Pastor Eric Chang | Parenting (2) |

Canada Camp 1989

Saya ingin melengkapi sesuatu pada pesan tentang Parenting. Istri saya, Helen, menyebutkan tentang Amsal 22:6 dan saya ingin menanamkan ayat ini dalam pikiran saudara. Helen sebenarnya mengalami pergumulan rohani yang panjang karena dia seorang Kristen dari latar belakang gereja tradisional yang tidak pernah diajarkan bagaimana hidup berkemenangan. Dia hidup dalam kekalahan rohani selama bertahun-tahun dan hal ini mempengaruhi kehidupan anak kami, Grace. Grace sangat tidak senang dengan ibunya. Grace merasa ibunya tidak hidup seperti orang Kristen, tidak berperilaku seperti orang Kristen, dan itu menjadi batu sandungan baginya. Itulah alasannya mengapa saya tidak ingin Grace membuat komitmen kepada Allah sampai hal ini dapat diatasi di dalam hatinya, karena dia memiliki kebencian yang besar terhadap ibunya.

Latihlah orang muda sesuai dengan jalannya, maka ketika menjadi tua dia tidak akan menyimpang dari padanya. (Amsal 22:6, ILT)

Jika saudara melakukan pekerjaan saudara dengan benar sebagai orang tua dan melatih anak sesuai dengan jalan yang patut baginya, dia tidak akan pernah meninggalkannya. Seperti yang disebutkan Helen dengan tepat, itulah perjuangan yang dia hadapi. Disebabkan Helen merupakan seorang Kristen dari latar belakang tradisional, dia terus berkhotbah kepada Grace, padahal hidupnya pada waktu itu tidak sesuai dengan ajarannya. Hal ini hanya membuat Grace membenci Injil. Dia akan berkata kepada ibunya, “Anda pandai berbicara, tetapi saya tidak melihat apa pun dalam hidup Anda yang cocok dengan kata-kata Anda”. Itu menjadi masalah yang harus kami hadapi. Itulah sebabnya ketika Helen mengutip ayat ini, dia bertanya-tanya bagaimana saudara melatih anak sesuai dengan jalannya. Dalam kondisi rohaninya saat itu, dia tidak dapat melatih anak itu di jalan yang seharusnya dia tempuh. Itulah masalah yang harus dihadapi kami sampai Helen mengalami kemenangan. Allah mengubah Helen dan Grace. Anak kami akhirnya dibaptis tidak lama setelah Helen dibaptis ulang.

Prinsip saya dalam berurusan dengan Grace sejak masa kanak-kanak, terlepas dari kekurangan yang harus saya hadapi di rumah pada waktu itu, adalah saya menuntut kepatuhan mutlak dari dia kepada saya, kepatuhan mutlak tanpa pertanyaan. Saudara mungkin berpikir saya terdengar seperti seorang diktator. Akan tetapi, izinkan saya mengatakan sesuatu kepada para orang tua di sini. Saya telah memperhatikan beberapa orang tua dan saya harap saudara tidak keberatan saya bersikap jujur ​​​​dengan saudara. Saya telah mendengar saudara meminta anak saudara untuk melakukan sesuatu dan anak saudara mengatakan “tidak” — dan orang tua tidak memberikan tanggapan apa pun. Saya benar-benar terkejut. Grace tidak akan pernah bermimpi, tidak dalam hidupnya dia akan bermimpi untuk berani mengatakan “tidak” kepada saya. Ketika saya berkata kepadanya, lakukanlah itu, dia akan melakukannya. Jika saudara mengizinkan anak saudara mengatakan “tidak” kepada saudara, seperti kasus Eli, Allah akan meminta pertanggungjawaban dari saudara. Latihlah anak saudara. Bagaimana saudara dapat melatih seorang anak ketika anak itu terus mengatakan “tidak” kepada saudara?

Saya pernah menjadi pelatih di tim olahraga. Kamu dijadwalkan besok. Tidak! Besok saya ingin kalian berada di sini pada jam 4 pagi untuk pelatihan. Tidak, terlalu pagi. Dapatkah saudara melatih orang seperti ini? Bagaimana saudara akan membesarkan anak-anak saudara jika saudara mengatakan kepada anak itu “duduk di sana” dan anak itu berkata “tidak”. Saya telah melihat anak-anak berusia dua tahun mengatakan “tidak” kepada orang tua dan orang tua tidak mengatakan apa-apa. Siapa bos di sini? Saudara atau anak itu? Saya mengatakan hal ini karena saya sedang berbicara tentang Amsal 22:6. Kita berbicara tentang pelatihan dan saudara tidak dapat melatih siapa pun yang terus mengatakan “tidak” kepada saudara. Jika saudara mengizinkan anak berusia dua tahun untuk mengatakan tidak kepada saudara, apa yang akan terjadi ketika dia berusia enam tahun, atau 16 tahun? Saudara telah meninggalkan diri saudara dalam situasi yang mustahil.

Saya ingin membagikan poin ini karena seperti yang baru saja saya sebutkan, saya berada dalam posisi yang sangat sulit karena setelah kami menikah, saya menemukan bahwa istri saya hidup dalam kekalahan, bukan karena dia telah melakukan dosa besar, tetapi dia tidak dapat menjalani kehidupan Kristen dengan penuh kemenangan. Itu berarti kami memiliki situasi yang sangat sulit dalam keluarga. Grace, anak kami, tidak mau mendengarkan ibunya. Dia tidak mau mendengarkan karena dia berpendapat ibunya tidak punya kredibilitas. Dalam hal ini, saya tidak bisa mengatakan apa-apa.

Satu-satunya alasan saya dapat memerintahkan anak saya untuk melakukan sesuatu dan dia akan mendengarkan bukan karena dia takut akan dipukul oleh saya. Faktanya saya tidak pernah, dan Grace dapat bersaksi tentang hal itu, saya tidak pernah memukulinya secara fisik. Saya tidak pernah menamparnya. Saya bahkan belum memukulnya sampai satu kali yang saya sebutkan kemarin, ketika saya terpaksa memakai tongkat. Pada saat itu, dia sudah remaja. Saya tidak pernah memukulnya sebagai seorang anak. Alasan dia menaati saya, dan itulah satu-satunya alasan, adalah karena dengan kasih karunia Allah, dia melihat hidup saya sesuai dengan kata-kata saya. Ketika saya mengatakan sesuatu, saya benar-benar memaksudkannya. Dengan kasih karunia Allah, saya menjalani kehidupan yang memuliakan Allah di rumah. Inilah alasan dia menuruti saya. Bukan karena dia takut saya akan memukulinya karena saya tidak pernah melakukan hal itu. Saya tidak pernah memukulnya.

Jadi sebagai orang tua, saudara terutama harus menjalani kehidupan Kristen di rumah sedemikian rupa sehingga anak saudara menghormati saudara sebagai seseorang yang benar-benar menghayati kehidupan Kristen dan mereka mematuhi bukan karena mereka takut, tetapi karena mereka menghormati saudara sebagai orang yang pantas untuk dipatuhi. Anak saya telah mematuhi saya tanpa pertanyaan dari usia satu tahun hingga hari ini. Jika saya memintanya melakukan sesuatu, dia akan melakukannya. Saya tidak pernah menerima jawaban “tidak” dan dia tidak akan memberikan jawaban “tidak”. Saya tidak bermaksud saudara akan menjadi seorang diktator. Tidak, tidak sama sekali. Saudara harus memenangkan rasa hormat anak dengan kualitas hidup saudara. Kemudian saudara dapat memerintahkan anak itu apa saja dan anak itu akan menurut tanpa pertanyaan atau terkadang dengan pertanyaan. Saya tidak keberatan dia mempertanyakan perintah saya dan saya akan memberinya penjelasan. Saya akan menjelaskan kepadanya mengapa demikian. Itu juga bagian dari pelatihan.

Hal ini berlaku baik dalam kehidupan keluarga maupun dalam gereja. Seorang pemimpin gereja, banyak dari saudara adalah pemimpin dalam satu atau lain cara. Jika saudara adalah manajer kamp, ​​saudara adalah pemimpin. Kami tunduk pada otoritas saudara sebagai manajer kamp. Jika saudara memberi tahu kami untuk berada di sini besok jam 9, kami akan berada di sini pada jam 9 pagi karena saudara memiliki wewenang untuk memberi tahu kami untuk berada di sini. Melainkan saudara berperilaku sedemikian memalukan sehingga tidak ada yang mau mendengarkan saudara. Persoalan di sini adalah persoalan tentang kredibilitas. Jadi saya katakan kepada para orang tua, tolong jangan membuat saya kaget lagi. Saya benar-benar ketakutan akan hal ini. Saya terkejut mendengar seorang anak berusia dua tahun mengatakan “tidak” kepada ibu atau ayahnya. Ayah dan ibu bahkan tidak menanggapinya. Izinkan saya memberi tahu saudara bahwa saudara akan berakhir dalam situasi yang sama dengan Eli. Saudara harus belajar dari awal, bahkan sebelum anak dapat berbicara, ketika saudara mengatakan kepada anak “lakukan ini”, dia akan melakukannya. Saya tidak mengatakan “tolong”, saya katakan jujur, saya katakan “lakukanlah itu”. Saya katakan lakukan dan itu akan dilakukan.

Saat ini saya katakan “tolong” karena dia sudah melewati usia 13 tahun, dia sudah dewasa sekarang. Saya tetap memberi perintah. Perintah akan dipatuhi, tapi sekarang saya katakan “tolong”. Mengapa? Karena saya ingin dia mengerti bahwa saya juga menghormatinya. Penting agar anak memahami bahwa tidak hanya mereka harus menghormati saudara, tetapi saudara juga menghormati mereka. Namun, jangan berkata “tolong” kepada yang berusia dua tahun. Tidak ada anak berusia dua tahun yang dapat mengatakan “tidak” kepada orang tuanya dan lolos begitu saja. Jika saudara melakukan itu, saudara akan berada dalam masalah. Saat ini saya katakan “tolong’. Sekarang ini saya tidak memberi perintah karena dia sudah melewati usia di mana perlu memberi perintah. Saya ingin dia berpikir untuk dirinya sendiri. Saya sering katakan padanya, “Kamu bisa melakukannya dengan cara ini, atau kamu bisa melakukannya dengan cara itu. Saya tidak keberatan dengan cara apa kamu melakukannya. Kamu yang membuat keputusan”. Kami telah membangun kepercayaan dan persahabatan satu sama lain sehingga seringkali Grace mendatangi saya dan bertanya, “Apa yang ayah ingin saya lakukan?” Saya bilang, “Tidak. Saya tidak akan menjawab pertanyaan itu. Pertanyaannya adalah apa yang ingin kamu lakukan? Saya akan menyarankan, tetapi saya tidak akan memberi tahu kamu”. Dalam kehidupan rohani, kita harus berurusan dengan orang pada tingkat usia mereka. Begitu mencapai usia dewasa, katakanlah pada usia 13 tahun, perlakukan mereka sebagai orang dewasa, jangan perlakukan mereka sebagai anak-anak.

Satu masalah dengan kita, orang tua Tionghoa, adalah kita tidak pernah sadar bahwa anak-anak kita telah dewasa. Kami memiliki kasus di Hong Kong di mana putranya berusia 45 tahun dan ibunya memperlakukannya seolah-olah dia berusia lima tahun. Memarahi dia, menyuruhnya melakukan ini dan itu, datang ke sini, pergi ke situ, membawa jaket dan mendorong kursi. Dalam benaknya, putra berusia 45 tahun ini tidak pernah dewasa. Kita harus ingat bahwa pada saat anak mencapai usia dewasa, anak itu bukan anak-anak lagi. Saya mengatakan hal ini kepada Grace pada usia 13 tahun. Saya mengatakan “Duduk. Kita akan berbicara bersama.” Saya berkata, “Kamu sekarang sudah 13 tahun, sudah dewasa. Mulai hari ini, saya akan memperlakukanmu sebagai orang dewasa. Saya akan berbicara dengan kamu sebagai orang dewasa. Saya akan meminta kamu bertanggung jawab atas tindakan kamu. Saya tidak akan memberi kamu perintah langsung mulai hari ini dan seterusnya. Saya  telah memberi perintah kepada kamu sampai hari ini, tetapi mulai hari ini saya tidak akan pernah memberi perintah secara langsung lagi. Saya hanya akan menyarankan. Mulai sekarang kamu bertanggung jawab atas semua tindakan kamu.” Dia bilang, “Sekarang aku benar-benar takut.” “Lihat, kamu sudah besar. Saya akan memperlakukanmu sebagai orang dewasa. Kita akan berbicara satu sama lain sebagai orang dewasa. Jika kamu melakukan apa yang salah, saya akan meminta kamu bertanggung jawab atas tindakan kamu.”

Izinkan saya menekankan, saya melihat banyak anak kecil berlarian ke sana ke mari, dan beberapa dari mereka berperilaku sangat baik. Akan tetapi, beberapa yang lain membuat saya takut. Atau, lebih tepatnya orang tuanya yang harus takut. Saya bertanya-tanya apakah anak-anak yang pegang kendali dalam rumah tangga atau saudara yang pegang kendali. Siapa bosnya? Pastikan saudara melatih anak sesuai dengan jalannya. Pastikan perintah yang saudara berikan akan dipatuhi, tetapi pastikan juga bahwa hidup saudara sedemikian rupa sehingga anak saudara akan dengan senang hati mematuhinya. Saya memang terkesan mengulang-ulang, tetapi inilah yang saya mau saudara tangkap dengan baik.

 

Berikan Komentar Anda: