akan mencerminkan tingkat kerohanian Anda.

Bagaimana jika seseorang mengatakan bahwa Anda salah sedangkan apa yang dia ucapkan itu tidak sepenuhnya tepat – bagaimana Anda akan bersikap? Sebagai contoh, kita memberitahu seseorang, “Kamu salah karena memperlakukan orang ini dengan cara itu.” Lalu reaksinya adalah, “Kamu yang salah paham. Tahukah kamu hal yang sebenarnya? Kamu tidak tahu? Biar aku aku ceritakan!”

Sekalipun teguran yang disampaikan mungkin tidak sepenuhnya benar, tetapi seorang yang rohani tidak mempersoalkan hal-hal itu. Yang dia utamakan adalah apakah ada kebenaran di dalam teguran itu. Yang penting baginya adalah, “Apakah aku salah juga? Besarnya kesalahan orang lain tidak penting buatku. Mungkin salah aku hanya 10%, tetapi aku perlu memperbaiki yang 10% ini.” Beginilah cara orang yang bijak bertindak.

Akan tetapi, orang yang bodoh tidak seperti itu. “Jangan salahkan aku, lihat kesalahanya dulu. Selama kesalahannya tidak dibenahi, jangan salahkan aku.” Orang bijak tidak peduli seberapa besar tingkat kebenaran pernyataan orang lain, dan seberapa banyak bagian yang tidak tepat. Dia hanya peduli pada bagian yang akurat, bagian yang memang benar, sehingga dia bisa segera membuat perubahan.

Seberapa besar cinta Anda pada kebenaran? Seberapa peka Anda terhadap kesalahan Anda? Atau Anda hanya memperhatikan betapa tidak adilnya sikap orang lain terhadap Anda karena telah mencoba mengoreksi diri Anda? Ini bukan masalah keadilan. Seseorang mengungkapkan kesalahan Anda dalam rangka mengingatkan Anda, dengan harapan agar Anda berubah menjadi lebih baik. Mengapa Anda menuntut keadilan padahal dia tidak sedang menyeret Anda ke pengadilan? Jadi, penekanannya salah. Ini bukan persoalan keadilan.

Apakah Anda orang yang sangat mencintai Kebenaran? Mungkin Anda akan bertanya, “Mengapa Anda berbicara tentang hal ini? Apa kaitannya dengan Injil?” Hal ini sangat berkaitan dengan Injil. Banyak orang yang telah mendengarkan Injil. Akan tetapi, berapa banyak orang yang diselamatkan? Penentuannya ada di sini – entah Anda termasuk orang yang mencintai Kebenaran atau tidak.

Sebagai contoh, di dalam 2 Tesalonika 2:10.

…orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka.

Orang macam apakah yang akan diselamatkan? Mereka yang mengasihi Kebenaran! Alkitab berkata karena mereka tidak mau menerima kasih akan Kebenaran, maka mereka tidak diselamatkan. Anda tidak akan diselamatkan jika Anda bukan orang yang mengasihi Kebenaran, tidak kira apakah Anda sudah Kristen atau belum. Anda hanya akan menipu diri sendiri.

Dari pengalaman Anda sendiri, Anda tentunya tahu bahwa hanya sedikit orang  di dunia ini yang mengasihi Kebenaran. Mayoritas orang melindungi dan mempertahankan kepentingan mereka. Mereka tidak bersedia menghadapi Kebenaran dan tidak bersedia mengakui dosa-dosa mereka.

Jika Anda katakan bahwa Anda ingin mempercayai Injil, apa maksudnya? Injil berbicara tentang dosa-dosa. Apa reaksi Anda terhadap firman yang membahas tentang dosa-dosa? Apakah Anda bereaksi membela diri? Apakah Anda merasa bahwa hal ini tidak ada kaitannya dengan Anda? Jadi, persoalannya terletak pada kenyataan apakah Anda mengasihi Kebenaran. Mampukah Anda menerima jika ada orang yang memberitahu Anda bahwa Anda salah? Jika Anda bersedia menerimanya, maka Anda akan bersedia merendahkan diri Anda, mengakui kesalahan Anda dan mengakui bahwa kita ini adalah budak dosa seperti yang digambarkan di dalam Alkitab. Apakah Anda adalah orang yang mencintai Kebenaran akan menentukan apakah Anda akan dapat menerima Injil.

Hanya orang yang mencintai Kebenaran yang akan dapat menerima pesan Injil yang menuntut kita untuk melihat diri kita apa adanya, termasuk dosa-dosa dan semua hal yang tidak beres di dalam hati kita. Tanpa cinta yang sejati pada Kebenaran, kita hanya akan melihat pada hal-hal yang menyenangkan daging kita dan bukannya pada Kebenaran itu sendiri.

 

Berikan Komentar Anda: