Ev. Xin Lan | Yusuf (5) |
Hari ini kita sampai pada Yusuf bagian kelima.
Dalam sesi Yusuf bagian keempat, kita melihat Yusuf selalu hidup di dalam takut akan Allah. Dalam penderitaan, dia tidak berhenti untuk takut akan Allah dan dia terus menerus menjauhi yang jahat. Setelah Allah mengangkat dia ke tempat yang tertinggi dan saudara-saudaranya berlutut di hadapan dia, dia tidak seperti orang pada lazimnya, dia tidak membalas dendam. Dia sepenuhnya mengampuni saudaranya yang sudah menyakiti dia dengan sangat tragis. Yusuf dapat melihat bahwa semua ini datangnya dari Allah. Allah yang menyuruh dia ke Mesir untuk menyelamatkan seluruh keluarganya dari kelaparan. Seseorang yang takut akan Allah akan sungguh-sungguh mengampuni. Mereka tidak akan membalas kejahatan dengan kejahatan.
Baiklah, hari ini mari kita melanjutkan untuk belajar tentang Yusuf.
16 Ketika berita ini tersebar di seluruh rumah tangga Firaun, bahwa saudara-saudara Yusuf telah datang, Firaun dan hamba-hambanya sangat gembira!
17 Lalu Firaun berkata kepada Yusuf, “Katakan kepada saudara-saudaramu untuk mengambil semua makanan yang mereka butuhkan dan kembali ke tanah Kanaan.
18 Katakan kepada mereka untuk membawa ayahmu dan keluarga mereka kemari, kepadaku. Aku akan memberikan tanah yang terbaik di Mesir kepadamu untuk tempat tinggal. Dan, keluargamu bisa makan makanan terbaik yang kita miliki di sini.”
19 “Dan sekarang, aku memerintahkanmu, Yusuf, untuk mengatakan ini kepada mereka: Ambillah beberapa kereta terbaik dari tanah Mesir bagi anak-anak dan bagi istri-istri kalian, dan bawalah ayah kalian kemari.
20 Jangan khawatir dengan barang-barang yang terpaksa mereka tinggalkan, karena yang terbaik di seluruh tanah Mesir akan menjadi milikmu.”
21 Maka, anak-anak Israel melakukannya. Yusuf memberikan kepada mereka beberapa kereta seperti yang diperintahkan Firaun. Yusuf juga memberikan makanan secukupnya untuk perjalanan mereka. (Kej 45:16-21)
Israel berkata, “Sekarang aku percaya kepadamu. Anakku Yusuf masih hidup! Aku akan pergi melihat dia sebelum aku mati!” (Kej 45:28)
1 Maka, Israel membawa semua yang dimilikinya dan memulai perjalanannya. Ketika ia sampai di Bersyeba, ia mempersembahkan kurban kepada Allah yang disembah Ishak, ayahnya.
2 Pada waktu malam, Allah berbicara kepada Israel dalam mimpi, “Yakub, Yakub.” Israel menjawab, “Ya Tuhan.”
3 Kemudian, Allah berkata, “Akulah Allah, Allah ayahmu. Jangan takut pergi ke Mesir karena Aku akan membuatmu menjadi bangsa besar.
4 Aku akan pergi ke Mesir menyertaimu, dan Aku akan membawamu keluar dari sana. Kamu akan mati di sana, tetapi tangan Yusuf sendiri yang akan menutup matamu bila kamu mati.”
5 Yakub meninggalkan Bersyeba dan melanjutkan perjalanan ke Mesir. Anak-anak Israel, membawa ayah, istri-istri, dan semua anak mereka ke Mesir. Mereka menaiki kereta yang berikan Firaun. (Kej 46:1-5)
Yusuf tahu bahwa ayahnya datang. Jadi, ia mempersiapkan keretanya dan keluar menemui Israel, ayahnya, di Gosyen. Ketika Yusuf melihat ayahnya, ia memeluk lehernya dan menangis untuk waktu yang lama. (Kej 46:29)
31 Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya dan seluruh keluarganya yang lain, “Aku akan pergi menemui Firaun dan berkata, ‘Saudara-saudaraku dan seluruh keluarga ayahku yang tinggal di Kanaan telah datang kepadaku.
32 Mereka adalah para gembala yang selalu memelihara domba dan lembu. Mereka membawa semua ternak dan segala sesuatu milik mereka ke sini.
33 Bila Firaun memanggil kalian dan bertanya, ‘Apa pekerjaan kalian?’
34 Katakan kepadanya, ‘Hamba-hambamu ini sudah menjaga ternak dari sejak muda sampai sekarang, baik kami maupun nenek moyang kami.’ Maka, Firaun akan mengizinkan kalian tinggal di tanah Gosyen karena orang-orang Mesir tidak suka pekerjaan gembala.” (Kej 46:31-34)
Yusuf memberitahu Firaun bahwa keluarganya sudah datang. Yusuf memilih lima saudaranya untuk menghadap Firaun. Firaun memang menanyakan mereka, apakah pekerjaanmu? Mereka menjawab kepada Firaun sesuai seperti yang Yusuf perintahkan.
5 Firaun berkata kepada Yusuf, “Ayah dan saudara-saudaramu telah datang kepadamu.
6 Tanah Mesir terbuka untukmu. Pilihlah tempat terbaik di negeri ini untuk ayah dan saudara-saudaramu. Mereka boleh tinggal di tanah Gosyen. Jika ada di antara mereka yang terampil, mereka boleh menggembalakan ternakku.”
7 Kemudian, Yusuf memanggil Yakub, ayahnya, untuk masuk menghadap Firaun. Dan, Yakub memberkati Firaun. (Kej 47:5-7)
Yusuf menunjukkan kepada ayahnya dan saudara-saudaranya tempat untuk menetap dan memberikan kepada mereka tanah milik di tanah Mesir, di tempat yang terbaik di negeri itu, di tanah Rameses, seperti yang diperintahkan Firaun. Yusuf juga menyediakan ayah dan saudara-saudaranya dengan makanan, sesuai dengan jumlah anak-anak mereka.
Mengapa Yusuf meminta keluarganya untuk Mengaku sebagai Gembala?
Sampai di sini, kita dapati ada hal yang aneh di sini. Pertama, kenapa Yusuf menginstruksikan mereka untuk memberitahu Firaun secara rinci bahwa mereka adalah para penggembala kambing domba padahal dia tahu bahwa penggembala merupakan kekejian bagi orang Mesir. Tentu saja, dari Abraham sampai generasi mereka, mereka adalah penggembala. Namun, mereka bisa mengubah pekerjaan mereka. Yusuf adalah seorang perdana menteri Mesir, dengan pasti dia bisa mengubah profesi mereka. Dia bisa menjadikan mereka sebagai pegawai-pegawai Mesir karena Firaun berkata, “Jika engkau tahu di antara mereka orang-orang yang tangkas, tempatkanlah mereka menjadi pengawas ternakku.” Namun, Yusuf tidak melakukan itu. Saudara-saudaranya hidup mandiri dengan menggembalakan kambing domba mereka sendiri.
Mengapa Yusuf Memilih Tanah Gosyen untuk Keluarganya?
Kedua, Firaun berkata, Tanah Mesir ini terbuka untukmu. “Kamu dapat memilih sesukamu tempat untuk menetap.” Yusuf telah memilih tanah Gosyen untuk mereka. Sekalipun tanah Gosyen adalah tanah terbaik di Mesir dalam hal kesuburan, pada kenyataannya, tanah Gosyen merupakan perbatasan Mesir, jauh dari kota yang makmur dan berjauhan dengan orang Mesir. Misalnya sekarang anda berada di Amerika, tetapi anda memilih hidup jauh sekali dari kota-kota yang makmur di Amerika. Hidup mandiri sendiri di desa yang terpencil di bagian barat. Sekalipun tanahnya subur, anda hidup sendiri, terpisah sepenuhnya dari orang Amerika. Anda belum bergabung dengan penduduk Amerika. Tentu saja, orang yang pergi ke Amerika tidak ingin hidup seperti ini. Mengapa anda mau ke Amerika? Karena anda menyukai kehidupan Amerika yang modern. Kenapa anda mau hidup memisahkan diri dari kehidupan Amerika?
Yusuf Melestarikan Bangsa Israel
Tepatnya, Mesir adalah negeri yang sangat kuat pada masa itu, bukan semua orang bisa pergi ke situ. Orang Mesir bangga pada negeri mereka, dan memandang rendah negara-negara lain. Yusuf sebagai seorang perdana menteri Mesir, dia dapat menjadikan keluarganya menjadi warga Mesir, dan menjadi pejabat yang berpengaruh dalam lapisan sosial di Mesir. Kenapa dia tidak melakukan itu? Di sinilah kita melihat iman Yusuf. Dia tidak peduli akan kenyamanan hidup di dunia ini dan dia tidak mencari posisi yang menonjol untuk keluarganya. Apa yang dia inginkan adalah janji Allah, yaitu negeri yang dijanjikan Allah kepada Abraham, Ishak dan Yakub. Yusuf sangat jelas bahwa Allah menjanjikan mereka tanah Kanaan. Namun, kemudian mereka merantau untuk sementara di Mesir. Pada akhirnya, Allah akan membawa mereka keluar dari Mesir. Hal ini juga yang Allah katakan kepada Yakub sebelum dia pergi ke Mesir, “Aku juga akan membawa engkau kembali.”
Namun, jumlah anak cucu Yakub yang dibawa ke Mesir berjumlah tujuh puluh jiwa. Itu jumlah yang kecil, sangat mudah untuk terasimilasi ke dalam masyarakat Mesir lewat pernikahan dengan orang-orang setempat. Untuk menghindari agar sukunya tidak bercampur baur dengan orang Mesir dan kehilangan janji Allah, Yusuf menggunakan cara ini untuk memisahkan orang Israel dari orang Mesir. Demikianlah dia sepenuhnya melestarikan suku ini yang mana 400 tahun kemudian berkembang menjadi jutaan jiwa. Lalu, mereka dipimpin Allah untuk keluar dari Mesir menuju tanah Kanaan. Semua ini terjadi berkat Yusuf. Kita harus memberikan penghargaan kepada Yusuf. Dia tidak hanya menyelamatkan kaum Israel dari kelaparan, tetapi melestarikan bangsa Israel dan melindungi mereka dari pengaruh budaya orang Mesir yang kuat. Yusuf memainkan peran yang tak terlupakan dalam Perjanjian Lama dalam memastikan janji kepada Israel tergenapi.
Berkat Yakub untuk Yusuf dan keturunannya
Setelah Yusuf menempatkan keluarganya di Gosyen, bangsa Israel hidup di sana dengan damai. Yakub sudah tua dan dia hidup selama 17 tahun di Mesir. Setelah 17 tahun, ketika hampir waktunya kematiannya, dia meminta Yusuf untuk datang dan memberkati kedua anak Yusuf. Pada masa itu, anak sulung akan mewarisi dua bagian dari warisan. Sekalipun Yusuf dalam urutan adalah yang ke 11 dari 12 bersaudara, Yakub memilih Yusuf untuk menjadi anak sulungnya untuk mewarisi berkat dan menerima dua bagian dari warisan. Jadi nantinya dari 12 suku Israel, keturunan Yusuf mendapatkan jatah dua suku melalui kedua anaknya. Manasye dan Efraim.
Selanjutnya Yakub meminta ke 12 anaknya untuk datang dan dia bernubuat dan memberkati mereka. Ketika dia berbicara tentang Yusuf dia berkata seperti ini,
22 “Yusuf adalah seperti pohon anggur yang subur, pohon anggur yang subur di dekat mata air, yang cabang-cabangnya memanjat dinding.
23 Para pemanah menyerangnya dengan membabi buta, mereka memanahi dan mengacaukannya.
24 Tetapi, busur Yusuf tetap kokoh, dan lengannya kuat. Kekuatannya berasal dari Yang Mahakuasa, pelindung Yakub, karena Sang Gembala adalah Batu Karang Israel.
25 Semoga Allah ayahmu akan menolongmu. Semoga Allah Yang Mahakuasa memberkatimu. Semoga Dia memberkatimu dengan hujan dari langit di atas, dengan sumber air dari bawah bumi, dan dengan berkat buah dada dan rahim.
26 Nenek moyangmu diberkati banyak hal baik. tetapi aku, ayahmu, bahkan lebih diberkati lagi. Kiranya semua berkat itu turun ke atas kepala Yusuf dan ke atas mahkota dari kepala dia yang teristimewa dari antara saudara-saudaranya.” (Kej 49:22-26)
Berkat yang Yusuf dapatkan dari Allah itu memang membuat iri. Bahkan jika anda melihat sejarah Perjanjian Lama, Yusuf bukan hanya menduduki dua suku, tetapi kedua suku ini sangat kuat dan berpengaruh. Di Yosua pasal 16-17, setelah Yosua memimpin orang Israel untuk mendapatkan tanah perjanjian Allah, ayat di 17:17 khusus berkata, keturunan Yusuf sangat banyak jumlahnya dan mempunyai kekuatan yang besar.
Ketika Israel menjadi sebuah kerajaan, dan Daud dari keturunan Yehuda menjadi raja. Namun, oleh karena Salomo anak Daud tidak setia kepada Allah sampai masa tuanya, Allah membagi Israel menjadi dua. Suku Yehuda dan Benyamin menjadi kerajaan Yehuda, yang juga disebut kerajaan Selatan. Dan 10 suku lainnya menjadi kerajaan Israel. Yang disebut sebagai kerajaan Utara. Dalam Alkitab, Allah sering memanggil bangsa selatan sebagai Yehuda dan bangsa utara, Allah sebut “Yusuf”. Jadi, kita dapat melihat bahwa Allah benar-benar memberkati Yusuf dengan limpah.
Rahasia Memperoleh Berkat Besar dari Allah
Namun, kenapa Allah memberi Yusuf berkat yang demikian besar? Perhatikan pada apa yang Yakub katakan tentang Yusuf, “orang yang teristimewa di antara saudara-saudaranya.” Dia benar-benar berbeda daripada saudaranya. Dalam hal apa ia berbeda? Mari membuka di Mazmur 128:1-4:
1 Berbahagialah setiap orang yang takut akan YAHWEH, yang berjalan pada jalan-jalan-Nya.
2 Engkau akan makan hasil pekerjaan tanganmu, kamu akan bahagia dan itu baik bagimu.
3 Istrimu akan menjadi seperti pohon anggur yang berbuah di dalam rumahmu, anak-anakmu akan menjadi seperti tunas-tunas pohon zaitun sekeliling mejamu.
4 Lihat, begitulah akan diberkati orang yang takut akan YAHWEH.
Dikatakan di sini, “seperti sebuah pohon anggur yang berbuah lebat.” Sama seperti berkat Yakub atas Yusuf, “Yusuf seperti cabang yang berbuah lebat.” Siapa yang dapat memperoleh berkat seperti itu? Ayat sebelum dan sesudahnya, keduanya mengatakan “seorang yang takut akan YAHWEH.” Tepatnya karena Yusuf takut akan Allah, maka Allah menganugerahkan berkat yang besar baginya. Apakah anda dan saya ingin mendapatkan berkat Allah? Hanya satu rahasianya: Takut akan Allah.
Kehidupan Yusuf adalah kehidupan yang takut akan Allah! Kita masih dapat melihat hal ini pada perikop berikutnya. Ketika saudara-saudara Yusuf melihat, bahwa ayah mereka telah mati, berkatalah mereka:
15 Ketika saudara-saudara Yusuf menyadari bahwa ayah mereka telah meninggal, mereka berkata “Bagaimana jika Yusuf menyimpan dendam dan akan membalas semua kejahatan yang telah kita lakukan kepadanya?”
16 Jadi, mereka mengirimkan pesan kepada Yusuf. Kata mereka: “Sebelum mati, ayahmu meninggalkan pesan ini kepadamu.
17 Ia berkata, ‘Katakan kepada Yusuf, ampunilah pelanggaran saudara-saudaramu dan dosa-dosa mereka sebab mereka pernah melakukan kesalahan terhadapmu.’ Karena itu, ampunilah kesalahan dari hamba-hamba Allah ayahmu ini.” Yusuf menangis saat saudara-saudaranya mengatakan ini kepadanya.
18 Kemudian, saudara-saudara Yusuf datang dan sujud di hadapannya. Kata mereka, “Lihatlah, kami ini hambamu.”
19 Lalu, Yusuf berkata kepada mereka, “Jangan takut! Apakah aku ini Allah?
20 Memang benar bahwa kalian merencanakan yang jahat terhadap aku, tetapi Allah menjadikannya baik; yaitu supaya aku dapat melakukan apa yang telah terjadi sekarang ini, menyelamatkan hidup banyak orang.
21 Jadi, jangan takut. Aku akan memelihara kalian dan anak-anak kalian.” Demikianlah Yusuf menenangkan saudara-saudaranya dan berbicara dengan ramah kepada mereka. (Kej 50:15-21)
Kita lihat Yusuf sepenuhnya mengampuni mereka. Dia berkata, “Apakah aku ini Allah?” Kalimat ini sangat menyentuh. Dia dapat melihat, “kamu mereka-rekakan yang jahat terhadap aku; tetapi Allah mereka-rekakan untuk kebaikan, Allah ingin menyelamatkanmu. Apakah aku Allah? Yusuf seorang yang sungguh-sungguh takut akan Allah”.
Yusuf hidup seratus sepuluh tahun. Jadi, Yusuf sempat melihat anak cucu Efraim sampai keturunan yang keempat; pada saat-saat terakhirnya Yusuf berkata:
24 Kemudian, Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya, “Hari kematianku hampir tiba. Akan tetapi, Allah pasti akan memperhatikanmu dan membawamu keluar dari negeri ini ke tanah yang dijanjikan-Nya dalam sumpah kepada Abraham, Ishak, dan Yakub.”
25 Yusuf meminta anak-anak Israel bersumpah kepadanya. Katanya, “Allah pasti akan memperhatikan kamu. Karena itu, nanti, bawalah tulang-tulangku keluar dari sini.” (Kej 50:24-25)
Yusuf tidak tertarik dengan kemuliaan Mesir
Oleh karena Yusuf telah diangkat sampai ke tingkat yang tertinggi menjadi perdana menteri Mesir, Firaun Mesir pasti akan memberikan kepadanya tanah yang baik sebagai kuburannya. Atau, dia dapat dikuburkan di kuburan kerajaan dan mempunyai kuburan yang dibuat sangat megah, sama seperti Piramida sekarang ini. Sekarang ini, karena kekaguman banyak orang masih mengunjungi piramida-kuburan Firaun. Pada masa itu, merupakan penghormatan yang paling besar. Namun, Yusuf tidak peduli tentang itu, dia tidak menginginkan kemuliaan dan status orang Mesir, dia menginginkan berkat Allah. Dan dia percaya bahwa Allah akan membawa orang Israel untuk meninggalkan Mesir menuju tanah yang Allah janjikan. Sekalipun dia tidak mendapatkannya semasa hidup, dia ingin tulang-tulangnya mendapat tempat di negeri yang Allah janjikan kepada mereka.
Betapa besar imannya! Maka, Ibrani pasal 11 menuliskan nama Yusuf dalam daftar teladan iman. Ibrani 11:22 berkata,
Oleh iman, Yusuf, pada akhir hidupnya, berbicara tentang keluarnya bangsa Israel dari Mesir dan memberi perintah sehubungan dengan tulang-tulangnya.
Alkitab memuji iman Yusuf. Pantaslah dia dapat mewarisi gelar anak sulung Yakub dan mendapat dua bagian dalam warisan.
Penderitaan dan Kemuliaan
Melihat seluruh kehidupan Yusuf, dia sungguh-sungguh orang yang luar biasa. Hidupnya dapat disimpulkan dalam dua gambaran: penderitaan dan kemuliaan. Dia benar-benar berbeda dari nenek moyangnnya, Abraham, Ishak dan Yakub. Dia mengalami kehidupan yang paling menyakitkan dan juga kemuliaan hidup yang paling besar. Tentu sekali, Yakub banyak mengalami penderitaan, tetapi kita lihat penderitaan Yakub sebagian besarnya disebabkan oleh dirinya sendiri. Itulah akibat dosa. Yusuf sangat berbeda, Yusuf mempunyai pengalaman yang buruk yang disebabkan oleh saudara-saudaranya yang iri kepadanya. Suatu kemalangan yang tidak disangka-sangka. Allah memakai penderitaan untuk memimpin Yusuf untuk memperoleh sesuatu yang besar dan menerima kemuliaan yang besar.
Penderitaan adalah Pelatihan Terbaik bagi Umat Allah
Mari kita membuka Mazmur 105:17-22:
17 Ia mengutus seseorang mendahului mereka, Yusuf, yang dijual sebagai budak.
18 Mereka melukai kakinya dengan belenggu, lehernya dimasukkan ke dalam rantai besi,
19 hingga waktu untuk nubuatan-Nya tiba, perkataan YAHWEH menguji dia.
20 Raja menyuruh orang untuk melepasnya, penguasa suku-suku bangsa membebaskannya.
21 Ia menjadikan dia tuan atas rumahnya, dan memerintah atas semua harta miliknya,
22 untuk mengikat pemimpin-pemimpin dengan kehendak hatinya, dan mengajarkan hikmat kepada tua-tuanya.
Alkitab tidak pernah berkata bahwa Yusuf menderita karena dia telah berdosa. Dikatakan di sini, tujuan Allah menguji dia adalah agar dia akhirnya memimpin orang-orang dan menjadi tuan atas orang-orang kerajaan. Sebenarnya Allah melatih hambanya untuk mendapatkan sesuatu yang besar dengan menggunakan alat penderitaan. Di mana-mana di dalam Alkitab dan dalam berbagai pengalaman hamba-hamba Allah yang besar memperlihatkan prinsip ini kepada kita. Penderitaan adalah pelatihan yang terbaik, tetapi tidak semua orang dapat menuai kebaikan dari hal itu kecuali kita sama seperti Yusuf yang tetap tekun dalam takut akan Allah dengan kepercayaan dan iman di dalam penderitaan.
Yusuf – Contoh orang yang Setia dalam Hal-hal Kecil
Kita sudah banyak membicarakan tentang sikap takutnya akan Allah dan kepercayaannya kepada Allah. Dalam sisi kesetiaan, tidak peduli dalam situasi apa pun, apakah sebagai budak Potifar, ataupun di dalam penjara, Yusuf dapat dengan setia hidup takut akan Allah. Dia dapat mengurus hal-hal yang diserahkan tuannya kepadanya. Secara tepatnya, karena dia setia dalam hal-hal kecil ini, Allah memberikannya otoritas yang besar untuk menjadi perdana menteri Mesir dan dia dengan setia menggenapi misi Allah: menyelamatkan orang Israel. Dalam waktu yang sama, dia juga setia dalam mengurus segala hal yang Firaun serahkan kepadanya. Dia membuat Mesir melewati masa kelaparan. Bukan hanya Mesir tidak binasa, Yusuf juga menjadikan Firaun memiliki seluruh tanah Mesir.
Jadi, Yusuf dapat dengan berhasil melalui pelatihan penderitaan dan mendapat keuntungan, karena ia mempunyai kualitas: takut akan Allah, mempercayai Allah dan setia kepada Allah.
Yusuf – Bayangan dari Yesus Kristus
Sebenarnya dari Yusuf kita dapat melihat bayangan Yesus Kristus: mereka merupakan anak terkasih ayahnya. Yesus adalah anak tunggal Bapa surgawi. Sekalipun Yusuf bukanlah anak tunggal, tetapi dia yang paling dikasihi ayahnya.
Mereka berdua sama-sama ditolak dan dijual oleh saudara-saudaranya. Orang Israel memandang suku mereka sebagai keluarga. Mereka semua bersaudara. Yesus ditolak dan dijual oleh orang Israel, saudaranya sendiri.
Mereka dijual dengan harga yang murah. Yusuf dijual saudaranya senilai 20 syikal perak, Yesus dijual oleh Yudas senilai tiga puluh perak.
Mereka direndahkan begitu hina. Yusuf menjadi budak dan tahanan. Yesus ditangkap dan diperlakukan dengan buruk dan disalibkan sampai mati sebagai seorang penjahat.
Keduanya mengampuni saudara-saudara mereka yang telah memperlakukan mereka dengan buruk dan menjadi juru selamat mereka. Yusuf mengampuni saudara-saudaranya dan membawa mereka ke Mesir, memelihara mereka dan menyelamatkan suku Israel. Yesus mengampuni orang-orang yang menyalibkan dia dan menjadi sumber keselamatan seluruh umat manusia.
Mereka ditinggikan. Yusuf menjadi perdana menteri Mesir, negara terkuat di dunia pada masa itu. Dia berkedudukan paling tinggi, hanya di bawah seorang Firaun. Yesus Kristus diangkat ke tempat yang paling tinggi, duduk di sebelah kanan Bapa surgawi. Allah memberikannya segala kuasa.
Jadi, kehidupan Yusuf meramalkan Yesus Kristus, yang datang kemudian.
Kesimpulan
Mari kita menarik sebuah kesimpulan kecil. Hari ini kita melanjutkan untuk melihat Yusuf yang takut akan Allah. Yusuf diberkati Allah dan mewarisi warisan anak sulung.
Kita juga melihat kepercayaan Yusuf pada Allah. Dia menempatkan seluruh keluarganya di tanah Gosyen yang berada di perbatasan Mesir. Mereka terus menjadi penggembala yang merupakan kejijikan bagi orang Mesir dan menetap jauh dari orang Mesir. Yusuf tidak peduli akan kenyamanan hidup di Mesir dan dia tidak mengejar agar menjadi sebuah keluarga yang menonjol dan berstatus tinggi di Mesir. Yang dia inginkan adalah janji Allah. Ia tidak ingin orang Israel bercampur baur dengan orang Mesir. Bahkan sebelum ia mati, Yusuf meminta saudara-saudaranya untuk bersumpah untuk membawa tulang-tulangnya ke tanah yang Allah janjikan sehingga tulangnya dapat menempati suatu tempat di tanah perjanjian.
Yusuf bukanlah orang biasa. Seluruh kehidupannya dapat digambarkan dalam dua gambaran: penderitaan dan kemuliaan. Dalam penderitaan, dia dengan teguh takut akan Allah, percaya pada Allah dan setia kepada-Nya. Allah melatih hambanya untuk mendapatkan hal-hal yang besar melalui penderitaan.
Akhirnya, kita melihat bahwa Yusuf merupakan bayangan yang indah dari Yesus sang Mesias.