Ev. Xin Lan | Yusuf (4) |

Hari ini kita melanjutkan untuk melihat Yusuf. Kita sudah sampai pada Yusuf bagian keempat. Dari tiga pesan yang lalu, kita melihat bahwa rahasia Yusuf adalah, “takut akan Allah.” Selama 13 tahun menderita, prinsip yang tidak pernah lepas dari Yusuf adalah hidup dengan takut akan Allah dan karena itu dia berhasil menjauhi kejahatan. Prinsip kehidupan inilah yang membuat Allah menyertai dan menolong dia terus.

Setelah Yusuf diangkat ke tempat yang paling tinggi menjadi Perdana Menteri Mesir, dia tidak dimabukkan oleh kekuasaan dan berhenti untuk takut akan Allah. Dia memberi nama kedua anaknya, Manashe dan Efraim yang berarti, “Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku,” dan, “Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku.” Allah tetap menjadi fokus Yusuf dalam kesusahan maupun kesenangan.

Ketika saudara-saudara Yusuf yang menyebabkan dia menderita selama 13 tahun, sujud di hadapannya, tidak seperti manusa pada lazimnya, Yusuf tidak berniat untuk membalas dendam. Sekali lagi karena dia hidup berprinsipkan takut akan Allah. Seorang yang takut akan Allah tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.                       

Tentu saja, sekalipun Yusuf tidak membalas dendam untuk dirinya, dapatlah dimengerti mengapa dia tidak begitu naif langsung mempercayai saudara-saudaranya. Yusuf tidak tahu apakah mereka sudah berubah. Jadi, dia menguji mereka dengan menahan Simeon di penjara dan memerintahkan mereka membawa Benyamin ke Mesir sebelum Simeon dilepaskan.


Yakub Tidak Mau Melepaskan Benyamin

Hari ini kita akan melanjutkan untuk melihat topik ini. Ketika kesembilan saudara Yusuf kembali ke Kanaan, mereka memberitahu Yakub ayah mereka, semua yang terjadi pada mereka. Yakub, ayah mereka, berkata:

“Apakah kamu mau aku kehilangan semua anakku? Yusuf telah pergi. Simeon telah pergi. Dan, sekarang kamu mau membawa Benyamin juga? Aku tidak akan membiarkan Benyamin pergi denganmu. Saudaranya telah mati dan hanya dia anak yang masih tinggal dari istriku, Rahel. Jika sesuatu terjadi padanya dalam perjalanan ke Mesir, hal itu akan membuatku yang sudah tua ini turun ke alam kubur dalam dukacita.”

Masalah ini dibiarkan saja begitu tanpa ada solusi karena Yakub tidak mau melepaskan Benyamin untuk dibawa ke Mesir. Setelah gandum yang dibawa mereka dari Mesir habis dimakan, karena kelaparan begitu hebat di negeri itu. Berkatalah ayah mereka: “Pergilah kembali ke Mesir dan belilah beberapa makanan.” 

3 Namun, Yehuda berkata kepada ayahnya, “Akan tetapi, orang itu sudah memperingatkan kami dengan sungguh-sungguh, katanya, ‘Jika kalian tidak membawa saudara kalian kepadaku, kalian tidak akan melihatku lagi.’
4 Jika engkau mengutus Benyamin bersama kami, kami akan pergi dan membeli gandum.
5 Jika engkau tidak mau mengutus Benyamin, kami tidak akan pergi. Sebab, gubernur itu telah memperingatkan kami, ‘Kalian tidak akan melihat wajahku, kecuali jika saudaramu itu datang bersama kalian.’”
6 Israel berkata, “Mengapa kamu memperlakukanku dengan sangat buruk dengan mengatakan kepada gubernur itu bahwa kalian masih memiliki saudara yang lain?”
7 Mereka menjawab, “Orang itu menanyai kami dengan mendetail tentang kami dan keluarga kita. Ia bertanya, ‘Apakah ayah kalian masih hidup? Apakah ada saudaramu yang lain di rumah?’ Kami hanya menjawab pertanyaannya. Kami tidak menyangka ia akan meminta kami membawa saudara kami kepadanya!”
8 Lalu, Yehuda berkata kepada Israel, ayahnya, “Izinkan Benyamin pergi bersamaku dan kami akan segera berangkat ke Mesir, supaya kita tetap hidup dan tidak mati, baik kami, engkau, maupun keturunan kami.
9 Aku akan memastikan bahwa ia selamat. Aku akan bertanggung jawab atasnya. Jika aku tidak membawa dia kembali kepadamu, biarlah aku yang menanggung hukuman selamanya.
10 Jika waktu itu engkau membiarkan kami pergi, kami sudah dapat mengadakan dua kali perjalanan mengambil makanan.”

Yakub terpaksa mengalah karena tidak ada cara lain lagi, sebab jikalau dia tidak mengizinkan mereka membawa Benyamin, hanya maut yang menanti mereka.

11 Lalu, ayah mereka berkata, “Jika memang demikian, bawalah Benyamin bersama kalian. Akan tetapi, bawalah beberapa pemberian untuk gubernur itu. Bawalah beberapa pemberian yang dapat kita kumpulkan dari tanah kita. Bawalah madu, kacang kenari, buah badam, kemenyan, dan mur untuknya.
12 Kali ini, bawalah uang dua kali lipat. Bawalah juga uang yang dahulu kaubayarkan, yang dikembalikan kepadamu. Mungkin gubernur itu telah melakukan kesalahan.
13 Bawalah Benyamin, dan kembalilah kepada orang itu.
14 Aku berdoa agar Allah Yang Mahakuasa akan menolong kalian saat kalian berdiri di depan gubernur itu. Aku berdoa agar ia membiarkan Benyamin dan Simeon kembali dengan selamat. Jika tidak, aku akan sedih lagi karena kehilangan anak-anakku.”

Lalu saudara-saudara Yusuf mengambil persembahan itu dan mengambil uang dua kali lipat banyaknya, beserta Benyamin juga; mereka bersiap bepergian ribuan mil pergi ke Mesir.

16 Ketika Yusuf melihat Benyamin ada bersama mereka, ia berkata kepada hambanya, “Bawalah orang-orang itu ke rumahku. Sembelihlah seekor ternak dan masaklah. Mereka akan makan siang bersamaku.”
17 Hamba itu melakukan seperti yang diperintahkan kepadanya. Ia membawa mereka ke rumah Yusuf.
18 Mereka takut ketika mereka dibawa ke rumah Yusuf dan berkata, “Kita dibawa kemari karena uang yang dimasukkan kembali ke dalam karung kita waktu itu. Mereka akan memakainya sebagai bukti untuk melawan kita dan mencuri keledai kita serta membuat kita menjadi hamba mereka.”
19 Maka, mereka menemui kepala pelayan rumah Yusuf.
20 Mereka berkata, “Tuan, izinkan kami menjelaskan sesuatu. Waktu pertama kali kami datang kemari, kami bertujuan untuk membeli makanan.
21 Dalam perjalanan pulang, kami membuka karung kami dan menemukan uang dalam setiap karung. Kami tidak tahu bagaimana hal itu terjadi, tetapi kami membawa uang itu untuk kami kembalikan kepadamu. Dan kami telah membawa uang lebih untuk membayar makanan yang mau kami beli sekarang.”
23 Akan tetapi, hamba itu menjawab, “Jangan takut; Allahmu, Allah ayahmu, pasti telah memasukkan uang itu ke dalam karungmu sebagai pemberian. Aku ingat bahwa kamu telah membayar kepadaku untuk gandum waktu itu.” Kemudian, hamba itu membawa Simeon keluar dari penjara.

26 Ketika Yusuf datang, saudara-saudara itu memberikan kepadanya semua hadiah yang mereka bawa. Lalu, mereka sujud sampai ke tanah di depan Yusuf.
27 Yusuf menanyakan tentang kabar mereka. Kemudian, ia berkata, “Bagaimana kabar ayah kalian yang sudah tua itu, yang kamu ceritakan kepadaku? Apakah dia masih hidup dan sehat?”
28 Mereka menjawab, “Ya Tuan, ayah kami masih hidup.” Dan, mereka kembali bersujud di hadapan Yusuf.
29 Lalu, Yusuf melihat saudaranya, Benyamin, yang satu ibu dengannya. Yusuf berkata, “Apakah dia saudara bungsumu yang kamu ceritakan kepadaku?” Kemudian, Yusuf berkata kepada Benyamin, “Allah memberkatimu, anakku!”
30 Yusuf ingin sekali menunjukkan kepada Benyamin, saudaranya, bahwa ia mengasihinya. Ia hampir menangis, tetapi ia tidak mau saudara-saudaranya melihatnya. Jadi, ia pergi ke kamar pribadinya dan menangis di sana.


Yusuf Mulai Menguji Saudara-saudaranya

33 Saudara-saudara Yusuf duduk di meja di depannya. Mereka saling berpandang-pandangan karena terkejut. Mereka didudukkan secara urut, mulai dari yang tertua sampai yang termuda.
34 Para pelayan mengambil makanan dari meja Yusuf dan membawanya kepada mereka. Namun, para pelayan itu memberikan kepada Benyamin lima kali lebih banyak daripada kepada yang lain. Mereka terus makan dan minum di sana bersama Yusuf hingga mereka hampir mabuk.

Makan bersama ini berlangsung sangat lama, mungkin sampai petang atau malam, maka Yusuf meminta mereka untuk menginap satu malam. Pada waktu yang sama diperintahkannyalah kepada kepala rumahnya:

“Isilah karung mereka itu dengan gandum sebanyak yang dapat mereka bawa. Lalu, masukkan uang mereka ke dalam karung mereka masing-masing. Masukkan gelas perakku ke dalam karung saudara yang termuda itu bersama uangnya.” Hamba itu menaati Yusuf.

Saudara-saudara Yusuf sangat senang, mereka diperlakukan dengan baik. Mereka sudah menyelesaikan apa yang seharusnya mereka lakukan. Sekarang, mereka dapat pergi dengan aman dan bertemu ayah mereka. Namun, baru saja mereka keluar dari kota itu, belum lagi jauh jaraknya, berkatalah Yusuf kepada kepala rumahnya:

“Pergi dan susul orang-orang itu. Saat kalian sudah menyusul mereka, katakan kepada mereka, ‘Mengapa kalian membalas kebaikan dengan kejahatan? Tuanku minum dari gelas itu, dan dia memakainya untuk mengetahui hal-hal rahasia. Apa yang kalian lakukan adalah jahat!’”

Ketika sampai kepada mereka, diberitakannyalah kepada mereka perkataan Yusuf itu. Jawab mereka kepadanya:

“Mengapa gubernur mengatakan hal demikian? Hambamu tidak mungkin melakukan hal seperti itu! Lihatlah, bahkan uang yang kami temukan di dalam karung kami telah kami bawa kembali dari tanah Kanaan kepadamu. Bagaimana mungkin kami mencuri perak atau emas dari rumah tuanmu? Jika gelas perak itu ditemukan pada salah satu dari hambamu ini, biarlah orang itu mati. Dan, kami juga akan menjadi hamba tuanku.”

Namun, jawab hamba Yusuf:

“Aku setuju. Hanya orang yang kedapatan membawa gelas perak akan menjadi hambaku, yang lain tidak bersalah.”

11 Kemudian, mereka masing-masing segera menurunkan karungnya ke tanah dan membukanya.
12 Hamba itu mulai memeriksa, dimulai dari saudara yang tertua dan berakhir pada saudara yang termuda. Ia menemukan gelas itu dalam karung Benyamin.
13 Maka, mereka merobek pakaian mereka. Setelah menaikkan kembali karung mereka ke atas keledai, mereka kembali ke kota.
14 Ketika Yehuda dan saudara-saudaranya kembali ke rumah Yusuf, Yusuf masih di sana. Saudara-saudara itu rebah ke tanah dan sujud di hadapannya. 15 Yusuf berkata kepada mereka, “Mengapa kalian melakukan ini? Apakah kalian tidak tahu bahwa orang sepertiku ini dapat mengetahui rahasia?”


Transformasi Saudara-Saudara Yusuf

Lalu tampillah Yehuda mendekatinya dan berkata:

18 “Tuan, biarkanlah hambamu menyampaikan sesuatu kepada Tuanku. Tolong jangan marah terhadap hambamu, karena engkau seperti Firaun sendiri.
19 Dulu, Tuanku pernah bertanya kepada hamba-hambamu ini, ‘Apakah kalian mempunyai ayah atau saudara?’
20 Dan kami menjawab kepadamu, ‘Kami mempunyai ayah — ia sudah tua. Dan kami mempunyai saudara bungsu. Ayah kami mengasihi anak itu karena ia lahir ketika ayah kami sudah tua. Saudara anak itu telah mati. Jadi, hanya ia anak yang masih tinggal dari ibu itu. Ayah kami sangat mengasihinya.’
21 Lalu engkau berkata kepada kami, ‘Bawalah saudara itu kepadaku. Aku mau melihat dia.’
22 Dan kami berkata kepadamu, ‘Anak muda itu tidak dapat datang. Ia tidak dapat meninggalkan ayahnya. Jika ayahnya kehilangan dia, ayahnya sangat sedih dan dia akan mati.’ 23 Namun engkau berkata kepada kami, ‘Kamu harus membawa saudara bungsumu jika tidak, aku tidak menjual gandum lagi kepadamu.’
24 Jadi kami kembali kepada ayah kami dan mengatakan kepadanya yang telah kaukatakan.
25 “Sesudah itu, Ayah kami mengatakan, ‘Kembali dan belilah lagi makanan untuk kita.’
26 Kami berkata kepada ayah kami, ‘Kami tidak dapat pergi tanpa saudara bungsu kami. Gubernur telah berkata bahwa ia tidak lagi menjual gandum kepada kami sampai ia melihat saudara bungsu kami.’
27 Lalu ayahku berkata kepada kami, ‘Kamu tahu bahwa istriku Rahel melahirkan dua anak bagiku.
28 Aku membiarkan seorang anak pergi, dan dia dibunuh binatang liar. Dan aku tidak melihatnya sejak itu.
29 Jika kamu membawa anak yang satu lagi dari aku, dan sesuatu terjadi kepadanya, aku akan menjadi sangat sedih sampai mati.’
30 Sekarang, bayangkan apa yang akan terjadi bila kami pulang tanpa saudara bungsu kami — anak itu sangat penting dalam hidup ayah kami!
31 Ayah kami akan mati jika ia melihat anak itu tidak beserta dengan kami — dan itu menjadi kesalahan kami. Kami menyuruh ayah kami ke kuburannya, ia seorang yang sangat sedih.
32 “Aku bertanggung jawab untuk anak muda itu. Aku berkata kepada ayahku, ‘Jika aku tidak membawa dia kembali kepadamu, engkau dapat menuntutku seumur hidupku.’
33 Sekarang aku meminta dengan sangat kepadamu, tolong biarkanlah anak itu kembali bersama saudara-saudaranya, dan aku akan tinggal dan menjadi hambamu.
34 Aku tidak dapat kembali kepada ayahku jika anak itu tidak bersamaku. Aku sangat takut akan apa yang akan terjadi pada ayahku.”

Setelah permohonan Yehuda yang menyentuh dan melihat duka saudara-saudaranya, Yusuf tidak dapat menahan hatinya. Ia menyuruh semua orang keluar dan menangislah ia keras-keras sehingga kedengaran kepada orang Mesir dan kepada seisi istana Firaun. Yusuf berkata kepada saudara-saudaranya: “Akulah Yusuf saudara kalian! Apakah ayahku masih hidup?”

Namun, saudara-saudaranya tidak dapat menjawab dia, karena situasi yang tiba-tiba berubah. Sebab, mereka takut dan gemetar menghadapi dia. Inilah Yusuf? Oh! Kita sudah menjualnya, bagaimana kalau ia membalas kepada kita?


Perspektif Yusuf tentang Penderitaannya

Lalu kata Yusuf kepada saudara-saudaranya itu:

4 “Tolong, mendekatlah kemari kepadaku.” Mereka mendekat kepadanya dan Yusuf berkata, “Akulah Yusuf, saudara kalian, yang kalian jual sebagai hamba kepada orang Mesir.
5 Dan sekarang, jangan bersedih atau menyesali diri karena kalian telah menjual aku ke sini. Karena, Allah menyuruh aku mendahului kalian untuk memelihara kehidupan.
6 Karena, masa kelaparan telah terjadi selama dua tahun di tanah ini dan masih akan ada lima tahun lagi di mana orang tidak dapat bercocok tanam atau memanen.
7 Maka, Allah mengutus aku ke sini mendahului kalian untuk melestarikan kelangsungan keturunan kalian di bumi dan menyelamatkan hidup kalian dengan cara yang luar biasa.
8 Oleh sebab itu, bukan kalian yang telah mengirim aku ke sini, melainkan Allah. Dan, Dia telah menjadikan aku seperti seorang ayah bagi Firaun, tuan atas rumah tangganya, dan menjadi seorang penguasa atas seluruh tanah Mesir.”
9 Yusuf berkata, “Segeralah pergi kepada ayahku. Katakan kepadanya, Yusuf anakmu mengirim pesan ini: ‘Allah telah membuat aku menjadi gubernur atas seluruh Mesir. Jadi, datanglah kepadaku segera. Jangan berlama-lama.
10 Engkau dapat tinggal dekat aku di tanah Gosyen. Engkau, anak-anakmu, cucu-cucumu, dan semua ternakmu dipersilakan datang.
11 Di Gosyen, aku akan mencukupi kebutuhanmu karena masih ada lima tahun kelaparan yang akan datang. Dengan demikian, engkau dan rumah tanggamu serta semua yang kaumiliki tidak akan kelaparan.’


Pengampunan, Ungkapan Takut kita pada Allah

Mereka semua berpelukan, Yusuf membiarkan dirinya dikenali oleh saudara-saudaranya dan ia menangis. Dapat kita lihat Yusuf sepenuhnya mengampuni saudara-saudaranya. Sekalipun saudara-saudaranya sudah begitu melukainya dan mendukakannya. Itu suatu fakta yang tidak dapat dimungkiri. Namun, kenapa Yusuf dapat mengampuni mereka? Perhatikan, Yusuf tiga kali menyebut hal ini, “Allahlah yang menyuruh aku mendahului kalian.” Yusuf dengan kematangan rohaninya, dapat melihat bahwa semua yang terjadi adalah pekerjaan Allah. Allah yang berkuasa atas semuanya. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk Yusuf tidak mengampuni. Jika aku tidak mengampuni kamu, itu berarti aku tidak menerima atau tidak setuju dengan pengaturan Allah. Seorang yang takut akan Allah akan benar-benar mampu mengampuni. Kuasa Allah yang memampukan kita untuk mengampuni dengan sungguh-sungguh dan bukan hanya di bibir.

Ketika kita melihat hidup kita sendiri, apakah kita bisa mengampuni? Dari hal ini, kita akan tahu apakah kita takut akan Allah, dan apakah kita memiliki hidup Allah? Sifat alami manusia tidak rela mengampuni. Itulah alasannya mengapa terjadinya begitu banyak permasalahan antara manusia. Suatu hal yang sudah terjadi sekian tahun, kita masih kesulitan untuk melupakannya. Dalam kehidupan kita masing-masing, mungkin kita punya banyak kenangan yang menyakitkan. Kita tidak mampu mengampuni selama 10 tahun, 20 tahun atau bahkan seumur hidup. Inilah sifat alami manusia. Jika anda menyakiti saya, dan itu hanyalah hal yang sepele sekalipun, saya tidak akan mengindahkan anda dan tidak mau bergaul dengan anda lagi. Jika itu hal besar, saya akan berusaha untuk membalas dendam.


Dua ujian yang direkayasa Yusuf

Yusuf benar-benar seorang yang takut akan Allah. Saudara-saudaranya menyebabkan dia menderita selama 13 tahun, tetapi ia mengampuni mereka dan memperlakukan mereka dengan baik. Tentu di dalam prosesnya Yusuf juga ingin memastikan apakah mereka sudah berubah atau belum. Yusuf menggunakan Benyamin untuk menguji mereka. Perhatikan ketika Yusuf mengundang mereka untuk makan bersama, Yusuf memberikan makanan kepada semua saudaranya, tetapi kepada Benyamin diberikan 5 kali lipat. Hal ini bukan hanya karena dia lebih mengasihi Benyamin, tetapi dia sengaja ingin melihat reaksi saudara-saudaranya yang lain. Nasib tragis yang menimpa Yusuf berawal dari perlakuan istimewa dari ayah mereka, Yakub, terhadap Yusuf. Perlakuan istimewa inilah yang mengakibatkan saudara-saudaranya iri kepadanya dan yang berakhir dengan rencana pembunuhannya. Semua yang Yusuf lakukan adalah upaya untuk melihat apakah mereka masih menyimpan cemburu kepada Benyamin, sebagaimana mereka menaruh cemburu kepadanya dulu.

Itulah yang membuat Yusuf dengan sengaja mengatur untuk piala peraknya berakhir di mulut karung Benyamin. Dia ingin melihat respon saudara-saudaranya. Berdasarkan sifat mereka sebelumnya, kalau mereka masih iri terhadap anak-anak kesayangan Yakub yang lahir dari Rahel, mereka akan menjadi sangat senang karena ada kesempatan untuk membalas. Namun, kali ini saudara-saudara Yusuf sudah berbeda. Mereka melindungi Benyamin dan ayah mereka. Perhatikan apa yang dikatakan oleh pelayan rumah Yusuf, “pada siapa kedapatan piala itu, hanya dialah yang akan menjadi budakku dan kamu yang lain itu akan bebas dari salah.” Namun, ketika piala itu ditemukan di mulut karung Benyamin, mereka tidak mau pergi. Sebaliknya mereka kembali ke rumah Yusuf. Yusuf mengulang perkataan ini sekali lagi, “Pada siapa kedapatan piala itu, dialah yang akan menjadi budakku, tetapi kalian ini, pergilah kembali dengan selamat kepada ayahmu.”

Dalam dua ujian yang direkayasa oleh Yusuf, Yusuf mau melihat respon saudara-saudaranya. Namun, mereka tidak rela meninggalkan Benyamin. Sebelumnya, Yehudalah yang memimpin saudara-saudaranya untuk menjual Yusuf. Ide yang akhirnya disetujui oleh saudara-saudaranya yang lain. Namun, kali ini, Yehuda meresikokan nyawanya untuk memohon kepada Yusuf. Dia rela untuk menggantikan Yusuf sebagai budak dan tidak ingin melihat ayahnya mati dalam dukacita.

Yehuda menyampaikan permohonan yang begitu menyentuh yang membuat Yusuf terharu. Pada saat itu, Yusuf tahu dengan pasti bahwa saudara-saudaranya sudah berubah. Dia memutuskan untuk memberitahu mereka bahwa dia adalah Yusuf, saudara mereka.


Apakah Pengampunan Tanpa Syarat atau Bersyarat?

Pokok yang perlu kita perhatikan adalah ini: Apakah karena saudara-saudura Yusuf sudah bertobat, maka Yusuf mengampuni mereka? Kita mungkin akan berkata, kita tidak mengampuni karena pihak yang merugikan kita tidak bertobat, maka sangatlah wajar untuk kita tidak mengampuni mereka! Bukankah kita harus melakukan apa yang Yusuf lakukan, yaitu menguji dulu? Harus pastikan bahwa musuh kita itu sudah bertobat atau belum. Baru setelah itu, kita membuat keputusan, untuk mengampuni dia atau tidak?

Sebenarnnya tidaklah demikian, Yusuf sudah lama mengampuni saudara-saudaranya. Itulah sebabnya dia tidak membalas dendam. Dari pihak kita, mengampuni ya mengampuni. Pengampunan kita tidak berdasarkan pada apakah pihak lawan sudah bertobat. Namun, di sisi Allah, Dia mempunyai otoritas ini. Hanya setelah bertobat, maka akan ada pengampunan dalam hubungan kita dengan Allah. Ini adalah soal keadilan dan kebenaran. Yusuf bertindak atas kehendak Allah yang memberikan otoritas untuk bertindak.

Pada waktu itu kedudukan Yusuf hanya di bawah Firaun saja. Dia memiliki otoritas untuk mencari tahu apakah saudaranya sudah bertobat atau belum. Ini karena alasan kebenaran. Allah memakai Yusuf untuk berurusan dengan permasalahan saudara-saudaranya. Jika mereka tidak bertobat, Allah tidak akan mengampuni mereka dan tidak akan menyelamatkan mereka. Demikian juga setiap dari kita, jika kita tidak bertobat, Allah juga tidak akan menyelamatkan kita.

Yusuf sebenarnya sedang melakukan kehendak Allah, bukan kehendaknya. Yusuf memiliki otoritas, dan demi kebaikan saudaranya, dia menguji saudaranya. Agar mereka dapat bertobat dan melangkah ke tahap berikutnya dalam keselamatan. Namun, hal ini bukanlah sesuatu untuk kita lakukan. Di pihak kita, kita mengampuni tanpa syarat dan urusan lainnya kita serahkan pada Tuhan. Saat Yusuf menguji saudara-saudaranya, dia selalu membawa persoalan ini di hadapan Allah. Contohnya di Kejadian 42, ketika mereka pertama kali datang pada Yusuf untuk membeli makan, Yusuf mengurung mereka 3 hari di penjara. Kemudian dia melepaskan mereka. Ayat 18 berkata, berkatalah Yusuf kepada mereka:

“Aku ini seorang yang takut akan Allah. Lakukanlah ini, dan aku akan membiarkan kalian hidup.”

Dan lagi, setelah Yusuf meletakkan uang yang mereka gunakan untuk membeli makan di mulut karung mereka, dan saat saudara-saudaranya menemukan uang itu, mereka sangat ketakutan. Mereka berkata kepada pelayan rumah Yusuf bahwa mereka tidak tahu siapa yang meletakkan uang di karung mereka. Apa kata kepala pelayan di rumah Yusuf?

Kepala rumah Yusuf berkata,

“Jangan takut; Allahmu, Allah ayahmu, pasti telah memasukkan uang itu ke dalam karungmu sebagai pemberian. Aku ingat bahwa kamu telah membayar kepadaku untuk gandum waktu itu.”

Sangat jelas Yusuflah yang memerintahkan kepala rumahnya untuk menjawab seperti ini. Yusuf mengarahkan pandangan saudara-saudaranya kepada Allah. Dalam seluruh ujian ini, Yusuf sedang mengajar dan mengarahkan mereka untuk takut akan Allah.


Kesimpulan            

Mari kita menarik kesimpulan kecil. Hari ini kita melihat saudara-saudara Yusuf datang ke Mesir untuk membeli bahan makanan untuk kedua kalinya. Mereka melakukan semua sesuai perintah Yusuf, yaitu membawa saudara Yusuf, Benyamin untuk pergi bersama mereka. Yusuf menguji mereka apakah mereka akan menyakiti Benyamin karena kecemburuan. Namun, kali ini, saudara-saudara terbukti sudah benar-benar berbeda dari sebelumnya. Mereka mempertimbangkan ayah mereka. Mereka bahkan rela menjadikan diri mereka budak daripada meninggalkan Benyamin sendirian di Mesir. Yusuf tersentuh dan terharu, dan akhirnya mengungkapkan kepada saudara-saudaranya bahwa dia adalah adik mereka.    

Kita juga melihat Yusuf sepenuhnya mengampuni mereka, kenapa? Yusuf dapat melihat bahwa semua ini datangnya dari Allah. Allah yang mengutus dia ke Mesir. Seorang yang takut akan Allah, akan sungguh–sungguh mengampuni.

Kita juga melihat bahwa Yusuf dari awalnya sudah mengampuni saudara-saudaranya. Namun, pada waktu yang bersamaan, dia juga memiliki otoritas untuk menguji saudara-saudaranya, untuk melihat apakah mereka sudah bertobat atau masih seperti sebelumnya. Dari sisi manusia, kita harus mengampuni tanpa syarat, ini adalah perintah Allah. Namun, dari sisi Allah, Ia tetap akan menekankan keadilan dan kebenaran. Jika kita tidak bertobat, Dia tidak akan mengampuni kita. Keselamatan adalah untuk orang yang bertobat.

 

Berikan Komentar Anda: