Pastor Eric Chang | Matius 19:16-30 | Markus 10:21-30 |

Kita melanjutkan studi kita tentang perikop yang berkaitan dengan orang muda yang kaya. Namun bagian yang akan kita baca berasal dari Markus 10, bukannya Matius, karena catatan Markus sedikit lebih lengkap daripada yang terdapat di dalam Matius dan Lukas untuk poin ini. Saya akan bacakan Markus 10:21-31. Kita tentunya ingat bahwa orang muda yang kaya ini berhasrat untuk memperoleh hidup yang kekal. Akan tetapi, pokok persoalannya adalah, seberapa besar hasratnya untuk melangkah ke arah hidup yang kekal itu.


Sejauh manakah ketaatan kita?

Kita mungkin saja berhasrat untuk melaksanakan kehendak Tuhan akan tetapi sampai seberapa jauh? Kalau saya berkata bahwa saya akan mentaati Anda, akan tetapi hanya sampai pada batas tertentu saja, berarti saya adalah hakim atas apa yang akan saya taati dan apa yang tidak akan saya taati. Apakah itu ketaatan? Atau, kalau ada orang yang berkata kepada Anda tentang jalan menuju hidup kekal, akan tetapi Anda berkata, “Aku akan melangkah di jalan ini kalau tidak terlalu sukar. Namun kalau jalannya menjadi sukar, aku akan berhenti.” Lantas apa artinya komitmen yang dicanangkan?

Orang muda yang kaya ini memang benar-benar tulus menanyakan jalan menuju hidup kekal. Kita diberitahu bahwa dia bahkan berlutut (Markus 10:17) di hadapan Yesus, hal yang dilakukan oleh sebagian besar saat berhadapan dengan Yesus. Sekalipun dia orang yang berkedudukan tinggi dan juga berpengaruh, kaya dan termasuk dalam kalangan pemimpin, namun dia merendahkan dirinya. Dia merendahkan diri dan bertanya, “Guru yang baik. Apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup kekal?” Demikianlah, dia tidak membesarkan diri di hadapan Yesus, dia tidak meremehkan Yesus dengan berkata, “Kamu adalah seorang pengajar, mungkin kamu bisa beritahu saya – kalau kamu memang tahu tentang hal itu – bagaimana supaya aku bisa memperoleh hidup kekal?” Tidak demikian. Dia tidak datang dengan cara seperti itu. Sebaliknya, tanpa mempedulikan kedudukan dan kekayaannya – sangatlah sulit bagi seorang kaya untuk berlutut di hadapan orang lain karena dia terbiasa memerintahkan para pelayan untuk mengurusi kepentingannya, dan [biasanya] orang kaya memang tidak mau berlutut di hadapan orang lain. Akan tetapi dia berlutut di hadapan guru yang miskin ini, dan memohon dberitahu jalan menuju hidup yang kekal. Persoalannya adalah, seberapa jauh hasratnya untuk melangkah menuju hidup yang kekal itu?


Seberapa jauh Anda bersedia melangkah menuju hidup yang kekal?

Seberapa jauh kesediaan Anda untuk melangkah menuju hidup yang kekal? Atau, saat Anda mendengarkan firman Tuhan, apakah yang terlintas di benak Anda seperti ini, “Baiklah, aku hanya ingin tahu seperti apa jalan menuju hidup kekal itu. Dan kalau cukup mudah untuk dilalui, kalau persyaratannya bisa kuterima, maka aku akan mempertimbangkan untuk menjalaninya. Namun kalau jalannya terlalu sukar, maka aku tidak akan menjalaninya.” Inilah tragedi pada kebanyakan orang Kristen zaman sekarang.

Mereka menghadiri acara KKR, lalu si penginjil meberitahu mereka, “Kalian bisa memperoleh hidup kekal.” Lalu apa yang harus Anda kerjakan? Tak ada! Tak ada yang perlu Anda kerjakan? Hidup kekal itu menjad kado buat Anda yang hanya perlu Anda ambil. Sesederhana itu. Dan mereka berpikir, “Kalau hidup kekal itu ternyata mudah diperoleh, maka kita tidak perlu bersusah payah. Siapa yang tidak sanggup menjulurkan tangannya? Apalagi dengan semua mata hadirin tertutup dan semua kepala tertunduk, kalau kita mengangkat tangan, tak akan ada orang yang melihat. Karena tak ada orang yang melihat, baiklah! Aku angkat tanganku dan hidup kekal itu kuperoleh!” Tidak ada yang lebih mudah dari ini.

Seperti yang telah kita lihat di pesan yang lalu, bagaimana Yesus menjawab orang muda yang kaya itu, persoalannya tidak sesederhana itu. Namun penginjil tidak  memberitahu mereka semua hal-hal mengenai kehidupan Kristen. Dan tentu saja, si penginjil [cenderung] tidak mau memberitahu mereka akan hal itu karena mereka takut nantinya tidak akan ada yang mau mengangkat tangannya. Akibatnya, si penginjil mengencerkan segala sesuatunya, dan setelah Anda menjadi orang Kristen, setelah Anda menandatangani formulir yang diberikan oleh pembimbing Anda, Anda lalu mendapati, “Wah! Kehidupannya terlihat sukar untuk dijalani! Kado ini ternyata sukar untuk diterima. Kado ini tampaknya membawa berbagai macam dampak. Saat menerima kado ini, kukira persoalannya sudah selesai, mestinya tinggal menerima kado hidup kekal ini, membawanya ke bank dan menyimpannya ke dalam safe deposit serta membiarkannya tetap di sana. Dan ketika tiba saatnya untuk pergi ke surga, aku tinggal mengambilnya lagi. Dan di sana, aku akan berkata kepada Santo Petrus (demikianlah, kita diberitahu bahwa Santo Petrus akan berdiri di pintu gerbang surga, seperti seorang penjaga karcis). Inilah bukti bahwa aku telah menerima kado tersebut. Dan aku sudah menyimpannya baik-baik di dalam safe deposit.” Anda akan mendapati bahwa kado itu tidak akan bisa dimasukkan ke dalam safe deposit.


Hidup Allah adalah anugerah

Apa dampak kado atau anugerah itu? Kado ini adalah suatu anugerah yang berbentuk kehidupan! Anugerah kehidupann ini bukanlah sesuatu yang bisa Anda simpan di dalam deposit box.  Anugerah kehidupan adalah sesuatu hal yang harus masuk ke dalam hidup Anda. Ia merupakan hadiah. Memang benar itu adalah hadiah. Siapa bilang kita sanggup meraihnya? Kehidupan selalu merupakan hadiah, disalurkan kepada Anda melalui orang tua Anda. Anda bahkan tidak meminta untuk memperolehnya. Kehidupan adalah hadiah yang diberikan begitu saja kepada Anda, entah Anda menyukainya atau tidak. Jika Anda tidak menyukainya, sayang sekali! Tetap saja Anda akan memilikinya. Anda harus menjalaninya. Akan tetapi kehidupan bukanlah sesuatu yang bisa Anda simpan. Ia merupakan anugerah. Namun apa yang akan dilakukan oleh kehidupan bagi Anda? Sebaiknya Anda renungkan baik-baik. Dan hal inilah yang seharusnya diberitahukan oleh para penginjil itu kepada Anda.


S
iapkah Anda mengizinkan Allah masuk ke hidup Anda?

Demikianlah, ketika hidup yang baru itu mulai masuk ke dalam diri Anda, Anda akan mulai merasakan berbagai hal terjadi. Kesadaran akan dosa, yang tidak pernah Anda rasakan sebelumnya – sama rasanya seperti kesemutan yang Anda alami itu. Sebelumnya, Anda berada di dalam dosa dan Anda tidak pernah peduli akan hal itu. Namun sekarang, jika Anda berbuat dosa, Anda merasa sangat tersiksa! Anda membatin, “Aneh, dulu aku melakukan hal yang sama namun tidak pernah merasa terusik. Namun sekarang kalau aku melakukan hal yang sama, akibatnya membuat aku merasa begitu tertekan.” Anda lihat, kehidupan ini telah mulai menjungkir-balikkan diri Anda. Kado ini mulai melakukan berbagai macam hal.

Dan kemudian, Anda mulai mendapati kawan-kawan lama Anda memandang Anda sebagai ‘orang aneh’. Mereka berpikir, “Ah! Orang aneh! Mendadak saja dia jadi religius! Dia jadi begitu peka!” Dan selanjutnya mereka akan berpaling dari Anda. Lalu Anda membatin, “Ada apa dengan kado ini? Hadiah ini mengganggu kehidupanku.”

Anda merasa bahwa selera Anda telah berubah. Hal-hal yang tadinya Anda sukai sekarang tidak Anda sukai lagi. Kesukaan Anda berubah. Segala sesuatunya berubah.

Dan karena hal ini, Anda mungkin akan mendapati bahwa Anda sedang memasuki ketegangan hubungan, bukan hanya dengan kawan-kawan Anda saja akan tetapi juga dengan orang tua Anda. Orang tua Anda mulai menentang Anda. “Ada apa denganmu? Kamu menjadi sangat religius? Setiap hari mau ke gereja?” Demikianlah, konflik mulai muncul. Hidup baru ini mulai menciptakan banyak hal di dalam diri Anda. Kado yang berupa hidup baru itu akan mengerjakan banyak hal di dalam diri Anda.

Dan saat membaca Alkitab, Anda bergumul, “Wah! Apakah aku harus melakukannya? Mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri?” Hidup baru ini harus dicerminkan di dalam setiap segi kehidupan Anda. Anda akan berkata, “Ini terlalu berlebihan. Aku tidak minta hal-hal yang semacam ini. Aku tidak mau melanjutkannya lagi. Aku mau keluar dari hidup baru ini. Hidup kekal ini adalah hadiah, tapi aku tidak bisa menerimanya. Terlalu berat kado ini, hidupku dijungkir-balikkan. Ia merusak hubunganku dengan orang tua dan dengan teman-temanku juga. Ia bahkan mengancam masa depan dan karirku. Tadinya aku sangat berhasrat untuk menjadi orang yang sukses dan kaya di dunia ini, namun sekarang aku mendapati semua hasratku melayang dan berganti! Segenap masa depanku berubah! Padahal penginjil itu hanya mengatakan hal-hal yang menyenangkan tentang anugerah hidup kekal ini. Tinggal mengambil anugerah ini dan memasukkannya ke dalam saku Anda. Silakan angkat tangan Anda dan urusannya akan beres. Namun apa yang dibawa oleh hidup kekal itu ke dalam diriku? Semuanya berubah!” Anda menilai bahwa konsekuensinya terlalu berat. “Cukup sampai di sini saja, tidak perlu melangkah lebih jauh lagi. Selesai sudah!”

Inilah pokok yang sedang disampaikan oleh perikop ini. Orang muda yang kaya itu berhasrat untuk memperoleh hidup yang kekal, akan tetapi seberapa jauh dia siap untuk melangkah? Anda juga, harus menjawab pertanyaan ini, seberapa jauh Anda siap untuk melangkah?

Misalnya, kesiapan Anda adalah sebatas beribadah ke gereja dua kali sebulan, atau bahkan setiap minggu. Anda siap menghadapi tidak nyamannya berjalan jauh ke gereja. Beribadah di gereja juga menyita waktu Anda. Anda bisa saja duduk di bioskop, akan tetapi Anda justru duduk di gereja mendengarkan khotbah. Anda harus melakukan beberapa pengorbanan. Anda mungkin saja menaruh uang sedolar ke dalam kotak persembahan. Padahal Anda bisa saja membeli es krim dengan uang itu. Tapi Anda justru memasukkannya ke dalam kotak ini, dan Anda bahkan tidak tahu apa yang terjadi dengan uang sedolar itu. Anda tidak tahu ke mana uang itu mengalir. Bisa saja uang itu justru mendorong si juru khotbah untuk berkhotbah lebih lama lagi minggu berikutnya. Demikianlah, Anda harus membuat beberapa pengorbanan untuk menjadi seorang Kristen. Ditambah lagi, Anda harus bergaul dengan orang-orang aneh di gereja, yang sebagian dari mereka mungkin benar-benar tidak Anda sukai. Satu atau dua orang mungkin bisa Anda tolerir, akan tetapi ada sebagian yang Anda harapkan untuk tidak usah Anda temui kalau bisa. Jadi Anda sudah cukup banyak berkorban untuk bisa memperoleh hidup yang kekal ini, untuk bisa mewarisi Kerajaan Allah. Dan sekarang setelah Anda memperoleh hidup yang kekal itu, hidup itu ternyata menuntut pengorbanan dari Anda, cukup sudah! Datang ke gereja seminggu sekali masih bisa. Anda mungkin bahkan mau datang dua kali seminggu. Kalau Anda bisa bergaul dengan orang-orang di dalam PA, Anda bahkan bisa datang dua kali seminggu. Namun harus ada garis batasnya.


Jika Anda menarik garis batas, maka Anda sama saja dengan orang muda yang kaya ini

Justru itulah persoalan yang disorot dalam perikop ini, persoalan yang melanda orang muda yang kaya itu. Pertanyaan yang dia ajukan kepada Yesus adalah, “Bagaimana supaya aku bisa memperoleh hidup yang kekal?” Dan Yesus menjawab, “Turutilah perintah-perintah Allah sebagai langkah awalnya.” “Oh, ini gampang. Aku sudah menjalankannya selama ini. Tidak masalah buatku.” Dia bahkan tidak mengerti hal yang sedang dia setujui, mirip dengan kebanyakan orang yang mengacungkan tangannya di dalam KKR.

Yesus, seperti yang saya uraikan di pesan yang lalu, berkata, “Kamu tidak memahami jawabannya.” Jadi Yesus melanjutkan dengan memberitahu orang muda ini bahwa jalan menuju hidup kekal itu adalah jalan pemuridan. Lalu orang muda ini bertanya, “Apa saja yang tercakup dalam pemuridan itu?” Yesus menjawab, “Mari kita mulai seperti ini. Pergi, singkirkan segala kekayaanmu dan ikutlah aku.”

“Wah! Jangan main-main! Harus ada batasnya. Engkau menyuruhku untuk menuruti sepuluh perintah Allah dan menurutku itu sudah merupakan hal yang berat. Tapi sekarang aku diminta untuk menyingkirkan semua kekayaanku?” Kalau urusannya menyinggung kantong kita, kita akan menarik garis batas. “Jangan ganggu kantong saya, maka saya akan datang beribadah. Kalau Anda ganggu kantong saya, maka saya tidak akan datang beribadah lagi. Jangan ganggu saya, bagaimana? Harus ada privasi, harus ada hal-hal yang masih di bawah kendali saya sendiri. Saya akan melakukan kemauan Anda, asal Anda tidak mengganggu kantong saya.”

Urusannya sekarang masuk ke dalam pengajaran Yesus mengenai uang. Itulah sebabnya saya menegaskan sampai seberapa jauh kita siap di dalam hal pemuridan ini? Saya tidak tahu apakah mungkin memasuki jalur pemuridan ini tanpa mempengaruhi kekayaan kita. Dan Yesus berbicara langsung menuju pokok persoalan. Dia tidak berbasa-basi dengan orang muda yang kaya ini. Dia langsung menuju ke pokok persoalannya, “Mari kita bicarakan kekayaanmu.” Pada titik ini, orang muda yang kaya itu menjadi sedih dan dia menilai bahwa harga dari hidup yang kekal itu terlalu mahal. “Seandainya saja harga dari hidup yang kekal itu bisa diturunkan sedikit lagi. Sekarang ini sedang musim diskon hari Natal. Seandainya engkau mau menurunkan sedikit harganya. Kalau aku diminta untuk meninggalkan separuh dari kekayaanku, yah, itu memang berat. Tapi aku masih punya yang separuh lagi. Tapi aku diminta untuk meninggalkan semuanya. Benar-benar tidak kenal kompromi. Aku memang berhasrat pada hidup kekal ini, tapi harganya terlalu mahal.”


Pengajaran Yesus mengenai uang: “Berbahagialah orang yang miskin”

Hari ini, kita akan meluangkan waktu kita untuk merenungkan pengajaran Yesus yang berkenaan dengan uang. Ini adalah pokok yang sangat penting. Dan saya ingin menunjukkan kepada Anda bahwa kehidupan Kristen itu berdampak di dalam semua segi, bukan hanya pada masa depan dan hubungan kita dengan orang lain, tetapi juga dengan harta kekayaan kita. Di titik itulah rasa sakit mulai terasa.

Namun, jika Anda teliti ajaran Yesus, maka Anda akan mengerti bahwa dia tidak membiarkan pokok ini luput dari pembahasan. “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.” Kita mungkin tidak miskin. Dan kebanyakan dari kita, yang pernah mengenyam pendidikan, memiliki kemampuan untuk mencari uang dan memiliki penghidupan yang cukup baik. Dan ini tentunya akan membawa kita pada keputusan yang tidak sekadar berkaitan dengan kekayaan di masa sekarang, tetapi juga kekayaan di masa depan. Ini akan menjadi pokok yang berkelanjutan; hidup baru itu akan terus saja menyinggung kantong Anda sampai ke masa depan. Dan hal ini sungguh terasa tidak enak. Tak heran jika sedikit saja penginjil yang berbicara tentang hal ini, dan jika berkhotbah tentang perikop ini, mereka akan berkata, “Hanya orang muda yang kaya itu saja yang disuruh untuk meninggalkan kekayaannya. Orang lain tidak perlu meninggalkan kekayaan mereka.” Baiklah, kebanyakan dari kita memang tidak punya banyak kekayaan untuk ditinggalkan, jadi apakah itu berarti tak banyak yang bisa dibicarakan di sini?

Apakah menurut Anda kecintaan orang muda yang kaya itu terhadap uang melebihi kita semua? Jelas tidak. Oleh karena itu, mengapa hanya dia yang disuruh meninggalkan kekayaannya? Mungkin di tahap ini, ada banyak dari antara Anda yang mulai merasa tidak nyaman. “Kenapa aku harus datang ke gereja hari ini? Kalau aku tetap tinggal di rumah, tentunya pikiranku akan tetap tenang. Dengan datang ke sini, setelah berkorban menempuh perjalanan jauh, hanya untuk menemui orang yang merusak kedamaian dan ketentraman hati.” Para pengkhotbah tampil tidak untuk menghibur jemaat. Kami berdiri di sini untuk menyampaikan kebenaran. Dan tentu saja, Anda harus ingat, kebenaran itu juga berlaku buat saya, bukan hanya bagi Anda saja.


Kebanyakan orang akan memilih mamon

Lalu apa pengajaran Yesus yang berkenaan dengan uang? Apakah pengajarannya mengenai bahaya dari uang ini? Apakah pengajarannya berkenaan dengan karakter uang ini? Dan kalau kita sudah tahu tentang karakter dan bahaya dari uang ini, lalu bagaimana kita akan menanganinya? Saya rasa, begitu Anda memahami apa yang sedang kita bahas di sini, Anda akan memahami mengapa Yesus mengatakan bahwa jalan menuju hidup kekal itu adalah jalan yang sempit dan hanya sedikit orang yang bisa menemukannya. Setiap orang yang menyangkal apa yang disampaikan oleh Yesus jelas tidak memahami apa yang Yesus ajarkan mengenai hidup kekal. Sudah sering saya menanyai orang Kristen, mengapa Yesus berkata bahwa jalan itu sempit dan sedikit sekali yang sampai ke sana? Semakin kecil kuasa Allah bekerja di dalam diri Anda, maka semakin rendah kesulitan yang Anda hadapi dalam hidup ini. Semakin kuat kuasa Allah yang bekerja di dalam diri Anda, maka akan semakin besar persoalan yang Anda hadapi, terutama, jika Anda memiliki kecintaan terhadap kekayaan.

Saya rasa inilah sebabnya mengapa begitu banyak orang yang setelah selesai kuliah dan bekerja di dunia akan gagal bertahan. Mereka segera menyadari bahwa mereka tidak bisa melayani Allah dan mamon sekaligus. Cepat atau lambat Anda harus membuat keputusan. Dan di dalam kebanyakan kasus pilihan yang dibuat adalah mamon, yakni uang.

Mari kita lihat pengajaran Yesus di Markus 10:21-31 ini:

Tetapi Yesus memandang dia dan menaruh kasih kepadanya, …

Camkanlah hal ini. Dia tidak menyuruh orang muda ini menjual kekayaannya untuk mempersulit keselamatan buatnya. Dia mempersyaratkan hal itu bukan karena dia tidak menyukai orang muda itu. Bukan dengan niat untuk menyingkirkannya supaya orang muda ini menyerah saja. Tidak. Yesus mengasihi orang muda ini.

lalu berkata kepadanya: “Hanya satu lagi kekuranganmu: pergilah, juallah apa yang kaumiliki dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.” Mendengar perkataan itu ia menjadi kecewa, lalu pergi dengan sedih, sebab banyak hartanya.  Lalu Yesus memandang murid-murid-Nya di sekeliling-Nya dan berkata kepada mereka “Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Murid-murid-Nya tercengang mendengar perkataan-Nya itu.

Karena di kalangan Yahudi, mereka selalu berpikir bahwa kekayaan adalah berkat dari Allah. Bahwa orang kaya adalah orang yang pertama masuk ke surga karena mereka telah diberkati sedemikian berlimpah oleh Allah. Orang-orang miskin berada dalam kutuk Allah menurut pandangan keagamaan mereka yang sangat berat sebelah dan mengherankan ini. Demikianlah, dalam pandangan mereka, jika yang kaya mustahil diselamatkan lalu siapa yang bisa diselamatkan? Para murid itu tercengang mendengar ucapan Yesus.

Tetapi Yesus menyambung lagi: “Anak-anak-Ku, alangkah sukarnya masuk ke dalam Kerajaan Allah.  Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum dari pada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah.” Mereka makin gempar dan berkata seorang kepada yang lain: “Jika demikian, siapakah yang dapat diselamatkan?” Yesus memandang mereka dan berkata: “Bagi manusia hal itu tidak mungkin, tetapi bukan demikian bagi Allah. Sebab segala sesuatu adalah mungkin bagi Allah.” Berkatalah Petrus kepada Yesus: “Kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau!” Jawab Yesus: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya setiap orang yang karena Aku dan karena Injil meninggalkan rumahnya, saudaranya laki-laki atau saudaranya perempuan, ibunya atau bapanya, anak-anaknya atau ladangnya, orang itu sekarang pada masa ini juga akan menerima kembali seratus kali lipat: rumah, saudara laki-laki, saudara perempuan, ibu, anak dan ladang, sekalipun disertai berbagai penganiayaan, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal.  Tetapi banyak orang yang terdahulu akan menjadi yang terakhir dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu.”

Jadi, sekali lagi, karena sebagian besar ajaran Yesus terpusat pada pokok tentang persoalan memasuki Kerajaan, tentang hal mewarisi hidup yang kekal, maka ini bukanlah pokok yang bisa dengan begitu saja boleh kita abaikan. Dan jika kita menutup mata terhadap pengajaran Yesus di dalam pokok ini, kita sendiri yang akan menanggung kerugiannya, yakni, kita telah menyangkal pewarisan hidup yang kekal untuk diri kita sendiri.

Mari kita lihat ayat 23, “Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah  Saya akan membahas dalam delapan poin ringkas berkaitan dengan ajaran Yesus tentang bahaya dan karakter dari kekayaan.


1. Ada pertentangan antara kekayaan dan hal memasuki Kerajaan Allah

Poin pertama yang segera terlihat di dalam ayat ini adalah adanya ketidak-cocokan yang sangat nyata antara kekayaan dengan Kerajaan, antara pemilikan harta benda dan jalan masuk ke dalam Kerajaan. Bahkan di dalam pengamatan yang dangkal atas ayat ini, Anda bisa segera melihatnya – Alangkah sukarnya orang yang beruang masuk ke dalam Kerajaan Allah. Jelaslah bahwa di dalam kasus ini memang terdapat ketidak-cocokan yang sangat nyata. Jika Anda memiliki kekayaan, maka Anda akan tahu betapa sukarnya masuk ke dalam Kerajaan. Seberapa sukar? Di ayat 25 hal itu diberitahukan kepada kita. Mustahil untuk masuk. Seperti itulah sukarnya. Mustahil masuk. Malahan, di ayat 25 itu Yesus berkata, “Lebih mudah seekor unta melewati lobang jarum!” Betapa sukarnya untuk masuk! Kalau mudah bagi seekor unta untuk melewati lubang jarum, tentunya akan mudah pula seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan. Kenyataannya, tak ada unta yang bisa melewati lubang jarum! Ini sekadar pernyataan yang bersifat hiperbolis, pemakaian perumpamaan untuk menyatakan bahwa pemilikan harta benda akan mencegah seseorang masuk ke dalam Kerajaan.

Tak peduli bagaimana cara Anda untuk memahaminya, ini adalah suatu pernyataan yang bersifat umum. Pernyataan ini tidak sekadar berlaku atas orang muda yang kaya itu. Pernyataan ini menunjukkan betapa sukarnya orang yang memiliki kekayaan untuk masuk ke dalam Kerajaan. Jadi, sangatlah bodoh jika pernyataan ini dibatasi penerapannya hanya kepada satu orang saja, orang muda yang kaya itu. Ini adalah pernyataan yang bersifat umum. Dan jika kita tidak melihat apa maksud Yesus dari pernyataan ini, maka berarti kita telah membutakan diri.

Jadi, poin pertama yang bisa kita lihat di sini adalah suatu ketidak-cocokan yang nyata, atau lebih tepat lagi adanya pertentangan antara kekayaan dengan Kerajaan Allah, antara pemilikan kekayaan dengan jalan masuk ke dalam Kerajaan Allah.

Mengapa bisa begitu? Mengapa demikian? Hal ini dijelaskan dalam salah satu prinsip dasar dalam Kitab Suci. Prinsip bahwa daging dan Roh selalu bertentangan. Paulus menyatakan hal ini dengan sangat tegas di Galatia 5:17, bahwa daging dan Roh saling bertentangan; mereka tidak akan bisa diselaraskan. Mereka mewakili dua hal yang saling berlawanan. Mereka berada dalam dua macam kategori yang akan selalu saling berlawanan. Daging, manusia duniawi dan karakter duniawi kita akan selalu bertentangan dengan Roh Allah. Anda tidak akan bisa memadukan keduanya. Anda tidak akan bisa menyelaraskan keduanya. Dan kekayaan itu berada dalam wilayah daging, sedangkan Kerajaan Allah itu berada di dalam wilayah Roh. Dengan demikian, keduanya berada di dalam dua kelompok yang saling berlawanan. Ini juga termasuk pertentangan lain lagi yang bisa kita temukan di dalam Kitab Suci, yakni pertentangan antara masa kini dengan masa depan. Kedua masa itu benar-benar memiliki karakter yang berbeda. Keduanya tidak bisa dikompromikan. Mereka tidak bisa dihubungkan satu sama lain. Anda harus memilih dunia yang sekarang atau yang akan datang. Anda harus memilih masa kini atau yang akan datang.

Kerajaan Allah, sebagaimana yang dikatakan oleh Yesus kepada Pilatus di Yohanes 18:36, “kerajaanKu tidak berasal dari dunia ini. Kerajaanmu berasal dari dunia ini, KerajaanKu tidak berasal dari dunia ini.” Kedua kerajaan itu berbeda dan Anda harus memilih akan menjadi bagian dari kerajaan yang mana. Anda akan hidup di bawah kewenangan Allah atau akan hidup di bawah kewenangan daging. Dan kekayaan, tentu saja, tidak akan bisa berada di dalam wilayah Roh, kekayaan tentunya akan berada di dalam wilayah daging. Oleh karena itu, kita akan dipaksa untuk memilih di antara keduanya. Kita tidak bisa memiliki keduanya. Itu yang membuat hal ini begitu sulit.


2. Kekayaan bersaing melawan kerajaan Allah untuk memperebutkan kasih di dalam hati kita

Hal ini membawa kita pada poin yang kedua. Poin yang kedua adalah bahwa pertentangan di antara daging dan Roh; antara kekayaan dengan Kerajaan Allah; dan pertentangan di antara keduanya itu tampak dalam fakta bahwa kekayaan bersaing dengan Kerajaan Allah untuk memperebutkan kasih kita.

Yesus mengaskan hal ini dengan sangat jelas di Matius 6:21 –

“Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.”

Hati Anda akan berada di tempat harta Anda berada. Jika menurut Anda dunia ini adalah harta Anda, jika kekayaan duniawi adalah hal yang menggerakkan hati Anda, maka, “Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.”

Artinya, Anda boleh saja mengaku berbakti kepada Allah, tak akan ada orang yang bisa mencegah Anda untuk mengaku berbakti kepada Allah, akan tetapi hati Anda akan berada di mana harta Anda berada. Dan jika kekayaan duniawi adalah harta Anda, harta Anda berada di dunia ini, maka tentu saja harta Anda tidak akan berada di dalam Kerajaan Allah. “Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada.” Hal ini tak bisa dihindari. Ini adalah hal yang sangat wajar. Anda tidak perlu membahas hal ini secara mendalam. Ini adalah pokok yang sangat mudah untuk dipahami. Oleh karena itu, jika saya mengasihi harta benda, maka itu berarti saya mencintai dunia. Jika saya mengasihi dunia, maka itu berarti hati saya berada di dunia ini, apapun pengakuan saya tentang kasih saya kepada Allah. Yesus berkata, “Seperti itulah adanya. Pemilikan harta benda bersaing Allah di dalam berebut kasih dan pengabdian kita.”


3. Kemakmuran berusaha merebut kedudukan sebagai tuan di dalam hidup kita

Uraian itu membawa kita pada poin yang ketiga. Dan poin yang ketiga ini adalah: seperti yang dikatakan oleh Yesus beberapa ayat seterusnya, di Matius 6:24,

“Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”

Karena mamon, kekayaan atau kemakmuran (mamon adalah bahasa Aram untuk kemakmuran), bukan sekadar berusaha merebut kasih kita, lebih buruk lagi, mamon berusaha merebut kedudukan sebagai tuan dan penguasa atas hidup kita, bukan sekadar simpati kita. Ia akan memerintah di dalam hidup kita sehingga kita tidak bisa melayani uang dan Allah secara bersamaan. Anda tidak bisa menjadikan Allah dan uang sebagai tuan Anda di waktu yang bersamaan.

Akan tetapi Kekristenan zaman sekarang justru mengajarkan bahwa kita bisa melakukannya. Tentu saja Anda bisa melakukannya kalau Anda siap untuk menjadi orang Kristen yang berlabelkan Kristen saja. Tentu saja Anda bisa melakukannya. Tak ada orang yang bisa mencegah Anda mengaku sebagai orang Kristen sementara hati Anda berada di dunia ini. Akan tetapi yang  sedang kita bicarakan di sini adalah jalan menuju hidup kekal dan bukannya keagamaan yang dangkal! Sekali lagi, persoalan ini sangatlah mudah untuk dipahami. Ini sekadar masalah akal sehat saja. Kita tidak bisa melayani dua tuan. Jika Anda ingin melayani uang, jika Anda ingin mengabdikan hidup Anda untuk melayani uang, untuk mengejar, mencintai dan menyembah uang, maka Anda tidak akan bisa menyembah Allah dengan benar. Allah tidak mau menerima penyembahan setengah hati. Dia bahkan tidak menerima penyembahan yang 3/4 hati.

“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu dan dengan segenap kekuatanmu.”

Tidak boleh kurang dari itu, saya harap Anda mau mengerti, Allah tidak menerima yang kurang dari itu. Dia tidak menerima yang kurang dari itu, tak peduli apa yang disampaikan oleh para penginjil kepada Anda. Allah tidak menerima pengabdian yang tidak total.

Seberapa jauh Anda siap melangkah menuju hidup yang kekal? Seberapa jauh Anda bersedia untuk melangkah? Anda lihat, bukan sekadar orang muda yang kaya ini yang dihadapkan pada masalah yang tidak enak ini, atau persyaratan yang menyesakkan ini. Anda dan saya juga dihadapkan pada persyaratan ini.


4. Mamon dapat diartikan sebagai berhala

Dari sini, kita bisa meneruskan pada poin yang keempat. Karena mamon bukan sekadar berusaha meraih kasih kita, tetapi juga ingin menjadi majikan kita, maka ia lalu menjadi berhala. Pada kenyataannya, mamon memang menjadi berhala di dalam hati kita. Kita menempatkan kepercayaan kita pada kekayaan kita atau pada Allah? Namun sangatlah bodoh jika ada orang yang ingin menaiki dua kuda secara bersamaan, yang berkata, “Aku akan percaya kepada Allah sampai batas tertentu dan akan mempercayai uang sampai batas tertentu.” Satu-satunya orang yang bisa Anda bohongi dengan pernyataan semacam itu adalah diri Anda sendiri. Anda tidak akan bisa membohongi Allah. Anda tidak akan bisa menaiki dua kuda, dan saya juga demikian. Saya harus membuat keputusan, sekali untuk selamanya, apakah saya akan menaruh keyakinan dan masa depan saya pada uang, pada dunia ini, atau saya akan menaruh keyakinan saya pada Allah.

Kata mammon ini sangatlah menarik. Kata ini adalah kata dari bahasa Aram untuk kemakmuran, harta benda. Dan makna dasarnya, menurut para ahli bahasa, adalah tempat kita menaruh keyakinan kita. Mammon berarti obyek dari kepercayaan, keyakinan dan harapan kita. Secara harfiah, ia merupakan berhala karena Anda menempatkan keyakinan, kepercayaan dan harapan Anda padanya. Ini sungguh menakutkan. Itulah sebabnya Yesus ingin agar orang muda yang kaya ini mengerti, “kalau kamu ingin menjadi muridku, kalau kamu ingin mengikut aku, kamu tidak akan bisa mengikut aku dengan pikiran yang mendua, di satu sisi terus memikirkan tentang rekening bank dan di sisi lain mengikut aku. Putuskanlah siapa yang akan kamu ikuti, siapa yang akan kamu layani, dan kepada siapa kamu akan menaruh kepercayaanmu?” Itu adalah keputusan yang harus diambil juga oleh Anda dan saya. Mamon berarti obyek yang menerima kepercayaan kita. Artinya, ia berusaha supaya kita menaruh kepercayaan kita kepadanya. Secara harfiah, ia diartikan dengan sangat nyata sebagai, “ilah dunia ini.”

Apakah ‘ilah dari dunia ini’? Hal apakah yang dijadikan berhala oleh orang dunia? Pada kenyataannya, jika Anda tanya, maka kebanyakan dari mereka akan menjawab, “Aku percaya kepada uang. Uang adalah tuhanku. Aku melayani uang. Aku bekerja demi uang.” Secara harfiah, Anda bekerja demi uang, bukankah begitu? Anda bekerja untuk mendapat uang. Tuhan bagi orang yang tidak percaya adalah uang. Dan menurutnya, dia itu bijaksana. Dia mengira bahwa dia berpikiran sehat. Kita akan lihat nanti apakah benar dia berpikiran sehat menurut pengajaran Yesus. Dan silakan Anda nilai sendiri apakah pengajaran Yesus ini benar atau salah.

Ilah zaman ini,” kata Paulus di 2 Korintus 4:4, “Telah membutakan mereka.” Apakah bahayanya menyembah ilah dunia atau mamon ini? Secara rohani Anda akan menjadi buta. Dan banyak orang Kristen yang secara rohani sangat buta. Alkitab memberitahu kita tentang banyak penyebab yang membuat kita buta, namun salah satunya adalah karena penyembahan anak lembu emas. Bukan hanya orang Israel saja yang menyembah anak lembu emas, akan tetapi banyak orang Kristen zaman sekarang yang juga menyembah anak lembu emas, bukan hanya orang yang tidak percaya saja. Dan mereka menjadi buta! Ilah dunia ini telah membutakan mata mereka. Saya tahu bahwa 2 Korintus 4:4 ini bisa saja merujuk kepada setan jika kata ‘ilah’ di sana mengacu hanya pada makna ‘penguasa’ sebagaimana yang ada di Yohanes 12:31, penguasa dunia ini. Namun, tidak ada atau sedikit sekali orang yang benar-benar menyembah setan sebagai tuhan mereka – kecuali para satanis (para penyembah setan). Sangat sedikit orang yang menjadi penyembah setan secara terbuka, akan tetapi sangat banyak orang yang melayani dan menyembah uang.

Seberapa sering Anda melihat di dalam film adegan tentang orang yang memegang dan mencium uang? Oh! Mereka sangat mencintai uang! Uang sungguh sangat indah! Saya ingat akan sebuah film ketika masih kecil, adegan tragis yang konyol tentang orang yang mati di saat dia menemukan guci besar berisi emas, harta yang sangat besar ini. Dan bahkan di dalam kematiannya, dia masih saja memeluk guci tersebut, dan Anda mungkin akan berpikir, “Sangatlah bodoh orang ini!” Dia benar-benar mati demi uang. Ada berapa orang Kristen yang rela mati demi Yesus? Padahal orang-orang itu secara harfiah benar-benar real mati demi uang! Dan bahkan di saat-saat kematiannya, ia tidak menunjukkan kebencian terhadap berhala yang telah mengakibatkan kematiannya itu. Malahan, ia masih menggenggam koin emas itu di dalam tangannya, dengan jari-jari yang sudah kaku. Mereka menyembah berhala mereka sampai mati – setia sampai mati! Lebih dari yang mampu diucapkan oleh orang Krsiten.

Ilah dunia ini – kita tidak perlu membuat pilihan karena setan bekerja melalui uang sama seperti para bos kejahatan. Dengan cara apa Anda bisa memancing orang untuk berbuat jahat? Tawarkan mereka uang. Sungguh mudah, sama persis dengan yang bisa kita lihat di dalam film. Uang bisa membuat orang melakukan segala-galanya. Uang adalah berhala yang ajaib. Ia bisa memerintah hidup Anda. Orang mau melakukan apa saja demi uang. Itulah sebabnya mengapa Paulus menyuruh Timotius untuk memperingatkan orang-orang, terutama mereka yang kaya, di dalam 1 Timotius 6:17, agar mereka tidak menaruh keyakinan dan kepercayaan mereka pada kekayaan yang tigak teguh. Di dalam ayat ini dikatakan, “Jangan berharap pada sesuatu yang tak tentu seperti kekayaan.” Artinya, jangan mempertaruhkan masa depan Anda, harapan Anda, pada kekayaan.


5. Bahaya kekayaan
menimbulkan kecanduan. Berhati-hatilah terhadap keserakahan

Segera saja kita masuk ke dalam poin yang kelima di dalam pengajaran Yesus yang berkenaan dengan bahaya dari kekayaan. Pokok yang kelima, bagi saya, adalah salah satu ajaran yang paling menyentak dari pengajaran Yesus. Di dalam Lukas 12:15, Yesus berkata kepada orang banyak yang sedang mendengarkan khotbahnya,

“Berjaga-jagalah dan waspadalah terhadap segala ketamakan, sebab walaupun seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari pada kekayaannya itu.”

Karena kita dibesarkan di dunia ini dengan filosofi bahwa kehidupan ini bergantung pada berapa banyak harta yang kita miliki. Pernahkah kita tidak iri pada kehidupan enak yang dinikmati oleh orang lain? Kita merasa iri akan kehidupan mereka. Kita merasa cemburu.

Demikianlah, seringkali saya menatap balik kehidupan saya dengan rasa malu di saat saya merasa iri akan kekayaan orang Kristen lain. Sekalipun saya tidak lagi, namun saya masih belum memiliki rumah sampai pada kepindahan kami ke Kanada. Dan bahkan pada awal kedatangan saya ke Kanada, saya tidak berminta membeli rumah. Saya berminat untuk menyewa saja, akan tetapi orang-orang memberitahu saya bahwa harga yang akan saya bayar kepada pemilik rumah akan sama dengan harga cicilan rumah. Padahal, di sepanjang hidup saya saat itu, saya tidak pernah memiliki rumah. Satu-satunya mobil yang saya kemudikan adalah kendaraan yang berusia di atas lima tahun. Dua mobil terakhir yang saya miliki di Inggris sama-sama berusia lebih dari sepuluh tahun. Dan yang saya kemudikan belakangan ini rata-rata berusia di atas lima tahun. Dengan demikian, akan sangat mudah di dalam posisi seperti ini untuk menjadi iri terhadap kekayaan orang lain. Dan jika saya merasakan iri hati itu muncul, saya bertanya pada diri sendiri, “Apakah ini bukan karena keserakahan?” Seperti yang dikatakan oleh Yesus di sini, “Waspadalah terhadap keserakahan.” Saya ingin memiliki apa yang dimiliki oleh orang lain. Jika saya tidak memilikinya, sementara orang lain memilikinya, maka rasa iri, benci dan serakah itu muncul melihat mereka memilikinya. Saya akui, seringkali saya juga mengalami perasaan yang satu ini, keserakahan. Sungguh berbahaya.

Mengapa bisa begitu? Anda tahu, kata ‘serakah’ yang diterjemahkan di sini berasal dari kata Yunani pleonexia. Apakah arti dari pleonexia itu? Makna harfiahnya adalah ingin lebih lagi. Inilah persisnya hal yang diperingatkan oleh Yesus kepada kita. Ada satu kata dalam bahasa Inggris, yakni ‘morish’. Apakah arti dari kata ‘morish’ ini? Artinya adalah ingin lebih lagi. Contoh pemakaian istilah ini seperti, “Kue ini membuat saya ingin tambah lagi.” Saya tidak pernah mendengarkan kata ‘morish’ ini dipakai di Kanada atau di Amerika. Akan tetapi, di Inggris, jika Anda berkata, “This cake is morish (kue ini membuat ketagihan),” artinya adalah bahwa Anda tidak bisa berhenti memakannya, Anda terus saja ingin tambah. Dengan kata lain, ia menimbulkan kecanduan. Itulah bahaya dari kekayaan. Ia menimbulkan ketagihan. Begitu ia masuk ke dalam hidup Anda, Anda terus ingin menambah lagi. Keserakahan sesungguhnya adalah hasrat untuk mendapatkan lebih lagi. Menjadi tak terpuaskan. Anda tidak bisa dipuaskan lagi. Pada titik mana Anda ingin berhenti? Pada saat rekening bank Anda mencapai $50? Tentu tidak. Mari kita naikan menjadi $500. Pada saat Anda memiliki $500, bagaimana kalau dijadikan $5000? Itulah yang disebut morish. Anda telah menikmati manisnya uang. $5000? Mari tambah lagi. Anda menjadi ketagihan. Uang itu menimbulkan ketagihan. Ia masuk ke dalam diri Anda. Jika Anda sudah merasakan nikmatnya, hasilnya akan sama seperti kacang goreng yang tak henti-hentinya Anda makan. Anda merasa harus mengejar lebih lagi.

Baru-baru ini saya menonton siaran tentang program penanggulangan obat bius. Masalah narkoba ini sudah menimbulkan kerugian sampai milyaran dolar di Amerika. Jika Anda bukan pemakai narkoba, Anda tidak akan bisa memahami keadaan ini. Siapa yang mau memakai barang yang mengerikan ini? Tapi tunggu sampai Anda merasakannya. Kata mereka, pengalaman pertama menikmati narkoba itu seperti apa? Seseorang memberi Anda sedikit obat bius untuk dinikmati – “Silakan dicoba sedikit saja.” Dan begitu Anda menikmatinya, ooh! Obat bius itu terasa begitu nikmat! Lalu Anda mencoba lagi lebih banyak, hanya sedikit lebih banyak. Dan ooh! Anda merasa lebih enak lagi! Dan Anda menambah lagi dan lagi. Dan akhirnya, obat bius dengan dosis rendah sudah tidak berarti lagi bagi Anda. Bagaimana dengan yang dosis keras? Anda benar-benar dibuai oleh obat bius ini. Dan Anda lalu menambah lagi, sehingga Anda akhirnya ketagihan. Anda tidak bisa berhenti lagi. Mereka sudah masuk ke dalam darah Anda. Hal semacam itulah yang terjadi dengan keserakahan. Yesus berkata, “berhati-hatilah terhadap keserakahan karena begitu kamu menikmati kekayaan, ia akan memberi rasa enak! Dan kamu akan lupa apa yang seharusnya kamu kerjakan.”

Tak ada pecandu narkoba yang peduli apa yang akan terjadi pada diri mereka selama mereka masih bisa menikmati obat bius itu. Lupakan masa depan! Dan kita merasa diri kita bijaksana karena ‘satu burung di tangan lebih berharga daripada sepuluh burung di pohon.’ Siapa peduli dengan Kerajaan Allah yang adanya di masa depan itu? Mari kita nikmati hari ini. Demikianlah, kepuasan sesaat telah menghancurkan masa kekal Anda.


6. Uang membawa pada kejahatan

Kita masuk ke dalam poin yang keenam, dan hal itu ada di dalam ayat di mana Yesus mengajarkan sesuatu hal tentang uang kepada kita, di Lukas 16:9. Dan inilah apa yang tertulis di sana: melihat bahwa uang itu begitu berbahaya, membuat ketagihan, sehingga Yesus menyebutnya “mamon yang tidak jujur.”

“Dan Aku berkata kepadamu: Ikatlah persahabatan dengan mempergunakan Mamon yang tidak jujur, supaya jika Mamon itu tidak dapat menolong lagi, kamu diterima di dalam kemah abadi (yakni Kerajaan Allah).”

Di sini ada satu hal yang penting. Hal pertama yang perlu kita perhatikan adalah bahwa di ayat ini, uang disebut sebagai ‘mamon yang tidak jujur’. Mengapa disebut sebagai mamon yang tidak jujur? Hal pertama yang harus kita perhatikan adalah bahwa uang itu sendiri tidak mungkin jahat. Ia hanyalah suatu benda. Hanya manusia yang bisa jahat atau baik. Jadi apakah arti ‘mamon yang tidak jujur’ itu? Kita tidak bisa membuat pernyataan ‘mobil yang jahat’ karena hal itu jelas tidak masuk akal. Mobil tidak bisa menjadi jahat atau baik. Anda tidak bisa menyebut suatu rumah itu baik atau jahat, dan uang juga tidak bisa menjadi jahat atau baik karena ia hanyalah selembar kertas. Lalu apa maksud Yesus ketika dia menyebut tentang ‘mamon yang tidak jujur’?

Di dalam bahasa Yunaninya, Anda temukan kata tersebut berupa kata benda yang diikuti kata keterangan, dan terjemahan harfiahnya akan menjadi ‘mammon of unrighteousness (mamon kejahatan)’. Apakah arti dari mamon kejahatan itu? Di dalam bahasa Yunani kata itu dikaitkan dengan tatabahasa bersifat genitif. Maksudnya adalah bahwa mamon itu bisa membawa pada kejahatan. Bukannya mamon itu yang jahat, karena suatu benda mati tidak bisa bersikap jahat atau baik. Uang tidak bisa menjadi baik atau jahat, akan tetapi ia bisa membawa kita kepada kejahatan. Itulah pokok dari pernyataan tersebut.

Narkoba itu sendiri tidak bisa dikatakan baik atau jahat, akan tetapi narkoba bisa membawa orang pada kejahatan. Itulah yang dimaksudkan. Jika Anda sedang dalam pengaruh narkoba, Anda akan terus ingin menambah takaran seiring dengan berlanjutnya ketagihan Anda. Dan orang yang diwawancara – dalam siaran tersebut – menyatakan bahwa dia perlu uang $400 per hari untuk memenuhi kebutuhannya akan obat bius itu! $400 per hari! Berapa banyak yang akan dia butuhkan dalam sebulan? Dia akan membutuhkan $12.000 sebulan! Pekerjaan macam apa yang akan bisa menghasilkan gaji sebesar itu? Lalu wartawan itu bertanya, “Lalu bagaimana Anda mendapatkan uang $400 setiap harinya?” Dia menjawab dengan jujur, “Mencuri.” Tak ada jalan lain baginya untuk bisa mendapatkan penghasilan sebesar itu. Itulah sebabnya narkoba disebutkan bisa membawa Anda pada kejahatan. Narkoba akan membawa Anda untuk menjadi pelaku kejahatan karena hasrat untuk menikmati obat bius tersebut. Dan masalah inilah yang sedang diutarakan oleh Yesus di dalam ayat ini.

Uang itu sedemikian rupa sehingga cinta uang, sebagaimana yang dikatakan oleh Paulus di dalam 1 Timotius 6:10, adalah akar dari segala kejahatan. Ia merupakan akar dari segala kejahatan karena ia akan memimpin kita pada kejahatan. Karena kita menginginkan uang ini, maka kita, misalnya, bisa saja mulai menjatuhkan orang lain di kantor karena jika kita bisa menjatuhkan orang itu maka kita bisa mendapatkan jabatannya yang bergaji lebih tinggi daripada kita. Lalu kita memulainya dengan jalan memfitnah orang tersebut, karena kalau kita bisa menjatuhkan orang itu, maka kita bisa mendapatkan jabatannya, dan kalau kita bisa mendapatkan jabatannya, maka kita bisa mendapatkan gaji yang lebih tinggi. Cinta akan uang akan membawa pada hal-hal semacam ini.

Atau, kita bisa saja mencintai uang karena uang bisa memberikan kita kedudukan, bukan secara khusus mencintai uang tersebut, melainkan mengincar hal yang bisa dilakukan dengan uang. Kalau kita punya banyak uang, maka kita bisa bertamasya ke tempat-tempat yang indah. Apa yang bisa dilakukan dengan uang memang sangat menyenangkan. Demi uang, orang bersedia untuk menipu, berbuat curang, mencuri, merampok dan membunuh. Sangat mudah membuat orang terbunuh. Anda tinggal mencari seseorang dan berkata, “Aku beri kamu $3000 dan kamu harus tabrak dia sampai mati.” Atau apapun cara yang Anda pilih. Sebagian orang malah mau melakukannya demi uang yang lebih kecil dari $3000. Lagi pula, ongkosnya mungkin hanya sebutir peluru yang harganya tidak seberapa. Jika Anda beri dia beberapa ribu dolar, dia mungkin akan bersedia melakukannya, apalagi seorang pecandu narkoba yang perlu uang $400 sehari. Uang adalah akar dari segala kejahatan, mamon yang tidak jujur.


7. Uang adalah tempat kita menaruh kepercayaan kita, akan tetapi uang itu sendiri tidak setia, tidak layak dipercaya

Poin yang ketujuh ada di dalam perikop yang sama, di Lukas 16:11. Yesus berkata,

“Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur (adikos), siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?”

Jika Anda tidak mengerti bahasa Yunani, Anda mungkin tidak akan menyadari bahwa pernyataan tersebut agak berbeda dengan yang ada di dalam ayat 9. Terjemahan RSV memakai kata yang sama untuk ke dua ayat itu, yakni dengan kata ‘unrighteous mammon (LAI juga memakai satu istilah untuk kedua ayat tersebut yakni ‘mamon yang tidak jujur’)’.  Sebenarnya, istilah yang dipakai di dua ayat ini berbeda. Di dalam ayat 11, yang tertulis di situ adalah kata sifat, bukan kata benda. Dan sekali lagi, kita telah mengetahui bahwa uang dan kekayaan itu sendiri tidak bisa menjadi jahat atau baik, jadi apa maksud sebenarnya dari ungkapan ini?

Ini adalah kata Yunani yang sama seperti yang ada di ayat 10 yang dalam versi RSV diterjemahkan dengan kata ‘dishonest (tidak jujur)’. Di dalam ayat 10 disebutkan,

“Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar (adikos = dishonest = tidak jujur) dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar.”

Bagaimana uang bisa menjadi tidak jujur? Bukan itu maksudnya. Maksud ungkapan itu di dalam ayat 10 adalah ‘unfaithful (tidak setia)’. “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak setia dalam perkara-perkara kecil, ia tidak setia juga dalam perkara-perkara besar.” Maksudnya adalah mamon yang tidak setia.

Dengan kata lain, seseorang yang terbukti setia dalam perkara kecil, akan terbukti setia pada perkara besar. Dengan kata lain lagi, jika seseorang terbukti tidak setia untuk perkara sekecil apapun, maka Anda tidak akan mempercayakan tugas selanjutnya kepada orang itu lagi, karena jika ia telah terbukti tidak setia entah itu hanya sekali, dua kali atau malah seringkali, maka dia pasti akan terbukti tidak setia lagi nantinya. Inilah yang menjadi maksudnya. Jika Anda tidak setia pada perkara kecil, bagaimana mungkin Anda akan setia pada perkara besar? Siapa yang akan mempercayakan kepada Anda untuk melakukan hal-hal yang besar?

Demikianlah, di sini kita temukan istilah ‘mamon yang tidak jujur.” Apa arti dari ‘mamon yang tidak jujur’ itu? Artinya adalah tidak layak dipercaya. Anda tidak bisa mempercayai pribadi yang semacam ini. Anda sama sekali tidak boleh mempercayai uang. Uang tidak bisa dipercaya. Artinya, jika Anda menaruh kepercayaan Anda pada uang, maka Anda akan kecewa. Ia sama sekali tidak bisa diandalkan. Sangatlah bodoh orang yang mempercayai uang. Uang menuntut kepercayaan kita; ia berseru-seru meminta kepercayaan dari kita; ia menjadi benda yang meminta kepercayaan kita. Kata ‘mamon’ itu sendiri bermakna obyek yang menerima kepercayaan di dalam bahasa Aramnya. Namun jika Anda menaruh kepercayaan Anda di dalamnya, maka ia akan mengecewakan Anda. Ia akan mengkhianati Anda; ia akan mengecewakan Anda.

Anda mungkin saja masih sangat muda dan belum berpengalaman di dunia ini. Orang-orang yang telah lama berkutat dalam urusan ini sangat paham betapa uang tidak bisa diandalkan. Anda menanam modal dalam bentuk saham, surat-surat berharga, dan Anda taruh investasi itu dalam saham-saham ‘blue chip (paling bisa diandalkan untuk menghasilkan uang)’ – kemudian, pasar saham ambruk. Tabungan Anda lenyap. Sungguh sangat tidak bisa diandalkan. Anda tidak pernah tahu apa yang bisa terjadi padanya.

Misalkan, Anda menaruh keyakinan Anda pada rumah, lalu apa yang terjadi? Pada masa perang, rumah menjadi tidak berarti. Sudah sering terjadi di China. Orang kaya memborong rumah dan tanah. Rumah dan tanah disebut sebagai investasi yang paling aman. Tahukah Anda apa yang terjadi? Perang akan menyapu investasi Anda dalam semalam. Tanah Anda mejadi tidak ada nilainya, tidak berharga sama sekali.

Orang lain menanamkan kekayaannya dalam bentuk perhiasan, intan dan sebagainya. Dan sekali lagi, ketika krisis melanda, perang melanda, semua bentuk perhiasan Anda itu menjadi tidak berharga. Anda mungkin saja akan menukarkan cincin berlian Anda dengan sepotong roti, namun tak ada yang menghendaki cincin berlian Anda. Yang mereka inginkan adalah roti, bukan cincin berlian Anda. Apa yang bisa mereka perbuat dengan cincin itu? Mereka tidak bisa makan cincin berlian Anda. Pada masa-masa seperti itu makananlah yang penting. Bagi sebagian dari kita yang pernah hidup di China, tentunya tahu akan hal itu. Boleh saja Anda membawa pulang gaji satu koper penuh, lalu apa yang bisa Anda perbuat dengan uang satu tas itu? Anda harus buru-buru membeli sekantong beras karena jika Anda terlambat dan baru bisa membelinya pada malam hari, Anda bahkan tidak akan bisa membeli sekantong beras! Turunnya nilai uang begitu menggila sehingga uang dalam jumlah satu koper juga tidak bisa dipakai untuk membeli beras. Demikian tidak dapat diandalkannya uang itu. Sangat tidak bisa dipercaya, tidak bisa diandalkan.

Dan sekarang ini pun kita bisa melihat hal yang sama. Uang dolar Kanada menghadapi masalah penurunan nilai sekalipun berada di masa damai. Bisakah Anda membayangkannya? Di masa damai. Kita bahkan tidak sedang dalam masa perang. Yang terjadi di masa perang sangatlah menegrikan. Dan bagi mereka yang pernah melalui masa perang, tentunya akan tahu persis betapa tidak berharganya harta benda di masa itu.

Sungguh terbalik, demikian kata Yesus –  di dalam Lukas 16:11, yakni ayat yang baru saja kita baca – uang bukanlah kekayaan yang sesungguhnya. Di ayat 11 dikatakan, “Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?” Lalu apakah harta yang sesungguhnya itu? Harta yang sesungguhnya adalah yang kekal. Seperti yang dikatakan oleh Paulus, hal-hal yang rohani adalah hal-hal yang kekal. Mereka tidak kehilangan nilainya. Mereka bersifat permanen. Hal-hal rohani itu kekal. Sedangkan harta benda duniawi itu tidak kekal.


8. Uang itu fana

Dan kita segera masuk ke dalam poin yang kedelapan dari ajaran Yesus mengenai uang ini. Poin yang terakhir ini adalah: karena uang itu tidak permanen, maka ia bukanlah harta yang sesungguhnya, uang itu fana. Yesus memberitahu kita bahwa uang itu fana, ia tidak pernah benar-benar menjadi milik Anda. Hal-hal yang fana akan berlalu begitu saja dari tangan Anda. Saat Anda coba untuk mempertahankannya, ia pergi begitu saja. Di zaman sekarang ini, Anda dapati bahwa setiap kali Anda pergi ke bank, Anda mengambil $120, dan dalam beberapa hari saja Anda sudah kebingungan, “Apa yang telah kulakukan dengan uang itu? Ia berlalu begitu saja! Mengalir seperti air!” $120 adalah jumlah yang banyak. Dari waktu ke waktu, saya biasanya mengambil uang dalam jumlah tersebut untuk keperluan belanja dan sebagainya. Dan beberapa hari berikutnya, ketika kami sedang bercakap-cakap, Helen bertanya kepada saya, “Bukankah jumlah yang kita ambil itu $120? Kemana perginya uang itu?” Lalu saya mencoba menghitung pengeluaran saya dan mendapati bahwa uang di kantong saya hanya tersisa beberapa dolar saja. Dia pun hanya memegang sisa beberapa dolar saja di dalam tasnya. Uang itu mengalir begitu saja! Dan kita tidak tahu bagaimana kejadiannya. Belanja beberapa barang keperluan sehari-hari dan habis begitu saja. Sungguh fana. Menaruh kepercayaan Anda pada hal-hal yang fana sangatlah bodoh. Anda sedang menaruh kepercayaan Anda pada sesuatu yang keliru. Yesus memperingatkan kita akan perkara yang satu ini.


Setelah mengetahui karakternya, sangatlah bodoh jika kita mempercayai uang

Waktu kita sudah habis dan kita harus tutup pembahasan hari ini. Kita akan melanjutkan nanti di pesan selanjutnya tentang bagaimana cara menangani uang. Namun mari kita camkan serta renungkan hal ini baik-baik. Di mana Anda akan menaruh kepercayaan Anda? Seberapa jauh Anda rela untuk melangkah? Tentu saja, kita perlu untuk menelaah tentang bagaimana cara menangani uang. Kita tidak boleh menanganinya dengan bodoh dan sembrono. Kita harus pahami dengan tepat apa yang Yesus sampaikan kepada kita, kita perlu berhenti sejenak dan merenungkan tentang hakekat uang, tentang karakternya dan tentang kebodohan di dalam hal menaruh kepercayaan padanya.

 

Berikan Komentar Anda: