Pastor Eric Chang | Matius 19.16-30 | Markus 10.21-30 |

Kita akan melanjutklan eksposisi kita di Markus 10:21. Di pesan yang lalu kita telah membahas masalah orang muda yang kaya, orang muda yang mendatangi Yesus untuk menanyakan tentang hidup yang kekal. “Apa yang harus kuperbuat,” tanyanya kepada Yesus, “untuk memperoleh hidup yang kekal?” Dan kita telah melihat jawaban dari Yesus. Dalam beberapa minggu ini, kita memang sedang mempelajari pokok tersebut. Di pesan itu kita telah menelaah apa yang disampaikan oleh Yesus mengenai uang, atau kekayaan secara umum. Dan kita telah melihat delapan pokok mengenai kekayaan. Saya akan menguraikan lagi secara singkat kedelapan pokok tersebut.

(1) Kita telah melihat bahwa kekayaan itu berdiri berseberangan dengan Kerajaan Allah, dan pertentangan ini tercermin dalam permusuhan antara daging dengan Roh. Kekayaan itu berada di dalam wilayah daging dan Kerajaan Allah itu berada di wilayah Roh.

(2) Yang kedua, kita telah melihat bahwa pertentangan ini tampak juga di dalam hal kekayaan itu berupaya merebut kasih di dalam hati kita – “Di mana hartamu berada, di situ pula hatimu berada.”

(3) Dan ketiga, kakayaan juga bersaing dengan Allah untuk menjadi tuan di dalam hati kita. Demikianlah, di dalam Matius 6:24, Yesus berkata bahwa kita tidak bisa melayani Allah dan Mamon sekaligus. Keduanya tidak bisa menjadi ‘Tuan’ atas kehidupan kita secara bersamaan karena uang akan berjuang merebut kekuasaan atas hidup kita.

(4) Yang keempat adalah bahwa uang, kekayaan, juga bersaing melawan Allah untuk bisa menjadi sandaran iman kita dan menjadi pokok kepercayaan hati kita. Kita telah melihat bahwa kata Mammon di dalam bahasa Aram berarti benda tempat kita menaruh kepercayaan kita. Dengan kata lain, kita tidak bisa menaruh kepercayaan di dalam Allah dan juga di dalam mamon secara bersamaan. Mereka berdua bersaing untuk iman kita, untuk menjadi sandaran iman kita.

(5) Yang kelima, kita melihat bahwa ‘mamon’ atau kekayaan akan membawa pada keserakahan. Dan kita telah melihat bahwa kata ‘keserakahan’ itu sendiri berarti sesuatu yang membuat kita menginginkannya lebih banyak lagi. Artinya membuat ketagihan. Kekayaan itu ibarat narkoba, ia membuat kita kecanduan.

(6) Dan yang keenam, kita telah melihat bahwa mamon itu disebut juga ‘mamon yang tidak jujur’ bukan karena uang itu bisa bersifat baik atau jahat, karena ia hanyalah sebuah benda yang bukan suatu pribadi. Kepribadian bisa menjadi benar atau jahat melalui pilihan moral yang diambilnya. Namun kekayaan itu disebut sebagai ‘mamon yang tidak jujur’ karena ia membawa kita pada kejahatan. Sama halnya dengan narkoba yang tidak bisa menjadi baik atau jahat karena ia hanyalah suatu bahan kimia, ia hanyalah obat bius, akan tetapi ia bisa membawa pada kejahatan. Kebutuhan akan narkoba akan membuat orang terjerumus pada kejahatan demi memperoleh uang dalam memenuhi kecanduan mereka. Sebagaimana yang telah kami sampaikan juga, bahwa di dalam sebuah wawancara televisi, seorang pecandu narkoba berkata bahwa ia memerlukan uang sebanyak $400 setiap harinya untuk bisa memuaskan kecanduannya setiap hari. Dan ketika dia ditanyai dengan cara apa dia mendapatkan uang sebanyak $400 sehari, dia menjawab dengan cukup jujur bahwa dia mencuri. Jadi, ‘mamon yang tidak jujur’ itu berarti bahwa mamon itu membawa kita pada kejahatan untuk bisa memperolehnya. Kita mulai mengandalkan kebohongan, fitnah, pencurian, perampokan, bahkan juga pembunuhan, dalam rangka mendapatkan uang. Oleh karena inilah Paulus menyatakan bahwa kasih akan uang adalah akar dari segala kejahatan.

(7) Yang ketujuh, kita telah melihat bahwa Yesus menyebut mamon sebagai tidak jujur; Dia berbicara tentang ‘mamon yang tidak jujur’, bukan karena mamon itu sendiri yang tidak jujur seolah-olah mamon itu adalah satu pribadi. Kata ‘tidak jujur’ di sini bermakna bahwa mamon itu tidak layak dipercaya, tidak bisa diandalkan. Kita telah melihat bahwa uang tidak bisa dipercaya karena tidak bisa diandalkan. Dan mereka yang meletakkan kepercayaannya pada uang akan segera kecewa. Mereka yang menaruh kepercayaannya, misalnya, dalam bentuk saham, akan segera tahu betapa tidak bisa dipercayanya mamon itu. Di satu saat, pasar modal melejit naik dan Anda meraih untung besar, lalu pada hari berikutnya, hancur semua! Pasar modal jatuh dan Anda bengkrut. Semua saham Anda menjadi tidak ada nilainya. Banyak orang yang hari ini adalah milyuner namun esoknya sudah menjadi pengemis. Mamon sangat tidak bisa dipercaya. Anda tidak boleh mempercayainya. Jika Anda menaruh kepercayaan kepadanya, maka Anda akan sangat kecewa.

(8) Selanjutnya, kita masuk pada poin yang kedelapan berkenaan dengan hakekat dan watak dari kekayaan, dan kita tahu bahwa ia bersifat fana, dan karena ia bersifat fana maka ia tidak pernah menjadi milik kita yang sesungguhnya. Uang adalah hal yang sekadar berlalu dari tangan Anda. Anda tidak bisa mempertahankannya. Jika Anda pergi ke bank, pada hari berikutnya Anda dapati bahwa uang Anda telah berlalu dari tangan Anda. Ia hanyalah benda yang melewati tangan Anda, di mana Anda menjadi pengelola, pengurus, dan uang tidak pernah bisa menjadi milik Anda yang sejati. Di saat Anda berusaha menjadikannya sebagai milik Anda, Anda hanya akan melihatnya berubah menjadi lembaran kertas yang tidak berharga.

Demikianlah, Yesus berkata, “Kalau kamu tidak layak dipercaya mengelola apa yang bukan milikmu, bagaimana mungkin kamu bisa dipercaya untuk mengurusi apa yang bisa menjadi milikmu yang sesungguhnya?” Dan satu-satunya hal yang bisa benar-benar menjadi milik Anda yang sesungguhnya itu adalah karakter Anda – kesalehan, kekudusan, kemurnian, kebenaran. Semua itu menjadi milik Anda karena menjadi bagian dari diri Anda sedangkan uang tidak pernah bisa menjadi bagian dari diri Anda, hidup kekal itu yang bisa menjadi bagian dari diri Anda jika Anda terus berada di dalam kebenaran Allah. Dengan cara itu, hidup kekal akan benar-benar menjadi milik Anda. Tentu saja, hal ini bukan berarti bahwa apa yang bisa menjadi milik Anda yang sesungguhnya itu tidak bisa hilang dari diri Anda. Bukan sekadar barang yang fana saja yang bisa lenyap dari diri Anda. Sesuatu itu memang bisa menjadi milik Anda, akan tetapi tetap bisa hilang juga. Arloji Anda bisa menjadi milik Anda akan tetapi Anda bisa kehilangan arloji tersebut. Demikianlah, kebenaran, yang dibangun secara perlahan-lahan di dalam kepribadian kita lewat karya Roh Kudus memang benar-benar menjadi milik kita yang sejati karena ia menjadi bagian dari diri kita, sedangkan uang tidak pernah bisa benar-benar menjadi bagian dari diri kita.

Kedelapan pokok inilah yang telah kita bahas, yakni pokok-pokok yang berkenaan dengan kekayaan, dan saya uraikan kembali secara ringkas.


Bagaimana cara kita berhadapan dengan musuh rohani kita, yakni mamon?

Hari ini, kita akan bahas pertanyaan yang diajukan oleh Yesus kepada orang muda yang kaya ini. Karena hakekat uang digambarkan sebagai “mamon yang tidak jujur’; sesuatu yang mendorong kepada kejahatan; mamon menjadi musuh rohani kita karena jika kita tidak berhati-hati, maka uang bisa membawa kita pada kejahatan. Lalu bagaimana cara kita untuk menghadapinya?

Kita hidup di tengah dunia ini dan kita tidak bisa menjalani kehidupan dengan lancar tanpa uang, dan Anda tentunya sudah tahu akan hal ini. Jadi, di satu sisi, kita membutuhkan uang karena tanpa uang, misalnya, Anda tidak akan bisa hadir di sini hari ini, tanpa uang berarti Anda tidak memiliki sesuatu yang bisa dipakai untuk membayar ongkos kendaraan menuju ke sini. Jadi, Anda membutuhkan uang. Tanpa uang, Anda tidak bisa makan siang, kecuali jika Anda punya teman yang baik hati. Sekalipun Anda memiliki teman yang baik hati, tanpa uang, maka teman itu tidak akan bisa memberi Anda makan siang. Jadi kita hidup di tengah dunia di mana kita tidak bisa hidup tanpa memakai uang, namun di sisi lain, walaupun kita membutuhkan uang, kita juga tahu bahwa uang bisa menjadi semacam narkoba bagi kita, menjadi sangat berbahaya bagi kehidupan rohani kita. Bagaimana cara kita menghadapi keadaan yang sangat rumit ini? Apa yang harus kita perbuat sebagai orang Kristen? Tampaknya kita terjebak dalam rintangan yang tak bisa dilalui. Kita tidak bisa menjalani kehidupan yang lancar tanpa uang akan tetapi kita juga harus sangat waspada terhadap uang.


Harta kekayaan itu sama seperti lemak tubuh

Saya cenderung memandang uang itu seperti lemak di tubuh kita. Anda tetnunya tahu bahwa lemak bisa sangat berbahaya bagi tubuh Anda. Penumpukan lemak di tubuh Anda, khususnya di dalam pembuluh darah Anda, bisa memacetkan aliran darah Anda dan kelebihan lemak di dalam tubuh itu bisa membunuh Anda. Itulah sebabnya mengapa banyak orang yang berolahraga dan melakukan diet untuk menjaga agar kadar kolesterol – lemak dalam darah, di tubuhnya tetap rendah.

Namun di sisi lain, sama halnya dengan uang, kita juga tidak bisa hidup tanpa lemak. Tubuh kita memerlukan lemak; tubuh juga memerlukan kolesterol. Anda tidak bisa hidup tanpanya. Akibatnya, kita terjebak dalam kerumitan yang sama seperti saat berhadapan dengan uang. Jika Anda tidak mengkonsumsi lemak, maka Anda akan mati. Sebenarnya, di dalam setiap makanan yang Anda konsumsi, selalu ada kandungan lemak di sana. Ada makanan yang kadar lemaknya tinggi, ada pula yang rendah, akan tetapi akan selalu ada kandungan lemak dalam setiap makanan Anda. Bahkan di dalam coklat yang Anda makan, terdapat lemak di dalamnya. Di dalam daging yang Anda makan juga terdapat kandungan lemak. Sayuran juga mengandung lemak, terutama kacang-kacangan yang berisi minyak nabati. Demikianlah, Anda perlu makan lemak untuk bisa hidup. Akan tetapi, jika Anda memakannya terlalu banyak, lalu Anda mulai menumpuk lemak di dalam tubuh Anda, atau jika tubuh Anda tidak bisa mencerna lemak dengan baik, maka Anda akan mulai menimbun bahan yang sangat berbahaya – akan tetapi juga sangat dibutuhkan – ini di dalam tubuh Anda.

Perhatikanlah kesejajaran di antara lemak dengan uang ini. Keduanya sama-sama dibutuhkan namun juga berbahaya. Menjadi sangat berbahaya jika mulai terjadi penumpukan. Saat tubuh Anda mulai menimbun lemak, lalu Anda menjadi semakin gemuk, dengan timbunan lemak yang tebal itu, maka Anda mennjadi calon korban serangan jantung, dan mungkin juga berbagai macam penyakit lainnya.

Uang pun demikian pula halnya. Kita tidak dapat hidup tanpa uang, seperti tubuh tidak dapat hidup tanpa lemak. Namun di sisi lain, jika Anda menimbun uang, maka pada tingkatan tertentu uang tersebut akan menghancurkan Anda secara rohani. Jadi, bukannya menyatakan bahwa kita bisa hidup tanpa uang, akan tetapi Yesus memperingatkan kita untuk tidak menimbun kekayaan di dunia. Kita harus hati-hati dengan cara kita memandang kekayaan itu. Bagaimana cara kita menghadapi masalah ini? Perkara inilah tepatnya yang akan kita bahas hari ini. Dan Yesus telah memberikan petunjuknya kepada orang muda yang kaya ini.


Anda tidak akan menjadi kaya jika tidak menimbun harta

Satu-satunya jalan bagi Anda untuk menjadi kaya adalah dengan menimbun kekayaan. Maksud saya, Anda tidak akan menjadi kaya dengan cara menghamburkan uang Anda. Jika Anda membelanjakan uang Anda, maka Anda akan tetap miskin. Tak peduli seberapa besar penghasilan Anda, entah itu $20.000 per tahun, atau $30.000 atau $70.000 per tahun, jika Anda menghamburkannya untuk gaya hidup yang mewah, maka Anda akan menjadi miskin karena Anda tidak bisa menumpuk kekayaan itu. Sedangkan orang yang miskin, penghasilannya mungkin saja rendah, akan tetapi dia menyisihkan, yakni menimbun sebagian hartanya, maka dia bisa saja menjadi kaya. Saya pernah mendengar tentang seorang porter di sebuah hotel – saya kagum karena di dalam koran diberitakan bahwa seorang porter, yakni orang yang mengangkat barang-barang Anda di dalam kereta dorong, pada saat dia meninggal, telah mennumpuk kekayaan sebesar 30.000 pundsterling! Saya tercekat membaca angka itu. Dia hanya mengumpulkan semua koin kecil – setiap kali dia mengangkut barang-barang maka dia akan mendapat uang koin dari tamu hotel, dan dia menimbunnya. Dia tentunya orang yang sangat hemat. Namun saya tidak tahu untuk apa dia mengumpulkan uang sampai sebanyak 30.000 poundsterling itu dan pada akhir hayatnya justru kantor pajak yang akan menikmati uang tersebut! Jadi, Anda tidak akan menjadi kaya jika tidak menimbun harta.

Anda mungkin saja menikmati banyak makanan berlemak, akan tetapi Anda tidak akan menjadi gemuk jika Anda terus membakar lemak tersebut melalui olahraga misalnya. Seorang atlet yang membakar banyak kalori, boleh saja makan banyak makanan berlemak, lebih banyak dari Anda dan saya. Dia boleh saja makan banyak mentega, susu dan makanan berlemak lainnya, akan tetapi dia tidak menjadi gemuk. Mengapa? Karena dia membakar semua itu. Tubuhnya tidak menimbun semua itu. Jadi dia tidak menjadi gemuk. Tubuh Anda baru menjadi gemuk jika konsumsi Anda melebihi pemakaiannya, sama seperti rekening bank Anda. Dengan cara itu, Anda mulai menimbun lemak di dalam tubuh Anda.

Inilah yang terjadi dengan kawan kita yang kaya di dalam laporan Injil ini. Entah dengan cara apa dia menjadi kaya. Mungkin dia mewarisi bisnis yang besar dari keluarganya. Mungkin dia adalah seorang pekerja keras. Mungkin dia mendapat warisan besar. Apapun itu, yang jelas dia telah menjadi kaya. Penghasilannya jauh melebihi pengeluarannya, dengan demikian dia menimbun kekayaan yang sangat besar. Malahan, Lukas melaporkan bahwa orang ini sangatlah kaya. Jadi, secara rohani dia mengalami obesitas. Dia menimbun terlalu banyak kekayaan. Dengan keadaan seperti itu, Anda tidak akan berhasil mencapai Kerajaan Allah. Demikianlah hal yang telah kita lihat pada minggu yang lalu, Yesus memperingatkan, jika Anda membiarkan diri Anda mengalami obesitas, yakni kegemukan, secara rohani, Anda menimbun banyak lemak dalam hidup Anda, maka Anda tidak akan bisa masuk ke dalam Kerajaan Allah sama halnya dengan unta yang berusaha melewati lubang jarum.


Setiap orang yang menimbun kekayaan tidak akan dapat masuk ke dalam Kerajaan

Saya ingin mengingatkan Anda bahwa ucapan yang disampaikan kepada orang muda yang kaya ini bukan hanya berlaku bagi dia – seolah-olah hanya dia saja orang yang mencintai uang di dunia ini. Ini tidak benar sama sekali. Kita bisa melihat bahwa hal ini tidak benar berdasarkan tiga hal. Yesus menyampaikan ucapan tersebut untuk diberlakukan secara umum, bahwa setiap orang yang kaya, setiap orang yang menimbun kekayaan, tidak akan bisa masuk ke dalam Kerajaan.

Dasar yang pertama bisa kita lihat di dalam pernyataan umum di Markus 10:23. Di ayat 23 tertulis:

Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka: “Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.”

Ini adalah pernyataan yang bersifat umum. Pernyataan ini tidak mengacu pada satu orang kaya tertentu saja. Dia tidak mengatakan betapa susahnya bagi orang kaya yang satu ini untuk masuk ke dalam Kerajaan. Yang Yesus sampaikan adalah betapa sukarnya setiap orang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan.

Dan dasar yang kedua, kita ambil dari Lukas 12:32-33, dan saya akan membacakannya karena hubungannya yang sangt penting dengan perikop ini. Yesus berkata kepada semua muridnya,

“Janganlah takut, hai kamu kawanan kecil! Karena Bapamu telah berkenan memberikan kamu Kerajaan itu. Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah! Buatlah bagimu pundi-pundi yang tidak dapat menjadi tua, suatu harta di sorga yang tidak akan habis, yang tidak dapat didekati pencuri dan yang tidak dirusakkan ngengat. Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.”

Demikianlah, di ayat 33 Yesus berkata kepada semua muridnya, “Juallah segala milikmu dan berikanlah sedekah!”

Dasar yang ketiga, kita lihat di Markus 10:28, di sini terlihat bahwa para murid menjalankan firman tersebut. Mereka mengingatkan Yesus bahwa hal itu sudah mereka kerjakan. Di Markus 10:28,

Petrus berkata kepada Yesus, “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!”

Jadi, secara eksegetis akan salah jika mengatakan bahwa Yesus mengarahkan ucapan tersebut hanya kepada orang muda yang kaya ini. Itu hanya sekadar usaha untuk menghindari kebenaran dari firman yang disampaikan oleh Yesus berikut penerapannya. Tentu saja, kita tidak sekadar mengandalkan ketiga dasar tersebut. Mengapa kekayaan itu sangat berbahaya? Pada minggu yang lalu, kita telah menganalisis persoalan mengapa kekayaan itu sangat berbahaya – menimbulkan ketagihan, membawa pada kejahatan dan orang yang bergantung pada kekayaan tidak akan bisa bergantung kepada Allah.


Bagaimana mengatasi masalah penimbunan kekayaan?

Sekarang perhatikan hal berikut yang disampaikan oleh Yesus kepada orang muda yang kaya itu. Bagaimana cara menangani masalah penimbunan kekayaan ini? Solusi dari Yesus sangatlah drastis. Sangat sederhana akan tetapi sangat drastis. Di ayat 21:

Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, lalu berkata kepadanya: “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.”


‘Pergilah’ dan ‘datanglah’!

Ada dua hal di sini: ‘pergilah’ dan ‘datanglah’. Anda tidak bisa datang sebelum Anda pergi. Mula-mula Anda pergi lalu Anda datang. Ini adalah hal yang sangat penting dalam rangka memahami keselamatan. Anda tidak bisa datang kepada Yesus jika ada hambatan tertentu yang masih berdiri di antara Anda dengan Kerajaan Allah. Anda tidak akan bisa datang. Yesus tidak sekadar berkata, “Datanglah.” Dia berkata, “Pertama-tama, pergilah, dan kalau kamu sudah tuntaskan semua itu, saat kamu sudah menempatkan semuanya dalam susunan yang benar, selanjutnya datanglah.”

Hal ini sama persis dengan yang ada di Matius 5:24. Di sana Anda menemukan kata ‘pergilah’ dan kata ‘datanglah’ juga. Saya bacakan Matius 5:23-24,

“Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu.”

Di sana Anda bisa lihat kata ‘pergilah’ dan juga kata ‘datanglah (=kembali, dalam terjemahan LAI)’. Anda tidak akan bisa datang kepada Yesus sebelum menuntaskan beberapa hal. “Pertama, engkau harus pergi dan bertobat dari dosa-dosamu, berdamailah dengan saudaramu. Singkirkanlah kelebihan lemak dari kehidupanmu. Dan jika engkau telah melakukannya dengan sungguh-sungguh, maka kamu akan bisa datang dan mengikut Aku,” demikian kata Yesus. Banyak orang yang membuat kesalahan dengan beranggapan bahwa mereka bisa datang tanpa perlu menangani suatu apa pun. Tidak begitu. Yesus berkata bahwa pertama-tama Anda harus pergi dulu.

Di sinilah letak dari kesukaran itu karena apa yang dituntut oleh Yesus dari kita seringkali begitu bertentangan dengan kodrat kita. Sebagai contoh, di Matius pasal 5, Yesus menyuruh kita untuk berdamai dengan saudara kita, untuk pergi dan bertobat dari dosa-dosa kita. Meminta maaf kepada orang lain atas kesalahan yang telah kita perbuat adalah hal yang sangat sukar bagi kita. Keangkuhan kita terlalu tinggi. Kita tidak bisa mengatasi keangkuhan kita sendiri. Padahal Yesus berkata, “Kalau kamu tidak bisa mengatasi kesombonganmu, kalau kamu tidak bisa merendahkan dirimu dan membenahi kesalahan yang telah kau perbuat terhadap saudaramu atau terhadap jemaat, atau terhadap siapapun, janganlah datang. Sebelum kamu bisa membenahi semua itu, kamu tidak akan bisa datang.”


Kemudian datang dan mengikut Yesus

Atau dalam hal kekayaan. Kita berpegang pada kekayaan kita. Harta benda itu terasa sangat berharga bagi kita. Lalu Yesus berkata kepada orang muda yang kaya ini, “Pergi dan juallah” dan orang muda ini tidak sanggup menuruti hal itu. Dia berlalu dengan wajah muram; dia sedih. Akhirnya dia pergi dan tidak pernah datang; dia pergi menjauh. Yesus tahu dia pergi meninggalkan tetapi Yesus tidak berkata, “Baiklah, tidak masalah, aku akan mengurangi persyaratannya. Kamu tidak harus pergi, kamu boleh datang dalam keadaan apapun.” Bukan begitu. Yesus selalu berkata, “Pergilah, dan setelah itu kamu bisa datang.”

Namun, karena hal ini bertentangan dengan kodrat kita, maka perintah ini menuntut suatu perubahan. Ada hal yang harus berubah di dalam diri kita. Maksudnya, kita harus diubah sebelum kita bisa datang. Kita harus diubah dalam pengertian bahwa kita harus bertobat. Dan makna kata ‘bertobat’ itu adalah perubahan pikiran. Kita harus diubah dalam pengertian bahwa kita bersedia melepaskan hal-hal yang merintangi jalan kita masuk menuju Kerajaan.

Jika Anda tidak bersedia bertobat, jika Anda tidak mau berubah pikiran, jika Anda tidak mau melepaskan hal-hal yang merintangi jalan masuk Anda ke dalam Kerajaan Allah, maka Anda hanya akan pergi menjauh. Anda tidak akan pernah datang. Namun sekali lagi, saya peringatkan Anda, Yesus tidak mengurangi persyaratannya itu supaya kita dipermudah untuk bisa datang. Tidak, persyaratan tersebut harus kita penuhi. Pertama-tama kita harus pergi sebelum kita bisa datang.


‘Juallah’, ‘berikanlah’ – jangan menimbun kekayaan

Selanjutnya, perhatikan perumpamaan yang indah dari Yesus di ayat 25.

“Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.”

Apakah mungkin seekor unta, binatang yang besar ini, melewati lubang jarum!

Tidak ada bukti apapun yang menunjukkan bahwa ungkapan ‘lubang jarum’ itu merujuk pada sebuah gerbang kecil di tembok kota. Tidak ada bukti akan hal ini, dan ini tentunya hanya akal-akalan dari beberapa penginjil saja. Lubang jarum itu maknanya memang lubang dari sebuah jarum. Itulah artinya. Dan Yesus sekadar memakai gaya parabolis dari caranya mengungkapkan sesuatu seperti, misalnya, “Nyamuk kamu tepiskan tetapi unta kamu telan.” Itu adalah ciri khas Yesus dalam membuat pernyataan. Jadi di sini, Yesus sedang berbicara tentang unta yang harus melewati lubang jarum. Dia berkata bahwa akan lebih mudah bagi seekor unta untuk melewati lubang jarum ketimbang bagi seorang kaya untuk masuk ke dalam Kerajaan. Adalah bodoh jika orang tidak memandang serius firman dari  Yesus ini karena jika ada orang yang tahu jalan menuju hidup kekal itu, maka Yesuslah orang tersebut. Tak ada orang lain yang tahu sebanyak yang Yesus ketahui.

Namun perhatikanlah keindahan dari perumpamaan tersebut. Berapa banyak dari antara Anda yang tahu tentang unta? Pernahkah Anda melihat atau menyentuh atau menyaksikan perilaku unta? Beberapa pertemuan saya dengan unta berlangsung di Mesir dan Israel. Unta adalah hewan yang sangat menarik [untuk diamati] dan gambaran unta ini memang cocok dengan apa yang mau Yesus sampaikan. Mengapa? Unta adalah hewan yang mampu menimbun [kebutuhannya], bukankah begitu? Hewan yang lain akan makan dan setelah itu harus mencari lagi makanan berikutnya. Akan tetapi unta memiliki ciri yang luar biasa jika dibandingkan dengan makhluk lainnya, yakni ia bisa menimbun makanan di dalam punuknya. Ia bisa menimbun lemak dan juga air! Tak ada hewan lain yang bisa melakukan hal ini. Oleh karena itu, perhatikan betapa cocoknya gambaran yang dipakai oleh Yesus. Seekor unta, seperti seorang kaya, atau manusia pada umumnya, kita semua, cenderung suka menimbun persediaan untuk berjaga-jaga. Dan unta adalah hewan yang luar biasa – ia bisa berjalan berhari-hari di padang pasir tanpa makan dan minum. Ia tidak perlu makan apa-apa, dan juga tidak perlu minum, karena semua sudah dia timbun di dalam punuknya yang besar itu. Memang sungguh hewan yang sangat menarik.


Unta adalah gambaran dari manusia duniawi

Ada lagi hal yang terdapat dalam diri unta, dan jika Anda pernah memperhatikan unta, maka Anda mengerti akan hal itu. Unta adalah salah satu hewan yang berperangai paling buruk di dunia. Ia adalah hewan yang mudah marah. Apakah Anda mengenal unta? Hewan ini tak henti-hentinya mengeluh, menggerutu dan mengerang. Sungguh hewan yang luar biasa! Jika Anda ingin menyuruhnya untuk berlutut atau berbaring, ia akan menolak, mengeluh dan mengomel tanpa henti. Satu-satunya cara untuk menyuruhnya berlutut adalah dengan menggunakan pukulan, mencambuknya, dan di sepanjang proses ini, ia akan terus menggerutu tanpa henti. Dan jika Anda ingin menyuruhnya untuk berdiri lagi, maka proses ini harus diulangi kembali. Ia akan menggertakkan gigi, meringkik, mengeluh dan menggerutu, ia akan membuat berbagai keributan. Itulah unta. Kami diberitahu oleh pakar hewan bahwa unta adalah hewan yang paling mudah tersinggung di dunia ini. Ia tak pernah berhenti mengeluh dan menggerutu. Sungguh hewan yang berperangai buruk. Akibatnya ia harus selalu dicambuk, diseret dan ditendang jika perlu, agar ia mau mengerjakan apa yang diperintahkan. Unta adalah hewan pengangkut beban; orang-orang memanfaatkannya untuk mengangkut beban. Di saat ada beban ataupun tanpa beban, unta tetap saja mengeluh.

Hal ini mengingatkan saya betapa cocoknya gambaran yang dipakai di sini. Unta adalah gambaran dari manusia duniawi dalam perangainya yang buruk, gemar mengeluh, menggerutu dan melawan.


Unta tidak memiliki tempat di tengah kalangan domba dalam jemaat

Unta tidak memiliki tempat di tengah kalangan domba. Unta diparkir di luar kandang domba. Akan tetapi, di tengah kalangan domba gereja, ternyata kita juga memiliki unta. Unta-unta tersebut selalu mengeluh, menggerutu, merengek, mengkritik, dan ingin saya sampaikan kepada mereka yang berperilaku seperti unta di tengah gereja agar memperbaiki perilakunya. Saya sampaikan secara langsung dan jujur kepada mereka yang perilakunya gemar mengritik jemaat, mengritik sesama saudara seiman, terhadap anggota tim kepemimpinan, bahwa mereka yang berperilaku seperti unta ini harus ditangani karena mereka melakukan hal-hal yang sangat merusak kehidupan dan kesatuan serta harmoni di tengah jemaat.

Tak ada gereja yang sempurna, dan jika Anda ingin mengritik, maka akan selalu ada hal yang bisa dikritik. Akan tetapi jika Anda ingin mengajukan kritik tanpa niat merusak jemaat, melainkan untuk membangun dan memberi masukan kepada jemaat, maka sudah ada jalur dan cara yang disediakan untuk melakukan hal tersebut dengan baik. Dan jika Anda berperilaku seperti unta, maka perlu saya peringatkan kepada mereka yang berperilaku seperti unta itu, bahwa mereka harus mencari tempat di luar lingkungan jemaat atau akan berhadapan dengan tindakan disiplin dalam jemaat.

Jika Anda ingin melakukan kritik secara membangun, tentunya Anda tidak melakukannya dari balik punggung saudara seiman, karena ini akan berarti fitnah. Jika Anda ingin meningkatkan kehidupan berjemaat, atau Anda merasa bahwa jemaat sedang bermasalah secara keseluruhannya, maka sangatlah penting bagi Anda untuk berbicara langsung kepada saya. Jika Anda merasa tidak setuju dengan tim, maka Anda tentunya tidak boleh berbicara di belakang punggung orang-orang dari tim, Anda seharusnya berbicara langsung dengan anggota-anggota tim dan bukannya kepada orang lain. Jika tidak, maka Anda bisa merusak hubungan jemaat dengan tim, atau di antara sesama saudara seiman. Saya ingin agar setiap orang mengerti bahwa setiap orang yang datang ke gereja ini aman dari “mulut manis” orang-orang yang berperilaku tidak benar.

Jadi demikianlah adanya unta itu. Unta adalah hewan yang selalu menggerutu dan tidak pernah bisa terpuaskan tak peduli apapun yang Anda perbuat terhadapnya. Unta-unta selalu berperilaku buruk. Dan jika Anda berperilaku seperti unta, maka perlu Anda pahami bahwa adalah lebih mudah bagi unta untuk melewati lubang jarum daripada bagi Anda untuk masuk ke dalam Kerajaan Surga. Perlu saya tekankan lagi, tak ada gereja yang sempurna. Bagi mereka yang ingin mencari-cari kesalahan, maka mereka tidak akan pernah kehabisan celah untuk dicela. Jika saya ingin mencari-cari kesalahan Anda, maka saya tidak akan pernah kesulitan untuk mendaftar kekurangan setiap orang. Dan jika Anda ingin mencari-cari kesalahan saya, maka Anda juga tidak akan kesulitan untuk membuat daftar kesalahan saya.

Akan tetapi itu bukanlah watak dan tujuan dari sebuah jemaat. Kita bukanlah sekumpulan unta yang saling menuduh satu dengan lain setiap saat. Bukan begitu. Dengan segala kekurangan kita, atas kasih karunia Allah, kita ini adalah kawanan domba-domba. Dan Anda bisa lihat bahwa domba itu tidak bertanduk; mereka tidak saling menyerang. Mereka tidak saling menggigit dan saling menendang. Mereka adalah kawanan domba yang bergabung satu sama lain dan berperilaku seperti layaknya domba. Jadi, mari kita camkan pelajaran yang sangat penting ini karena keselamatan kita bergantung padanya. Dan bagi saya, sebagai gembala bawahan dari Allah, sudah menjadi tugas saya untuk mengurusi kesejahteraan kawanan domba yang telah dipercayakan oleh Allah kepada saya.

Selanjutnya, unta bisa menjadi sangat agresif. Mereka tidak sekadar menimbun harta, tidak sekadar berperangai buruk, akan tetapi buruknya perilaku mereka ini sampai mencapai tingkat yang sangat agresif. Sudah lazim diketahui dari waktu ke waktu, seekor unta bahkan bisa menggigit tangan pemeliharanya. Secara harfiah, ia bisa menggigit tangan yang memberinya makan! Kelakuannya memang seperti itu. Jika Anda berada terlalu dekat dengan gigi tajam dari seekor unta, bisa saja Anda kehilangan tangan atau lengan Anda. Ia bisa seganas itu. Jadi mari kita camkan ciri-ciri tersebut dan melihat betapa cocoknya gambran yang dipakai oleh Yesus di sini.


Kita perlu diubah dari unta menjadi domba

Ini semua berarti bahwa kita perlu ditransformasi jika kita ingin masuk ke dalam Kerajaan. Secara alami, kita ini adalah unta. Kita semua, secara alamiah, berperangai buruk. Kita semua gemar mengeluh dan menggerutu akan segala hal. Kita semua sangat agresif. Allah perlu mengubah karakter kita. Itulah yang ditunjukkan oleh Yesus di ayat 27 di sini, “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah.” Tak ada orang yang bisa masuk ke dalam Kerajaan Allah dengan usahanya sendiri, akan tetapi Allah bisa mengubah watak unta dalam diri kita menjadi watak serupa domba.

Unta hidup di padang pasir. Sama seperti kebanyakan orang Kristen, mereka menghabiskan seluruh hidupnya dengan tinggal di padang gurun rohani. Mereka malah merasa betah berada di padang gurun rohani. Mereka merasa seperti berada di rumah sendiri di tengah padang pasir rohani, dan tampaknya tidak peduli dengan lamanya waktu yang mereka habiskan di padang gurun. Domba tidak bisa bertahan hidup di tengah padang gurun rohani. Mereka akan segera mati di sana. Mereka membutuhkan padang rumput yang hijau, membutuhkan air kehidupan untuk bisa bertahan hidup. Mereka bukanlah unta.

Apakah Anda merasa betah berada di padang gurun rohani? Apakah kelemahan dan kondisi kerohanian yang menyedihkan tidak mengusik hati Anda? Atau Anda justru betah? Mungkin Anda justru merasa betah berada di padang gurun rohani yakni keduniawian. Kalau sudah begitu berarti persoalannya sangat berbahaya. Ada sebagian orang yang sudah begitu jauh terperosok sehingga mereka tidak tahu keadaan diri mereka. Keadaan itu tidak mengusik hati mereka karena mereka adalah unta. Mereka tidak peduli apakah di sana tidak terdapat banyak rumput. Jadi, mari kita renungkan perumpamaan tentang unta ini dan berdoa kiranya Allah mengubah kita sehingga kita tidak merasa betah berada di tengah padang gurun, melainkan segera mencari padang rumput hijau tempat Allah ingin membawa kita.


Orang muda yang kaya itu harus pergi dan diubahkan

Kembali pada kasus orang muda yang kaya ini. Orang muda ini di dalam keduniawiannya, baik dalam hasratnya untuk menimbun kekayaan maupun dalam hal keadaannya yang belum lahir baru, dia tidak memiliki peluang untuk masuk ke dalam Kerajaan. Allah harus mengubah wataknya secara total jika dia ingin masuk ke dalam Kerajaan. Dengan demikian, apa yang harus dilakukan? Tindakan yang drastis harus diambil untuk bisa melakukan transformasi ini.

Namun mula-mula, ada satu hal yang harus dia kerjakan sebelum Allah bertindak. Inilah makna dari pokok tentang ungkapan ‘pergilah’ dan ‘datanglah’. Ada beberapa hal yang tidak bisa dilakukan oleh Allah, Anda harus melakukannya sendiri, yakni dalam hal bertobat. Allah tidak bisa bertobat mewakili Anda. Anda sendiri yang harus bertobat. Allah tidak bisa memisahkan Anda dari kecintaan terhadap keduniawian. Anda yang harus memisahkan diri dari kecintaan terhadap keduniawian. Anda sendiri harus memiliki keinginan untuk berubah.

Sambil kita merenungkan persoalan ini, mari kita melanjutkan pembahasan. Anggaplah bahwa orang muda yang kaya ini sekarang mau menjadi murid, dia mau mengikut Yesus. Anggaplah bahwa Anda mau mendengarkan perintah Yesus dan berkata kepadanya, “Ya, Tuhan, dengan senang hati aku mau membuang timbunan lemak ini. Dengan senang hati aku akan membuang kekayaanku supaya aku bisa masuk, dengan kasih karuniamu supaya aku diterima masuk ke dalam Kerajaan.” Lalu bagaimana selanjutnya? Apa yang harus kita perbuat dengan kekayaan itu? Apakah berarti Anda dan saya harus segera mengabaikan rekening bank yang ada? Kita langsung membuang kekayaan yang ada, entah itu bernilai $500 atau $5000, atau berapapun itu? Lalu apa yang terjadi? Poin berikut yang ingin saya sampaikan dalam hal penanganan kekayaan ini adalah bahwa kita berada dalam posisi yang sulit. Mengapa?

Untuk bisa menyajikan poin ini [dengan baik], kita perlu mencermati dengan teliti karena eksegesis yang akurat dan cermat sangat dibutuhkan di sini. Bagaimana cara menangani kekayaan? Katakanlah Anda sudah bekerja bertahun-tahun dan Anda sudah mengumpulkan cukup banyak uang, lalu dengan segera Anda singkirkan semua itu, misalnya simpanan dana pensiun Anda? Apakah Anda langsung menyingkirkan semua harta Anda begitu saja? Apakah ini merupakan eksposisi yang tepat bagi perikop ini? Saya rasa tidak. Mari kita cermati dengan teliti situasi yang ada. Apa yang akan terjadi seandainya orang muda yang kaya ini menuruti perintah Yesus dan menyingkirkan segala hartanya, memberikannya keapda orang-orang miskin, lalu datang dan mengikut Yesus? Apa yang akan terjadi?


Murid-murid dan Yesus sendiri punya dana milik bersama

Seringkali, dalam menguraikan Alkitab, Anda harus menangkap seluruh gambaran situasinya. Pertama-tama, yang harus Anda lihat adalah bagaimana kehidupan para murid saat itu? Jika Anda teliti kehidupan para murid, Anda bisa melihat sesuatu. Para murid bersama Yesus sendiri punya dana bersama, mirip seperti mereka yang ikut tim pelatihan sekarang ini. Mereka memiliki dana bersama. Jadi ada hal yang merupakan milik bersama. Ini berarti bahwa jika orang muda yang kaya itu telah menyingkirkan hartanya lalu ikut bergabung bersama para murid Yesus, apa yang terjadi padanya? Tentunya dia akan menjadi bagian dari kumpulan para murid dan ikut memiliki dana bersama. Poin ini sangatlah penting untuk kita camkan karena sekalipun dia telah menyingkirkan hartanya, sebagian dari hasil penjualan itu bisa dimasukkan ke dalam dana milik bersama, karena tidak ada lagi orang yang lebih miskin daripada para murid itu sendiri sebab mereka telah meninggalkan segala-galanya untuk mengikut Yesus. Dengan demikian dia tentunya akan memasukkan sebagian dari hasil penjualan hartanya ke dalam dana milik bersama. Poin ini sangatlah penting untuk dipahami.


Gereja mula-mula ada satu sistem kepemilikan bersama

Jika kita telaah Kitab Suci, kita bisa melihat di banyak bagian dari ajaran Kitab Suci, tentang adanya dana milik bersama di dalam gereja mula-mula. Di dalam Kisah Para Rasul pasal 2, kita melihat bahwa jemaat awal menjalankan kepemilikan bersama. Mereka berbagi kepemilikan atas segala hal. Ada semacam dana milik bersama. Di dalam Kisah pasal 6 juga bisa kita lihat bahwa dana milik bersama ini dipakai, misalnya, untuk dibagikan kepada para janda, dipakai untuk menyediakan makanan dan pakaian serta kebutuhan sehari-hari mereka. Tanpa adanya dana milik bersama ini, jemaat tidak akan bisa memenuhi kebutuhan para janda itu.

Jemaat-jemaat yang mengikuti ajaran Paulus juga menjalankan hal tersebut. Jemaat-jemaat tersebut juga menyediakan anggaran untuk orang miskin dan para janda. Kita bisa lihat perinciannya di 1 Timotius 5:3-16. Dan dalam rangka mencukupi kebutuhan para janda serta orang miskin itu, maka jemaat-jemaat tersebut harus menyiapkan suatu dana milik bersama.

 

Suatu gambaran yang indah: gereja rumah yang saling mendukung satu sama lain

Selanjutnya, bukan hanya gereja saja yang memiliki dana bersama, yakni untuk lingkungan dalam jemaat, akan tetapi setiap gereja juga siap untuk membantu gereja lain jika gereja tersebut sedang kekurangan. Gereja yang sedang dalam kesulitan itu bisa saja berada di dalam satu kota yang sama atau bahkan berada di luar negeri. Semua gereja itu saling membantu satu sama lain. Ini adalah gambaran yang sangat indah. Sebagai contoh, ketika jemaat di Yerusalem sedang dalam bencana kelaparan dan mengalami kekurangan, gereja-gereja di Makedonia mengirim sumbangan kepada jemaat di Yerusalem. Hal ini dapat dibaca di Roma 15:26, Galatia 2:10, 1 Korintus 16:1 dan sebagainya. Jadi di gereja awal, ada sistem kepemilikan bersama. Ini adalah hal yang sangat penting untuk dipahami.


Ajaran Yesus dijadikan mustahil oleh ketidaktaatan gereja

Oleh karena itu, tanpa pemahaman seperti ini, maka kita akan salah paham akan makna dari perikop ini. Sekarang ini kita tidak bisa berkata kepada orang-orang, “Pergilah, juallah semua hartamua, singkirkan rekening bank-mu.” Ini akan menjadi suatu tindakan yang tidak bertanggung jawab karena orang ini tidak memiliki pijakan dana bersama tempat dia bisa bergabung di dalamnya. Dia tidak punya cadangan untuk menopang kehidupannya. Misalnya, anggaplah salah satu dari Anda adalah orang kaya, lalu Anda datang kepada saya menanyakan tentang jalan menuju hidup kekal. Tentunya saya wajib memberi Anda jawaban yang sama dengan jawaban Yesus. Saya akan berkata kepada Anda, “Anda perlu menyingkirkan kekayaan Anda karena harta tersebut akan menghalangi langkah Anda menuju Kerajaan.” Akan tetapi jika saya menyampaikan hal tersebut kepada Anda tanpa adanya suatu dana bersama yang dapat Anda bergabung di dalamnya, maka itu berarti saya telah bertindak secara tidak bertanggung jawab. Mengapa?

Misalnya sekarang ini Anda melepaskan harta Anda dan kemudian ada anggota keluarga Anda yang sakit parah dan membutuhkan perawatan medis, mungkin dia perlu dioperasi, dan ini akan menimbulkan tagihan biaya operasi yang sangat besar yang bisa mencapai ribuan dolar. Anda tidak memiliki cadangan dana; Anda telah melepaskan kekayaan Anda. Anda tidak mampu membayar biaya tersebut. Lalu bagaimana? Tentunya Anda akan terjerat ke dalam hutang. Berada dalam lilitan hutang sendiri sudah merupakan suatu pelanggaran terhadap ajaran Kitab Suci, seperti yang dikatakan oleh Paulus di dalam Roma 13:8, “janganlah berhutang kepada siapapun kecuali dalam hal kasih.” Akibatnya, dalam upaya Anda menuruti pengajaran Yesus di satu bidang, Anda akhirnya malah melanggar pengajaran Yesus di bidang yang lain.

Atau, contoh lain, misalnya di rumah Anda perlu direnovasi, seluruh kayu-kayu di bagian atap sudah dimakan rayap dan harus diganti. Ini juga memakan biaya ribuan dolar. Namun Anda tidak punya uang karena Anda telah melepaskan semuanya dalam tindakan yang Anda pikir adalah menuruti pengajaran Yesus. Anak dan istri Anda akan menggigil kedinginan karena rumah Anda sudah tidak beratap lagi. Sedangkan Paulus berkata di 1 Timotius 5:8-9 bahwa seorang Kristen yang tidak memenuhi kebutuhan anak-istrinya berarti dia telah ‘murtad’. Paulus memakai ungkapan yang sangat keras, “Dia telah murtad dan lebih buruk daripada orang yang tidak beriman.” Ini adalah ungkapan yang sangat keras. Anda harus bertanggung jawab atas anggota keluarga Anda, atas orang-orang yang telah dipercayakan oleh Allah untuk Anda pelihara.

Oleh karena itu, akibat situasi yang ada sekarang ini, karena gereja sendiri telah menjadi tidak taat kepada pengajaran Yesus, kita jadi tidak mampu menyuruh orang-orang untuk mengerjakan apa yang justru gagal dijalankan oleh gereja.


Sebagian orang di tengah jemaat, tergerak oleh ajaran Yesus, bisa memulai untuk membuat dana bersama

Kita baru bisa mulai menerapkan ajaran Yesus di sini kalau ada orang-orang di tengah jemaat yang tergerak oleh pengajaran Yesus, dan bersepakat, “Mari kita satukan dana. Mari kita terapkan ajaran ini. Mari kita buat dana bersama dan apa yang lebih dari kebutuhan kita, akan kita berikan kepada orang miskin atau kita pakai untuk membantu para hamba Tuhan, kita akan menopang kerja pelayanan, kita akan pakai kelebihan dana itu.” Dana bersama itu dibutuhkan untuk berjaga-jaga sekiranya ada orang yang jatuh sakit, maka ia bisa dibantu dengan dana bersama itu. Jika ada anggota yang sangat memerlukan dana, maka bisa dibantu dengan menggunakan uang dari dana bersama ini.

Namun sebelum itu terjadi, saudara-saudari, maka Anda tidak boleh berkata kepada seorang kaya, “Pergilah, juallah segala milikmu,” lalu berhenti di titik itu. Yesus berkata, “pergi dan juallah segala milikmu lalu datanglah kepadaku. Ikutlah aku. Ikutlah bersamaku. Maka kamu akan masuk ke dalam kumpulan para murid dan bisa ikut menikmati dana bersama.” Suatu hal yang memang kita ketahui telah dijalankan oleh para murid saat itu. Anda hanya perlu meneliti isi Injil, bahwa bukan hanya kedua belas murid itu saja, tetapi juga mencakup sekumpulan besar murid-murid. Sampai dengan masa pertumbuhan gereja awal, hanya sekitar satu atau dua tahun berselang, semua jemaat telah memiliki dana bersama.

Dengan kata lain, dan yang juga merupakan poin penting dari pelajaran yang kita tarik dari perikop ini adalah: sebelum gereja bisa hidup dalam kebersamaan seperti yang dimaksudkan oleh Yesus, akan ada bagian-bagian ajaran dari Tuhan yang tidak akan bisa diterapkan oleh para anggota jemaat. Ini adalah tragedi yang luar biasa. Ketidak-taatan gereja telah membuat anggota-anggota jemaat tidak mampu menerapkan ajaran Tuhan dalam beberapa bidang, seperti dalam hal menangani kekayaan.

Selanjutnya, saya sampaikan kepada Anda, sangatlah penting untuk secara tepat dan akurat menguraikan isi Alkitab. Penginjil yang sekadar masuk ke satu titik ekstrim dengan mengatakan bahwa pengajaran ini tidak berlaku pada jemaat secara umum, berarti dia telah berlaku tidak jujur kepada Firman Allah. Namun penginjil yang bergerak ke titik ekstrim lainnya, yang berkata, “Pergi dan juallah segala milikmu kalau kamu mau masuk ke dalam Kerajaan Surga.” Berarti dia telah bertindak secara tidak bertanggung jawab karena orang yang melepaskan kekayaannya itu akan menjadi rawan terhadap kekurangan dana. Tidak ada kelompok yang bisa dia gabung. Tidak ada kumpulan para murid yang bisa didatangi, hal yang memang tersedia bagi orang muda yang kaya itu.


Seperti apa mekanisme kepemilikan bersama itu?

Jadi, langkah pertama kita di dalam menangani kekayaan, adalah bahwa langkah ini harus dilakukan secara sukarela. Gereja tidak boleh membuat peraturan yang berkata, “Setiap orang harus melepaskan kekayaannya.” Hal ini tentu saja tidak benar. Ini akan menjadi suatu legalisme yang sangat buruk. Harus Roh Allah yang bekerja di dalam hati kita, sebagaimana yang Dia kerjakan di tengah jemaat mula-mula, yakni memisahkan kita dari kecintaan pada harta duniawi, yang diawali dengan sejumlah kecil orang di tengah jemaat. Allah akan menggerakkan berbagai orang, dan ini harus menjadi gerakan Allah, tidak boleh ada aturan gereja yang menetapkan hal semacam ini, Allah-lah yang mendorong mereka sehingga orang-orang ini bersedia menyatukan dana mereka dan berkata, “mari kita bertindak bersama-sama. Mari bekerjasama.” Dengan demikian, tak akan ada orang yang harus menimbun kekayaan hanya untuk berjaga-jaga menghadapi masa depannya.

Saya kenal dengan beberapa hamba Tuhan yang setia, yang akhirnya masuk ke panti-panti jompo milik pemerintah, diabaikan sama sekali oleh gereja. Ini adalah hal yang sangat memalukan nama Kristus di angkatan ini. Sungguh memalukan bagi gereja jika kita biarkan para hamba Allah, yang telah bekerja sepanjang hidupnya, akhirnya hidup kesepian dan ditelantarkan masuk ke panti jompo milik pemerintah! Gereja semacam ini sungguh memalukan. Bagaimana kita bisa berkata saling mengasihi sampai pada tingkat real mengorbankan nyawa antara satu dengan lainnya sedangkan mengorbankan harta saja kita tidak mau? Dengan demikian berarti kita telah terbukti sangat munafik di dalam sikap hati kita. Bukan begitu caranya. Jika Allah mengizinkannya, kita harus melangkah maju untuk secara bertahap – tanpa sikap yang berlebihan, tanpa fanatisme yang tidak seimbang – bergerak menerapkan ajaran Yesus di zaman sekarang.

Ada satu poin lagi, dan saya akan tutup pembahasan ini setelahnya. Jika kita ditanyai tentang bagaimana mekanismenya masyarakat dengan kepemilikan bersama itu? Pertama-tama, perlu saya tekankan, sebagaimana yang terdapat di dalam Kisah para Rasul, dan di bagian-bagian lainnya dalam Kitab Suci, kumpulan ini harus bersifat sukarela. Namun yang kedua, kita perlu perhatikan uraian yang cukup menarik di sini. Di dalam Markus 10:29-30, Yesus berkata kepada para murid yang telah meninggalkan segala-galanya utnuk mengikut dia, dan ini adalah ayat dasar bagi ajaran Yesus mengenai komunitas kepemilikan bersama.

“Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal.”

Ucapan dari Yesus ini tentunya tidak akan ada artinya jika komunitas kepemilikan bersama itu tidak ada. Bagaimana mungkin kita yang telah meninggalkan segala-galanya itu masih bisa memiliki seratus kali lipat dari yang pernah kita miliki seperti rumah dan tanah ladang? Bagaimana bisa demikian? Ini adalah ayat yang menjadi landasan bagi praktek masyarakat kepemilikan bersama di tengah gereja mula-mula. Jika saya telah melepaskan kelebihan harta saya, bagaimana saya masih bisa memiliki seratus kali lipat dari rumah dan ladang yang semula? Tentu saja saya bisa jika masyarakat kepemilikan bersama itu memang ada, karena semua milik kami adalah milik bersama. Rumah seorang saudara seiman berarti rumah saya juga. Rumah saya adalah rumah Anda juga. Rumah setiap orang adalah milik bersama. Jadi jika ada 100 orang di dalam kumpulan ini, maka Anda memiliki 100 rumah, 100 ladang dan 100 saudara seiman karena semuanya milik bersama. Tentunya, karena telah melepaskan semuanya, maka seseorang tidak memiliki apa-apa lagi? Tidak begitu. Sekarang semuanya telah menjadi milik bersama, akhirnya justru bertambah 100 kali lipat.

Dan istilah seratus kali lipat ini juga sangat menarik. Yesus bisa saja menyebutkan 1000 kali lipat. Dia tahu bahwa Injil akan diberitakan sampai ke ujung dunia. Dia bisa saja menyebutkan 10.000 kali lipat. Dia bahkan bisa juga menyebutkan 100.000 kali lipat. Di dunia ini ada lebih dari 100.000 orang Kristen. Akan tetapi Yesus tidak berkata seperti itu. Yang Yesus katakan adalah 100 kali lipat, ini bukan karena bahasa Yunani tidak mengenal angka 1000 atau 10.000 ataupun 100.000 kali lipat. Ada pokok yang sangat menarik di sini. Tampaknya Yesus sedang memberitahu bahwa ukuran kelompok dana bersama, jumlah satu kelompok masyarakat kepemilikan bersama, seharusnya tidak melebihi 100 orang. Ini sangatlah menarik, karena jika Anda perhatikan baik-baik, kalau jumlah anggotanya terlalu banyak, masalah kepengurusan dana untuk orang yang berjumlah sangat banyak itu jelas menjadi sangat rumit. Anda akan membutuhkan keahlian yang sangat tinggi di bidang keuangan untuk bisa mengerjakannya. Akan tetapi jika dijaga sebatas 100 orang saja, itu berarti hanya sekitar 10 sampai 20 keluarga yang terlibat di dalamnya. Jumlah ini cukup mudah untuk dikelola. Bahkan di dalam hal ini, Yesus ternyata memiliki rencana yang khusus. Dia tidak menyuruh 10.000 anggota jemaat harus ikut satu dana bersama. Itu jelas terlalu merepotkan. Mekanisme pengelolaan uang dari kumpulan orang yang terlalu banyak jumlahnya hanya akan menimbulkan banyak permasalahan, bisa memancing banyak bahaya. Yang Yesus inginkan adalah satu unit jemaat yang jumlahnya tidak melebihi 100 anggota. Dengan cara ini, tak seorangpun anggota jemaat yang perlu kuatir jika nanti dia jatuh sakit lalu tidak punya uang untuk membayar biaya pengobatan, karena sudah ada dana bersama. Dia tidak perlu kuatir menghadapi masa pensiunnya karena sudah ada dana bersama. Dengan demikian, uang yang dia hasilkan tidak harus disimpan di dalam bank. Uang tersebut bisa dipakai untuk pelayanan. Semua kelebihan dana bisa dipakai untuk pelayanan seandainya saja kita tahu bagaimana menerapkan ajaran Yesus. Betapa indah nanti jadinya!

Untuk sekarang ini, cukup sekian dulu pembahasannya, kita akhiri sampai di sini dulu, sambil kita berdoa kiranya Allah berkenan membangkitkan gereja-Nya di zaman sekarang ini, membawa kita kembali ke masa gereja mula-mula, dan kepada rencana-Nya tentang bagaimana seharusnya gereja berfungsi. Tidak seorang pun yang menimbun kekayaan, melainkan punya kepemilikan bersama, setiap orang berfungsi di dalam kasih sejati terhadap satu dengan yang lain, dan di dalam kepedulian yang sejati antara satu sama lain.

Jadi, mari kita berdoa kiranya Allah berkenan memulai karya yang indah di dalam gereja-Nya zaman sekarang ini, kiranya setiap orang bisa mengetahui siapa kita, bahwa kita adalah murid-murid Yesus karena kita saling mengasihi. Dan kita membuktikan kasih kita satu sama lain bukan dengan kata-kata saja, tetapi dengan komitmen satu dengan yang lain

 

Berikan Komentar Anda: