Pastor Mark Lee | Pembaruan Akal Budi (5) |

1 Karena itu, oleh kemurahan Allah, aku mendorong kamu, saudara-saudara, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah; itulah ibadahmu yang sejati. 2  Janganlah menjadi sama dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaruan akal budimu, sehingga kamu dapat membedakan apa yang menjadi kehendak Allah; apa yang baik, yang berkenan kepada Allah, dan yang sempurna. (Roma 12)

Hari ini kita akan melanjutkan dengan tema “pembaruan akal budi”. Di khotbah terakhir, saya sudah sampaikan dengan tegas bahwa perubahan pengetahuan tidak sama dengan pembaruan akal budi. Setelah jemaat menyimak pesan yang disampaikan, mereka menulis kepada saya hal-hal yang sudah mereka pelajari dari isi khotbah tersebut, agar saya bisa mengetahui perkembangan mereka. Saya sudah membaca sebagian besar dari respon yang masuk.

Kebanyakan dari tanggapan yang saya terima, bagian pertama berisi rangkuman isi khotbah yang ditulis dengan jelas dan akurat. Bagian yang kedua adalah pelajaran pribadi, dan pokok-pokok yang ingin saudara tingkatkan serta kejar secara rohani. Hal yang menarik adalah kebanyakan dengan baik memahami isi khotbah, setidaknya di tingkat pengetahuan. Namun, pada bagian penerapan, ternyata kebanyakan kembali ke hal-hal yang dulunya dikerjakan, yakni mengejar perubahan perilaku. Pokok-pokok yang ingin saudara belajar dan cara saudara ingin mencapainya justru bertolak-belakang dengan urusan pembaruan akal budi. Apakah saudara benar-benar sudah memahami isi seri khotbah ini? Sungguh membingungkan karena saudara tidak menghadapi masalah memahami isi khotbah. Namun, ketika tiba waktu untuk menerapkannya, saudara kembali pada apa yang sudah terbiasa saudara lakukan. Saya yakin saudara bisa memahami isi khotbah dari sisi teori, tetapi dalam penerapannya, saudara ternyata kembali ke jalan yang biasa saudara lakukan dulu. Dengan kata lain, saudara bisa memahami isi khotbah, tetapi hati saudara masih belum diperbarui dan belum berubah. Itu sebabnya mengapa saudara terus saja kembali ke cara yang sudah terbiasa saudara gunakan.

Keyakinan akan Kasih Allah: pengetahuan atau pembaruan akal budi?

Mari kita mulai dengan Yohanes 3:16,

“Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”

Saya hanya akan mengajukan satu pertanyaan kepada saudara dari ayat ini: Apakah saudara meyakini hal ini? Renungkanlah, apakah saudara benar-benar meyakini ayat ini? Apakah saudara yakin bahwa Allah mengasihi saudara sehingga Dia mengaruniakan anak-Nya yang tunggal kepada kita? Tidak ada orang lain di dunia ini yang mau melakukan hal itu, dan saya berani menjamin bahwa bahkan orang tua saudara tidak akan mau mengorbankan anaknya yang lain demi menyelamatkan saudara. Di sini disebutkan “Anak-Nya yang tunggal”. Putera-Nya yang hanya satu itu.

Setiap orang Kristen tahu ayat ini. Pada dasarnya setiap orang Kristen percaya bahwa ayat ini akurat, bahwa hal itu benar-benar terjadi. Allah benar-benar mengorbankan Anak-Nya demi kebutuhan dan manfaat bagi kita. Persoalannya adalah, apakah hal ini hanya suatu pengetahuan atau sudah menjadi pembaruan akal budi? Di sinilah letak persoalannya: setiap orang Kristen mengakui bahwa hal ini benar, dan setiap orang Kristen mempercayainya. Persoalannya adalah apakah kepercayaan saudara itu hanya sekadar pengetahuan atau pembaruan akal budi. Di sinilah letak perbedaannya.

Ada sekitar tujuh milyar orang di dunia ini, dan sepertiga dari mereka, sekitar 2,3 milyar, percaya bahwa Yesus Kristus telah disalibkan. Saya berani memastikan bahwa setidaknya 2 milyar dari total 2,3 hanya mempercayai hal itu sebatas pengetahuan saja. Saya tidak tahu apakah saudara termasuk salah satu dari mereka. Bagaimana saudara membedakannya? Saudara berkata bahwa saudara percaya Allah mengorbankan Anak-Nya bagi saudara. Bagaimana saudara bisa tahu bahwa kepercayaan saudara itu hanya berupa pengetahuan atau merupakan pemahaman yang datang dari pembaruan akal budi? Tahukah saudara perbedaan antara keduanya?


Ujian Menyingkapkan Apakah Kita sudah Diperbarui

Pada dasarnya, tidak terlalu sukar untuk mengetahuinya. Bayangkan jika saudara ke kantor esok hari dan petugas personalia memberi saudara surat pemecatan. Saudara resmi diberhentikan dan harus mengemasi barang-barang saudara dalam waktu setengah jam. Pada masa pendemi ini,  banyak perusahaan yang memberhentikan karyawan mereka karena kondisi bisnis yang tidak bagus. Tadinya saudara sedang memikirkan tentang tugas-tugas yang akan saudara kerjakan. Kemudian saudara menerima surat pemberhentian dan saudara tidak perlu lagi mengerjakan semua tugas tersebut. Dalam keadaan ekonomi seperti ini, di mana saudara akan mendapatkan pekerjaan? Berapa lama saudara harus berjuang mencari pekerjaan? Dalam situasi seperti ini, apakah saudara akan khawatir? Saudara tidak bisa membohongi diri saudara sendiri. Mungkin lebih mudah membohongi orang lain, tetapi sangat sukar membohongi diri sendiri.

Saat saudara sedang mencari pekerjaan, bahkan sekalipun saudara tidak keberatan bekerja sebagai kurir makanan, belum tentu saudara akan diterima. Ada yang memberitahu saya bahwa dia sudah mengirimkan ratusan surat lamaran dan tidak pernah mendapat tanggapan. Apakah saudara akan khawatir jika saudara tidak menerima tanggapan apa pun? Apakah saudara akan menjadi ragu dan khawatir?

Atau, saudara mendadak mempunyai masalah kesehatan dan harus ke dokter. Setelah beberapa pemeriksaan, saudara diberitahu bahwa saudara harus menjalani pembedahan serta kemoterapi, hal yang membuat saudara kehilangan semangat hanya dengan mendengar kabar tersebut. Akankah saudara menjadi khawatir jika saudara atau keluarga saudara terkena penyakit? Apakah saudara akan merasa cemas? Di bawah ujian seperti ini, saudara akan tahu entah kepercayaan saudara akan kasih Allah, dan fakta bahwa Dia telah mengorbankan Anak-Nya bagi saudara, hanyalah sekadar suatu pengetahuan atau bukan. Pengetahuan bukanlah pembaruan akal budi, pengetahuan tidak menjangkau batin – tidak menjangkau segenap cara berpikir dan sudut pandang saudara.

Jadi, bagaimana kita membedakannya? Tanyakanlah pada diri saudara sendiri pada saat saudara menghadapi kesulitan semacam itu, apakah saudara masih percaya bahwa Allah mengasihi saudara dan saudara sama sekali tidak khawatir. “Saya tahu bahwa Allah mengasihi saya dan Dia peduli pada saya, tetapi saya masih juga khawatir.” Ini berarti saudara sedang menipu diri sendiri! Saat saudara sakit keras, saat saudara menjadi pengangguran, bahkan ibu saudara mungkin tidak bisa menolong saudara. Akan tetapi, Allah pemilik segala yang ada di langit dan di bumi mampu menolong saudara. Jika saudara ingin tahu kebenarannya, silakan saudara renungkan dengan memakai berbagai contoh tadi, dan saudara akan tahu keadaan saudara yang sebenarnya, apakah akal budi saudara sudah diperbarui atau semua itu hanyalah sekadar pengetahuan saja. Bersikap jujurlah dan hadapilah kenyataan, jangan menipu diri sendiri.


Kasih Allah yang Utuh bagi kita

Alkitab mengatakan bahwa kasih Allah kepada kita jauh melampaui segala kesulitan kita. Matius 10:30 menyebutkan bahwa jumlah rambut di kepala kita juga terhitung semuanya. Tak peduli seberapa besar kasih ibu atau ayah saudara buat saudara, mereka tidak mampu mengetahui jumlah rambut di kepala saudara, bahkan saudara sendiri juga tidak mengetahuinya. Setiap hari saudara akan kehilangan beberapa helai rambut dan menumbuhkan beberapa helai yang baru. Tak seorang pun bisa mengetahui jumlah rambut di kepalanya, hanya Allah yang tahu. Hal ini menjelaskan seberapa utuh kasih Allah kepada saudara. Karena rambut adalah anggota badan kita yang terkecil, tidak seperti jari, tetapi bahkan jika saudara kehilangan satu rambut, Allah tahu itu. Jadi, apa alasan yang masih saudara miliki untuk tidak mempercayai Dia? Dia bukan hanya mengasihi saudara, Dia juga memiliki kuasa untuk memelihara saudara sekalipun untuk hal yang terlihat remeh seperti sehelai rambut. Jika tidak dikehendaki oleh Allah, seekor burung pipit pun tidak akan jatuh ke tanah. Lantas mengapa saudara masih khawatir? Mengapa saudara masih merasa cemas? Apakah saudara percaya bahwa Allah telah mengorbankan Anak-Nya bagi saudara? Dengan melihat pada reaksi saudara saat berada di bawah tekanan, sekarang saudara bisa tahu jawabannya, apakah kebenaran “Allah mengasihi saudara” hanya sebatas pengetahuan saja. Pengetahuan tidak akan berdampak pada kehidupan saudara — pada cara hidup dan sikap hati saudara. Inilah perbedaan antara pengetahuan dan pembaruan akal budi.

Dengan kata lain, jika saudara berada dalam berbagai situasi tersebut, saudara akan tahu apakah kepercayaan saudara kepada Allah itu hanya di tingkat pengetahuan atau sudah menjadi pembaruan akal budi. Semua itu akan menjadi jelas saat saudara berada di dalam masa-masa sukar. Ketika segala sesuatu berjalan dengan baik, tidak penting apakah saudara memiliki Allah di dalam hidup saudara atau tidak. Saudara tidak merasa membutuhkan Dia, karena saudara menikmati pekerjan dengan penghasilan yang memuaskan, kesehatan yang bagus, keluarga yang sejahtera — segala sesuatu terasa baik-baik saja. Masalahnya mungkin hanya sebatas saudara ketinggalan bis, saudara sedikit terlambat datang ke tempat kerja, hal-hal yang remeh seperti ini. Saudara masih belum menghadapi masalah besar, saudara masih belum menghadapi ujian hidup. Mirip dengan masa pendidikan saudara — bagaimana saudara akan tahu bahwa saudara sudah menguasai pengetahuannya? Melalui ujian! Pada dasarnya, saudara mungkin sudah pernah menghadapi beberapa ujian yang belum terlalu berat, itu sebabnya saudara masih belum mengetahui jati diri saudara. Ketahuilah bahwa ujian kehidupan akan datang cepat atau lambat dalam berbagai bentuk. Ketika saudara mendapati bahwa jati diri yang sesungguhnya berbeda dengan yang selama ini saudara bayangkan, biasanya sudah terlambat.


Tetap Damai saat Berhadapan dengan penyakit dan maut

Saudara semua bertemu dengan Julia, saudari ipar saya, ketika dia berkunjung ke Hong Kong. Sekarang dia sudah kembali ke Kanada. Baru-baru ini dia mengalami sakit parah dan didiagnosa terkena kanker usus, dan penyakitnya sudah menyebar ke berbagai organ tubuhnya. Dia sudah menjalani berbagai terapi selama lebih dari setahun, tetapi penyakitnya terus saja bertambah parah. Ketika didiagnosa, dokter memberitahu dia dengan terus terang bahwa dia hanya punya harapan hidup selama tiga bulan saja. Pada waktu itu, penyebaran covid-19 di Kanada terus memburuk. Dengan kata lain, tidak ada famili atau teman-teman yang bisa datang menjenguknya dan dia harus menghadapi kanker ini tanpa didampingi orang-orang dekatnya. Ini merupakan suatu ujian. Dia memberitahu saya, dia bertekad untuk tidak membiarkan rasa cemas akan penyakit kanker ini muncul di dalam hatinya. Dia memasrahkan diri sepenuhnya kepada Allah, dan dia berserah sepenuhnya kepada Allah. Dia tidak ingin membiarkan ada rasa cemas atau keraguan mengganggu imannya, dia sudah bertekad demikian.

Dalam keadaan semacam inilah saudara akan tahu, bahwa kepercayaannya tidak berada di tingkat pengetahuan saja. Ini bukan urusan membuat pernyataan bahwa saudara tidak akan merasa khawatir. Ketika dokter memberitahu saudara bahwa saudara hanya punya harapan hidup selama tiga bulan saja, apa yang akan saudara perbuat? Tak peduli seberapa kaya saudara, seberapa hebat karir saudara, apa pun rencana yang sudah saudara siapkan, untuk berbelanja atau bertamasya, semua itu akan segera berakhir. Apakah saudara akan merasa khawatir? Apakah saudara akan merasa goyah? Sanggupkan saudara tetap teguh? Dapatkah saudara memasrahkan urusan tersebut dengan tenang kepada Allah? “Jika saya harus bertemu dengan Tuhan, saya siap. Akan sangat indah bisa berada bersama Yesus Kristus” Apakah menurut saudara mati meninggalkan dunia ini merupakan hal yang sangat indah? Saudara bisa mengatakan apa saja sekarang ini, sampai pada waktu dokter memberi kabar buruk buat saudara. Saat itu, saudara akan bisa melihat jati diri saudara yang sesungguhnya. Saudara akan tahu perbedaan antara “memiliki pengetahuan” dengan “mengalami pembaruan hidup”. Ujian itu akan mengungkapkan kebenaran. Tentu saja, saya harap saudara tidak perlu menunggu sampai ujian itu datang untuk bisa memahami jenis iman kepercayaan apa yang saudara miliki. Jika saudara mengetahui jenis kepercayaan saudara pada masa ujian, biasanya sudah terlambat. Seharusnya saudara mencari jawaban itu sekarang, dan saya harap saudara berada di sisi yang benar. Jika akal budi saudara benar-benar diperbarui oleh Allah, saudara akan benar-benar mengenal Dia berikut kasih-Nya, segenap cara hidup saudara akan berbeda sepenuhnya dari yang dulu.

Filipi 4:6-7 menyatakan,

“Janganlah hendaknya kamu khawatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”

Kutipan ini menyebutkan tentang “hati dan pikiran” saudara, batin saudara. Apakah hati dan pikiran saudara mengalami masa naik-turun? Alkitab menyatakan bahwa kita bisa dibebaskan dari kekhawatiran, memasrahkan segala sesuatu kepada Allah dalam doa, dan Allah akan memberi kita damai sejahtera melalui Yesus Kristus. Jenis kedamaian yang satu ini melampaui segala akal. Demikianlah, sekalipun saudara sudah berada di tahap terakhir penyakit kanker, tak banyak waktu yang tersisa, tak banyak hal yang bisa saudara perbuat, saudara hanya bisa berbaring di rumah sakit, terpisah dari kehidupan sehari-hari, bahkan tidak bisa dijenguk oleh sanak famili dan para sahabat. Dalam keadaan seperti ini, jika saudara masih tetap memiliki kedamaian, bebas dari kekhawatiran, maka saudara akan tahu bahwa saudara memiliki iman yang sejati. Pembaruan akal budi itulah yang menghasilkan hal semacam ini. Damai sejahtera yang melampaui segala akal —orang tidak selalu berasa damai, tetapi jika saudara benar-benar meyakininya, hal itu akan membuat saudara berbeda. Jadi, kepercayaan jenis apa yang saudara miliki? Saudara berharap untuk memiliki iman, tetapi iman itu terasa jauh dari jangkauan saudara, lalu saudara merasa goyah, tidak tahu harus berbuat apa. Ada banyak kekhawatiran dan kecemasan yang melanda saudara. Pada waktu itu, saudara tidak bisa lagi menipu diri sendiri. Yang saudara miliki bukanlah iman yang sejati melainkan pengetahuan di dalam kepala. Nah, saya sudah menguraikannya dengan jelas, ujilah batin saudara dan saudara akan tahu di mana posisi saudara.


Tanpa Pembaruan Akal Budi kita tidak akan Tahan Uji

Ujian akan datang pada saat-saat dan musim-musim yang berbeda di dalam kehidupan saudara. Kita perlu bersyukur kepada Allah atas semua ujian itu. Saudara harus tahu bahwa semua ujian itu datang bukan karena Allah ingin menimpakan bencana kepada kita. Fakta bahwa Allah mengasihi kita tidak akan berubah, Dia tidak akan mengabaikan kita sekalipun kita tidak yakin bahwa Dia mengasihi kita. Entah saudara mengasihi Dia atau tidak, Dia peduli pada semua orang di dunia, terlebih lagi pada anak-anak-Nya. Ketika ujian itu datang, hal itu tidak dimaksudkan untuk mencelakai kita, melainkan untuk menolong kita. Jika kita adalah para murid yang mengalami pembaruan akal budi, kita akan bisa menjalani ujian itu. Selanjutnya, apakah yang akan terjadi? Pembaruan akal budi kita akan semakin diperkuat! Pembaruan akal budi tidaklah berlangsung seketika, proses ini semakin mendalam dan terbangun di atas landasan yang teguh, dan akan memperkuat kehidupan rohani kita.

Akan tetapi, bagi mereka yang tidak mengalami pembaruan akal budi, mereka tidak akan tahan menghadapi ujian. Jati diri mereka yang sebenarnya akan terungkap, sebagian bahkan akan meninggalkan gereja. Jadi, ujian ini juga berasal dari kasih karunia Allah untuk memberi kita kesempatan penting memahami jati diri kita sehingga kita bisa kembali kepada-Nya. Jika saudara tidak bisa memahami seberapa buruk kondisi saudara, saudara akan dibiarkan tetap berada dalam kegelapan dan mengira bahwa saudara adalah murid yang baik: saudara secara teratur mengikuti berbagai kegiatan gereja, saudara memberitakan injil kepada orang lain serta menolong orang-orang yang membutuhkan. Saudara akan menipu diri saudara sendiri, tetapi Allah tidak ingin saudara menipu diri sendiri. Itu sebabnya Dia memberi kita ujian pada saat yang tepat supaya kita tahu jati diri kita. Dalam keadaan seperti ini, jika kita dapati bahwa kepercayaan kita hanya dilandasi oleh pengetahuan, masih belum terlambat. Jika kita menyadari jati diri kita, dan kita bersedia untuk diubah, kita bisa kembali ke jalur yang benar. Jadi, ujian-ujian itu bisa menjadi wujud kasih karunia Allah untuk memberitahu kita bahwa kita adalah murid-murid yang hanya memiliki pengetahuan atau murid-murid yang akal budinya telah diperbarui.

Janganlah menipu diri sendiri. Semakin saudara menipu diri sendiri, semakin jauh saudara masuk ke dalam perangkap, karena saudara hanya ingin menyenangkan hati sendiri dan membenarkan diri. Daripada berbuat seperti ini, ujilah batin saudara dan lihat apakah akal budi saudara sudah diperbarui. Jangan membuat kesimpulan terlalu cepat, masalahnya tidak sesederhana itu. Allah akan menolong saudara — sekalipun keadaan menjadi sukar ketika ujian itu datang. Hal ini bukan berarti bahwa Allah tidak mengasihi saudara, Dia sedang menuntun saudara ke jalan yang benar.


Renungkan Masalah Hubungan saudara dengan Allah

Dari berbagai tanggapan yang saya terima, ada beberapa orang yang dengan jujur mengatakan bahwa mereka tidak mempercayai Allah. Mereka tahu Allah itu ada, tetapi mereka mengakui bahwa mereka tidak mempercayai Dia. Mereka memilih untuk mempercayai diri mereka sendiri. Dengan kata lain, mereka belum benar-benar mengenal Allah, masih ada tanda tanya di dalam hati mereka. Sekalipun mereka bersedia menyatakan bahwa Allah mengasihi kita semua, bahwa Dia akan memberi kita yang terbaik, hal yang mereka pandang baik itu tidak selalu sama dengan yang dinilai Allah sebagai pemberian terbaik bagi mereka. Sama seperti jika ibu saudara menilai sesuatu itu baik, tetapi saudara tidak setuju dengan itu. Saudara merasa bahwa cara saudara lebih baik daripada cara ibu saudara. Sering kali, hubungan kita dengan Allah berlangsung seperti itu. Bukan Allah tidak mengasihi kita, tetapi cara Dia mengasihi kita berbeda dengan cara kita mengasihi diri kita sendiri. Kita mengira bahwa cara kita lebih baik — akal budi kita perlu diperbarui jika ini adalah cara kita berpikir.

Banyak orang yang tidak suka pada sebagian saudara di gereja, atau mungkin beberapa kolega mereka. Persoalan menjadi semakin berat jika mereka kemudian menjadi tidak suka dengan Allah, tidak suka dengan jalan-Nya, dan tidak mau melangkah di jalan-Nya. Namun tentu saja, sangat jarang ada orang yang mau mengakui hal semacam ini. Mereka akan menyalahkan orang lain di tempat kerja dalam hati dan mulai menjauhi orang yang tidak mereka sukai. Namun, sangat jarang ada yang jujur mengatakan bahwa mereka tidak menyukai Allah, mereka merasa harus berkata, “Allah itu baik, terima kasih ya Allah.” Inilah persoalan yang bisa muncul jika kita tidak mempercayai Allah: kita tidak akan mau mengakuinya, kita tidak berani mengungkapkannya. Jika memang ada masalah ketidakpercayaan ini, sebaiknya saudara bersikap jujur. Kita punya masalah dalam hubungan kita dengan orang lain, dan sama seperti kita juga menghadapi masalah dalam membangun keakraban dengan Allah. Masalah kita bukan karena kita ingin bersaing dengan Allah, melainkan kita tidak mempercayai Dia, dan kita ingin menyembunyikan banyak hal dari Dia. Saudara tidak yakin bahwa Allah benar-benar mengasihi saudara dan ingin menolong saudara, bahwa cara yang Dia pakai adalah cara yang terbaik. Seringkali, kita beranggapan bahwa jalan yang dipilih Allah bukanlah jalan yang terbaik, kita mengira bahwa cara kita lebih baik.

Dengan kata lain, kita mengira bahwa cara Allah tidak cocok dengan kita. Jalan yang Dia pakai sudah terlalu kuno sedangkan kita hidup pada zaman modern. Kita sudah punya cara berpikir sendiri. Tentu saja, saya tidak bisa mengetahui segala pikiran saudara, tetapi saya tahu saudara memiliki masalah besar dalam hubungan saudara dengan Allah. Kadang kala saudara bahkan tidak yakin apakah Dia benar-benar ingin menolong saudara: Bagaimana jika saudara menghadapi masalah keuangan? Bagaimana jika saudara menghadapi masalah kesehatan? Bagaimana dengan hubungan saudara dengan orang lain? Sanggupkah Allah menolong? Apakah Dia benar-benar akan menolong? Mungkin lebih baik saudara membuat rencana sendiri untuk diri saudara sekiranya Allah ternyata tidak menolong saudara. Kita tidak mempercayai Dia, lalu kita mengambil alih semua urusan. Kita tidak bersedia membiarkan Dia memegang kendali. Bagaimana jika Dia membuat kekeliruan? Mengapa kita tidak bisa menuruti Allah dengan segenap hati dan pikiran kita? Kita merasa harus punya rencana cadangan, kalau-kalau keadaan menjadi buruk. Seberapa besar rasa percaya saudara kepada Allah? Berapa banyak urusan yang bisa saudara pasrahkan kepada Allah dan mempercayai Dia dengan sepenuhnya? Ibrani 13:5 menyatakan, Allah tidak akan pernah meninggalkan atau mengabaikan kita. Itu sebabnya, Allah membimbing saya untuk memberitahu saudara tentang pentingnya permbaruan akal budi, agar saudara mulai bisa memahami pokok ini. Jika akal budi kita tidak diperbarui, kita akan mendapatkan banyak masalah dalam hubungan kita dengan Allah. Kita tidak berani memasrahkan semua sisi kehidupan kita sepenuhnya kepada Allah.


Pembaruan akal budi merupakan langkah pertama 

Pembaruan akal budi tidak hanya mempengaruhi hubungan antar pribadi kita. Jika akal budi kita belum diperbarui, masalah ini juga akan mempengaruhi hubungan kita dengan Allah. Saya perlu menekankan arti penting dari pembaruan akal budi. Segala hal yang saudara lakukan, saudara harus memulainya dengan pembaruan akal budi. Jika tidak, apakah yang akan terjadi kalau saudara langsung mengejar tujuan saudara? Saudara bisa saja mengarahkan langkah menuju arah yang benar, tetapi tanpa pembaruan akal budi, hal itu hanya akan menjadi tindakan yang dangkal. Ada urutan yang benar dalam segala hal, dan saudara tidak akan dapat melakukan sesuatu hal dengan benar jika urutan itu tidak saudara patuhi. Semua perubahan berawal dari hati dan pikiran, bukan dari tindakan. Dari tanggapan saudara untuk pesan yang sebelumnya, saya menemukan bahwa saudara sudah terbiasa memulainya dari tindakan, mengatur waktu dan membuat rencana untuk berubah. Seharusnya, saudara mulai dengan pembaruan akal budi. Mulai dengan akal budi, bukan tindakan. Mengapa saya berkata seperti ini? Saya tidak menciptakan urutan ini. Roma 12:2 berbicara tentang pembaruan akal budi dan mengetahui kehendak Allah. Jika kita pelajari isi kitab Roma, langkah yang penting adalah kita harus mempelajari struktur suratnya. Delapan pasal pertama berfokus pada keselamatan dari Allah yang dikaitkan dengan doktrin. Pasal-pasal itu berbicara tentang karya Allah dalam keselamatan, termasuk pengorbanan Yesus. Bagian kedua dari surat ini, dari pasal 9 sampai 11, secara khusus berfokus pada orang Israel. Bagian yang pertama berfokus pada manusia secara umum, sementara bagian kedua menyoroti perjanjian Allah dengan bangsa Israel dan keselamatan Allah buat mereka. Hal ini kemudian diikuti oleh pasal 12 sampai 16, mengenai kehidupan dan perilaku orang Kristen.

Dengan kata lain, sebelas pasal pertama berkaitan dengan doktrin. Mulai pasal 12, yang dibahas adalah penerapannya, transformasi utuh dalam kehidupan seseorang. Pasal ini memberitahu kita bagaimana seharusnya kehidupan Kristen itu. Di manakah uraian itu berawal? Di dua ayat pertama kitab Roma. Saudara tidak boleh memulainya dengan mempelajari pasal 13 atau 14, atau sesuka hati saudara. Tidak bisa, saudara perlu mengikuti struktur surat ini untuk mempelajari bagaimana hidup baru ini dijalankan: ayat pertama berbicara tentang komitmen total dengan mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup kepada Allah. Lalu bagaimana dengan ayat yang kedua? Pembaruan akal budi. Jadi saudara bisa melihat struktur tersebut dengan sangat jelas. Keduanya berbicara tentang fondasi komitmen total serta pembaruan akal budi. Setelah itu, baru uraiannya masuk pada pokok tentang bagaimana menjalankannya dalam praktek. Saudara bisa melihat struktur lengkap dari fondasi kehidupan Kristen. Saya tidak mempelajari Alkitab dengan mengandalkan HP, karena saya perlu mempelajarinya dari perspektif yang lengkap, bukan pada bagian-bagian tertentu saja yang membuat saudara tidak mampu melihat seluruh gambarannya. Jika saudara membaca Alkitab yang tercetak, gambarannya akan menjadi jelas. Kehidupan Kristen berawal dari pembaruan akal budi. Saudara tidak boleh melangkahi bagian ini. Jika akal budi saudara belum diperbarui, saudara tidak akan bisa mengasihi sesama manusia. Jadi saudara harus mengawalinya dengan urutan seperti itu. Jika saudara memulai dari titik yang berbeda, saudara akan bermula dengan baik, tetapi tidak akan berakhir dengan baik. Jika saudara melangkahi tahap ini, saudara akan masuk ke dalam masalah.


Kunci pembaruan akal budi ada di dalam cara berpikir seseorang

Bagaimana memperoleh pembaruan akal budi? Saya mungkin tidak akan menuntaskan penjelasannya dalam satu uraian. Akan tetapi, kita bisa memulainya dari bagian ini, agar kita bisa memiliki arah yang jelas. Dengan kata lain, fokus yang pertama bukan pada perilaku saudara melainkan pada sikap hati saudara. Ini merupakan pokok yang terpenting: kehidupan seseorang diubah melalui pembaruan akal budi, dan perubahan perilaku merupakan hasilnya yang bisa diamati secara lahiriah. Jika akal budi saudara diperbarui, pasti akan ada hasilnya. Apakah hasil atau wujud lahiriah dari pembaruan akal budi itu? Hidup saudara mengalami transformasi. Banyak orang yang tidak memahami hal ini. Mereka mengira bahwa hidup mereka akan berubah jika mereka lebih banyak melakukan kegiatan-kegiatan rohani dengan membaca Alkitab atau dengan mempedulikan orang lain. Mereka mengira bahwa dengan menjalankan ini dan itu, maka akan terbentuk suatu kebiasaan yang akan mengubah hidup mereka. Tidakkah saudara tahu bahwa Alkitab berulang kali menyatakan bahwa bukan perbuatan yang diutamakan? Namun, kita masih saja mengandalkan urusan tindakan, kita mengira bahwa perbuatan yang disebut di Alkitab berbeda dengan perbuatan kita. Tidak, transformasi dalam kehidupan bermula dengan pembaruan akal budi, bukan tindakan. Saya tidak mengatakan bahwa perbuatan itu tidak penting, tetapi kita tidak bermula dengan perbuatan. Kita perlu memberi fokus pertama-tama pada akal budi kita. Ini merupakan titik awal yang terpenting, bukan tindakan kita.

Dengan kata lain, jika cara berpikir kita tidak akurat, melenceng atau tidak tepat sasaran, persoalan sekecil apanpun bisa membawa pada akibat yang berat. Seringkali hal-hal yang penting justru menjadi hal-hal yang kita remehkan. Sangat jarang kita mau memperhatikan cara berpikir kita, kita lebih peduli pada tingkah laku kita. Kita cepat mengetahui hal-hal keliru yang kita kerjakan, tetapi kita jarang mengetahui kesalahan dalam cara berpikir kita.


Mengapa sangat jarang kita membenahi kesalahan cara berpikir kita

Tidak banyak orang yang ambil waktu untuk menilai apakah cara berpikir mereka salah atau tidak. Sangat sedikit orang yang bersedia memperbaiki cara berpikir mereka, mengapa? Salah satu alasannya adalah karena pikiran kita bisa berubah dengan sangat cepat, hanya dalam hitungan detik banyak sekali pikiran yang melintas di benak saudara. Padahal untuk membuat pikiran itu menjadi tindakan akan dibutuhkan waktu yang lama. Misalnya, saudara memikirkan tentang rencana berangkat ke kantor besok, itu terjadi dalam hitungan 30 detik saja. Namun, ketika hari esok itu tiba, mungkin dibutuhkan waktu lebih dari satu jam untuk untuk sampai ke tempat kerja saudara. Pikiran melintas di benak kita jauh lebih cepat dibandingkan dengan perbuatan. Sebuah ide bisa datang dan pergi dengan sangat cepat. Ide itu bisa melintas di benak saudara tanpa saudara sadari. Jadi, alasan pertama adalah pikiran kita muncul seketika, pikiran datang dan pergi dengan sangat cepat, jadi memang sangat sukar untuk mengendalikan pikiran kita.

Kedua, oleh karena tingginya kecepatan pikiran itu melintas, mereka bisa menimbulkan banyak akibat. Ada berapa banyak hal yang bisa saudara kerjakan dalam sehari? Tidak banyak. Namun, hal-hal yang bisa saudara pikirkan dalam sehari sungguh luar biasa banyaknya. Saudara bisa saja memikirkan tentang Hong Kong, Afrika atau bahkan Kutub Utara. Benak saudara berisi sangat banyak pikiran. Jadi alasan mengapa jarang orang mau membenahi pikiran mereka adalah: pertama, karena kecepatan munculnya pikiran kita begitu tinggi; dan kedua, karena begitu banyak isi pikiran kita. Ada berapa banyak hal yang muncul di pikiran saudara kemarin? Saudara hanya bisa menghitung berapa banyak hal yang saudara kerjakan kemarin, tetapi tidak mungkin dapat menghitung berapa banyak hal yang terlintas di pikiran saudara.

Ketiga, kita tidak peduli dengan isi pikiran kita karena kita menganggap semua itu tidak penting, pikiran datang dan pergi dalam hitungan detik. Sebagai contoh, saudara berpikir, “Aku tidak suka orang ini!” Kemudian, dalam lima detik berikutnya, pikiran ini sudah pergi. Saudara beranggapan bahwa itu hanya selintas pikiran, urusan sepele, tidak ada orang yang tersakiti oleh pikiran selintas. Dengan kata lain, akal budi kita mudah menjadi gudang yang menampung begitu banyak pikiran jahat dan gelap, tempat yang kacau dan tidak ada yang pegang kendali. Tindakan saudara mungkin tampak terkendali, bahkan ucapan saudara juga bisa dikendalikan, tetapi pikiran saudara luput dari pengendalian. Hal inilah yang perlu kita cermati, kita perlu memperhatikan pikiran dan benak kita.


Berbuat dosa di dalam hati 

Yesus mengatakan bahwa jika kita ingin memiliki kehidupan yang kudus, kita harus memulainya dari akal budi kita. Itu sebabnya mengapa Yesus berkata di Matius 23 bahwa setelah kita membersihkan bagian dalam dari gelas dan piring, maka bagian luarnya juga akan dibersihkan. Masalahnya adalah sebagian besar dari kita tidak peduli pada bagian dalam, karena berbagai pikiran itu muncul secara instan, dan kita mungkin tidak berniat mewujudkannya dalam tindakan, hanya sekadar memikirkannya, jadi kita cenderung tidak ketat mengendalikan pikiran kita. Saudara mungkin mengira bahwa pikiran kita tidak penting, tetapi Alkitab memiliki penilaian yang jauh berbeda. Matius 5:28 berkata, “Aku mengatakan kepadamu bahwa setiap orang yang memandangi seorang perempuan dan menginginkannya, ia sudah berzina dengan perempuan itu di dalam hatinya.” Apakah saudara mengira bahwa sekadar berpikir tidak berbahaya? Saya akan sampaikan beberapa ayat lagi agar saudara bisa mendapatkan kesan yang lebih mendalam akan persoalan ini.

“Setiap orang yang membenci saudaranya, adalah seorang pembunuh manusia. Dan kamu tahu, bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup yang kekal di dalam dirinya.” (1 Yohanes 3:15)

Bagaimana uraian Alkitab tentang hal membunuh? Orang yang membenci saudaranya. Bagaimana saudara membenci saudara saudara? Apakah saudara menggigitnya? Tidak, saudara membencinya dalam pikiran saudara, saudara begitu membenci dia sampai tidak mau melihatnya lagi. Dengan cara ini saudara sudah membunuh dia, saudara sudah membunuhnya dalam pikiran saudara. Jika saudara mengira bahwa pikiran saudara tidak penting, Alkitab memiliki pandangan yang berbeda. Alkitab berfokus pada isi hati kita.


Membersihkan pikiran kotor setiap hari

Pertama-tama, kita perlu berhati-hati dengan hal-hal yang kita pikirkan. Setiap pikiran saudara, setiap kesalahan dalam pemikiran, akan segera diketahui oleh Allah, yang akan menjatuhkan penghakiman berdasarkan isi hati saudara. Begitu pentingnya pikiran kita! Dengan kata lain, entah dalam perspektif yang positif atau negatif, semua itu berawal dari pikiran. Banyak orang yang mengira bahwa mengendalikan perbuatan saja sudah cukup, tetapi itu pandangan yang salah! Jika pikiran saudara benar, tindakan saudara juga akan menjadi benar.

Oleh sebab itu, Yesus berkata jika kita membersihkan bagian dalam gelas dan piring, bagian luarnya akan menjadi bersih juga (Mat 23:25, Luk 11:39). Memang benar! Tolong beritahu saya, jika pikiran saudara bersih, apakah saudara akan melakukan hal yang jahat! Tentu saja tidak! Mengapa akal budi itu sangat penting? Karena akal budi kita adalah pusat kendali diri kita. Ia mengarahkan segala tindakan saudara, mulai dari tindakan saudara sampai pada ucapan saudara. Dengan kata lain, saudara harus hadir di pusat kendali dan mengambil alih kendalinya, maka saudara akan berhasil. Namun sering kali, kita memulai dari sisi luar, akibatnya kita mengalami pertumbuhan yang lambat dan menjauh dari sasaran. Fokus yang benar adalah pada pikiran, dan pikiran memang sangat penting untuk dikendalikan. Kita harus selalu mewaspadai pikiran kita, apakah akal budi kita selalu benar? Apakah akal budi kita mengalami pembaruan setiap hari? Bersihkanlah segala kekotoran itu setiap hari. Kebanyakan orang hanya melakukan pembersihan pada tahun baru saja, suatu hal yang sangat terlambat dan tidak berguna. Kita perlu membersihkan pikiran kita dari awal sampai pada akhirnya, dengan demikian maka saudara akan memiliki tahun-tahun kehidupan yang bersih. Hal yang perlu kita lakukan adalah membersihkan akal budi serta pikiran kita. Di manakah landasan kehidupan rohani? Langkah awalnya berpangkal dari pikiran.


Allah sudah menaruh hukum-hukum-Nya di dalam akal budi kita

Roma 12:2 berbicara tentang transformasi yang terjadi oleh pembaruan akal budi. Kuncinya sudah diberikan kepada kita jika kita ingin agar kehidupan kita diubahkan. Banyak orang yang beranggapan bahwa mereka harus bermula dengan menyusun rencana tentang hal-hal yang akan dikerjakan. Bukan! Hal pertama adalah membersihkan pikiran, jadikan akal budi dan pikiran saudara murni. Saat cara berpikir saudara sudah berubah ke arah yang benar, maka tindakan-tindakan saudara juga akan ikut mengalami pembenahan. Seperti apa rasanya mengalami perubahan akal budi? Saya akan memberikan saudara sebuah contoh tentang cara berpikir kita.

“‘Maka inilah perjanjian yang Kuadakan dengan kaum Israel sesudah waktu itu,’ demikianlah firman Tuhan. ‘Aku akan menaruh hukum-Ku dalam akal budi mereka dan menuliskannya dalam hati mereka, maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku.'” (Ibrani 8:10)

Perhatikan jenis perjanjian yang dibuat oleh Allah dengan kita. Ini merupakan janji yang penting dari Allah: Allah sudah menaruh hukum-Nya di dalam akal budi umat-Nya. Bagaimana memahami ini? Dengan ditaruhnya hukum Allah di dalam benak kita, akal budi kita. Apakah itu berarti kita langsung tahu banyak mengenai hukum-hukum Allah berikut segala peraturannya dalam pengetahuan kita? Bukan itu yang dimaksudkan.

Jadi, makna ayat itu bukannya menyatakan bahwa Allah menaruh hukum-Nya ke dalam pikiran kita dan menjadikan kita serba tahu tentang hukum Allah. Yang dimaksudkan adalah hukum Allah menjadi bagian dari pemikiran kita, bukan bahwa kita menghafalnya. Hukum itu sudah mengubah pikiran kita, cara pikir kita, cara kita menilai dan membuat keputusan. Semua itu sekarang dilandasi oleh bimbingan dan hukum Allah. Dengan kata lain, Allah memasukkan hukum dan pengajaran-Nya ke dalam akal budi kita, dan hukum-hukum itu kemudian menjadi bagian dari akal budi kita. Dengan demikian, hukum Allah itu memperbarui akal budi kita sehingga segala sesuatu yang kita pikirkan sejak saat itu akan selaras dengan jalan dan hukum Allah. Inilah arti pembaruan akal budi. Akal budi kita sudah diperbarui. Jika dulu kita terbiasa berpikir dengan cara tertentu, sekarang sudah tidak sama lagi. Setelah mengalami pembaruan, segala hal yang kita pikirkan sekarang sudah semakin selaras dengan cara berpikir Allah.

Tahukah saudara mengapa ada sebagian orang yang bisa memahami cara berpikir Allah? Karena cara mereka berpikir sudah semakin selaras dengan cara berpikir Allah, dan hal ini membuat mereka menjadi lebih mudah dalam berkomunikasi dengan Allah. Jika akal budi kita sudah selaras dengan pikiran Allah, saudara akan mudah berkomunikasi dengan Dia. Jika akal budi kita bertolak belakang dengan pikiran Allah, walaupun kita membaca seluruh isi Kitab Suci, kita tidak akan bisa memahaminya karena cara berpikir berbeda dengan cara berpikir-Nya. Oleh karena itu, Allah sudah menubuatkan dalam ayat ini bahwa saat Yesus kembali dan Roh Kudus datang, akal budi umat-Nya akan mengalami pembaruan melalui karya Roh Kudus, sehingga cara berpikir kita menjadi sejalan dengan cara berpikir Allah. Selanjutnya kita akan memahami kehendak Allah. Inilah makna dari pembaruan akal budi: Membuang pikiran-pikiran lama dan menggantinya dengan pikiran-pikiran yang baru, yang diungkapkan melalui firman dan kebenaran-Nya. Kita harus belajar cara bagaimana Allah menilai segala sesuatu, dan hal itu akan mengubah cara berpikir kita. Namun, saya mendapati bahwa kebanyakan orang Kristen tidak seperti ini. Cara berpikir mereka yang lama masih saja dibawa sampai dengan sekarang. Setelah sekitar 10 atau 20 tahun kemudian, cara berpikir itu juga masih sama saja, tidak ada kemajuan sama sekali.


Menyatukan akal budi dengan kebenaran Allah

Apakah perubahan akal budi itu? Ini berarti esensi dari prinsip-prisip dasar hukum Allah memenuhi benak saudara, sehingga berbagai pikiran dalam benak kita menjadi satu dan selaras dengan kebenaran Allah. Hal ini akan memudahkan saudara untuk menyerap pesan yang Dia sampaikan kepada kita, karena kita terhubung dengan Dia. Pernahkah kita mengalami kesalah-pahaman dengan orang lain? Yang satu tidak mengerti maksud dari orang yang lainnya. Namun, jika cara pikir kita sama, kadang-kadang kita bisa memahami hal-hal yang diputuskan oleh yang lainnya hanya dengan sekilas pengamatan, tanpa perlu ada kata-kata yang terucap.

Bagaimana mengetahui kehendak Allah? Isi Roma pasal 12 membahas tentang hal mengetahui kehendak Allah setelah akal budi kita diperbarui. Jadi, persoalan apakah kita bisa memahami kehendak Allah itu bergantung pada apakah akal budi kita sudah diperbarui atau belum. Jika akal budi kita sekeras batu karang dalam menentang pembaruan, kita tidak akan bisa memahami kehendak Allah. Sekalipun Allah memberitahu secara langsung kepada kita, kita tetap akan menganggap bahwa hal itu tidak masuk akal, karena terdapat jurang besar yang memisahkan cara berpikir kita dengan cara berpikir Allah. Saya harap uraian ini bisa menolong kita memahami bahwa urusan berkomunikasi dengan Allah itu berarti cara pandang kita sudah semakin menyatu dan selaras dengan cara pandang-Nya. Hukum dan kebenaran Allah sudah menjadi cara berpikir kita, jalan hidup yang kita terima dan ikuti, jalan hidup yang memberi perubahan dalam kehidupan kita. Selanjutnya kita akan mendapati bahwa tidaklah sukar untuk memahami kehendak Allah, karena kita sudah memandang segala sesuatu sesuai dengan cara pandangan-Nya. Inilah transformasi yang sejati dalam hidup kita.

Jadi kita bisa melihat bahwa perubahan semacam ini lebih dari sekadar penyusunan berbagai aturan yang kita buat untuk diri saudara sendiri, atau pun berbagai jadwal kegiatan dan tindakan yang kita rancang. Bukan seperti itu! Pikiran kita harus berubah, selanjutnya tindakan kita juga akan ikut berubah secara alami. Mengubah tindakan saja tidak ada gunanya. Jadi Alkitab tidak menyuruh kita memakai perubahan perilaku sebagai standarnya. Lalu apa yang bisa kita lakukan? Alkitab sudah menyediakan jawabannya di sini.


Menangani Akar Persoalannya

Jika kita menjumpai suatu persoalan di dalam hidup kita, masalah perilaku, jangan hanya berfokus pada upaya mengatasi masalah perilaku. Yang penting adalah menangani akar persoalannya. Apa pun persoalan yang muncul — misalnya ketidakmampuan kita untuk bergaul dengan orang lain, atau kita sangat terikat pada keduniawian, atau kita memiliki kepribadian yang sukar akrab dengan orang lain, atau berbagai kebiasaan buruk lainnya — yang terutama bukanlah penanganan gejala yang muncul, bukan upaya mengatasi gejala, membuat rencana untuk mengoreksinya, atau membuat jadwal rencana penanganan masalah. Cara-cara penanganan masalah yang seperti ini tidak ada bedanya dengan cara-cara yang dipakai oleh orang dunia. Penanganan yang sesungguhnya bukan seperti itu! Kita perlu memulainya dari akar persoalan. Jadi, saat kita pulang nanti, cermatilah berbagai persoalan yang saudara hadapi, dan tanyakanlah diri: “Dari mana akar persoalan ini berasal?” Tidak ada gunanya berupaya menangani masalah secara dangkal. Kita harus memeriksa akar persoalannya, dimulai dari cara berpikir saudara, agar kita bisa menyingkirkan persoalan itu sepenuhnya. Jika tidak, persoalan kita akan datang kembali, karena kita belum menangani masalah itu di akarnya. Kita bisa saja berupaya keras dan merasa nyaman untuk sementara waktu, tetapi enam bulan kemudian, mengapa terjadi penurunan lagi? Ini adalah karena kita belum menangani akar persoalannya. Demikianlah, cara berpikir kita membutuhkan pembenahan total.

Saya harap hari ini kita bisa sedikit memahami tentang pembaruan akal budi. Tentu saja Allah akan menolong kita, tetapi kita perlu bekerjasama dengan Dia, dan mengikuti petunjuk Roh Kudus serta pengajaran kebenaran, sambil membuang cara berpikir yang lama. Selama perayaan tahun baru, banyak orang membuat ikrar, “Yang lama biarkan berlalu, mari kita sambut yang baru.” Mulai hari ini, perlakukanlah setiap hari seperti hari perayaan tahun baru, mulailah membuang cara hidup yang lama, cara berpikir yang lama. Semoga awal yang baru — era baru — bisa terbit di dalam hidup kita. Tentu saja, perubahan akal budi ini bukanlah peristiwa yang hanya terjadi satu kali saja, perubahan ini akan berlangsung terus menerus. Sebenarnya, ini adalah peristiwa yang berlangsung di sepanjang hidup, suatu pembaruan dan perubahan terus menerus. Jadi janganlah mengira bahwa pembaruan akal budi ini merupakan peristiwa sekali seumur hidup. Kita selalu diperbarui di sepanjang hidup kita. Kita bisa melihat betapa berharga dan ajaibnya peristiwa ini! Dengan kata lain, jika pembaruan itu berlanjut, bukan hanya ibu kita saja yang kebingungan melihat kita, semua orang akan sukar memahami perubahan yang terjadi pada diri pada saat kita menjadi manusia baru seutuhnya.

Lalu apakah langkah berikutnya? Seperti yang sudah saya sampaikan sebelumnya, kita harus menelusuri dan menemukan berbagai cara berpikir di dalam akal budi kita yang perlu diperbarui. Setelah itu, bagaimana caranya agar semua itu bisa diperbarui? Bagaimana caranya memperbarui cara berpikir saudara? Bagaimana standar penilaian dalam pikiran kita dapat diperbarui? Diubah dari yang bersifat kedagingan menjadi bersifat rohani? Kita perlu menerapkannya dalam kehidupan nyata. Percuma saja berbicara tanpa menjalankannya. Ini baru langkah pertama, tetapi tentu saja kita harus terus melangkah. Saat kita lanjutkan mempelajari hal ini, maka hidup kita akan menjadi selalu baru setiap hari — mengalami pembaruan setiap hari.

 

Berikan Komentar Anda: