Mark Lee |

Banyak orang yang belum dapat memahami dengan pasti apa dosa-dosa mereka. Jika kita tidak tahu dosa apa yang ada dalam diri kita maka akan sulit sekali menanganinya.  Jadi, apa yang harus kita lakukan dalam keadaan seperti ini? Jika kita tidak tahu persis apa dosa kita, dan kita sungguh-sungguh ingin tahu, Allah akan memberitahu kita. Inilah karya penting dari Roh Kudus.


Dosa disingkapkan oleh Roh Kudus

Salah satu pekerjaan Roh Kudus adalah mengingatkan orang akan dosa. Injil Yohanes pasal 16:8 di dalam Perjanjian Baru berkata –

“Dan kalau Ia datang, Ia akan menginsafkan dunia akan dosa, kebenaran dan penghakiman”.

Kata ‘Dia’ ini mengacu kepada Roh Kudus. Yesus berkata kepada para muridnya bahwa Roh Kudus akan datang. Ketika Roh Kudus datang, Dia akan mengingatkan setiap orang di dunia mengenai hal-hal dosa, kebenaran dan penghakiman. Ini berartinya Roh Kudus akan menerangi hati orang-orang untuk melihat dosa-dosa mereka. Itulah pekerjaan Roh Kudus, yaitu memberitahu kita akan dosa-dosa kita!

Satu-satunya hal yang memisahkan kita dari Allah adalah dosa. Itu sebabnya, hal pertama yang Allah lakukan adalah menangani permasalahan dosa. Tuhan juga tahu bahwa seringkali kita tidak melihat dengan jelas dosa kita dan karena itu kita memerlukan terang dari Roh Kudus. Keadaan ini sama seperti jika kita memasuki ruangan yang gelap. Dalam ruangan yang gelap itu, kita tidak dapat melihat lantai yang kotor atau debu-debu di perabotan rumah dan sampah-sampah di dalamnya. Hanya setelah ada cahaya baru Anda menyadari seberapa kotor ruangan itu. Setelah Anda menyadari betapa kotornya ruangan itu, baru Anda akan melakukan kegiatan pembersihan.

Mazmur pasal 139 di dalam Perjanjian Lama berbicara tentang sikap hati yang harus kita miliki. Mazmur 139:23-24 berbunyi,

“Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!”

Jika kita serius dalam menangani persoalan dosa, kita harus memiliki hati yang mengizinkan Allah untuk menyelidiki hati kita. Bukan sekadar mengizinkan Allah menyelidiki hati kita, tetapi juga memohon pada Dia untuk menguji kita, untuk melihat apakah keadaan di dalam hati kita ini lurus [benar] atau bengkok [menyimpang]; untuk melihat yang ada di dalam, bukan yang di luar! Adakah terdapat pikiran yang jahat di dalam lubuk hati yang  terdalam? Apakah ada kesesatan di dalam hati kita? Dan kemudian, kita memohon Allah untuk memimpin kita di jalan yang kekal.

Jika Anda sama sekali tidak dapat melihat apa dosa mereka, mintalah Allah untuk membantu Anda untuk dapat melihatnya. Jika kita benar-benar ingin tahu di mana letak persoalan kita, maka berdoalah seperti ini: “Ya Allah! Selidikilah aku, ujilah aku, lihatlah apakah terdapat kejahatan di dalam diriku. Nyatakanlah hal itu kepadaku supaya aku benar-benar bisa menanganinya dan memisahkan diri darinya!” Tentu saja, jika Anda sudah melihat persoalannya, maka mulailah menangani hal tersebut.

Sikap peka terhadap dosa merupakan ciri utama orang-orang yang dipakai secara luar biasa oleh Tuhan. Contohnya, John Sung, penginjil besar. Dia sering menguji apakah ada dosa di dalam dirinya. Dia sering memohon, “Ya Allah! Adakah sesuatu yang tidak bersih di dalam hatiku? Apakah aku telah melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan kehendak-Mu?”

Suatu kali, saat ia berdoa Allah mengingatkan dia akan dosanya. Kejadian itu terjadi sehari sebelum ia berdoa. Dia sedang bekerja dengan beberapa orang penginjil di sebuah daerah. Mereka adalah para rekan sekerja, dan sangat akrab antara satu dengan yang lain. Salah satu dari antara mereka, seorang pendeta yang bernama Ji, perlu menghubungi seseorang di tempat lain dengan telegram. Pendeta Ji bertanya kepadanya, “Apakah kamu punya uang?” John Sung menjawab, “Tidak.” Sebenarnya, dia punya sedikit [uang]. Dalam doa itu, Allah mengingatkan dia akan dosa kebohongannya.

Setelah diingatkan oleh Allah, John Sung segera mencari Pendeta Ji dan mengaku kepadanya kan dosa kebohongannya – “Kemarin, ketika kamu ingin meminjam uang untuk mengirim telegram, aku berkata bahwa aku tidak punya uang. Sebenarnya, aku punya uang. Ini pengakuan dosaku dan aku ingin meminta maaf darimu.”

Mungkin Anda akan merasa bahwa ini bukanlah perkara yang besar. Karena sekalipun Anda punya uang tapi uang Anda tidak banyak. Atau walaupun Anda mengambil pulang sebuah cangkir yang digunakan di kereta, tapi bukankah itu hanya barang kecil yang nilainya tidak seberapa. Mungkin Anda akan merasa bahwa setidaknya, semua itu hanyalah dosa yang kecil saja. Akan tetapi, tahukah Anda bahwa dosa itu akan bertumbuh?

Yang perlu kita persoalkan adalah – “mengapa kita menginginkan cangkir yang bukan milik kita?” Tentu saja tindakan ini dilakukan karena adanya keserakahan di dalam hati Anda. Mengambil cangkir adalah keserakahan, mencuri jam emas juga adalah keserakahan. Jika Anda bisa mencuri cangkir, Anda juga bisa mengambil jam Rolex atau sebuah kalung berlian milik orang lain. Sumbernya sama saja – keserakahan!

Karena yang perlu kita lihat adalah apa sumber dosa itu? Polisi tentu saja akan menjatuhkan hukuman yang berbeda di antara mengambil cangkir dan mengambil jam tangan emas milik orang lain. Akan tetapi, Allah melihat apa yang ada di dalam kita! Sekalipun dosa yang diperbuat oleh orang-orang mungkin memiliki derajat yang berbeda, akar dari persoalannya sama saja. Satu dosa kebohongan yang Anda ucapkan sudah menyatakan bahwa Anda tidak jujur. Sama saja dengan orang yang mengucapkan seratus dusta – keduanya termasuk dalam kategori berdusta.

Sama seperti dalam hal  penanganan penyakit.. Hal yang ingin kita tangani adalah penyakit yang ada di dalam, dan bukannya gejala yang terlihat di luar. Anda tidak boleh berkata bahwa kebohongan kecil tidak dapat dimasukkan ke dalam kelompok dusta. Yang perlu dipertanyakan adalah, “Mengapa Anda harus berdusta? Mengapa sampai perlu menutupi sesuatu kebenaran?” Bukankah benar jika dikatakan bahwa ada kebohongan di dalam hati Anda? Inilah bagian yang perlu Anda lihat. Penanganan dosa menuntut penanganan pada akarnya.

Yesus sangat mengenal manusia, ia berkata di  Injil Markus, pasal 7:21-23, “Sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang.”

Dari manakah dosa timbul menurut Yesus? Dari dalam hati kita. Jika kita memiliki bibit kejahatan yang tersimpan di dalam hati kita maka secara perlahan ia akan mulai bertumbuh. Bibit kejahatan yang terus berkembang di dalam hati kita akan mencemari kita.

Sama seperti orang yang sedang sakit. Beberapa penyakit tidak banyak menunjukkan gejala. Akan tetapi, seorang dokter yang terampil dapat melihat kondisi di dalam tubuh seseorang sejak saat gejala itu muncul. Dari gejala berbohong kita dapat melihat bahwa sangatlah jelas bahwa masih ada dusta di dalam hati mereka. Itu sebabnya pula mengapa mereka mengucapkan kebohongan. Dari gejala mengambil barang yang bukan menjadi miliknya, ini memberitahu kita bahwa masih ada keserakahan di dalam hati orang itu. Karena jika masih ada pikiran jahat di dalam benak seseorang, suatu saat pikiran jahat itu pasti akan mewujudkan dirinya. Hal yang sama juga berlaku dalam hal kesombongan, keserakahan, iri hati dan lain-lain.

Yesus memakai gambaran tentang membersihkan cangkir dalam sebuah perumpamaan. Anda tentunya pernah membersihkan mangkok atau cangkir. Bagian manakah yang paling penting untuk kita bersihkan? Anda tentu tidak bisa membersihkan bagian luarnya saja dan menganggap bahwa cangkir itu sudah bersih. Hal yang sama juga berlaku dalam ‘mencuci’ seseorang – yang paling penting adalah bagian dalamnya harus dicuci. Itu sebabnya, janganlah terlalu meremehkan dosa kecil karena yang perlu ditangani adalah akar dosa itu bukan hanya gejala yang kelihatan di luar. Gejala yang terlihat bisa saja berbeda karena tingkatan pengendalian diri orang berbeda-beda. Sebagian orang bisa tampil sangat baik. Akan tetapi, jika akar dosa belum disingkirkan, maka persoalan tersebut masih belum dituntaskan. Jadi, sekali lagi, saya ulangi – kita harus memulai dengan menangani akar dosanya.


Langkah-langkah untuk menangani dosa


Pengakuan

Apakah langkah selanjutnya jika kita sudah tahu bahwa kita telah berbuat dosa dan terdapat masalah di dalam hidup kita? Bagaimana caranya kita untuk menangani dosa? Langkah pertama adalah, kita perlu mengakui bahwa ada dosa di dalam diri kita. Poin ini sangatlah penting. Mari kita cermati dengan teliti sebuah kutipan dari 1 Yohanes supaya kita dapat dengan jelas  memahami langkah-langkah yang perlu kita ambil.

1 Yohanes 1:9,

“Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan.”

Alkitab berkata bahwa jika kita benar-benar bersedia mengakui dosa-dosa kita, Allah itu adil dan setia – Dia akan mengampuni dosa-dosa kita, dan membersihkan kita dari segala kejahatan. Akan tetapi, persyaratannya adalah kita harus mengakui dosa-dosa kita.

Sama seperti yang disampaikan dalam pasal yang itu juga, 1 Yoh 1:7,

“Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang, maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu, menyucikan kita dari pada segala dosa.”

Jika kita hidup di dalam terang, darah Yesus yang berharga itu akan membersihkan kita dari segala dosa. Di sini ada lagi persyaratan yang lainnya, dan syarat itu adalah [agar] ‘hidup di dalam terang’. Apakah artinya ‘hidup di dalam terang’? itulah ‘mengakui dosa kita’ sebagaimana yang dikatakan di dalam ayat sembilan.

Lawan dari terang adalah kegelapan. Bagaimana rasanya berada dalam kegelapan? Kegelapan memberikan gambaran berada di bawah selubung dan tersembunyi. Keadaan ini membuat kita tidak dapat melihat dosa-dosa kita, dan kita juga tidak mengizinkan orang lain melihat dosa-dosa kita. Bukankah sangat alami di saat kita berbuat dosa, kita akan menyembunyikannya. Apa yang akan Anda lakukan jika Anda menemukan bahwa terdapat noda atau lubang di pakaian Anda saat Anda sedang berada di tempat umum? Lazimnya, Anda akan mencoba untuk menutupi dan menyembunyikan noda itu atau lubang itu. Anda menutupinya atau berdiri di belakang orang lain. Sama halnya dengan orang yang berbuat dosa. Dosa mendorong orang untuk hidup di dalam kegelapan untuk menutupi dan menyembunyikan dosanya.

Itu sebabnya Alkitab memberitahu kita agar tidak menjadi seperti ini. Alkitab meminta kita untuk hidup di dalam terang dan membiarkan terang itu mengungkapkan dosa kita. Setelah melihatnya maka kita harus dengan tegas menanganinya. Sama seperti kegiatan menyapu lantai. Anda memerlukan cahaya yang memadai untuk bisa menyapu sampai bersih. Jika kita tidak menyukai terang dan kita tetap lebih suka untuk menutupi serta menyembunyikan dan berjalan dalam kegelapan, maka dosa kita tidak akan bisa ditangani, apalagi diampuni. Itu sebabnya Allah ingin agar kita mengakui dosa-dosa kita.

Kepada siapa kita harus mengaku? Kepada Allah. Dan juga kepada orang yang telah menjadi korban dosa kita. Setelah mencuri milik orang lain, maka kita perlu mengembalikan barang tersebut dan mengaku kepadanya. John Sung mengucapkan dusta dan dia juga harus mengaku kepada orang-orang itu.

Demikianlah, ada dua aspek di dalam pengakuan dosa: mengaku kepada Allah dan kepada manusia. Kedua aspek itu sama pentingnya. Jangan berpikir bahwa mengaku kepada Allah saja sudah cukup. Anda juga perlu untuk secara pribadi mengaku kepada orang yang telah menjadi korban perlanggaran Anda itu. Anda perlu bertanggungjawab atas perlanggaran Anda. Ini bukanlah perkara yang mudah untuk dijalankan. Sangatlah sulit untuk membuka mulut Anda. Dari sini bisa dilihat apakah kita memiliki tekad untuk menangani dosa.

Seorang ibu pernah bersaksi tentang hubungannya dengan anak perempuannya, bahwa pada suatu ketika, hubungan tersebut sudah menjadi begitu parah dan mereka sudah tidak dapat saling menerima. Ada satu periode di mana mereka sama-sama saling membenci, di mana mereka bahkan tidak dapat secara normal bercakap-cakap. Sang ibu merasa bahwa anaknya terlalu memberontak dan bahwa si anak tidak bersungguh-sungguh belajar serta berlatih piano. Si anak merasa bahwa ibunya tidak memberi dia kebebasan karena sang ibu terlalu ingin ikut campur dalam segala hal.

Karena hubungan si anak dengan keluarganya tidak begitu baik, dan dia tidak dapat mendapatkan kehangatan yang seharusnya ada di dalam sebuah keluarga, akhirnya dia terlibat dalam kelompok anak-anak yang nakal. Pada usianya yang masih sangat muda, dia telah melakukan berbagai hal yang jahat seperti memalsukan tanda tangan orang tua dan sebagainya. Pemalsuan tanda tangan adalah suatu pelanggaran yang sangat berat, jadi, ketika pihak sekolah akhirnya mengetahui hal tersebut, anak ini dihukum dengan diberi catatan tentang kelakuan yang tidak baik. Catatan semacam ini ditulis di dalam ijazah dan berlaku seumur hidup. Dengan kata lain, situasinya menjadi semakin gawat.

Selama ini, ibu tersebut tidak menyadari akan adanya masalah di dalam dirinya sendiri karena dia selalu bersikap lemah lembut. Pada masa lalunya, semua teman sekelasnya berkata bahwa dia adalah orang yang sangat lemah lembut dan bahwa orang yang akan menikahinya nanti pastilah sangat beruntung. Itu sebabnya, dia jadi ikut menilai bahwa dia adalah orang yang lemah lembut, dan mengira bahwa semua kesalahan berada di pundak anaknya.

Dia tetap bersikap seperti ini sampai persoalan ini akhirnya menjadi sangat buruk dan dia mencari pertolongan dari pimpinan jemaat. Dia juga meminta pendapat dari pekerja sosial di sekolah dan tentu saja, dia berdoa kepada Allah. Kita dapat melihat bahwa dia sangat serius dalam menangani persoalan ini.

Dari pertolongan yang dia terima dari berbagai pihak dan peringatan yang datang dari Allah, dia melihat kesalahannya sendiri. Dia melihat bahwa ternyata dia salah dalam beberapa hal. Lalu, dia kumpulkan keberaniannya dan mengakui kesalahannya kepada anaknya. Ini bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Akan tetapi, dia tahu bahwa dia salah dan bahwa dia harus memberi contoh yang baik kepada anaknya, jadi, dia memberanikan diri untuk mengaku kesalahannya.

Belakangan, terjadi perselisihan ketika dia sedang mengajar anaknya bermain piano, dan dia benar-benar ingin menegur anaknya. Akan tetapi, dia berdoa dan Allah berkata kepadanya, “Kamu tidak boleh berbuat begitu, sikapmu itu tidak baik. Bukan karena kamu tidak dapat mengajar anakmu tetapi seharusnya kami tidak kehilangan kesabaranmu dan tidak seharusnya kamu mengucapkan hal yang tidak baik.” Demikianlah, sekali lagi dia meminta maaf kepada anaknya. Anehnya, si anak segera mengakui kesalahannya juga, dan mengakui bahwa semua pertengkaran itu muncul akibat pemberontakan dan kemalasannya untuk belajar.

Sering kali itulah hal yang terjadi. Jika kita mengakui kesalahan kita sesuai dengan kebenaran, maka pihak yang lain juga akan tersentuh dan melihat kesalahan mereka. Jika Anda berkeras menekan orang lain, maka orang tersebut juga akan berkeras menekan Anda. Orang lain itu mirip dengan cermin. Jika Anda menatap cermin dan mengolok-olok bayangan di cermin itu, maka tindakan itu sama saja dengan mengolok-olok diri Anda sendiri.

Ibu ini bertindak sesuai dengan prinsip alkitabiah. Ketika dia memiliki keberanian untuk secara terus terang mengakui kesalahannya kepada anaknya, kesembuhan dari Allah terjadi. Ketika persoalan terus berlanjut, dia mengubah caranya dan Allah juga mengubah hubungan mereka. Dia juga bersaksi bahwa belakangan hubungan di antara mereka benar-benar menjadi baik. Begitu baiknya sehingga pihak manajer di apartemen tempat tinggal mereka itu memuji mereka karena sangatlah jarang bisa melihat hubungan seharmonis itu antara ibu dan anak perempuan. Mereka sering berjalan bergandengan, tertawa dan bercanda. Sangatlah jarang memiliki hubungan antara generasi muda dengan orang tuanya yang semacam ini.

Itu sebabnya, kita harus berperilaku sesuai dengan ajaran yang alkitabiah. Janganlah berpikir bahwa sebagai orang yang lebih tua, sangatlah memalukan untuk mengaku kepada yang lebih muda jika Anda tahu bahwa Anda telah berbuat salah. Justru jika Anda berbuat demikian Anda akan memperoleh penghormatan dari orang lain. Mereka akan tahu Anda adalah orang yang serius dalam mengasihi kebenaran.

Demikianlah, bagian pengakuan dosa ini sangatlah penting. Bukan saja kita perlu mengaku kepada Allah akan dosa-dosa kita (hal ini akan lebih mudah karena tak ada orang lain yang melihatnya), kita juga perlu mengaku kepada orang lain. Memang hal ini lebih susah dilakukan). Kedua aspek itu harus dilakukan karena ini adalah perwujudan dari tekad kita untuk menyangkal diri setiap hari.

Tahukah Anda di mana letak persoalan yang menyangkut dosa? Masalahnya terletak pada diri sendiri. Semua dosa adalah akibat dari usaha untuk mengejar keuntungan bagi diri kita sendiri. Dosa terjadi karena kita egois. Jika kita mengusut lebih jauh, kita akan melihat bahwa akar dari dosa terletak pada kepentingan pribadi. Anda merasa bahwa jika Anda mengakui dosa Anda, maka tindakan itu akan membuat Anda sangat kehilangan muka. Itu sebabnya, ketika Anda mengaku kepada seseorang dan meminta maaf, apa yang terjadi adalah Anda seolah-olah sedang menghancurkan ego Anda sendiri. Alkitab memberitahu kita bahwa kita harus mengakui dosa kita dulu, kemudian, barulah dosa kita diampuni.


Restitusi

Ada hal lain lagi yang perlu kita lakukan selain mengakui dosa kepada orang yang menjadi korban kita. Di dalam Injil Lukas, pasal 19:1-10 kita dapat membaca suatu contoh orang yang bertobat.

Di sini dikisahkan tentang pemungut cukai bernama Zakheus. Dalam istilah zaman sekarang ia sejajar dengan pejabat tinggi bidang perpajakan. Mereka yang bekerja di bidang ini sangtlah kaya karena sistem perpajakan pada zaman itu tidak sempurna – pajak yang akan ditarik hanya didasarkan pada perkiraan. Itu sebabnya, orang-orang mengambil kesempatan untuk memungut lebih banyak uang dan menimbun keuntungan bagi diri mereka sendiri di dalam proses itu. Dengan cara itulah Zakheus menjadi kaya. Dia adalah seorang pejabat tinggi pemerintah yang sangat kaya dan berkuasa.

Ketika dia mendengar bahwa Yesus lewat di kotanya, dia mencoba berbagai macam cara untuk dapat melihat Yesus. Sayangnya, dia bertubuh pendek sehingga tidak dapat melihat wajah Yesus di tengah orang banyak. Lalu dia memanjat sebuah pohon. Yesus berbaik hati kepadanya. Disebutkan di dalam Injil Lukas pasal 19:5 “Ketika Yesus sampai ke tempat itu, Ia melihat ke atas dan berkata: ‘Zakheus, segeralah turun, sebab hari ini Aku harus menumpang di rumahmu.’” Yesus mengambil inisiatif untuk menawarkan kepada Zakheus bahwa ia mau menginap di rumah Zakheus! Segera saja, dikatakan di dalam ayat 6 bahwa Alkitab berkata, “Lalu Zakheus segera turun dan menerima Yesus dengan sukacita.”

Pada masa itu, banyak orang yang mengenal Zakheus sebagai pejabat yang serakah dan korup. Dia dicap sebagai orang berdosa. Ketika orang-orang melihat apa yang terjadi, mereka sangat tidak senang akan hal itu dan mengecam Yesus karena menginap di rumah orang berdosa. Apa yang dikatakan oleh Zakheus? Perhatikan baik-baik Lukas 19:8 –

“Tetapi Zakheus berdiri dan berkata kepada Tuan: ‘Tuan, setengah dari milikku akan kuberikan kepada orang miskin dan sekiranya ada sesuatu yang kuperas dari seseorang akan kukembalikan empat kali lipat.'”

Empat kali lipat! Empat kali lipat adalah bunga yang sangat tinggi. Tentu saja, hal itu bergantung pada seberapa banyak uang yang telah Anda gelapkan. Jika Anda menipu sebanyak 500 dolar sepuluh tahun yang lalu, dan Anda kembalikan 500 dolar itu sepuluh tahun kemudian, tentu saja pembayaran itu tidak memadai. Akan tetapi, jika Anda membayarnya empat kali lipat dari jumlah sebelumnya, maka jumlah itu sudah lebih dari cukup. Dan empat kali lipat memang merupakan ketentuan yang ditetapkan oleh hukum Taurat dalam kasus penipuan.

Apa yang mau disampaikan kepada kita lewat perumpamaan ini? Satu hal yang dapat kita lihat adalah kita tidak boleh sekadar beromong kosong. Tidak cukup sekadar meminta maaf kepada orang lain. Anda harus memberi ganti rugi, sesuai kemampuan Anda dan juga sesuai dengan kerugian yang diderita oleh orang tersebut. Tentu saja, kita tahu bahwa ada beberapa kerugian yang tidak dapat diganti. Sebagai contoh, jika Anda menyakiti hati orang, Anda tidak dapat membayar gantirugi akan hal tersebut. Atau jika Anda telah melukai tangan seseorang, Anda tidak bisa memotong tangan Anda dan menyambungkannya ke orang tersebut. Semua kerugian ini tidak dapat diganti kerugiannya. Akan tetapi, Alkitab menuntut agar kita mengusahakan yang terbaik, sesuai dengan kemampuan kita. Ini adalah prinsip yang adil. Anda tidak boleh berkata, “Aku hanya perlu meminta maaf kepadamu, dan semua hutangku akan terhapus.” Tidak semudah itu.

Kita baru saja mengamati kasus Zakheus, si pemungut cukai. Ketika Allah memancarkan terang padanya, dia benar-benar melihat dosanya. Di samping itu, dia juga merasa sangat menyesal atas segala dosa yang telah dia lakukan. Ia merasa bersalah terhadap semua orang yang telah dia tipu dan peras. Begitu mendalam penyesalannya sehingga dia bersedia mengganti kerugian mereka.

Hal yang sama berlaku pada kita. Menurut prinsip di dalam Alkitab, kita bukan hanya perlu mengaku kepada Allah, kita juga perlu mengaku kepada manusia, dan mengganti kerugian sampai batas kemampuan kita sehingga kita tidak berhutang lagi kepada siapapun.


Bertobat

Selain mengaku dosa dan mengganti kerugian, langkah selanjutnya adalah bertobat. Jadi, setelah kita melihat dosa kita, kita mengakuinya, di hadapan Allah dan manusia. Setelah membereskan akibat dari dosa kita terhadap orang lagi, hal yang harus kita lakukan adalah bertobat. Di Kisah para Rasul 2:37-38, dikatakan,

“Ketika mereka mendengar hal itu hati mereka sangat terharu, lalu mereka bertanya kepada Petrus dan rasul-rasul yang lain: ‘Apakah yang harus kami perbuat, saudara-saudara?’  Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus.'”

Di sini disebutkan tentang pertobatan. Sebagian orang, setelah mendengarkan khotbah Petrus, mereka merasa sangat terharu. Perasaan terharu berarti mereka merasa sangat tersentuh dan mereka menyadari akan kesalahan dan dosa mereka. Lalu apa yang diperintahkan oleh Petrus? Petrus meminta mereka untuk bertobat.

Apa artinya bertobat? Makna bertobat adalah berpaling kepada Allah. Mengubah jalan hidup Anda supaya selaras dengan kehendak Allah. Harap diperhatikan bahwa pertobatan yang dimaksudkan oleh Alkitab tidak berkaitan dengan hal memperbaiki diri di mana mulai dari hari itu, kita berhenti untuk melakukan dosa-dosa yang tertentu. Dikarenakan oleh sifat dan ciri dosa, kita tahu bahwa tidak begitu mudah untuk begitu saja berhenti dari berbuat dosa.

Sama seperti para penjudi dan pemabuk. Di saat mereka kehabisan uang, mereka akan berjanji untuk tidak pernah berjudi atau minum lagi. Beberapa orang bahkan bersedia memotong jari mereka untuk berhenti dari kecanduan mereka. Akan tetapi, akhirnya apa yang terjadi? Mereka tetap saja meneruskan kebiasaan mereka berjudi dan bermabuk-mabukan.

Itu sebabnya mengapa saya katakan bahwa pemahaman makna pertobatan yang semacam ini tidaklah memadai. Anda berkata, “Saya tidak akan pernah melakukan dosa ini lagi!” Sangatlah mudah untuk diucapkan, tetapi dalam prakteknya, Anda tidak dapat melakukannya. Anda perlu mengalami perubahan dalam segenap hidup Anda sebelum semua itu terlaksana! Anda harus mengalihkan jalan hidup Anda kepada Allah! Hanya jika Anda mengizinkan Allah mengubah hidup Anda dan menganugerahkan hidup baru kepada Anda baru Anda dapat terlepas dari belenggu dosa.

Yang perlu kita lakukan adalah mengaku dan bertobat. Jika Anda mempraktekkan kedua hal tersebut, maka Anda akan mengalami sendiri apa itu pengampunan Allah atas dosa. Dan Anda akan tahu apa itu kelegaan saat dilepaskan dari beban-beban. Anda akan memahami perubahan seperti apa yang dapat dikerjakan oleh Allah dalam diri manusia. Dengan kata lain, Anda akan mengalami mukjizat di dalam hidup Anda!

Saat seseorang hidup di dalam dosa, hati nuraninya akan membuat dia merasa sangat tidak nyaman, sepertinya sedang memikul beban yang sangat berat. Hidup dalam damai sejahtera yang sejati merupakan suatu perasaan yang agak menakutkan.

Pernahkah Anda perhatikan bahwa sebagian besar orang di zaman sekarang mengalami berbagai macam penyakit yang diakibatkan oleh tekanan di dalam batin mereka? Ada yang menderita sakit kepala, depresi, insomnia dan sebagainya. Jadi, jangan mengira bahwa beban di dalam hati adalah sesuatu yang boleh dipandang ringan. Ketika beban ini sepenuhnya terangkat, Anda akan mengalami kemerdekaan yang luar biasa. Baru setelah itu Anda akhirnya tahu betapa besarnya damai sejahtera yang berasal dari Allah!

Jika Anda belum mengalami kemerdekaan ini, Anda akan sulit sekali tersentuh saat seseorang berbicara tentang kematian Yesus di kayu salib bagi Anda. Anda tidak akan mendapat manfaat apa-apa dari salib, dan Anda tidak dapat mengalami besarnya kasih karunia Allah. Hanya jika seseorang menyadari betapa sakitnya hidup di dalam dosa, dan dia mengalami sukacita dan damai sejahtera dari kemerdekaan atas dosa, barulah dia dapat dengan tepat mengalami betapa besar kasih karunia Allah itu!

Anda perlu memahami satu hal – tak ada jalan untuk menyingkirkan kenajisan dosa. Tak ada jalan untuk mengganti kerugian atas buah dari kejahatan akibat perbuatan dosa karena waktu tidak dapat dibalikkan. Hakekat dosa itu sedemikian hingga suatu perbuatan, sekali dilakukan, tidak akan dapat dihapuskan. Akan tetapi, Yesus telah menolong kita dengan memberi kita jalan keluar atas masalah yang sebenarnya tak terpecahkan ini. Begitu besar kasih karunia ini!

Saya sendiri telah mengalaminya. Hal ini terjadi bertahun-tahun yang lalu. Saya pernah menyakiti hati orang lain. Dapat dikatakan bahwa saya sangat menyakitinya. Hubungan kami menjadi sangat buruk setelah kejadian itu, kami tidak lagi saling berhubungan satu dengan yang lain.

Saya merasa sangat menyesal atas hal ini. Saya telah berbuat salah, menyinggung dan melukai perasaannya. Saya benar-benar ingin meminta maaf kepadanya tetapi saya tidak tahu di mana orang itu. Persoalan ini sangat membebani hati saya dan hati saya menjadi tidak tenang untuk jangka waktu yang cukup lama. Selama masa itu, saya merasa sangat tidak damai, sangat aneh jika saya pergi ke gereja. Saya tidak berani maju dan berbuat sesuatu bagi Allah secara terbuka. Ini diakibatkan perasaan bersalah saya. Saya tahu bahwa ada sesuatu yang tidak benar di dalam hidup saya yang harus ditangani.

Suatu hari, ketika saya sedang membaca Alkitab, saya melihat ayat di dalam Injil Matius, pasal 5:23-24,

“Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.”

Allah memberitahu kita di sini, “Kalau kamu masih memiliki dosa yang belum ditangani, janganlah mempersembahkan sesuatu kepada-Ku. Kamu harus selesaikan dulu persoalan antara kamu dengan saudaramu sebelum datang untuk mempersembahkan sesuatu kepada-Ku. Kalau kamu sudah melakukannya, maka Aku akan menerima persembahanmu.” Saat saya membaca kedua ayat tersebut hari itu, saya merasa bahwa Allah ingin agar saya menyelesaikan masalah ini. Saya tidak mau urusan ini berlarut-larut karena saya merasa sangat terganggu dengan persoalan ini sampai sekitar 2 bulan. Selama dua bulan itu, tekanan yang saya hadapi sangatlah mengerikan.

Akan tetapi, masalahnya adalah bahwa saya sudah kehilangan kontak dengan orang tersebut, dan saya tidak bisa menghubungi dia. Lalu bagaimana cara saya untuk dapat meluruskan persoalan ini? Bagaimana cara agar saya dapat mengatasi persoalan ini? Setelah saya selesai membaca Alkitab, saya berlutut di dalam doa dan berkata kepada Allah bahwa saya benar-benar ingin menghadapi dosa ini, dan memohon Allah untuk membuka jalan bagi saya agar mendapat kesempatan mengatasi persoalan ini.

Saya bangkit setelah menyampaikan doa tersebut. Saat saya berdiri, ada suara yang menyuruh saya keluar. Allah berkata kepada saya, “Pergilah keluar.” Pergi keluar? Untuk apa? Peristiwa ini terjadi di tengah musim dingin di Kanada. Di luar sedang hujan salju dan suhu sedang berada di bawah nol derajat jadi tentunya saya tidak akan mau keluar tanpa tujuan.

Pada waktu itu, saya hanya tahu bahwa Allah yang menyuruh saya untuk keluar dari apartmen saya. Lalu saya segera berangkat keluar. Saya mengenakan baju hangat, jaket, sarung tangan dan sepatu bot. Pada waktu itu, saya tinggal di lantai dua atau tiga. Saya harus turun tangga untuk menuju ke lantai dasar dan membuka gerbang utama.

Ketika saya sampai di luar, saya melihat orang yang telah saya lukai itu sedang melintas! Pada waktu itu, cuacanya bersalju dan sangat dingin, sangat sedikit orang yang bepergian ke luar rumah. Saya cukup terkejut ketika melihat dia! Kalau saja saya keluar setengah menit kemudian, maka saya tidak akan melihatnya. Kalau saya setengah menit lebih awal, saya juga tidak akan dapat melihatnya. Penetapan waktu Allah sangatlah tepat sehingga Dia bahkan menghitung waktu yang saya butuhkan untuk berpakaian, kecepatan saya menuruni tangga, dan kecepatan langkah orang itu – semuanya bertautan dengan sangat tepat seperti sarung tangan. Ketika saya melihatnya, saya tahu, jauh di dalam hati saya bahwa Allah memberi saya kesempatan ini untuk mengatasi persoalan dengan orang ini. Saya lalu menemuinya dan membuat pengakuan kepadanya.

Sulit untuk membayangkan sukacita yang dirasakan ketika dosa yang telah menimbulkan tekanan yang sangat berat itu dibersihkan. Ini adalah suatu hal yang tidak dapat dibeli dengan uang. Hati saya penuh dengan sukacita dan rasa syukur yang luar biasa. Di satu sisi, saya bersyukur kepada Allah karena memberi saya kesempatan untuk menangani dosa yang telah begitu membebani hati saya. Di sisi lain, saya juga dapat menyaksikan bahwa Allah itu nyata. Dia tidak pernah memandang dosa secara gampangan. Dia sangat serius terhadap dosa sehingga Dia sendiri turun tangan membuka jalan untuk saya mengatasi masalah dosa saya.

Sangatlah sulit untuk menggambarkan bagaimana perasaan saya setelah saya mengakui kesalahan itu karena berbagai macam perasaan bercampur baur di dalam hati saya. Saya sangat gembira sehingga saya menangis sambil berdiri di jalan dan menangis tak terkendali (walaupun saya ini laki-laki). Perasaannya cangat campur aduk.  Saya sangat bersyukur karena Allah begitu peduli kepada saya, dan saya sangat bersyukur karena Allah menyucikan saya dari dosa.

Saya ingin agar setiap orang tahu bahwa Anda akan merasa sesuatu yang sangat berbeda di dalam hidup Anda jika Anda mengalami penyucian ini. Ini adalah hal yang harus Anda alami sendiri. Saya telah mengalami hal ini sebelumnya, tetapi Anda perlu untuk mengalaminya sendiri untuk bisa mengetahui apakah ini hal yang nyata atau tidak.

Allah sangat serius. Dia sangat serius terhadap dosa! Jika Anda juga serius terhadap dosa, maka Dia akan menolong Anda! Anda dapat mengalami Allah secara pribadi. Anda dapat mengalami bagaimana Dia menyingkirkan dosa Anda sehingga Anda tidak lagi terganggu olehnya. Anda dapat mengalami penyucian, terang, dan damai sejahtera yang sempurna setelah Dia membersihkan dosa Anda. Anda dapat juga mengalami kedalaman sukacita yang mengalir dari damai sejahtera ini. Sukacita ini bukan sukacita yang dangkal melainkan sukacita yang dalam dan teduh jauh di dalam lubuk hati.

Pada waktu itulah Anda akan tahu bagaimana caranya bersyukur kepada Allah! Karena semua itu tidak dapat dikerjakan oleh siapapun kecuali Dia. Anda tidak dapat sekadar berkata, “Maafkan aku, aku telah berbuat salah,” dan menutup persoalan jika Anda telah melukai hati seseorang. Dosa kita telah ditangani karena Yesus telah mati bagi kita di kayu salib dan telah menolong kita membayar lunas hutang dosa. Itu sebabnya, kita dapat merdeka dari beban berat kita dan mengalami penyucian, dami sejahtera dan sukacita di dalam batin ini. Jika Anda telah mengalami ini maka Anda akan benar-benar dapat bersyukur kepada Yesus karena dia telah mati bagi kita dan menganugerahkan kita hidup yang baru.

Saya harap Anda tidak akan menganggap apa yang telah disampaikan hanya sebagai semacam pengetahuan saja. Tetapi Anda akan menindak-lanjuti apa yang telah disampaikan. Hanya dengan cara ini Anda akan tahu apakah semua yang disampaikan oleh Alkitab itu benar atau tidak! Allah itu nyata tetapi Anda hanya akan tahu jika Anda telah mengalami-Nya! Saya harap Anda akan termasuk orang yang telah mengalami Tuhan secara pribadi. Saya harap ketika Anda mengerti akan apa yang harus Anda lakukan, maka Anda benar-benar akan melakukannya. Allah akan membantu Anda. Jika saja Anda bersedia, maka Allah akan benar-benar menolong Anda. Saya harap agar setelah Anda membaca pesan ini, Anda dapat berkata dengan penuh keyakinan, “Aku telah melakukan sesuai yang dianjurkan Injil, dan aku telah secara langsung mengalami realitas-Nya!”

 

Berikan Komentar Anda: