Pastor Eric Chang | Matius 24:24-27 |
Hari ini kita akan melanjutkan eksposisi mengenai ajaran Yesus di Matius 24:24-27.
Sebab Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga. Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu kepadamu. Jadi, apabila orang berkata kepadamu: Lihat, Ia ada di padang gurun, janganlah kamu pergi ke situ; atau: Lihat, Ia ada di dalam bilik, janganlah kamu percaya. Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak Manusia
Hal yang telah kita lihat dari ayat 24 adalah bahwa seluruh tujuan dan sasaran utama Anti Kristus adalah penyesatan – menyesatkan orang-orang pilihan. Itulah tujuannya. Di pesan hari ini, kita akan melihat orang-orang seperti apa yang akan jatuh ke dalam metode penyesatannya. Manusia durhaka ini tidak bekerja sendirian, dia akan memiliki banyak sekutu. Para sekutunya adalah mesias-mesias serta nabi-nabi palsu yang bekerja sama dalam berbagai bentuk. Akan tetapi tujuan umum mereka itu sama, entah dari pihak Anti Kristus maupun para mesias palsu itu, tujuannya adalah untuk menyesatkan orang-orang pilihan.
Di Perjanjian Baru, kata ‘orang-orang pilihan’ mengacu kepada jemaat
Siapakah orang-orang pilihan yang akan disesatkan itu? Kata ‘orang-orang pilihan’ selalu mengacu pada jemaat, pada para murid.
Perlu dicatat bahwa kata ‘orang-orang pilihan’ berarti mereka yang terpilih, namun bukan dalam pengertian predestinasi yang diartikan oleh pengikut Calvin. Orang terpilih adalah orang yang telah memberi tanggapan pada undangannya, hal yang bisa dilihat dari Matius 22:14. “Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih.” Di dalam perumpamaan tersebut, Yesus menegaskan bahwa orang terpilih adalah mereka yang telah memberi tanggapan kepada panggilan kasih karunia.
Mereka terpilih bukan dalam pengertian predestinasi, di mana keputusan atau kehendak manusia tidak diperhitungkan. Bukan bahwa Anda sekadar diseret tanpa bisa menolak untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah, di mana Anda akan dipaksa karena Allah memutuskan untuk memilih Anda. Itulah isi pandangan predestinasi dalam bentuknya yang paling ekstrim, dan pandangan predestinasi ini tidak memiliki dasar yang alkitabiah.
Menurut Kitab Suci, tanggung jawab manusia sejajar dengan panggilan dan pilihan Allah. Dan Yesus menegaskan hal tersebut di dalam pengajarannya di Matius 22:14, dan juga di perumpamaan yang sebelumnya di mana mereka yang memberi tanggapan atas undangannya adalah orang-orang terpilih. Tanggapan diberikan melalui komitmen iman. Iman tidak boleh disingkirkan. Iman adalah sarana bagi kita untuk menanggapi panggilan Allah. Lewat komitmen iman yang muncul dalam menanggapi panggilan tersebut, dan melalui pemberian tanggapan itu kita menjadi orang pilihan Allah. Hal yang terkandung di Matius 24:31, “Mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya” – kita menjadi orang pilihanNya ketika kita memberi tanggapan iman terhadap panggilanNya.
Di Perjanjian Lama, orang-orang Yahudi memang disebut sebagai umat pilihan. Sebagai contoh, di 1 Tawarikh 16:13, Mazmur 88:4, Mazmur 104:6, 43 dan sebagainya. Di dalam Perjanjian Lama, umat Israel adalah umat pilihan.
Namun begitu kita masuk ke dalam Perjanjian Baru, kita menemukan bahwa secara konsisten kata orang pilihan ini mengacu kepada jemaat dan bukan kepada orang Israel. Bahkan di Roma pasal 11, pasal yang membahas tentang umat Yahudi, di ayat 5 dan 7, mengatakan bahwa tidak semua orang Israel merupakan orang pilihan, melainkan sisa-sisa yang memberi tanggapan kepada kasih karunia Allah di dalam Kristus. Sisa-sisa Israel, bukan seluruh umat Israel, melainkan sisa-sisanya, mereka yang masih setia adalah orang-orang pilihan di Israel.
Di Perjanjian Baru, kata ini selalu mengacu pada jemaat. Misalnya, di Kolose 3:12, 2 Timotius 2:10, 1 Petrus 1:2 dan sebagainya.
Apakah gereja diangkat sebelum tribulasi?
Ini adalah pokok yang sangat penting karena ada sebagian orang yang mengajarkan bahwa gereja akan diangkat sebelum masa kesesakan besar. Menurut ajaran ini, gereja akan dengan nyaman diangkat sebelum datangnya masa kesusahan. Ajaran ini lebih menunjukkan mentalitas orang Kristen zaman ini ketimbang menunjukkan kebenaran Firman Allah. Mentalitas orang Kristen adalah selalu ingin melarikan diri dari kesusahan dan menghindari penderitaan. Dan ketika penderitaan itu menjadi berat, maka Allah akan mengangkat kita keluar dari masalah. Ajaran ini lebih menjelaskan tentang mentalitas orang Kristen zaman sekarang.
Dan pandangan tersebut populer karena generasi Kristen sekarang ini secara rohani adalah ‘ubur-ubur’, bisa dikatakan secara rohani tidak memiliki tulang punggung. Pikiran tentang sedikit penderitaan saja sudah sangat menakutkan mereka dan hal yang ingin mereka lakukan segera adalah lari! Meloloskan diri! Mentalitas ini lalu diberi wadah dalam sebuah doktrin yang mengajarkan bahwa kita akan diangkat keluar dari kesesakan ini. Sungguh pandangan yang menyenangkan.
Apakah “orang-orang pilihan” itu merujuk pada orang Yahudi di PB?
Dikatakan bahwa masa kesusahan atau tribulasi itu akan dipersingkat demi orang-orang pilihan. Di ayat 22 tertulis:
Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat.
Jika gereja memang akan diangkat keluar dari masa tribulasi, lalu untuk apa waktunya dipersingkat? Tidak perlu untuk mempersingkat waktu tersebut karena kita tidak akan berada di sini. Jadi mengapa perlu memikirkan apakah waktunya akan dipersingkat atau tidak.
Lalu siapa itu orang-orang pilihan yang demi mereka maka waktunya akan dipersingkat? Untuk pertanyaan tersebut, para sobat kita menyatakan bahwa mereka adalah orang-orang Yahudi. Namun di Perjanjian Baru, makna orang-orang pilihan itu tidak pernah mengacu kepada orang Yahudi. Orang pilihan menurut Perjanjian Baru adalah gereja. Lantas, siapa yang akan disesatkan berdasarkan ayat 24 itu? Tentunya jawaban mereka adalah orang Yahudi. Kalau demikian berarti si Anti Kristus hanya tertarik untuk menyesatkan umat Yahudi dan tidak benar-benar berminat untuk menyesatkan gereja. Atau, sekalipun dia berminat untuk menyesatkan gereja, dia tidak bisa melakukannya karena gereja sudah diangkat keluar dari arena.
Bukan begitu. Ajaran yang alkitabiah adalah bahwa orang-orang pilihan menurut Perjanjian Baru itu – adalah gereja. Dan gereja akan berada di dalam masa tribulasi. Itulah hal yang disampaikan di Matius pasal 24. Yesus memperingatkan murid-muridnya dan kepada gereja secara umum bahwa, “Kamu akan dibenci karena namaku. Kamu, dan bukannya orang lain; kamu, murid-muridku, akan dibenci oleh semua orang dan oleh segala bangsa; kamu akan dianiaya; kamu akan dibunuh.” Peringatan ini ditujukan kepada gereja, bukan kepada suatu generasi orang Yahudi, yang nantinya diperkirakan akan berhasil melalui masa tribulasi itu. Segenap isi Matius pasal 24 itu ditujukan kepada gereja dan murid-muridnya, bukan kepada bangsa Yahudi. Sejak awal memang ditujukan kepada murid-muridnya. Ini adalah jawaban bagi pertanyaan pada murid di bagian awal pasal ini. Sudah saatnya kita menyikapi Firman Allah dengan jujur dan bukannya menciptakan semacam teori yang menyenangkan hati namun tidak ada landasan alkitabiahnya.
Apakah mungkin menyesatkan orang-orang pilihan?
Jadi tujuan dari si Anti Kristus ini adalah untuk menyesatkan orang-orang pilihan. Di Matius 24:24, jika kita baca dengan cermat, tertulis, “Sehingga sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga.” Ada satu pertanyaan yang segera muncul, apakah mungkin menyesatkan orang-orang pilihan? Jika menyesatkan orang-orang pilihan itu mustahil, maka tentulah si Anti Kristus, dan Iblis yang menjadi penopangnya itu, telah menyia-nyiakan waktu mereka. Mereka sedang mengejar tujuan yang sia-sia, tanpa harapan untuk berhasil, karena orang-orang pilihan tidak bisa disesatkan. Kesimpulannya akan seperti itu jika makna ungkapan ‘sekiranya mungkin‘ berarti mustahil.
Kita tidak boleh mendasarkan eksposisi kita pada teori-teori karangan kita sendiri
Apakah arti ungkapan sekiranya mungkin itu? Bisakah orang-orang pilihan disesatkan? Apakah orang-orang pilihan itu mustahil untuk disesatkan? Sekali lagi, kita tidak boleh mendasarkan eksposisi kita pada teori-teori karangan kita sendiri. Seringkali dasar teori kita adalah psikologi. Namun kita tidak boleh berpegang pada sebuah doktrin hanya karena doktrin tersebut memenuhi kebutuhan psikologis kita. Contoh kebutuhan psikologis adalah jaminan keamanan – kebutuhan psikologis akan adanya suatu jaminan. Ini bukanlah cara yang jujur dalam menyikapi Firman Allah. Kita harus menyimak apa yang disampaikan oleh Firman Allah.
Lalu apa yang disampaikan oleh Firman Allah? Dalam hal ini, kita harus menelaahnya di dua tingkatan. Kita perlu meneliti dari segi bahasa, tata bahasanya, yakni secara ketat mendasarkannya pada bukti-bukti bahasa. Dan kedua, kita harus menelaahnya berdasarkan isi Kitab Suci, yakni meneliti apa yang disampaikan oleh ayat lain di dalam Kitab Suci, dalam hal ini bagaimana ungkapan tersebut dipakai di bagian lain dalam Kitab Suci. Jika kita ingin membuat sebuah penelitian yang mendalam akan pokok ini, maka cakupan pembahasannya akan menjadi sangat luas. Namun saya akan mempersempit ruang lingkupnya agar tidak terlalu memakan banyak waktu dalam membahas satu pokok saja.
Memahami persoalan berdasarkan bukti-bukti bahasa
Pertama-tama, mari kita teliti bukti-bukti bahasa yang ruang lingkup pembahasannya tidak terlalu luas. Kata sekiranya mungkin, dalam bahasa Yunani berbunyi ei dunatov, muncul sebanyak 8 kali di Perjanjian Baru, jadi cakupan penelitiannya dibatasi pada kedelapan kemunculan ungkapan ini. Matius 24:24 adalah ayat bagi Markus 13:22 di mana kata yang sama juga digunakan, jadi kita tidak perlu meneliti ayat yang parallel tersebut. Keduanya menyatakan hal yang kurang lebih sama saja.
Matius 26.39, Mungkinkah cawan kematian itu berlalu dari Yesus?
Kata ini digunakan di Matius 26:39, dan kita akan melihat bagaimana pemakaian ungkapan tersebut di ayat ini. Di Taman Getsemani, Yesus berkata,
Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kata-Nya: “Ya Bapa-Ku, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari pada-Ku, tetapi janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.”
Mungkinkah cawan kematian itu dilewatkan oleh Yesus? Apakah dia dipaksa untuk meminum cawan tersebut? Mustahilkah bagi dia untuk menghindari cawan tersebut? Apakah Allah harus menyerahkan Yesus kepada maut? Itulah permasalahannya. Jika mustahil, berarti tidak ada peluang bagi Yesus untuk menghindari kematian itu. Entah bagaimana, di dalam rencana mutlak dari Allah, Allah tidak memiliki pilihan yang lainnya selain mengutus Yesus untuk mati. Allah berada dalam keadaan terpaksa. Dan Allah bahkan memaksa bahwa Yesus harus mati. Kita harus berhati-hati memikirkan hal ini. Apa yang dimaksudkan dengan ungkapan Allah terpaksa? Apakah Dia tidak punya pilihan lain? Apakah Yesus juga tidak punya pilihan lain kecuali mati? Apa artinya semua ini?
Kita harus memisahkan dua macam pemikiran di sini. Berdasarkan garis hukum, Allah sama sekali tidak memiliki kewajiban untuk mengutus AnakNya untuk mati. Di dalam pengertian legal tersebut, Dia tidak dalam keadaan terpaksa. Kita tidak bisa katakan Allah terpaksa mengutus Yesus untuk mati. Seolah-olah terdapat semacam kewajiban legal bahwa Allah harus menyelamatkan kita. Allah tidak berada dalam kewajiban semacam ini. Jika Dia memang berada dalam kewajiban yang semacam ini, maka hal ini akan membatalkan pilihan yang lainnya. Ini akan berarti bahwa Yesus mati bukan karena dia mengasihi kita; dia mati karena dia memang harus mati, karena dia tidak punya pilihan lain. Jika pilihan lain tidak tersedia, maka kasih tidak masuk di dalam hitungan.
Jika saya melakukan sesuatu hal yang secara hukum membuat saya harus membayar, misalnya dalam hal pajak, maka tindakan saya membayar pajak itu bukanlah karena saya mengasihi pemerintah melainkan karena saya memang harus membayarnya. Hukum menuntut saya untuk membayar pajak. Kasih tidak bisa diperhitungkan di sini. Kalau saya punya pilihan untuk tidak membayar pajak dan pemerintah berkata, “Anda punya pilihan tersebut. Jika Anda mencintai negeri ini, maka Anda akan membayar pajak tersebut. Jika Anda tidak mencintai negeri ini, Anda tidak perlu membayar pajak.” Dalam hal ini saya mempunyai pilihan. Kasih saya akan diuji dan saya bisa berkata, “Aku cinta negeri ini, jadi aku akan membayar pajak. Atau, mungkin aku akan membayar separuh saja.”
Namun, jika ada kewajiban hukum, maka kasih tidak bisa diperhitungkan di sini. Jika Allah secara hukum, entah hukum apa, tapi terdapat semacam hukum yang memaksa Allah untuk menjalankan hal ini, maka tentu saja Yesus harus mati. Yesus tidak punya pilihan lain. Namun, jika memang demikian halnya, maka tidak ada gunanya berbicara tentang betapa Yesus mengasihi kita, karena di dalam hal ini, dia terpaksa harus menjalankannya, entah memang karena mengasihi kita atau tidak. Persoalan kasih di sini menjadi tidak penting lagi. Dia harus menjalankannya, berdasarkan suatu hukum yang sudah memastikan tindakan apa yang harus dia ambil. Kita tahu dari Kitab Suci, bahwa urusannya tidak seperti itu. Allah tidak wajib untuk mengutus PutraNya, dalam arti bahwa Dia tidak berada dalam kewajiban untuk menjalankan hal tersebut. Oleh karenanya, hanya tersedia satu pilihan lain sebagai penjelasannya: Bahwa Dia harus mengutus PutraNya berdasarkan alasan moral, bukan karena suatu kewajiban – walaupun orang boleh saja menyatakan hal tersebut sebagai suatu kewajiban – tapi yang lebih tepat adalah karena suatu alasan moral, yakni kasihNya.
Ada seseorang yang sedang tenggelam di danau. Tidak ada tuntutan hukum yang mengharuskan saya untuk melompat dan menyelamatkan orang itu. Tidak ada aturan hukum yang diterbitkan pemerintah yang mengatakan bahwa jika Anda melihat ada orang lain tenggelam, maka – dengan taruhan nyawa – hukum menuntut Anda untuk melompat dan menyelamatkan orang tersebut. Tidak, namun kasih yang mendorong saya untuk melakukannya. Dorongan ini bukanlah dorongan eksternal yang berupa suatu paksaan. Dorongan ini adalah dorongan dari dalam niat hati. Ini adalah pokok yang penting untuk dibedakan.
Dengan demikian, dalam menjawab pertanyaan apakah cawan itu memang mungkin dilewatkan? Jawabannya adalah, secara hukum, Yesus bisa saja berkata, “Aku tidak mau mati bagi mereka. Aku tidak wajib mati bagi mereka.” Namun di sisi lain, ada dorongan kasih di dalam batin: kasih kepada Bapa dan kepada kita. Kasih ini menciptakan suatu dorongan, namun bukanlah suatu dorongan yang bisa diartikan melalui istilah ‘mungkin’ atau ‘mustahil’. Pilihan untuk tidak mati memang tersedia. Berdasarkan hukum, dia bisa memilih untuk tidak mati. Secara legal hal itu memang sangat mungkin, dan di dalam hal kasih, hal ini juga dimungkinkan, yakni jika dia berkata, “Aku tidak perlu melangkah sejauh itu. Aku memang mengasihi mereka akan tetapi aku tidak harus mati bagi mereka.” Jadi, kata sekiranya mungkin ini tidak menyisihkan kemungkinan dia tidak perlu mati.
Melihat makna “sekiranya mungkin” di Lukas 14.32
Mari kita menelusuri lagi bagaimana kata sekiranya mungkin ini dipakai. Ungkapan ini muncul lagi di Lukas 14:32. Apakah kata sekiranya mungkin di ayat ini bermakna bisa terjadi atau mustahil? Sepertinya agak konyol membahas kata sekiranya mungkin ini dalam makna kemustahilan. Suatu makna yang bahkan bertentangan dengan pemakaiannya di dalam bahasa. Akan tetapi kita akan tetap menelitinya dari segi bahasa untuk mendapatkan kesimpulan yang tidak memihak.
Di Lukas 14:31, Yesus berbicara tentang komitmen kita dan membandingkan komitmen itu lewat beberapa contoh. Dan salah satunya adalah tentang seorang raja yang harus menghadapi lawannya.
“Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang?”
Di ayat ini, persoalannya adalah ‘apakah sanggup menghadapi’. Kata yang diterjemahkan dengan kata ‘sanggup’ ini di dalam bahasa Yunaninya adalah kata yang bermakna sekiranya mungkin. Jika Anda melakukan penelitian dengan memakai Alkitab terjemahan, Anda akan selalu menghadapi persoalan semacam ini, yakni bahwa Anda tidak menyadari kalau Anda sedang berhadapan dengan kata yang persis sama di dalam bahasa Yunani. Di dalam bahasa Yunani, kalimat itu berbunyi, “Apakah mungkin dia menghadapi lawan yang datang dengan 20.000 orang dengan 10.000 tentara miliknya.” Mungkinkah mengalahkan 20.000 pasukan yang mendatangi Anda dengan mengandalkan 10.000 pasukan?
Setiap orang yang akrab dengan sejarah militer tahu bahwa hal tersebut bukan saja mungkin, namun memang sudah dilakukan berulang kali. Berkali-kali, tentara yang lebih kecil, lebih efisien dan teratur, berhasil mengalahkan tentara yang lebih banyak. Pertempuran antara pasukan Yunani melawan pasukan Persia, terutama perang di sekitar Thermopylae yang terkenal itu, adalah contoh klasik di mana pasukan Yunani yang lebih sedikit daripada tentara Persia itu menghadapi perbandingan jumlah yang bukan sekadar 2 banding 1, melainkan sekitar 7 banding 1, akan tetapi mereka tetap berhasil memukul mundur pasukan Persia. Jadi, hal itu bukan sekadar mungkin, melainkan sudah terjadi berulang kali. Dan malahan, sejarah militer banyak diisi oleh catatan tentang kemenangan pasukan kecil melawan pasukan besar. Aleksander Agung terkenal karena berkali-kali mengalahkan bala tentara yang lebih besar dengan bala tentara Yunaninya yang berjumlah sedikit itu.
Hannibal dari Kartago juga berhasil mencatatkan sejarah semacam ini. Kartago adalah suatu kota di Afrika Utara, sekarang ini di sekitar Tunisia. Hannibal, seorang jendral besar Kartago, berkali-kali mengalahkan bala tentara Roma. Bala tentara Roma yang hebat itu berkali-kali dikalahkan oleh Hanibal dengan pasukan yang lebih kecil jumlahnya. Malahan, dia pernah melakukan satu hal yang sulit dipercaya. Dalam sebuah pertempuran di pantai timur Italia, dia mengepung pasukan Roma yang jumlahnya lebih besar itu dan mengalahkan mereka. Ini adalah peristiwa yang belum pernah terjadi karena biasanya, menurut prinsip militer, orang akan mengepung pasukan musuhnya hanya jika pasukannya sendiri lebih besar daripada pasukan yang dikepungnya, setidaknya dia harus memiliki perbandingan jumlah 2 banding 1 untuk bisa melakukan pengepungan itu, karena di sini yang dilakukan bukan sekadar perang berhadap-hadapan melainkan mengurung lawan dan menjebaknya di tengah-tengah. Dan tindakannya ini adalah tindakan yang belum pernah dilakukan oleh orang lain, sejauh yang saya ketahui, dalam sejarah militer. Akan tetapi, hal itulah yang diperbuat oleh Hannibal. Dan lebih dari itu, dia melakukan hal ini dengan sangat berhasil. Dia berhasil menghancurkan bala tentara Roma dalam pertempuran itu. Hannibal ini begitu ditakuti di Italia sehingga dia bisa berkeliaran di wilayah Italia tanpa menghadapi lawan. Tak ada pasukan Roma yang berani menghadapi dia setelah peristiwa itu. Mereka semua bersembunyi di balik benteng mereka, karena Hanibal tidak memiliki peralatan untuk menjebol benteng kota, jadi mereka merasa aman bersembunyi di balik benteng kota. Demikianlah dia bebas berkeliaran di wilayah Italia, dan semua pasukan Roma akan bergegas masuk ke dalam benteng setiap kali melihat dia muncul.
Saat Yesus memakai kata sekiranya mungkin – kata sekiranya mungkin ini memang benar-benar bermakna bisa terjadi. Memang bisa menghadapi bahkan mengalahkan pasukan yang datang sejumlah 20.000 dengan mengandalkan 10.000 tentara, jika Anda memiliki kemampuan seperti Hannibal atau Aleksander Agung. Jadi, kata sekiranya mungkin ini, sebagaimana yang dipahami oleh Yesus sendiri, memang benar-benar bermakna bisa terjadi. Malahan, peristiwa-peristiwa kemenangan Hannibal di Roma terjadi pada zaman sebelum Yesus, dan peristiwa-peristiwa ini menjadi buah bibir masyarakat zaman kuno. Pertempuran-pertempuran yang dia jalani berlangsung sekitar 200 tahun sebelum kedatangan Yesus. Jadi hal tersebut bukanlah sesuatu yang baru. Aleksander Agung berikut kemenangan-kemenangannya itu berlangsung sekitar 300 tahun sebelum zaman Yesus. Aleksander ini, dengan pasukan kecilnya, berhasil menaklukkan seluruh dunia yang mereka kenal pada saat itu. Jadi, sekiranya mungkin? Tentu saja bermakna mungkin. Hal ini tidak perlu diragukan lagi.
Kisah 20:16, “sekiranya mungkin” bermakna mungkin
Kita bisa melihat contoh pemakaian kalimat sekiranya mungkin di Kisah Para Rasul 20:16. Di ayat ini, konteks dari kata sekiranya mungkin itu berkenaan dengan niat Paulus untuk bisa sampai di Yerusalem pada hari Pentakosta. Paulus telah memutuskan untuk tidak singgah di Efesus, supaya jangan habis waktunya di Asia (dia ingin langsung ke Asia tanpa harus mampir di Efesus). Sebab ia buru-buru, agar jika mungkin, ia telah berada di Yerusalem pada hari raya Pentakosta.
Tentunya, Paulus menganggap bahwa mencapai Yerusalem saat hari raya Pentakosta itu bisa dilakukan. Dan oleh karenanya dia memutuskan untuk tidak singgah di Efesus melainkan langsung menuju ke Yerusalem. Jadi, kata sekiranya mungkin ini berarti memang sangat mungkin. Kata sekiranya mungkin di sini memperkirakan kalau-kalau ada masalah menghadang atau keberangkatan kapal sampai tertunda, mungkin oleh badai dan sebagainya. Maksudnya adalah hal tersebut memang tidak mudah akan tetapi berpeluang untuk terjadi.
Mungkin tidak mudah untuk menyesatkan orang-orang pilihan akan tetapi itu bukan hal yang mustahil
Tidaklah mudah untuk menyesatkan orang-orang pilihan, (semoga saja tidak mudah), namun jelas bukan merupakan hal yang mustahil. Ini bukan urusan sepele, Anda bisa katakan seperti itu. Anti Kristus mungkin tidak akan begitu mudah untuk bisa menyesatkan orang-orang pilihan, dia harus berjuang untuk bisa melakukan hal tersebut. Orang-orang yang setia tentunya akan menunjukkan penolakan dan perlawanan. Namun, dalam peperangan rohani, ini bukan hal yang mustahil. Jika hal tersebut mustahil dilakukan, maka tentunya kasih kebanyakan orang tidak akan menjadi dingin.
‘Sekiranya mungkin’ bermakna sedapat-dapatnya dan dengan segala cara
Mari kita lihat contoh lainnya lagi. Di Roma 12:18. Di sini kita mendapati kalimat sekiranya mungkin, seperti yang terdapat di Matius 24:24. Saya membuat uraian ini dengan harapan agar tidak sekadar bisa menjelaskan perikop tersebut, tetapi juga menunjukkan kepada Anda tentang bagaimana cara Kitab Suci dipelajari, jika Anda ingin melakukan metode linguistik [penelitian dari segi bahasa] secara akurat dan tidak bias. Satu-satunya cara yang bisa Anda lakukan adalah dengan meneliti bagaimana istilah tersebut dipakai. Ini adalah prosedur linguistik yang lazim.
Jadi, di Roma 12:18 tertulis –
Sedapat-dapatnya (if possible = sekiranya mungkin), kalau hal itu bergantung padamu, hiduplah dalam perdamaian dengan semua orang!
Tak seorang pun akan menganggap bahwa mustahil bagi seorang Kristen untuk bisa hidup dalam perdamaian dengan orang lain. Di sini Paulus berkata, if possible (sekiranya mungkin, sedapat-dapatnya), yakni jika keadaaan masih memungkinkan – hiduplah dalam perdamaian dengan setiap orang. Sebagai seorang Kristen, sedapat-dapatnya – yakni dengan segala upaya – Anda harus hidup dalam perdamaian. Di ayat ini, makna dari kata sekiranya mungkin itu mulai muncul. Istilah ini berarti sedapat-dapatnya, dengan segala upaya, untuk hidup dalam perdamaian dengan setiap orang.
Dengan segala upaya, Paulus ingin sampai di Yerusalem tepat pada waktunya. Dan sang raja di dalam perumpamaan tersebut mempelajari dengan segala upaya, bagaimana peluangnya, bagaimana strateginya, agar dia bisa mengalahkan pasukan yang datang berkekuatan 20.000 tentara dengan pasukannya yang berkekuatan 10.000 itu. Jadi, kata sekiranya mungkin ini bermakna sedapat-dapatnya atau dengan segala upaya. Sekarang maknanya menjadi sangat jelas.
Kata ‘sekiranya mungkin’ itu menunjukkan, sekalipun tidak mudah, akan tetapi bisa dilakukan
Di sini, kita telah mempelajari bagaimana kata sekiranya mungkin itu dipakai. Secara linguistik, kita bisa melihat bahwa kata sekiranya mungkin itu bermakna bahwa hal tersebut memang tidak mudah, akan tetapi masih mungkin terjadi. Hal ini tidak perlu dipertanyakan lagi. Dan saya rasa tidak akan ada pakar atau ahli bahasa – yang tidak memihak – yang akan menolak kesimpulan ini. Kata sekiranya mungkin itu menunjukkan adanya peluang [untuk terjadi], sekalipun tidak mudah. Persoalan ini menjadi jelas dilihat dari penelaahan mengenai pemakaian kata ini.
Setelah melihatnya dari segi linguistik, sekarang kita akan menelitinya berdasarkan isi Kitab Suci. Apakah yang disampaikan oleh Kitab Suci? Bisakah orang-orang pilihan disesatkan, atau apakah Kitab Suci mengatakan bahwa orang-orang pilihan tidak bisa disesatkan? Jika orang-orang pilihan tidak bisa disesatkan, maka peringatan ini menjadi tidak berguna. Kita tidak perlu berwaspada. Kita tidak perlu berjaga-jaga dan berdoa. Malahan, kita tidak perlu diperingatkan dan kita tidak tahu mengapa Yesus berkata, “Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu kepadamu.” Apa gunanya Yesus memberitahu saya sebelumnya? Yesus tidak perlu memberitahu saya sebelumnya karena saya tidak bisa disesatkan; tak ada orang yang bisa disesatkan. Kita adalah orang-orang pilihan! Kita tidak membutuhkan peringatan.
Dengan bersikap demikian, kita akhirnya membodohi diri sendiri. Dan kita akan disesatkan oleh si Anti Kristus. Justru orang-orang yang mengira bahwa dia akan teguh berdiri yang akan jatuh. Yang mengira bahwa mereka tidak akan pernah jatuh, mereka itulah yang akan jatuh.
Hawa, orang pilihan di dalam rencana Allah dengan segera disesatkan
Sekarang mari kita periksa bukti-bukti alkitabiah. Bisakah orang-orang pilihan disesatkan? Di Kejadian 3:15, orang pilihan telah disesatkan sejak awal. Jika orang pilihan memang ada, tentunya Adam dan Hawa termasuk di dalamnya. Tak diragukan lagi, mereka memang termasuk kelas orang pilihan di dalam rencana keselamatan Allah. Akan tetapi orang pilihan ternyata sudah disesatkan sejak awal. Dari yang bisa kita lihat di Kejadian 3:15, Hawa memang telah disesatkan.
Paulus memperingatkan jemaat di Korintus bahwa mereka sangat mungkin disesatkan
Ayat itulah yang dipakai oleh Paulus kepada jemaat di Korintus di 2 Korintus 11:3. Dia memperingatkan jemaat di Korintus bahwa mereka sangat mungkin disesatkan. Dan di ayat ini, kita temukan kata ‘deceived (disesatkan, diperdayakan)’ itu. Mari kita baca dari ayat 2:
Sebab aku cemburu kepada kamu dengan cemburu ilahi. Karena aku telah mempertunangkan kamu kepada satu laki-laki untuk membawa kamu sebagai perawan suci kepada Kristus. Tetapi aku takut (Dia tidak yakin), kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan oleh ular itu dengan kelicikannya.
Hawa jatuh. Dia gagal. Dan dia diusir keluar, bersama dengan suaminya diusir keluar dari Taman Eden. Diusir keluar dari persekutuan dengan Allah. Diusir keluar dari berkat yang [sebenarnya] ingin Allah curahkan kepada mereka. Silakan Anda artikan sendiri apa arti kata diusir keluar itu. Dan Paulus berkata kepada jemaat di Korintus, “Aku takut kalau-kalau seperti Iblis telah memperdayakan Hawa, maka dia juga akan menyesatkan kalian. Dan akibatnya kalian akan kehilangan persatuan kalian dengan Allah, persekutuan dengan Allah yang merupakan bagian orang-orang pilihan.” Bisakah orang-orang pilihan disesatkan? Bisakah gereja disesatkan? Tak ada rujukan dalam Kitab Suci yang mengatakan bahwa gereja tidak bisa disesatkan.
Jemaat di Galatia yang membiarkan diri mereka dipesonakan; bentuk terburuk dari penyesatan
Hal yang sama terjadi bukan hanya pada jemaat di Korintus, sekiranya peringatan ini masih belum cukup, hal ini juga terjadi pada jemaat di Galatia. Jemaat di Galatia juga disesatkan. Di Galatia 3:1, Paulus mengeluarkan teguran keras kepada jemaat di Galatia karena membiarkan diri mereka disesatkan.
Hai orang-orang Galatia yang bodoh, siapakah yang telah mempesona kamu?
(Dia memakai istilah yang lebih keras daripada ungkapan ‘diperdaya’. Mereka dipesonakan! Dihipnotis! Ini adalah bentuk terburuk dari penyesatan. Mereka benar-benar kehilangan kendali. Orang yang diperdaya, paling tidak, masih dalam keadaan sadar. Akan tetapi orang yang kena dihipnotis, diguna-guna, sama sekali tidak tahu apa yang sedang dia perbuat.)
Bukankah Yesus Kristus yang disalibkan itu telah dilukiskan dengan terang di depanmu? Hanya ini yang hendak kuketahui dari pada kamu: Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena percaya kepada pemberitaan Injil? Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging?
Kemudian dia melanjutkan dengan berkata bahwa mereka sedang berada dalam masalah besar; mereka telah jatuh dari kasih karunia. Mereka terpisah dari Kristus. Ini adalah teguran yang sangat keras. Sangat menakutkan. Hal ini bisa kita baca di Galatia 5:4, dia berkata kepada jemaat di Galatia:
Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia.
Tidak ada teguran yang lebih tegas dan keras dari itu. Mereka memang telah sangat jauh diperdayakan, sangat dalam dijerat oleh ajaran sesat sehingga mereka hidup di luar kasih karunia dan lepas dari Kristus. Bukan segenap jemaat di sana yang hidup di luar kasih karunia, melainkan mereka yang membiarkan diri mereka berharap pada amal perbuatan.
Di kitab Wahyu, berapa banyak dari ketujuh jemaat yang menerima surat itu yang telah jatuh? Mereka jatuh ke dalam ajaran Bileam (Wahyu 2:14), dan dalam kasus lainnya, ada yang disesatkan oleh seorang perempuan bernama Izebel (Wahyu 2:20). Mereka tertipu dan diperdayakan.
Misi Anti Kristus adalah menyesatkan orang-orang pilihan
Yesus memberitahu kita bahwa tujuan dari si Anti Kristus ini adalah menyesatkan orang-orang pilihan. Sekalipun hal ini tidaklah mudah, namun bukanlah hal yang mustahil, sebagaimana yang bisa kita lihat telah terjadi pada jemaat di Korintus dan di Galatia. Jika kita sadar bahwa penyesatan yang akan dilakukan oleh Anti Kristus ini jauh melampaui semua yang telah dilakukan oleh para pengajar sesat, maka kita akan sadar betapa beratnya keadaan tersebut nanti. Karena itu sangatlah penting bagi kita untuk berdoa dan berjaga-jaga, agar kita tidak jatuh ke dalam pencobaan.
Banyak orang Kristen yang telah disesatkan jauh sebelum akhir zaman itu tiba!
Namun menurut ajaran yang kita dengar sekarang ini, Anda malah tidak perlu berjaga-jaga karena Anda tidak akan jatuh ke dalam pencobaan. Dan jika Anda memang jatuh ke dalam pencobaan, tidak jadi masalah, karena tidak ada hal yang sedang dipertaruhkan di sini. Bagaimanapun juga, Anda tidak akan binasa. Jadi, tidak ada hal yang perlu dikuatirkan. Tak heran jika gereja tidak berjaga-jaga dan berdoa tentang hal ini. Tak heran jika gereja tidak peduli dengan urusan mengerjakan keselamatan dengan takut dan gentar. Siapa yang perlu takut dan gentar? Takut dan gentar hanya merupakan penyangkalan terhadap jaminan keselamatan, demikian mereka memberitahu kita. Jadi, apakah Paulus tidak memiliki jaminan keselamatan tersebut karena dia seringkali memakai ungkapan ‘takut dan gentar’ ini?
Janganlah kita menjadi bodoh. Jangan sampai kita sudah tertipu dari sekarang. Ada banyak penyesatan yang menanti kita di akhir zaman yang sekarang ini sudah mulai bermunculan. Sayangnya, banyak orang Kristen yang sudah tertipu jauh sebelum masuk ke akhir zaman. Inilah peringatan yang sedang saya coba untuk sampaikan kepada gereja. Tidak sedikit guru-guru palsu yang berkeliaran, bukan karena mereka memang berniat untuk menyesatkan orang melainkan karena mereka sendiri sudah disesatkan. Kita harus waspada, saudara-saudari yang kekasih. Kita harus sangat waspada.
Bagaimana agar kita tidak sampai disesatkan?
(1) Kita harus tahu Firman Allah
Lalu hal apa yang bisa kita perbuat supaya tidak ditipu? Bagaimana agar kita tidak sampai disesatkan? Inilah pertanyaan kedua yang ingin saya bahas sekarang. Bagaimana menghindari penyesatan? Puji syukur kepada Allah, jawabannya sudah diberikan di Matius 22:29, di mana kata Yunani yang sama, yang bermakna ‘sesat’ atau ‘salah’, dipakai.
Matius 22:29 berbunyi seperti ini:
Yesus menjawab mereka: Kamu sesat, sebab kamu tidak mengerti Kitab Suci maupun kuasa Allah!
Kalimat ‘Kamu sesat‘ di dalam ayat ini dan kalimat ‘menyesatkan orang-orang pilihan‘ di Matius 24:24 memakai kata yang sama di dalam bahasa Yunaninya.
Ini berarti bahwa kita bisa menghindari penyesatan jika kita – pertama-tama – mengerti Kitab Suci, dan yang kedua, jika kita tahu kuasa Allah.
Di dalam bahasa aslinya, ada berbagai kata yang bisa bermakna ‘tahu (mengerti, paham, kenal)’. Di dalam bahasa Inggris, hanya satu kata yang dipakai, yakni kata know. Kata ginosko, berarti mengerti berdasarkan pengalaman. Sedangkan kata oida yang dipakai di dalam ayat ini bermakna mengerti karena telah diarahkan atau pengetahuan tentang sesuatu yang sudah disampaikan. Ini adalah pokok yang penting.
‘Diberikan pengertian’ tidak berarti bahwa hal tersebut tak ada hubungannya dengan keterampilan. Malahan, di dalam Perjanjian Lama, Daud dikatakan ‘tahu’ cara bermain kecapi. Dan kata ‘tahu’ ini bukan memakai kata ginosko, yang bermakna mengerti berdasarkan pengalaman memainkan kecapi, melainkan tahu karena sudah diberi keterampilan atau bakat. Keterampilan memainkan kecapi yang dia miliki itu merupakan pemberian dari Allah. Keterampilan itu merupakan bakat atau karunia. Ini bukan berarti bahwa karunia itu tidak memerlukan pelatihan atau bahwa karunia itu tidak bisa diwujudkan atau ditingkatkan melalui pemanfaatannya.
Sebagai contoh, Anda mungkin memiliki karunia atau bakat untuk berkhotbah, akan tetapi Anda tidak menyadarinya karena Anda tidak pernah memanfaatkan bakat tersebut. Namun, pada suatu hari, ketika Anda menjalankannya, tiba-tiba saja Anda menyadari bahwa orang lain diberkati melalui karunia yang Anda miliki. Namun, walaupun Anda memiliki karunia untuk berkhotbah hal itu tidak bisa diartikan bahwa Anda tidak perlu mempersiapkan bahan-bahan yang akan disampaikan, bukan berarti bahwa Anda tinggal membuka mulut dan menyampaikan apa saja yang muncul di benak Anda, hal yang ternyata dilakukan oleh banyak pengkhotbah. Bukan begitu, justru dengan karunia untuk berkhotbah itu Anda akan menghabiskan banyak waktu, mungkin berjam-jam untuk merenungkan Firman Allah. Anda menghabiskan banyak waktu untuk mempersiapkan bahan-bahan dari Firman Allah, dengan demikian, karunia dan kerja keras tak terpisahakan. Anda bisa saja memiliki karunia tertentu, akan tetapi Anda tetap harus melatihnya, Anda tetap harus mengerjakannya. Keselamatan adalah suatu karunia atau anugerah, akan tetapi Anda tetap harus mengerjakan keselamatan Anda itu. Di sini terlihat prinsip yang sama.
‘Memahami’ isi Kitab Suci juga merupakan karunia dari Allah buat Anda. Pemahaman isi Firman Allah tersebut membutuhkan semacam pencerahan. Pada diri banyak orang, jika Anda simak khotbah mereka, akan menunjukkan bahwa mereka memiliki pemahaman spiritual. Hal ini bukan hanya karena mereka telah mempelajari ayat-ayat yang akan dikhotbahkan. Pengolahan saja tidak akan cukup. Banyak orang yang telah melakukan pendalaman yang cukup lama akan isi Kitab Suci, akan tetapi mereka tidak mampu menghasilkan apa-apa karena mereka tidak memiliki persepsi atau pemahaman yang mendalam tersebut.
Inilah pokok yang dimaksudkan dari ayat ini. “Kamu – orang-orang Saduki – sesat, bukan karena kamu tidak membaca Alkitab. Aku yakin bahwa kamu sudah menghabiskan banyak waktu untuk membaca Alkitab akan tetapi kamu tidak mengerti Firman Allah karena kamu belum menerima pencerahan atau karunia pemahaman itu dari Allah. Dan kamu belum menerima karunia pemahaman itu karena kamu berpikir bahwa kamu sudah mengerti isi Firman Allah. Oleh karenanya, kamu tidak datang ke hadapan Tuhan dan berkata, ‘Tuhan, bukalah mataku supaya aku bisa melihat. Tuhan, berilah aku pemahaman akan ayat ini.'” Tak ada orang yang bisa memberitakan Firman Allah tanpa bergantung pada kasih karunia Allah untuk memahaminya. Kerja keras memang sangat perlu, akan tetapi itu saja tidaklah memadai. Anda memerlukan karunia dari Allah. Itulah makna kata oida. Anda mengerti karena Allah memberi Anda pemahaman.
Seringkali, seorang pengkhotbah melihat kebenaran Allah secara sekilas. Dia bisa melihatnya dengan jelas. Namun pada saat menyampaikannya, dia harus menguraikan kilasan pemahaman itu, dia harus membuktikan pemahaman rohani itu. Saya bisa saja berkata kepada Anda, “Ungkapan sekiranya mungkin itu berarti bisa dilakukan walaupun tidak mudah.” Saya bisa saja berkata seperti itu dan [menyuruh] Anda untuk menerimanya. Lalu Anda berkata, “Bagaimana Anda bisa tahu?” Saya jawab, “Dari pemahaman rohani yang saya dapat.” Dan itu berarti Anda bergantung kepada pemahaman rohani saya. Nah, hal itu bisa saja saya lakukan. Akan tetapi, tentunya hal ini tidak bisa meyakinkan Anda. Anda perlu bertanya, “Bagaimana saya bisa yakin bahwa pemahaman rohani Anda memang benar? Bisa saja Anda memiliki pemahaman rohani dari Tuhan, namun bagaimana saya bisa tahu bahwa hal tersebut benar?” Oleh karenanya, saya perlu menelusuri kedelapan ayat tersebut dan menunjukkan kepada Anda, “Ini buktinya. Telitilah ayat-ayat tersebut dengan cermat. Apakah Anda bisa melihatnya?” Anda lalu berkata, “Benar. Saat saya cermati ayat-ayat tersebut, secara linguistik memang benar. Pernyataan Anda memang mempunyai dukungan yang kuat dari Alkitab.” Kebenaran tidak bergantung pada perundingan. Kebenaran bergantung pada bukti-bukti yang diajukan untuk mendukungnya. Akan tetapi, Anda tetap memerlukan pemahaman rohani sebagai titik awalnya.
Jadi, demikianlah adanya. Pertama-tama, jika kita tidak ingin disesatkan oleh Anti Kristus, kita harus punya pengetahuan untuk mengerti Firman Allah. Dan pengertian akan isi Firman Allah itu diawali dengan pemahaman rohani yang merupakan karunia dari Allah, yang didukung dengan pengolahan dari karunia itu dengan banyak kerja keras.
Anda bisa melihat hal tersebut digambarkan dengan sangat indah dalam diri Paulus. Tak ada orang yang begitu berkarunia seperti Paulus – dikaruniakan bukan dalam arti memiliki bakat alami, melainkan dalam pengertian yang rohani. Dia bisa berbicara dalam bahasa roh. Dia bisa menyembuhkan orang sakit. Dia bisa menguraikan isi Firman Allah dengan pengertian rohani, seperti yang pernah dia sampaikan, “Kamu tahu pemahamanku akan isi Firman Allah.” Apakah dia sedang memegahkan diri? Tentu saja tidak. Karena pemahaman itu berasal dari karunia. Tak ada karunia atau pemberian yang bisa dimegahkan. Tak ada yang bisa dimegahkan dari hal tersebut. Oleh karenanya, Paulus bisa berkata seperti ini di dalam suratnya, “Kamu tahu pemahamanku akan rahasia Allah. Aku memperoleh pemahaman yang besar. Aku memiliki pemahaman ini bukan karena aku mengusahakannya; melainkan karena Allah yang memberikannya. Kamu juga bisa memiliki pemahaman itu.” Dan dia juga berkata kepada pendengarnya, “Silakan, minta saja kepada Allah yang selalu memberi tanpa menahan-nahan. Mintalah kepadaNya jika kamu tidak memilikinya.” Sangatlah penting bagi Anda untuk mengerti Firman Allah jika Anda ingin bertahan di zaman Anti Kristus.
(2) Kamu akan tahu kuasa Allah melalui pengalaman
Yang kedua adalah mengetahui kuasa Allah – mengetahui secara pasti, dengan sepenuhnya, dengan sangat nyata, tentang kuasaNya. Dan kembali, kuasaNya itu adalah hal yang terwujud karena diungkapkan oleh Dia. Anda akan mengetahuinya berdasarkan pengalaman, hanya jika Dia menyatakannya kepada Anda. Sudahkah Anda melangkah bersama dengan Allah sedemikian akrabnya sehingga Dia bisa menyatakan kuasaNya kepada Anda? Apakah Anda tahu kuasaNya? Tanpa dilengkapi dengan hal ini, Anda tidak akan bisa melayani Allah.
Sebelum Allah bisa mengutus Musa untuk pergi ke Mesir, apa yang Dia perbuat? Dia menyatakan diriNya dalam semak yang berapi. Allah menyatakan diriNya sedemikain rupa sehingga Musa bisa berkata, “Aku tahu siapa yang Aku percayai. Aku kenal Siapa yang sedang berbicara denganku. Dia telah mengutusku untuk datang kepadamu. Aku Adalah Aku, Dialah yang telah mengutusku.” Musa mengenal Allah. Dia mengenal Allah bukan karena dia telah berusaha mengenal Allah lewat cara-cara mistis. Dia mengenal Allah karena dia berjalan bersama dengan Allah. Hatinya terbuka buat Allah. Benaknya sangat taat kepada Allah. Musa hidup penuh dengan komitmen kepada Allah sehingga Allah bisa menyatakan kuasaNya kepada dia.
Dan Allah akan menyatakan kuasaNya kepada setiap orang Kristen yang melangkah bersama dengan Dia Saya sampaikan hal ini dengan penuh keyakinan, yakni bahwa ini adalah suatu kebenaran. Teruslah melangkah bersama dengan Allah dan Dia akan menyatakan diriNya kepada Anda. Pada awalnya, mungkin hanya sedikit sekali. Hal-hal yang sedikit itu bukannya tidak penting. Kita memulai segala hal melalui yang kecil-kecil. Kita mulai dengan belajar ‘abc’. Sebelum kita masuk ke pelajaran yang lebih sukar, kita harus mulai dari belajar alfabet. Pada awalnya, Dia akan memperhatikan hal-hal yang remeh pada diri Anda. Mungkin Dia akan melindungi Anda dalam kecelakaan. Mungkin Dia menjagai Anda di saat Anda sakit. Semua itu merupakan hal-hal yang remeh, dan secara berangsur-angsur, Dia akan membawa Anda kepada perkara-perkara yang lebih besar jika Anda melangkah bersama Dia. Jadi, jika kita mengalami semua hal itu, maka kita akan memiliki keyakinan.
Adalah bodoh orang yang mengira bahwa dia akan aman-aman saja di zaman Anti Kristus, hanya karena menyakini beberapa doktrin yang mengajarkan hal tersebut. Yesus berkata, “Kamu sesat. Kamu akan diperdayakan. Kamu akan ditipu karena kamu tidak mengerti Firman Allah dan kuasaNya.” Oleh karenanya, kita harus terus maju ke dalam pemahaman akan FirmanNya. Kita harus terus melangkah maju untuk mengetahui kuasaNya. Tak ada ruang bagi rasa puas diri di dalam diri orang Kristen yang hidup di dalam Tuhan. Dia tidak berkata, “Aku tidak kuatir akan hal itu karena aku diberitahu bahwa tidak ada bahaya yang mengancam. Aku tidak akan bisa disesatkan.” Itu adalah kebodohan! Sama seperti kepada jemaat di Galatia, Paulus akan berkata kepada orang ini, “Hai orang bodoh! Siapakah yang telah mempesonamu sehingga percaya akan omong kosong semacam itu?”
Setiap orang Kristen harus terus berusaha untuk mendalami Firman Allah. Terus maju di dalam pengenalan akan Allah dengan lebih mendalam. Hanya dengan landasan semacam itulah baru Anda bisa membangun jaminan keselamatan. Anda memiliki jaminan tersebut karena Roh Allah bersaksi dengan roh Anda bahwa Anda adalah anak Allah. Itulah dasar alkitabiah bagi jaminan keselamatan, bukannya mengandalkan doktrin yang sekadar menyenangkan hati, namun tidak memiliki dasar yang alkitabiah. Jaminan kita terkandung di dalam hubungan yang hidup dengan Allah. Hanya itulah dasar yang sejati bagi jaminan keselamatan di dalam kehidupan Kristen. Dan jika Anda membangun jaminan keselamatan Anda berdasarkan landasan yang lainnya, maka landasan tersebut akan tersapu dan Anda juga akan ikut hanyut. Bangunlah jaminan tersebut berdasarkan hubungan yang hidup dengan Allah, di mana Roh akan bersaksi bersama dengan roh Anda bahwa Anda adalah anak Allah. Bangunlah jaminan itu di dalam pengenalan yang semakin mendalam, melalui pemahaman rohani akan Firman Allah dan dalam hubungan yang hidup dengan Allah, di mana Anda akan semakin mengerti tentang kuasaNya di dalam kehidupan Anda sehari-hari. Inilah pengajaran yang alkitabiah.
Mari kita maju lebih jauh lagi. Di ayat 24, kita diberitahu mengapa kita perlu membangun landasan jaminan keselamatan ini dengan sangat kokoh, mengapa landasan itu harus berupa batu karang. Karena Anti Kristus akan tampil sedemikian hebatnya sehingga hal yang seperti itu belum pernah Anda lihat. Di dalam keahliannya, di dalam kecerdikannya, tak ada yang seperti dia di dalam sejarah. Dan hal inilah yang diperingatkan berulang kali oleh Kitab Suci. Matius 24:24 memberitahu kita akan hal ini: Dia akan muncul dan akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat. Tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat! Bukan hanya pengajarannya saja yang akan sangat hebat, akan tetapi dia juga akan mengadakan tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat unutk menopang pengajarannya. Dia akan memberikan kehidupan bagi benda mati! Dia akan berusaha menunjukkan bahwa dia adalah Sang Pencipta dan oleh karenanya, di 2 Tesalonika 2:9-12 disebutkan bahwa dia akan menegakkan dirinya di dalam bait Allah dan mengaku sebagai Allah! Tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat! Mari kita baca 2 Tesalonika 2:9-12 sehubungan dengan tampilnya Anti Kristus ini dan hal-hal yang akan dia kerjakan.
Kedatangan si pendurhaka itu adalah pekerjaan Iblis, dan akan disertai rupa-rupa perbuatan ajaib, tanda-tanda dan mujizat-mujizat palsu, dengan rupa-rupa tipu daya jahat terhadap orang-orang yang harus binasa karena mereka tidak menerima dan mengasihi kebenaran yang dapat menyelamatkan mereka. Dan itulah sebabnya Allah mendatangkan kesesatan atas mereka, yang menyebabkan mereka percaya akan dusta, supaya dihukum semua orang yang tidak percaya akan kebenaran dan yang suka kejahatan.
Pengaruh dari Anti Kristus terhadap orang yang tidak percaya sudah jelas. Memang sangat mengerikan! Dia akan mempesona orang-orang yang tidak percaya seperti air bah dan bahkan landasan orang-orang pilihan juga akan goyah oleh terjangan banjir tersebut. Sebagian akan runtuh dan sebagian lagi akan bertahan, tergantung pada jenis landasan yang mereka bangun. Sedangkan bagi orang yang tidak percaya, mereka bahkan tidak memiliki landasan. Mereka akan hanyut diperdaya oleh tanda-tanda dan mukjizat-mukjizat serta pengajaran yang sangat fasih.
Apakah Anda siap pada hari kedatangan Yesus yang kedua kali?
Kemudian kita beralih ke ayat berikutnya, yakni Matius 24:25. Di sini Yesus berkata, “Camkanlah, Aku sudah mengatakannya terlebih dahulu kepadamu,” yakni tentang hal-hal yang akan terjadi nanti. Dan dalam hubungannya dengan peringatan ini, saya ingin bacakan satu ayat dari 1 Tesalonika 5:2-4 kepada Anda:
Karena kamu sendiri tahu benar-benar, bahwa hari Tuhan datang seperti pencuri pada malam. Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman…
(Sungguh ucapan yang sangat sering kita dengar di zaman sekarang ini: doktrin tentang damai sejahtera. Demikianlah, Iblis memang telah mempersiapkan gereja untuk masuk ke dalam bencana.)
…maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin mereka pasti tidak akan luput. Tetapi kamu, saudara-saudara, kamu tidak hidup di dalam kegelapan, sehingga hari itu tiba-tiba mendatangi kamu seperti pencuri, karena kamu semua adalah anak-anak terang dan anak-anak siang. Kita bukanlah orang-orang malam atau orang-orang kegelapan.
Seharusnya Anda tidak terkejut. Dunia memang akan terkejut oleh kedatangan Yesus akan tetapi Anda tidak tinggal di dalam kegelapan; Anda berada di dalam terang. Seharusnya Anda tidak terkejut oleh kedatangan Yesus Kristus. Hari kedatangannya itu seharusnya tidak mengejutkan Anda karena mestinya Anda telah siap untuk menyambut hari itu. Apakah Anda telah siap? Silakan tanya diri Anda sendiri. Jika Anda tidak siap, maka Anda sedang berada di dalam kegelapan, bukan di dalam terang.
Kedatangan Anak Manusia akan begitu mendadak seperti kilat
Berikutnya adalah Matius 24:26-27, dan kita akan masuk ke dalam bagian kesimpulan dari perikop ini:
“Jadi, apabila orang berkata kepadamu: Lihat, Ia ada di padang gurun, janganlah kamu pergi ke situ; atau: Lihat, Ia ada di dalam bilik, janganlah kamu percaya. Sebab sama seperti kilat memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat, demikian pulalah kelak kedatangan Anak Manusia.”
Penekanan dari ayat-ayat ini adalah bahwa kedatangan Anak Manusia itu seperti kilat, hal yang terjadi mendadak, seperti pencuri di malam hari, akan tetapi bukannya tidak bisa diperkirakan oleh mereka yang telah siap, yang selalu berjaga-jaga dan berdoa. Mereka tidak dikejutkan, mereka siap.
Anda tahu, kilat tidak muncul tanpa didahului dengan penumpukan awan. Secara umum, kilat adalah lompatan listrik yang terjadi antara bumi yang bermuatan listrik positif dengan awan yang bermuatan listrik negatif. Jadi, tidak akan ada kilat tanpa didahului oleh penumpukan awan. Itulah tanda-tanda peringatannya, dan itulah tanda-tanda peringatan yang disampaikan oleh Yesus di Matius pasal 24 ini. Kita harus mengamati penumpukan awan itu. Jadi, pada saatnya nanti maka kita akan siap, kita terus mengamati. Dan ketika kilat itu menyambar, kita tidak sedang dalam keadaan tidak siap, kita tidak dikejutkan.
Perumpamaan tentang kilat
Kilat sangat cocok dijadikan lambang bagi kedatangan Yesus. Saya akan menarik tiga pokok tentang kilat ini sebelum kita tutup pembahasan hari ini.
(1) Kedatangan Yesus akan menjadi peristiwa yang terbatas di satu tempat saja, sama seperti kilat, akan tetapi dampaknya memancar ke mana-mana.
Pokok pertama yang perlu kita pelajari dari perumpamaan tentang kilat ini, sebagai perumpamaan tentang kedatangan kembali Yesus, adalah walaupun kilat itu terjadi di satu tempat saja, namun efeknya terlihat di mana-mana. Demikian pula halnya dengan kedatangan Yesus yang kedua kalinya. Yesus akan datang di satu tempat. Dan hal ini bisa kita ketahui dari Kisah 1:11-12, bahwa dia akan turun ke bukit Zaitun. Kakinya akan menginjak Bukit Zaitun. Di sana, seperti kata malaikat kepada para rasul, “Dia akan datang kembali dengan cara sama seperti dia pergi, sebagaimana yang telah kamu lihat. Kamu telah melihat dia pergi naik dari Bukit Zaitun, dan kakinya nanti akan menginjak Bukit Zaitun lagi.”
Jadi, kedatangannya akan menjadi peristiwa lokal, sama seperti kilat yang menyambar, akan tetapi efeknya bersifat universal. Cahaya dari kilat tidak bisa ditutup-tutupi. Cahaya kilat tersebut tidak sekadar terlihat di satu wilayah saja. Langit menjadi terang oleh cahaya kilat; seluruh langit menjadi terang. Jadi, saat kilat itu menyambar di timur, perhatikan kata ‘timur’ yang diucapkan oleh Yesus di sini, “Sama seperti kilat yang memancar dari sebelah timur dan melontarkan cahayanya sampai ke barat.” Dampaknya bersifat luas. Inilah pokok yang pertama.
(2) Kedatangan Yesus itu seperti kilat yang menyambar, akan disertai dengan kuasa
Pokok kedua dari kilat di dalam perumpamaan tentang kedatangan Yesus yang kedua kalinya adalah kuasa di dalam kedatangannya itu. Tahukah Anda bahwa rata-rata kilat memiliki kekuatan 1 milyar watt? Saya tidak menyadari hal itu sampai saya melakukan penelitian akan subyek ini. Rata-rata kilat – ini baru yang jenis rata-rata saja – memiliki daya listrik sebesar 1 milyar, jumlah angka nolnya ada 9 – satu milyar watt!
Ada lagi jenis yang disebut ‘kilat super (super bolt)’. Sebuah ‘kilat super’ bisa 100 kali lebih kuat daripada kilat rata-rata. Kilat super, demikian dari bacaan yang saya telusuri, biasanya menyambar di permukaan laut. Kilat yang rata-rata kekuatannya banyak terdapat di daratan. Kilat super, turun, jika Anda ingin memakai istilah ini, ke permukaan air. Dan kilat super memiliki daya listrik paling kecil 100 milyar watt! Bayangkanlah! Ini angka yang luar biasa. Dan daya listrik kilat super bisa mencapai 10 trilyun watt! Wow! Bagi Anda yang menekuni bidang kelistrikan, mungkin Anda bisa memahami angka ini lebih baik daripada saya, karena bagi saya angka tersebut sudah terlalu besar dan maknanya menjadi tidak jelas bagi saya. Kita tahu tentang lampu berdaya listrik 100 watt! Kita bahkan mampu menangani lampu berdaya listrik 1000 watt, namun jika kita berbicara tentang daya listrik 10 trilyun watt, ini memang ‘kilat super’! Tenaganya sungguh hebat! Dan artikel tersebut juga memberitahukan bahwa ‘kilat super’ ini kerap terjadi di wilayah pantai di Jepang. Ia bisa muncul di lain tempat, akan tetapi yang paling banyak adalah di Jepang.
Pada tahun 1978, di New Foundland, di teluk Conception di Pulau Bell daerah New Newfoundland, sebuah sambaran petir telah menghantam rumah-rumah sampai sejauh 8 mil (sekitar 13 km). Kira-kira seperti itulah gambaran tentang tenaga dari kilat. Suatu tenaga yang sangat luar biasa dari satu sambaran petir!
Dan juga, temperatur akan berada pada kisaran 17.000 sampai 28.000 derajat. Ini juga merupakan angka yang terlalu besar untuk kita pahami. Kita sudah merasa agak panas jika suhu di luar rumah sekitar 21 derajat. Dan 28 derajat akan merupakan suhu yang membuat kita kepanasan. Jika mencapai 35 derajat, kita sudah merasa akan meleleh kepanasan. Jika kita berbicara tentang derajat Fahrenheit, maka 100 derajat Fahrenheit sudah membuat kita merasa terbakar. Akan tetapi, dalam hal kilat, angkanya adalah di antara 17.000 sampai 28.000 derajat!
Tampaknya, hal yang mempengaruhi tingginya temperatur dalam satu sambaran kilat adalah panjang dari kilat tersebut. Panjang sebuah kilat bisa bervariasi antara satu perseribu detik sampai sepersepuluh detik. Dan semakin lama kilat itu memancar, akan semakin panas suhunya.
Demikianlah, hal ini memberi kita gambaran tentang tenaga yang terkandung dalam sebuah kilat. Dan jika angka 17.000 sampai 28.000 derajat itu tidak memberi gambaran apa-apa bagi Anda, mungkin akan cukup membantu bagi Anda jika Anda tahu bahwa suhu tersebut sudah sekitar 5 kali lebih panas daripada permukaan matahari.
Jadi, kedatangan Yesus akan disertai dengan kuasa; mengungkapkan kuasa dan kemuliaannya.
(3) Kedatangan Yesus juga akan disertai dengan penghakiman dan juga kesembuhan
Hal ketiga yang bisa kita lihat dari perumpamaan tentang kilat ini adalah kilat bisa membinasakan dan, dalam beberapa kejadian yang sangat langka, ia juga bisa menyembuhkan. Daya rusaknya tidak memerlukan banyak penggambaran. Namun saya penasaran apakah Anda tahu, bahwa di dalam waktu 24 jam itu, ada sekitar 8 1/2 juta volt kilat yang menyambar bumi. Saya tadinya tidak tahu akan hal itu karena saya sangat jarang melihat peristiwa sambaran kilat. Di dalam sebuah badai yang berjalan singkat, Anda bisa melihat satu atau dua kilat yang menyambar. Saya tadinya tidak tahu kalau setiap hari ada 8 1/2 volt kilat yang menyambar bumi.
Diperkirakan bahwa di Amerika Utara saja, sekitar 500 orang terbunuh oleh sambaran petir atau kecelakaan yang berkaitan dengan sambaran petir, misalnya kebakaran akibat sambaran petir. Sekitar 500 orang terbunuh oleh petir di Amerika Utara setiap tahunnya! Jadi daya rusak kilat jauh melampaui, misalnya, ikan hiu! Begitu banyak berita yang terlalu dibesar-besarkan tentang ikan hiu, padahal di dunia ini mungkin hanya kurang dari 50 orang mati oleh ikan hiu setiap tahunnya. Tetapi jumlah yang mati oleh kilat mencapai sekitar 500 orang. Jadi kilat jelas jauh lebih berbahaya daripada ikan hiu.
Dalam sebuah kecelakaan yang tercatat di Guinness Book of Records, sebuah sambaran petir pada tahun 1975 di Zimbabwe, Rhodesia, ada 21 orang mati karenanya. Hal ini mengingatkan saya pada 2 Tesalonika 1:7, di sana dikatakan pada bahwa waktu Tuhan Yesus dari dalam sorga menyatakan dirinya bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya, dalam kuasanya, di dalam api yang bernyala-nyala. Saat Kristus datang, dia akan datang dengan kuasa dan kemuliaan dan dengan api yang menyala-nyala! Api yang menyala-nyala, kilat super yang datang dari Allah.
Namun kilat tidak sekadar membinasakan, kadang kala kilat juga melakukan hal yang luar biasa. Di bulan Juni 1980, di Maine, AS, sebuah daerah dekat Kanada, ada kota bernama Falmouth, di mana seorang tua berusia 62 tahun yang sudah mengalami kebutaan selama 9 tahun dan mengalami gangguan pendengaran. Pria ini terkena sambaran petir ketika sedang berteduh di bawah sebuah pohon saat sedang ada badai petir. Pohon adalah tempat yang tidak boleh dipakai untuk berteduh saat ada badai petir karena pohon adalah penyalur listrik. Tampaknya, dia tidak tahu akan hal ini dan dia berteduh di bawah sebuah pohon ketika terjadi badai petir, dan sebuah kilat menyambar pohon tersebut dan dia ikut terkena dan jatuh pingsan sekitar 20 menit. Kemudian, ketika dia sadar kembali dan beranjak pulang, dia sadari bahwa dia sudah bisa melihat kembali. Kebutaannya telah sembuh sepenuhnya. Bukan hanya itu saja, dia juga memperoleh kembali pendengarannya, sehingga dia tidak lagi buta dan tuli. Jadi, kilat, entah bagaimana, lewat hal-hal yang belum bisa dijelaskan, belum bisa dipahami, telah menyembuhkan kebutaan dan gangguan pendengaran orang ini. Luar biasa, bukankah begitu?
Demikian pula halnya dengan kedatangan kembali Yesus yang kedua kalinya. Kedatangan Yesus akan disertai dengan penghakiman terhadap mereka yang jahat dan yang fasik (2 Tes 1:8) namun juga disertai kesembuhan bagi mereka yang menantikan kedatangannya dengan sukacita dan penuh pengharapan.