Ev. Xin Lan | Bileam (1) |

Hari ini tokoh Alkitab yang akan kita bahas adalah Bileam. Dia adalah seorang nabi, tetapi dia bukan orang Israel. Alkitab menyebutkan bahwa kota asal Bileam adalah Petor, Mesopotamia, wilayah sekitar Iraq dan Iran pada zaman sekarang ini. Alkitab tidak menerangkan asal-usul kebangsaan Bileam, yang jelas dia bukanlah orang Israel, dia dari bangsa asing. Demikianlah, pada zaman itu sudah ada orang asing yang mengenal Allah dan bahkan menjadi nabi Allah.


Bileam dibujuk untuk Mengutuk Israel

Catatan tentang Bileam di dalam Alkitab terutamanya ada di Bilangan pasal 22 sampai 24. Pasal 22 menyebutkan bahwa di bawah pimpinan Musa, bangsa Israel sudah berhasil mengalahkan raja Amori dan raja Basan. Bangsa Israel menumpas kedua bangsa ini dari para pemimpinnya sampai rakyat jelata, tidak ada yang tersisa. Tanah milik kedua bangsa itu juga diduduki oleh bangsa Israel. Selanjutnya, bangsa Israel bergerak maju sampai di dataran Moab di dekat sungai Yordan, berseberangan dengan Yerikho. Ketika penduduk Moab mendengar kabar kedatangan bangsa Israel, mereka sangat ketakutan. Mereka takut mereka akan bernasib sama seperti raja Amori dan raja Basan yang sudah ditumpas. Balak, raja Moab, mengirim utusan dengan membawa upah penenung untuk mengundang Bileam dari Petor, yang terletak di dekat sungai Efrat, untuk datang. Utusan ini membawa pesan dari Balak,

“Suatu bangsa yang baru telah keluar dari Mesir. Ada begitu banyak jumlahnya sehingga mereka menduduki seluruh negeri. Mereka berkemah di dekatku. Datang dan tolonglah aku. Orang-orang ini terlalu kuat untukku. Aku tahu bahwa kamu memiliki kekuatan besar. Jika kamu memberkati, maka akan diberkati. Jika kamu mengutuk, maka akan kena kutuk. Datanglah dan kutuklah orang-orang ini. Aku akan mampu mengalahkan mereka dan mengusir mereka dari negeriku.” (Bil 22:5-6)

Para utusan itu kemudian sampai di rumah Bileam dan menyampaikan pesan dari Balak, raja Moab itu. Bileam menjawab,

“Bermalamlah di sini. Aku akan berbicara kepada YAHWEH dan memberitahumu jawaban yang diberikan-Nya kepadaku.”

Lalu para utusan itu menginap di sana. Pada malam harinya, Allah datang kepada Bileam dan bertanya,

“Siapa orang-orang yang bersamamu?”

Dan Bileam menjawab,

“Balak, anak Zipor, Raja Moab, mengutus mereka kepadaku dan memberikan pesan kepadaku. Inilah pesannya: ‘Suatu bangsa baru telah keluar dari Mesir. Ada begitu banyak jumlahnya sehingga mereka memadati negeri. Jadi datanglah dan kutuklah mereka ini. Lalu mungkin aku akan mampu menyerang dan mengusir mereka dari negeriku.’”

Kemudian Allah berfirman kepada Bileam,

“Jangan pergi bersama mereka. Jangan mengutuk bangsa itu. Mereka adalah umat-Ku.”

Demikianlah, keesokan paginya Bileam bangkit dan menemui para utusan Balak dan berkata,

“Pergilah kembali ke negerimu. YAHWEH tidak akan membiarkan aku pergi bersamamu.”

Lalu pulanglah para utusan dari Moab itu dan melaporkan hasilnya kepada Balak.

Namun Balak tidak menyerah, kembali dia mengirim utusan, lebih banyak dan lebih terhormat kedudukannya dari para utusan yang pertama. Mereka mengulangi pesan yang disampaikan oleh Balak, raja Moab itu, kepada Bileam,

“Inilah yang dikatakan Balak, anak Zipor kepadamu: ‘Janganlah ada sesuatu yang menghalangimu untuk datang kepadaku. Aku akan membayar upah yang besar kepadamu, dan aku akan melakukan apa pun yang kamu minta. Datanglah dan kutuklah bangsa ini demi aku.’”

Bileam menjawab,

“Aku tidak akan melanggar perintah YAHWEH, Allahku. Baik itu perintah-Nya besar atau kecil. Bahkan, jika Balak menawarkan kepadaku istananya yang penuh dengan emas dan perak, aku tidak akan melakukan apa pun melawan perintah-Nya. Namun, kamu dapat bermalam di sini seperti yang dilakukan oleh rombongan sebelumnya, dan malam ini aku akan tahu apa yang YAHWEH katakan kepadaku.”

Lalu kembali Allah mendatangi Bileam pada malam itu dan berfirman kepadanya,

“Orang-orang ini telah memintamu untuk pergi bersama mereka. Pergilah bersama mereka, tetapi lakukanlah seperti yang Kukatakan kepadamu.”

Lalu bangkitlah Bileam pada esok harinya, mempersiapkan keledai tunggangannya, dan berangkat bersama para pemimpin Moab tersebut. Anehnya, Allah kemudian menjadi sangat marah kepada Bileam saat dia benar-benar berangkat bersama para pemimpin Moab itu. Catatan dari Alkitab ini sangat menarik.

Mari kita baca Bilangan 22:21-35,

Keesokan paginya, Bileam bangun, memasang pelana pada keledainya, dan berangkat bersama para pemimpin Moab.  Allah menjadi murka ketika Bileam pergi. Ketika Bileam sedang menunggang keledainya bersama dengan dua orang hambanya, malaikat YAHWEH berdiri di jalan, di depannya.  Keledai Bileam melihat malaikat YAHWEH berdiri di jalan dengan pedang terhunus. Lalu, keledai itu berbelok dari jalan dan masuk ke ladang. Ia memukul keledai itu untuk memaksanya kembali ke jalan.  Malaikat YAHWEH berdiri di jalan yang sempit di antara kebun anggur dengan pagar tembok di kedua sisinya. Keledai itu kembali melihat malaikat YAHWEH sehingga keledai itu merapatkan tubuhnya pada tembok. Ia memukul kembali keledai itu karena kaki Bileam terimpit tembok. Sesudah itu, malaikat YAHWEH berdiri di tempat lain. Malaikat itu berdiri di jalan yang sempit sehingga tidak ada jalan bagi keledai itu untuk melewatinya. Keledai itu juga tidak bisa berbelok ke kiri maupun ke kanan. Keledai itu melihat malaikat YAHWEH dan merebahkan tubuhnya. Saat itu, Bileam masih duduk di atasnya. Bileam menjadi marah dan memukul keledai itu dengan tongkatnya. Kemudian, YAHWEH membuka mulut keledai itu dan keledai itu berkata kepada Bileam, “Mengapa kamu marah kepadaku? Apa yang telah kuperbuat kepadamu sehingga kamu telah memukul aku tiga kali!” Bileam menjawab kepada keledai itu, “Kamu mempermainkan aku. Jika aku memegang pedang, aku akan membunuhmu sekarang!” Keledai itu berkata kepada Bileam, “Lihatlah, aku keledaimu. Kamu telah menunggangiku selama bertahun-tahun. Kamu tahu bahwa aku tidak pernah melakukan hal seperti ini sebelumnya!” “Itu benar,” kata Bileam. Kemudian, YAHWEH membuka mata Bileam dan dia melihat malaikat YAHWEH berdiri di jalan dengan pedang di tangannya. Maka, Bileam bersujud sampai ke tanah. Malaikat YAHWEH bertanya kepada Bileam, “Mengapa kamu memukul keledaimu tiga kali? Akulah yang telah menentangmu. Karena jalanmu bertentangan denganku. Keledaimu melihatku dan menghindariku sampai tiga kali. Jika keledai itu tidak menghindar, aku sudah membunuhmu tetapi keledaimu akan kuselamatkan.” Bileam berkata kepada malaikat YAHWEH, “Aku telah berdosa. Aku tidak tahu bahwa engkau berdiri di jalan. Jika aku melakukan yang salah, aku akan pulang kembali.” Malaikat YAHWEH berkata kepada Bileam, “Tidak, pergilah bersama orang-orang itu. Namun, kamu harus berkata seperti yang Kusuruh untuk kamu katakan.” Lalu, Bileam pergi bersama para pemimpin yang diutus Balak itu.

 Apa Dosa Bileam?

Jika kita baca perikop ini, akankah kita memandang peristiwa ini sebagai hal yang luar biasa? Kesalahan apakah yang dibuat oleh Bileam? Saat pertama kali, ketika dia bertanya kepada Allah apakah dia boleh berangkat bersama para utusan Balak, Allah menjawab tidak boleh. Oleh karena itu, dia tidak berangkat. Saat yang kedua kali, kembali dia bertanya kepada Allah apakah dia boleh berangkat, Allah menjawab boleh. Kemudian dia berangkat. Dari catatan ini kita tidak bisa melihat kesalahan apa yang telah dibuat oleh Bileam. Dia mengkuti perintah Allah. Sudah jelas bahwa Allah setuju dengan keberangkatannya. Namun, ketika dia berangkat, Allah menjadi sangat marah dan berniat membinasakannya. Allah berfirman, “Jalan ini menuju kepada kebinasaan.” Dalam hal apakah Bileam memilih jalan yang menentang Allah? Kita tidak melihat ada kontradiksi dalam tindakan Bileam sejauh ini. Bagaimana cara memahaminya?

Di dua pasal berikutnya, pasal 23 dan 24, disebutkan bahwa Bileam melanjutkan perjalanannya bersama para utusan Moab dan sampai di negeri Moab. Balak, raja Moab, sangat senang dan memperlakukan Bileam dengan sangat hormat. Lalu Balak membawa Bileam naik ke tempat yang tinggi untuk bisa melihat bagian paling ujung dari perkemahan bangsa Israel. Balak lalu meminta Bileam untuk mengutuki bangsa Israel. Bileam meminta untuk dibuatkan tujuh mezbah, dan di setiap mezbah dipersembahkam satu lembu jantan dan satu domba jantan. Kemudian Bileam berdoa sendiri di atas bukit dan menantikan firman Allah. Dan Allah benar-benar datang lalu menaruh perkataan yang harus disampaikan oleh Bileam, serta menyuruh Bileam memberitahu Balak isi perkataan tersebut.

Bileam kemudian mendatangi Balak dan menyampaikan isi perkataan yang bentuknya adalah mazmur itu,

“Balak, Raja Moab, membawa aku ke sini dari pegunungan sebelah timur Aram. Balak berkata kepadaku, “Datanglah, kutuklah Yakub bagiku. Datanglah, kutuklah orang Israel.” Namun, Allah tidak menentang mereka, jadi aku juga tidak dapat mengutuk mereka! YAHWEH tidak meminta yang jahat terjadi atas orang-orang ini. Jadi aku juga tidak dapat melakukannya. Aku melihat umat ini dari atas gunung. Aku melihat mereka dari bukit yang tinggi. Mereka tinggal sendirian. Mereka bukan bagian dari bangsa lain. Siapa yang dapat menghitung keturunan Yakub? Mereka sebanyak debu. Tidak ada yang dapat menghitung bahkan seperempat dari bangsa Israel. Biarlah aku mati seperti orang baik. Biarlah hidupku berakhir sebahagia mereka!”

Bileam bukan saja tidak mengutuki bangsa Israel, dia justru memberkati mereka. Demikianlah, Balak — raja Moab itu — menjadi sangat marah dan berkata,

“Apakah yang kamu lakukan terhadapku? Aku membawamu ke sini untuk mengutuk musuh-musuhku, tetapi kamu malah memberkati mereka!”

Dan Bileam menjawab, “Aku harus mengatakan yang telah disampaikan YAHWEH kepadaku.”

Balak, yang mendapati bahwa Bileam tidak mengutuk bangsa Israel, lalu membawa Bileam ke tempat yang lain dan membuat tujuh mezbah lagi di sana serta mempersembahkan lembu jantan dan domba jantan di setiap mezbah itu. Kemudian Bileam memanjatkan doa lagi untuk meminta petunjuk dari Allah. Dan perkataan yang diberikan Allah kepada Bileam ternyata merupakan ucapan berkat lagi. Balak lalu membawa Bileam ke tempat yang lain, di tempat ketiga ini dia juga membangun tujuh mezbah dan mempersembahkan lembu jantan serta domba jantan di setiap mezbah itu. Akan tetapi, perkataan yang diterima oleh Bileam dari Allah tetap merupakan ucapan berkat kepada bangsa Israel.

Balak, raja Moab itu, menjadi sangat marah dan berkata,

“Aku memanggilmu untuk mengutuk musuh-musuhku, tetapi kamu malah memberkati mereka sampai mereka tiga kali. Sekarang, pergilah dan pulanglah! Aku telah mengatakan bahwa aku akan memberimu upah yang sangat banyak, tetapi YAHWEH telah membuatmu kehilangan upah.”

Tetapi Bileam menjawab,

“Kamu mengutus orang mengundangku. Ingatkah kamu apa yang telah kukatakan kepada mereka? Aku telah mengatakan, ‘Sekalipun Balak memberikan kepadaku rumahnya yang paling indah penuh dengan perak dan emas, aku hanya dapat mengatakan yang diperintahkan YAHWEH kepadaku untuk dikatakan. Aku tidak dapat melakukan sesuatu dari diriku sendiri, baik atau buruk. Aku harus mengatakan yang diperintahkan YAHWEH.’ Sekarang, aku pulang kepada bangsaku sendiri. Namun, aku akan mengatakan kepadamu apa yang akan dilakukan oleh bangsa itu terhadap bangsamu nanti.”

Demikianlah, untuk keempat kalinya, Bileam bernubuat, menyampaikan masa depan yang indah bagi bangsa Israel, bintang terbit dari Yakub, tongkat kerajaan timbul dari Israel, dan meremukkan pelipis-pelipis Moab, dan menghancurkan semua anak Set. Maka Edom akan menjadi tanah pendudukan dan Seir akan menjadi tanah pendudukan  —  musuh-musuhnya itu. Tetapi Israel akan melakukan perbuatan-perbuatan yang gagah perkasa, dan dari Yakub akan timbul seorang penguasa, yang akan membinasakan orang-orang yang melarikan diri dari kota.” Kemudian Bileam pulang ke rumahnya.


Nasihat Jahat Bileam yang Menghancurkan Israel

Catatan dari kisah nabi ini, Bileam, berakhir sampai dengan kepulangannya dari tanah Moab. Dapatkah anda menemukan hal yang salah dari tindakan Bileam? Tak ada hal yang salah, dia tidak berbuat salah. Sebaliknya, semua ucapan dan perilakunya sangat spiritual. Dia mampu berkomunikasi langsung dengan Allah, dan Allah juga berfirman langsung kepadanya. Balak, raja Moab itu, mengutus orang-orang untuk mengundang dia, dan Bileam tidak melakukan hal-hal yang menuruti kemauannya sendiri. Dia memohon petunjuk dari Allah. Saat Allah melarang dia berangkat, dia tidak pergi. Pada waktu dia bertanya untuk yang kedua kali, Allah mengizinkan dia berangkat, dan dia segera pergi. Belakangan, ketika malaikat Allah mencegatnya, dia berkata, “Maka sekarang, jika hal itu jahat di mata-Mu, aku mau pulang.” Namun, Allah berfirman, “Pergilah bersama-sama dengan orang-orang itu,” dan dia melanjutkan perjalanannya.

Sesampainya di tanah Moab, dia tidak mengutuki bangsa Israel, berkali-kali dia memberkati bangsa Israel, sehingga membuat Balak marah. Namun, Bileam berani berkata, “Aku tidak bisa melakukan hal-hal yang bertentangan dengan perintah Yahweh, entah itu baik atau jahat, menurut kemauanku sendiri. Apa yang difirmankan oleh Yahweh, itulah yang aku sampaikan.” Kita harus tahu bahwa tindakan Bileam ini bisa berakibat tragis. Balak bisa saja membunuhnya, tetapi Bileam tidak mau berkompromi. Dia hanya menyampaikan apa yang difirmankan oleh Allah kepadanya. Tentu saja, Bileam harus pulang dengan tangan hampa, raja Moab ini mungkin tidak mau memberinya hadiah apa pun lagi.

Demikianlah, jika hanya melihat catatan dalam Bilangan pasal 22 sampai 24, kita akan menemukan bahwa Bileam tidak melakukan hal-hal yang salah. Dia tidak bercela. Hal yang membingungkan yang kita temukan adalah persetujuan dari Allah bagi Bileam untuk berangkat ke tanah Moab. Namun, ketika Bileam benar-benar berangkat, Allah menjadi marah dan berniat membinasakannya. Pada akhirnya, Allah kembali mengizinkan dia untuk pergi ke tanah Moab. Bagian kisah yang ini memang sangat membingungkan. Bagaimanakah penilaian anda? Bagian ini membuat kita merasa sukar memahami Allah. Dia seperti tidak memiliki pendirian dan pikirannya selalu berubah. Seperti pepatah Tionghoa yang mengatakan, “Kau tak akan pernah tahu apa yang dipikirkan oleh raja.” Apakah ini berarti bahwa kita tak akan pernah tahu apa yang ada di hati Allah?

Jika catatan tentang Bileam berakhir di sini, kita mungkin tidak ada apa-apa yang bisa dibahas lagi. Akan tetapi, Alkitab memberi kita petunjuk tambahan tentang Bileam. Mari kita lihat Bilangan pasal 31. Di pasal 31 tercatat bahwa Musa memerintahkan bangsa Israel untuk memerangi bangsa Midian, mengapa? Alkitab secara khusus menyebutkan bahwa tindakan memerangi bangsa Midian ini sebagai pembalasan bagi Yahweh.

Mari kita baca Bilangan 31:7-8

Kemudian, bangsa Israel melawan orang Midian sesuai yang YAHWEH perintahkan kepada Musa. Mereka membunuh semua lelaki Midian. Mereka membunuh lima raja orang Midian: Ewi, Rekem, Zur, Hur, dan Reba. Mereka juga membunuh Bileam, anak Beor dengan pedang.

Di sini Alkitab kembali menyebut tentang Bileam, yang akhirnya dibunuh oleh bangsa Israel. Mengapa? Mari kita lanjutkan dengan membaca ayat 14-17,

Musa sangat marah kepada para pemimpin tentara, kepala pasukan seribu, dan kepala pasukan seratus, yang kembali dari peperangan. Musa berkata kepada mereka, “Mengapa kamu membiarkan perempuan-perempuan itu hidup? Bukankah mereka adalah perempuan-perempuan yang mendengarkan Bileam dan menyebabkan umat Israel meninggalkan YAHWEH di Peor sehingga umat YAHWEH mendapatkan tulah. Sekarang, bunuhlah semua anak lelaki dan semua perempuan yang pernah berhubungan dengan lelaki. Akan tetapi, semua perempuan muda yang belum pernah berhubungan dengan lelaki jangan dibunuh.

Alkitab menyebutkan di sini bahwa bangsa Israel sudah membangkitkan murka Yahweh dalam hal Peor, yang membuat mereka terkena tulah. Masalah ini timbul akibat nasihat Bileam kepada raja-raja Midian dan Moab. Bagaimana bangsa Israel membangkitkan murka Yahweh di Peor? Peristiwa ini dicatat di Bilangan pasal 25. Bilangan 25:1-3 menyebutkan,

Bangsa Israel tinggal dan berkemah di Sitim, bangsa itu mulai melakukan pelacuran dengan perempuan Moab. Perempuan-perempuan ini mengundang bangsa itu untuk mempersembahkan kurban kepada allahnya. Umat Israel turut makan dan sujud menyembah kepada allah mereka. Ketika umat Israel mulai bergabung untuk menyembah dewa Baal-Peor, YAHWEH sangat marah kepada bangsa Israel.

Mereka yang mati terkena tulah pada waktu itu ada 24.000 orang. Akhirnya, Allah berfirman kepada Musa,

“Orang Midian adalah musuh-musuhmu. Lawanlah dan kalahkanlah mereka. Sebab, mereka telah memusuhimu dengan merancang peristiwa di Peor dan peristiwa Kozbi. Ia adalah anak pemimpin Midian, yang mati pada waktu tulah terjadi atas orang Israel karena peristiwa Baal-Peor.”

Walaupun Alkitab tidak secara langsung menyebutkan kesalahan Bileam, hanya secara tidak langsung — melalui ucapan Musa. Perkataan itu memberitahu kita kesalahan yang diperbuat oleh Bileam. Dia memberi nasihat yang membuat perempuan-perempuan Moab dan Midian bergerak merayu bangsa Israel untuk melakukan perzinahan dan menyembah berhala mereka. Di mata Allah, dosa semacam ini adalah dosa maut. Demikianlah, murka Allah bangkit dan hampir saja bangsa Israel musnah akibat dosa ini. Rencana yang dinasehatkan oleh Bileam ini bertujuan untuk menjerumuskan bangsa Israel ke dalam penghakiman yang bisa membinasakan mereka semua. Akibatnya, Allah lalu menghukum dia, dengan membiarkan bangsa Israel membunuhnya. Perhatikan Bilangan 31, Allah menyuruh Musa memerintahkan bangsa Israel untuk menyerang Midian sebagai pembalasan bagi Yahweh. Artinya, nasihat Bileam ini bertentangan langsung dengan Allah, dia sudah menjadi musuh Allah. Akhirnya, Allah melakukan pembalasan terhadap dia dan membinasakannya.

Demikianlah, peristiwa para perempuan Moab merayu bangsa Israel untuk melakukan dosa perzinahan dan penyembahan berhala terjadi setelah Bileam mengunjungi tanah Moab. Bilangan pasal 23 dan 24 mencatat bahwa tujuan Bileam berangkat ke Moab adalah untuk mengutuki bangsa Israel. Namun, Allah menyuruh Bileam untuk memberkati bangsa Israel. Pasal 25, yang menyusul sesudah itu, mencatat bahwa bangsa Israel melakukan dosa berat dengan perempuan-perempuan Moab di Sitim. Kita bisa melihat bahwa Bileam paham kalau dia tidak boleh mengutuk bangsa Israel. Lalu, dia menawarkan nasihat yang membuat Israel berakhir sebagai musuh Allah. Bileam bermula sebagai seorang nabi Allah, tetapi belakangan dia melangkah melawan Allah, menjadi musuh Allah, dan akhirnya dia dibinasakan oleh Allah. Sungguh sangat disayangkan. Mungkin kita sangat penasaran dan bertanya, “Mengapa Bileam bisa sampai sejahat itu?”


Mengapa Bileam yang dipakai Tuhan disebut Nabi Palsu?

Jika kisah Bileam ini berhenti di bagian Perjanjian Lama saja, mungkin tidak banyak hal yang bisa kita pelajari karena terlalu sedikit informasi yang kita ketahui. Menariknya, bagian Perjanjian Baru dari Alkitab menyebutkan Bileam sampai tiga kali. Di ketiga uraian itu, Bileam dijadikan contoh negatif dalam bahan pengajaran, riwayatnya dipakai sebagai peringatan buat kita. Jadi, kita bisa melihat bahwa persoalan yang menimpa Bileam ini merupakan persoalan klasik dan lazim dijumpai di semua kalangan. Kita semua bisa terjerumus dalam dosa yang pernah dilakukan oleh Bileam.

Mari kita lihat 2 Petrus 2:15-16

Mereka meninggalkan jalan yang lurus dan mengikuti jalan yang sesat, yaitu jalan Bileam bin Beor, yang suka menerima upah untuk perbuatannya yang jahat. Namun, dia mendapat teguran yang keras atas pelanggarannya dari seekor keledai yang bisu, tetapi yang berbicara dengan suara manusia sehingga menghentikan perbuatan gila nabi itu.

Harap perhatikan ungkapan “perbuatan gila nabi itu”. Nabi yang dimaksudkan adalah Bileam, dan Petrus mengakui bahwa Bileam pernah menjadi nabi. Namun, jika kita baca seluruh isi 2 Petrus 2, kita tahu bahwa pasal ini membahas tentang nabi palsu dan guru palsu. Ayat pertama menyebutkan,

Pada zaman dahulu, ada nabi-nabi palsu di antara umat Allah, seperti sekarang juga ada guru-guru palsu di antara kamu yang dengan sembunyi-sembunyi mengajarkan ajaran-ajaran yang merusak, bahkan menyangkal Tuhan yang telah menebus mereka sehingga mendatangkan kehancuran yang cepat atas diri mereka sendiri.

Kemudian pembahasannya dilanjutkan dengan ciri-ciri dari para nabi dan guru palsu: mereka serakah, mengikuti hawa nafsu dan meninggalkan jalan yang benar. Kemudian dilanjutkan dengan memakai Bileam sebagai contoh. Bileam merupakan contoh klasik dari nabi palsu. Di satu sisi, Petrus mengakui bahwa Bileam ini seorang nabi Allah, tetapi di sisi lain, Bileam ini dimasukkan ke dalam contoh klasik nabi palsu. Lalu, apakah Bileam ini seorang nabi sejati atau nabi palsu?

Kunci pemahamannya terletak pada cara kita memahami makna dari nabi sejati dan nabi palsu. Biasanya kita mengartikan “nabi palsu” sebagai orang yang mengaku nabi, tetapi tidak benar-benar mempercayai Allah serta tidak mengenal Allah. Semua yang mereka sampaikan serta nubuatkan hanya hasil karangan mereka sendiri, isinya hanya omong kosong saja. Akan tetapi, Alkitab tidak pernah mengatakan bahwa Bileam ini sekadar mengaku sebagai nabi. Tidak pernah dikatakan bahwa Bileam ini tidak percaya kepada Allah dan tidak mengenal Allah. Bileam bisa berkomunikasi dengan Allah dan Allah juga memberi dia firman. Jadi kita bisa melihat bahwa hubungan Bileam dengan Allah ini sebenarnya sangat akrab dan kita tidak bisa mengatakan bahwa dia tidak mengenal Allah. Berapa banyak dari kita yang bisa berkomunikasi dengan Allah dan bernubuat pada zaman sekarang? Bahkan Balak, raja Moab ini, berkata, “Sebab aku tahu: siapa yang kauberkati, dia beroleh berkat, dan siapa yang kaukutuk, dia kena kutuk.” Jadi kita tahu bahwa nubuatannya itu benar dan menjadi kenyataan. Kuasanya bisa disaksikan oleh banyak orang. Dari sudut ini, maka Bileam layak disebut nabi sejati, bukan sekadar mengaku sebagai nabi. Ada berapa banyak nabi yang kita miliki sekarang ini di lingkungan orang Kristen? Pernahkah anda bertemu seorang nabi? Saya berani memastikan jika Bileam ada bersama kita sekarang ini, maka dia akan sangat dihormati oleh kalangan Kristen. Demikianlah, kita tidak boleh mengatakan bahwa seorang Kristen pastilah orang Kristen palsu, atau nabi palsu, atau guru palsu, hanya karena kita melihat dia tersandung dan berbuat dosa. Kita tidak bisa mengatakan bahwa dia tidak mempercayai atau tidak mengenal Allah. Jika kita memakai pemahaman seperti ini, berarti kita tidak mendapatkan pelajaran apa pun.

Menurut definisi di 2 Petrus, Bileam adalah nabi palsu, sekalipun Bileam mengenal Allah dan merupakan nabi sejati serta bisa berkomunikasi dengan Allah dan bernubuat.  Lalu di mana letak kepalsuannya? Di dalam kehidupannya. Kehidupannya sudah berubah dan dia tidak lagi mengejar kebenaran, tidak lagi berada di jalan yang benar. Dia tidak lagi menaati Allah sepenuhnya, dia menjalani hidupnya berdasarkan kemauannya sendiri. Hal yang bisa kita lihat hanyalah sisi luarnya saja, termasuk kuasa yang bisa dia tampilkan. Namun, Alkitab lebih menekankan pada isi hati, motivasi dan kehidupan batiniahnya. Tak heran jika kita tidak bisa menemukan kesalahan pada diri Bileam jika kita mengamati dia dari sisi luarnya saja. Akan tetapi, Allah tahu isi hati seseorang, jadi Allah bertindak untuk mencegah dia dari berbuat dosa, Allah bahkan membuat seekor keledai bisa berbicara untuk menghentikan niat jahatnya. Namun, keinginan hatinya tidak dapat dibendung dan dia mengkhianati Allah dan umat Allah yang harusnya dia layani.

 

Berikan Komentar Anda: