Pastor Eric Chang | Matius 13:18-23 |
Di pesan ini, kita akan melihat apa yang ingin disampaikan oleh Yesus melalui perumpamaan. Yesus banyak mengajar dengan memakai perumpamaan. Dengan bersandar pada kasih karunia Tuhan, saya akan membahas setiap perumpamaan tersebut secara sistematis.
Perumpamaan Dasar
Kita akan memulai dengan perumpamaan yang disebut sebagai Perumpamaan Dasar: yaitu Perumpamaan tentang Seorang Penabur. Perumpamaan ini sangatlah kaya makna. Lukas 8:4-8 merupakan isi dari perumpamaan tersebut, sedangkan 8:11-15 adalah bagian penjelasannya. Ini merupakan satu dari dua perumpamaan di mana Yesus memberikan penjelasan langsung. Melalui penjelasan itu, Yesus sedang mengajarkan para murid cara untuk memahami perumpamaan-perumpamaannya. Mari kita baca perumpamaan itu di Lukas 8:4-8:
Ketika orang banyak berbondong-bondong datang, yaitu orang-orang yang dari kota ke kota menggabungkan diri pada Yesus, berkatalah Ia dalam suatu perumpamaan: “Adalah seorang penabur keluar untuk menaburkan benihnya. Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu diinjak orang dan burung-burung di udara memakannya sampai habis. Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, dan setelah tumbuh ia menjadi kering karena tidak mendapat air. Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, dan semak itu tumbuh bersama-sama dan menghimpitnya sampai mati. Dan sebagian jatuh di tanah yang baik, dan setelah tumbuh berbuah seratus kali lipat.” Setelah berkata demikian Yesus berseru: “Siapa mempunyai telinga untuk mendengar, hendaklah ia mendengar!”
Yesus sendiri memberi penjelasan di ayat 11-15. Penjelasannya adalah seperti berikut:
Inilah arti perumpamaan itu: Benih itu ialah firman Allah. Yang jatuh di pinggir jalan itu ialah orang yang telah mendengarnya; kemudian datanglah Iblis lalu mengambil firman itu dari dalam hati mereka, supaya mereka jangan percaya dan diselamatkan. Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad. Yang jatuh dalam semak duri ialah orang yang telah mendengar firman itu, dan dalam pertumbuhan selanjutnya mereka terhimpit oleh kekuatiran dan kekayaan dan kenikmatan hidup, sehingga mereka tidak menghasilkan buah yang matang. Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.”
Berdasarkan Markus 4:13, kita tahu bahwa ini adalah perumpamaan foundasi karena Yesus berkata,
“Tidakkah kamu mengerti perumpamaan ini? Kalau demikian bagaimana kamu dapat memahami semua perumpamaan yang lain?”
Apa yang dibicarakan di dalam perumpamaan ini? Yesus berbicara tentang seorang penabur yang sedang menaburkan benih. Ini adalah gambaran yang sangat umum di daerah-daerah pertanian. Pada saat seorang petani menaburkan benih, ia menghamburkannya begitu saja. Tergantung di dadanya adalah sebuah kantong yang digantung melingkari bahunya, lalu ia mengambil segenggam benih dan menebarkannya dengan agak melingkar. Ia berjalan menyusuri ladang sambil menaburkan benih.
Pada saat benih ditabur, beberapa benih akan jatuh ke tanah yang keras, misalnya di pematang yang merupakan tanah yang mengeras, karena merupakan jalur umum yang melintasi ladang, dan sering diinjak-injak oleh orang yang lalu-lalang. Benih yang jatuh di tanah yang keras (seperti pematang itu), jelas tidak akan dapat masuk ke dalam tanah; mereka tetap tinggal di permukaan. Selalunya di mana ada petani menabur benih, pasti akan ada sekawanan burung, yang menunggu kesempatan untuk memakan benih yang tertinggal di permukaan. Jadi, bagi benih-benih yang jatuh di pematang, burung-burung akan datang dan mengambilnya — benih yang bisa dijangkau oleh burung-burung tersebut.
Lalu, Yesus berkata bahwa ada lagi benih yang jatuh ke tanah yang dangkal. Ketika hujan turun dan tanah itu mulai membungkus benih tersebut, benih itu akan bertumbuh dengan sangat cepat. Benih itu sepertinya bertumbuh dengan sangat baik dan bahkan menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa. Akan tetapi, sesudah beberapa waktu, akar itu segera tertahan oleh bebatuan di lapisan bawah. Ada batas sejauh mana akar itu bisa menjalar. Ketika akar menyentuh lapisan batu, pertumbuhannya terbantut. Oleh karena dibatasi oleh bebatuan, akar itu tidak dapat masuk lebih jauh untuk mendapatkan air dan akan mulai layu. Tanaman itu akhirnya mati karena kekurangan air.
Ada lagi yang jatuh di tanah yang memungkinkan pertumbuhan, tetapi lahannya tidak murni. Tanah ini berisi berbagai macam benih, beragam akar dan beragam tumbuhan. Berbagai macam benih tumbuhan ini tidak kelihatan pada awalnya, tetapi mereka tumbuh bersama-sama dengan benih gandum itu dan menjepitnya. Pada waktu menabur, Anda tidak melihat adanya semak atau tumbuhan yang lain di sana. Akan tetapi, sesudah beberapa waktu, mereka mulai tumbuh bersama dengan benih gandum. Kemudian akar semak duri itu membelit akar gandum yang masih muda ini dan menjepitnya sehingga tanaman gandum ini tidak mendapatkan asupan gizi yang dibutuhkannya. Akhirnya gandum yang baru tumbuh ini juga mati.
Tanah Menggambarkan Hati Manusia
Benih-benih ini dapat dibagi ke dalam dua kelompok. Masing-masing kelompok terdiri dari tiga kategori atau tiga tipe. Jadi, ada dua kelompok dan tiga tipe dalam setiap kelompok. Setiap tipe di dalam masing-masing kelompok memiliki perbedaan yang cukup nyata. Tidak semua orang yang tidak percaya dapat dianggap sama rata, dan tidak semua orang percaya dapat disamaratakan pula. Kita tidak boleh membayangkan bahwa semua orang non-Kristen memiliki kondisi hati yang sama, memiliki kerohanian yang sama rata. Mereka masing-masing memiliki perbedaan dalam menanggapi berita Injil.
Seperti apa ketiga tipe di dalam kelompok yang pertama? Kelompok yang pertama adalah mereka yang tidak diselamatkan. Mereka sering disebut sebagai orang yang tidak percaya. Akan tetapi, pernyataan ini kurang tepat, karena pada kenyataannya, hanya satu kategori dari kelompok yang “tidak diselamatkan” ini yang tidak percaya, sedangkan dua kategori atau dua tipe yang lain adalah orang-orang percaya.
Kunci untuk Memahami Perumpamaan
Tipe yang pertama dari kelompok yang tidak diselamatkan adalah orang-orang yang hatinya mengeras. Kunci untuk memahami perumpamaan ini sebenarnya sangat sederhana. Pertama, benih itu adalah Firman Allah. Orang yang mengabarkan Firman Allah adalah penaburnya. Setiap kali Anda memberi kesaksian demi Kristus atau mengabarkan Firman Allah, maka Anda sedang menabur benih. Penabur yang pertama adalah Yesus sendiri, tetapi sesudah itu, kita semua yang mengabarkan Injil adalah penabur. Itu sebabnya para murid juga disebut sebagai penabur benih di Matius 10. Tugas mereka adalah menabur benih.
Benih adalah Firman Allah, atau disebut juga sebagai Firman Kerajaan Allah atau Firman tentang Kerajaan Surga (Mat 13:19). Kata “kerajaan” berarti pemerintahan, pengaturan atau kehendak Allah. Kerajaan Allah terletak di setiap tempat di mana kehendak Allah dijalankan. “Datanglah kerajaanMu, jadilah kehendak-Mu.” Itu sebabnya mengapa kata “kerajaan” dan “kehendak” memiliki makna yang sama karena kerajaan Allah berada di setiap tempat di mana kehendak-Nya dijalankan. Firman tentang Kerajaan Surga adalah pesan yang berisi panggilan kepada setiap orang untuk menyerahkan hidupnya kepada Allah.
Setiap pengajar yang tidak menjadikan hal ini sebagai pokok utama, yang tidak mengajarkan bahwa setiap orang Kristen sejati adalah orang yang hidup di bawah kehendak Allah, berarti tidak sedang mengajarkan Firman Allah dengan sejujurnya. Jika kita mengabarkan keselamatan hanya dengan mengatakan, “Datanglah kepada Yesus untuk menerima damai sejahtera dan sukacita”, tindakan itu bukanlah mengabarkan Firman Allah. Pertama-tama, kita harus mengatakan, “Datanglah dan hiduplah di bawah pemerintahan Allah, di bawah kehendak Allah. Biarkan Allah yang menjadi Raja dalam kehidupan Anda! Biarlah Yesus menjadi Tuan dan Penguasa dalam hidup Anda!” Itulah yang disebut mengabarkan Injil. Jika Anda hidup seperti itu, akan ada damai sejahtera dan sukacita di dalam hati. Akan tetapi, akan ada juga penindasan, penganiayaan dan penderitaan, sebagaimana yang akan kita lihat nanti. Setiap pengkhotbah yang tidak menyebutkan hal ini sangat tidak layak untuk mengabarkan Injil karena ia tidak mengabarkan Injil sebagaimana yang dimaksudkan oleh Yesus. Kita dipanggil bukan untuk menjual permen. Kita dipanggil bukan untuk menjual manisan. Kita dipanggil untuk mengabarkan kebenaran, bukan untuk mengatakan hal-hal yang ingin didengarkan oleh orang banyak, melainkan untuk mengatakan kebenaran kepada mereka. Seorang dokter seringkali harus menyampaikan kebenaran kepada pasiennya. Anda mungkin tidak suka mendengarkannya, tetapi itulah kebenaran. Tidak ada orang yang senang diberitahu bahwa ia berada dalam keadaan sakit yang parah. Jadi, kita dapat melihat di sini bahwa mengabarkan Firman Allah berarti mengabarkan kerajaan Allah, yaitu kehidupan di bawah kedaulatan-Nya dan hidup di bawah pemerintahan-Nya. Tidak ada orang yang layak menjadi Kristen yang belum menyerahkan kehidupannya untuk menaati Yesus sang Raja.
Itulah yang disebut sebagai Firman Allah, dan sang penabur adalah orang yang mengabarkan hal itu. Sebagai pendahulu, Yesus menjadi penabur yang pertama, dan selanjutnya kitalah yang melakukannya. Setiap kali Anda bersaksi kepada teman, setiap kali Anda berbicara tentang Firman Allah kepada orang lain, Anda sedang menabur benih.
Jika benih adalah Firman Allah, dan penabur adalah orang yang mengabarkannya, lalu apa arti tanah? Tanah, yang menerima benih, sebagaimana yang dijelaskan oleh Yesus, adalah hati. Hati seseorang digambarkan seperti tanah, tempat benih ditabur. Hal ini dapat dilihat di Matius 13:19, “… apa yang telah tertabur dalam hati orang itu”. Benih ditaburkan ke dalam hati orang. Ini berarti berbagai macam tanah yang digambarkan di dalam perumpamaan ini merupakan gambaran dari berbagai macam sikap hati.
Tipe pertama — Orang yang Menolak Injil
Sekarang kita mulai membahas 3 tipe orang yang tidak diselamatkan — dan kita akan membahas fakta-fakta yang membedakan ketiganya. Tipe yang pertama adalah mereka yang digambarkan seperti pematang di mana benih itu jatuh, tetapi tidak dapat menembusinya karena tanah pematang itu keras. Ini menggambarkan jenis orang yang hatinya sudah dikeraskan sepenuhnya terhadap Allah. Anda sampaikan Injil kepada orang ini dan pesan itu akan berlalu seperti air yang menggelincir di punggung bebek. Anda seperti menabur di atas batu karang. Tidak ada hasilnya. Benih itu tidak dapat masuk ke dalam tanah. Orang seperti ini, hatinya sudah keras sepenuhnya; mereka sama sekali tidak ingin berurusan dengan Injil. Hati mereka mengeras terhadap Injil. Mereka tidak ingin mendengarkan Firman Allah. Atau, jika mendengar sekalipun, hanya untuk mencemoohkannya, dengan tujuan untuk menolaknya. Mereka menginjak-injak Injil di bawah kaki mereka. Dalam hal ini, Injil benar-benar tidak dapat masuk ke dalam hati mereka. Mereka tidak percaya sama sekali.
Tipe Kedua: ‘Orang Percaya’ yang Dangkal
Tipe kedua di dalam kelompok yang tidak diselamatkan ini sangatlah berbeda. Hati mereka, di permukaannya, sangat tanggap terhadap Injil. Yesus menggambarkan keadaan hatinya seperti tanah subur yang dangkal dengan lapisan batu di bawahnya. Ini adalah jenis orang yang dapat dikatakan memiliki keyakinan yang dangkal. Orang-orang semacam ini selalu menjadi masalah besar bagi gereja, tetapi mereka malah menjadi kesukaan para penginjil karena mereka adalah orang-orang yang cepat tanggap. Mereka adalah orang-orang yang cepat mengangkat tangannya dalam setiap KKR. Mereka sepertinya tidak mengalami pergumulan yang berarti dalam menanggapi Injil. Seperti yang disampaikan dalam Alkitab, mereka menerima Firman Allah “dengan gembira“. Mereka dengan senang hati menerima Firman. Ayat 13 berkata: “Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu.” Demikianlah Firman Allah — “menerimanya dengan gembira“, tetapi mereka tidak berakar. Mereka tidak memiliki kedalaman. Penjelasan ini dapat dilihat dengan sangat jelas di Matius 13:5 dalam ungkapan “tanahnya tipis“.
Anda sampaikan Injil kepada mereka, mereka menerima hal itu dengan senang hati dan berkata, “Haleluyah! Ini luar biasa. Oh, sangat luar biasa!” Jika Anda berkata, “Setiap orang yang sudah memutuskan untuk menerima Yesus, angkatlah tangan Anda”, tangan mereka akan melesat seperti roket. Mereka adalah orang-orang yang segera meluncur ke depan. Mereka adalah orang-orang yang selalu hadir dalam KKR. Tentu saja, saya tidak bermaksud mengatakan bahwa setiap orang yang mengacungkan tangannya dalam sebuah KKR termasuk ke dalam kategori ini. Ada juga orang yang mengacungkan tangannya yang memang benar-benar mengasihi Tuhan, dan yang benar-benar memiliki kedalaman. Mereka tetap setia di dalam Tuhan sampai pada akhirnya. Kita tidak boleh mengabaikan keberadaan mereka.
Saya sering melihat orang yang datang kepada Tuhan dengan air mata, dengan ketakutan dan kesungguhan. Orang-orang seperti ini seringkali lebih mantap dan kokoh. Akan tetapi, ada jenis orang yang sekadar berlari ke depan, tetapi mereka tidak memiliki kedalaman. Jadi, mereka menerima Firman Allah dengan segera dan langsung menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan. Mereka bertumbuh jauh lebih cepat dibandingkan dengan yang lainnya! Para pakar menjelaskan bahwa pertumbuhan yang cepat ini diakibatkan oleh kehangatan tambahan yang diberikan oleh bebatuan di lapisan bawah. Demikianlah, benih itu bertumbuh lebih cepat; mendapat tanggapan yang sangat cepat. Anda akan melihat orang ini melesat dalam pertumbuhan, sementara yang lainnya bertumbuh lebih lambat. Manusia jenis ini bertumbuh secepat kilat sehingga Anda mungkin berkata, “Benar-benar orang Kristen yang luar biasa!” Namun, jika Anda berpengalaman dalam Firman Allah, jangan langsung senang dulu. Waktu akan membuktikan apakah ada akar di bawah sana atau tidak.
Apa yang kita lihat di dalam kategori ini adalah mereka yang kepercayaannya dangkal. Memang ada tanggapan rohani, tetapi tanggapan itu kurang mendalam. Mengapa? Karena di bawahnya ada penolakan yang mendasar, penolakan terhadap Firman Allah. Mereka hanya maju sampai batas tertentu saja. Mereka tidak berserah sepenuhnya. Mereka menyerahkan diri, tetapi hanya sampai pada titik tertentu. Itu sebabnya saya selalu mengingatkan Anda bahwa iman yang menyelamatkan yang sesuai dengan Alkitab adalah komitmen yang total dan tanpa syarat. Jika tidak total, itu berarti Anda sudah menarik suatu garis batas di dalam hati Anda. Anda sendiri yang tahu di mana batas itu. Atau, mungkin Anda sendiri tidak tahu di mana garis batas itu, tetapi pada suatu hari, akar tanaman akan menyentuh batu tersebut. Akar itu tidak dapat bertumbuh lagi, dan tanaman itu layu dan mati.
Mereka yang sudah lama melayani Tuhan tentunya telah melihat betapa banyak orang yang kerohanian mati dan ambruk. Terlalu banyak kejadian seperti itu. Seringkali, yang mati ini merupakan mayoritas. Saya ingin agar Anda menguji hati Anda. Apakah Anda sudah memberi tanggapan kepada Allah? Ya. Namun, apakah tanggapan itu tanpa syarat? Apakah Anda memiliki suatu garis batas di suatu tempat di dalam hati Anda dan berkata, “Saya akan menjadi orang Kristen yang baik sampai batas ini saja. Saya tidak mengizinkan Firman Allah untuk mendorong saya melewatinya; harus berhenti di titik ini. Selama tidak melanggar batas ini, saya akan melayani dengan penuh semangat. Mereka memang sangat aktif, selama batas itu tidak dilampaui. Secara mental, atau jauh di dalam hati mereka, sudah ditetapkan suatu garis batas yang tidak ingin mereka lewati. Jika Anda menekan lebih dalam lagi, jika Anda menguji, Anda akan mendapati bahwa batang yang Anda tancapkan akan segera menyentuh batu dan tidak dapat masuk lebih jauh lagi.
Perhatikanlah bahwa mereka yang masuk pada kategori kedua ini merupakan orang-orang percaya. Mereka termasuk sebagai orang “Kristen”. Mereka adalah orang yang, sesudah menerima Firman Allah, akan segera minta dibaptis, mulai menjalankan banyak hal. Jadi, kita dapat segera melihat bahwa mereka memang percaya, tetapi sayangnya, seperti yang dijelaskan di ayat 13, “mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad“. Mereka orang percaya! Jadi, tidaklah benar bahwa sekali Anda percaya, Anda akan selamanya selamat. Kita diberitahu berdasarkan perkataan Yesus sendiri bahwa “mereka percaya sebentar saja dan… mereka murtad“. Riwayat mereka tamat!
Jangan tenggelam dalam keyakinan yang berbahaya, sambil berkata kepada diri sendiri, “Saya baik-baik saja, saya sudah percaya. Saya sudah dibaptis.” Mungkin Anda justru masuk ke dalam kategori ini, tetapi saya harap tidak! Namun, bagaimana jika Anda memang masuk ke dalam kategori ini? Anda sudah dibaptis, Anda sudah percaya, lalu mendapatkan kehangatan yang cukup, Anda menjadi sangat bersemangat untuk sementara, tetapi ketika penindasan datang, Anda berpaling dan murtad. Saya berdoa kepada Allah supaya tak seorang pun dari Anda yang masuk kategori ini. Jadi, demikianlah mereka yang masuk kategori kedua, mereka orang yang percaya, tetapi yang percaya hanya untuk sementara.
Tipe Ketiga — “Orang Kristen” yang Mendua Hatinya
Tipe yang ketiga ini pun termasuk yang tidak selamat. Akan tetapi, mereka berbeda dari kedua tipe sebelumnya. Kategori yang ini tidak memiliki masalah sama sekali dengan bebatuan. Hati mereka terbuka sepenuhnya terhadap Firman Allah. Tidak ada lapisan batu sama sekali di dalam tanahnya. Tanah itu subur. Memiliki kedalaman. Tampaknya baik. Lalu apa masalahnya? Ketika Firman Allah ditaburkan, mereka menerima Firman Allah itu sepenuh hati seperti tipe yang kedua, tetapi kali ini tidak disebutkan “dengan gembira“. Penerimaan mereka lebih mendalam. Mereka mungkin menerima Firman itu dengan penuh keraguan, mungkin dengan gemetar, dengan pergumulan keras. Mereka tidak memberi tanggapan yang berisi sukacita. Sangat mengagumkan jika kita perhatikan ketepatan dari pengajaran Yesus. Yesus menambahkan keterangan “dengan gembira” hanya kepada mereka yang di dalam kategori kedua. Sedangkan yang di dalam kategori ketiga tidak menerima Firman dengan cara ini.
Mungkin mereka maju ke depan dengan air mata; mereka meratap dengan penuh keseriusan. Hati mereka terbuka kepada Allah. Tidak ada garis batas di dalam hati mereka, tetapi — apa yang menjadi masalah mereka? Ada perkara lain di dalam hati. Hati mereka tidak murni di dalam pengabdian dan komitmen kepada Tuhan. Mereka tidak membuang benih-benih lain dari dalam hati mereka. Yang terjadi adalah Firman Allah itu bertumbuh di dalam hati mereka, tetapi hal-hal lainnya ikut bertumbuh dan menjepitnya. Akhirnya tanaman itu gagal bertumbuh. Inilah tragedi besar yang dialami oleh kategori ini. Mereka gagal untuk menjalankan firman, “Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon”. (Mat 6:24, Luk 16:13). Anda tidak dapat mencampur-adukkan keduanya! Anda tidak boleh mengabdi kepada Allah dan kepada Belial. Anda tidak boleh mengabdi kepada Allah sekaligus kepada berhala-berhala lainnya. Anda tidak boleh mengabdi kepada Allah sekaligus kepada dunia. Sudahkah Anda menetapkan pilihan? Tahukah Anda di mana posisi Anda sekarang? Adakah hati Anda murni di hadapan Allah?
Itu sebabnya mengapa Yesus menyatakan di Matius 6:22, “Jika matamu baik” (Mat 6:22), kamu tidak akan bermasalah. Namun, jika mata Anda tidak baik atau tidak terfokus, Anda akan mengalami masalah pandangan yang mendua, dan terang di dalam diri Anda akan menjadi gelap. Jika terang yang ada di dalam diri Anda itu gelap, “betapa gelapnya kegelapan itu” (ay 23). Semuanya ini karena mata Anda tidak terfokus. Mata Anda tidak berfungsi. Anda tidak memusatkan pandangan kepada Allah; Anda mencoba untuk melirik dunia; Anda mencoba untuk melirik berhala; melihat-lihat kesenangan dunia. Anda tidak akan dapat bertahan dengan keadaan seperti ini! Anda harus sepenuhnya dan tanpa syarat berkomitmen kepada Allah untuk dapat bertahan. Tidak ada jalan lain.
Ujilah hati Anda di hadapan Allah. Perhatikanlah bahwa tidak disebutkan tentang dosa di sini. Tidak disebutkan bahwa hati mereka penuh dosa. Tidak! Mereka menerima Injil dengan sukacita. Mereka mengasihi hal-hal yang baik. Mereka mengasihi jemaat. Mereka juga mengasihi Firman Allah. Akan tetapi, Firman Allah plus ini dan itu. Kristus plus ini dan itu. Sekali Anda melakukan hal seperti itu, jika Kristus tidak menjadi segala-galanya, Anda tidak akan dapat bertahan!
Markus 4:19 berkata bahwa tanaman ini terjepit. Firman Allah terhimpit oleh hal-hal yang lain itu. Kategori ini juga sangat menguatirkan, karena mereka memulai dengan baik, mereka tidak dangkal, tetapi mereka tidak dapat memusatkan perhatiannya, tidak ada ketetapan hati. Hati mereka terpencar-pencar, tidak terfokus. Anda tidak akan dapat bertahan tanpa kebulatan hati!
Tipe yang Pertama Tidak Pernah Percaya, dan Dua yang lainnya Murtad
Ketiga tipe ini sangat berbeda. Dari ketiga macam orang yang tidak diselamatkan ini, hanya satu yang tidak percaya; dua yang lainnya menerima Firman Allah, tetapi kemudian murtad. Lukas memberitahu kita bahwa “mereka percaya sebentar saja” dan kemudian mereka “murtad“. Kata “murtad” ini sangat mutlak sifatnya. Kata Yunani yang sama digunakan di 1 Timotius 4:1 “sebagian orang akan murtad“. Roh Kudus menyebutkan dengan tegas bahwa pada hari-hari akhir, di akhir zaman, “sebagian orang akan murtad“. Kata yang sama seperti yang tercatat di Lukas 8:13. Di Ibrani 3:12, kita menemukan lagi kata Yunani yang sama dengan maksud yang sama.
Ayat di Ibrani 3:12 sangat penting karena ditujukan kepada orang-orang Kristen:
“Waspadalah, hai saudara-saudara, supaya di antara kamu jangan terdapat seorang yang hatinya jahat dan yang tidak percaya oleh karena ia murtad dari Allah yang hidup.”
Ayat-ayat ini ditujukan pada orang-orang Kristen yang “hatinya yang jahat dan yang tidak percaya“? Apa yang ia maksudkan dengan “hati yang jahat”? Kata “jahat” di sini tidak dimaksudkan untuk menggambarkan tindakan pembunuhan atau perampokan; tidak satu pun orang Kristen yang mau melakukan hal itu. Namun, yang dimaksud adalah hati yang “tidak percaya”, yaitu hati yang tidak mengizinkan Allah untuk berkuasa atau memerintah atasnya. Mereka tidak mengizinkan Allah untuk menjadi Raja atas kehidupan mereka — dan ini merupakan suatu kejahatan di mata Allah. Hal ini merupakan kejahatan karena hal ini merupakan suatu tindakan pemberontakan terhadap kedaulatan Allah. Akibatnya adalah kemurtadan dari Allah yang hidup.
Di Lukas 13:27, kata Yunani yang sama digunakan lagi sebagai ungkapan penolakan yang sangat keras: “Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan!” Kata ini diterjemahkan dengan ungkapan ‘enyah’. “Enyahlah dari hadapan-Ku, hai kamu sekalian yang melakukan kejahatan!“. “Aku tidak tahu dari mana kamu datang“. Di sini Yesus sedang berbicara pada orang yang mengaku dirinya sebagai orang Kristen. Mereka sudah menolak Kristus di dalam hati mereka lewat cara hidup mereka, walaupun tidak lewat mulut mereka.
Sehubungan dengan kedua tipe ini, sekalipun mereka dikatakan murtad, itu bukan berarti mereka tidak lagi datang ke gereja. Yang menjadi makna utamanya adalah bahwa di dalam hati mereka, sudah timbul penolakan terhadap kerajaan Allah. Kehendak Allah sudah tidak lagi menjadi hal yang utama buat mereka. Mereka merupakan orang-orang yang masih datang ke gereja, dan sesudah ibadah mereka bergegas pulang untuk mengejar hal-hal lain. Termasuk orang Kristen yang macam apakah Anda? Pada masa yang lalu, mungkin mereka pernah menjadi “semacam” orang Kristen. Sekarang mereka masih hadir di gereja. Ibadah di gereja dapat saja menjadi semacam kebiasaan. Anda merasa ada yang kurang jika tidak ke gereja pada hari Minggu. Jika Anda sudah secara rutin mengunjungi gereja selama bertahun-tahun, hal itu dapat menjadi kebiasaan bagi Anda. Anda tidak tahu apa yang harus dilakukan pada hari Minggu pagi atau sore, jika saat-saat itu tidak dihabiskan di gereja. Akan tetapi, hal itu tidak lagi mencerminkan kualitas hidup Anda. Jadi makna “murtad”, berdasarkan Alkitab, tidak harus dinyatakan melalui tindakan meninggalkan gereja, walaupun memang ada yang seperti itu. Hati mereka — harap diingat, pokok utama yang kita bahas adalah keadaan hati seseorang — telah meninggalkan Allah.
Itulah tiga tipe dalam kelompok yang pertama: kelompok yang tidak diselamatkan.
Kelompok yang Diselamatkan
Kelompok yang kedua juga terdiri dari tiga tipe atau kategori. Kelompok ini digambarkan sebagai menghasilkan buah: ada yang tiga puluh kali, enam puluh dan seratus kali lipat dari jumlah yang ditabur. Di sini kita melihat adanya suatu keseimbangan yang sempurna di dalam perumpamaan ini, antara mereka yang tidak diselamatkan dengan yang diselamatkan. Saya perlu sekali lagi mengingatkan Anda bahwa dari antara mereka yang tidak diselamatkan, hanya kategori yang pertama saja yang benar-benar tidak percaya, sedangkan dua kategori lainnya merupakan orang-orang yang pada awalnya percaya. Mereka percaya, seperti kata Yesus, hanya “sebentar saja“.
Di kelompok yang kedua ini, sekalipun mereka menghasilkan buah, tetapi terdapat perbedaan. Perbedaan itu terletak dalam hal kualitas. Benih yang ditabur sama, tetapi benih yang sama memberikan hasil yang berbeda sesuai dengan kesuburan tanahnya. Firman Allah yang Anda dengarkan sama dengan yang didengar oleh John Wesley (pendiri gerakan Metodis di Inggris). Namun, mengapa Anda tidak menjadi seperti John Wesley? Firman Allah yang Anda dengarkan sama dengan yang pernah didengar oleh John Sung. Akan tetapi, mengapa Anda tidak menjadi seperti John Sung? Ia membaca Alkitab yang sama dengan yang Anda baca; ia menerima Roh Kudus yang sama dengan yang Anda terima, tetapi mengapa Anda memberi hasil yang berbeda dengan dia? Apa yang menimbulkan perbedaan ini?
Di sini kita melihat ada yang menghasilkan seratus kali lipat, sementara yang lain hanya tiga puluh kali lipat. Jumlah yang dihasilkan masih kurang dari sepertiga orang yang memberi seratus kali lipat. Di mana perbedaannya? Perbedaannya terletak pada kualitas tanahnya — kualitas tanggapan Anda terhadap Allah. Anda cukup membaca tulisan orang-orang seperti John Sung dan Wesley untuk memahami kualitas tanggapan mereka. Kualitas hati yang berbedalah yang menjadi penyebabnya. Dengan demikian kita dapat memahami mengapa mereka mengalami kuasa Allah yang bekerja melalui mereka dengan kekuatan yang sebesar itu. Semestinya hal ini menjadi tantangan bagi kita. Ingatlah terus akan hal ini: Firman Allah yang Anda dengar sama dengan Firman Allah yang membentuk Paulus, membentuk Augustinus, John Wesley, John Whitfield dan sebagainya. Firman Allah yang sama! Di mata kita, orang-orang itu seperti raksasa; sementara sebagian besar yang lain seperti orang cebol. Yang satu menghasilkan seratus kali lipat, dan yang lain hanya tiga puluh kali. Tentunya ini bukan salah Firman Allah; bukan pula kesalahan Roh Allah sehingga Anda tidak dapat menjadi seperti John Wesley. Kualitas tanggapan yang berbeda, perbedaan kesuburan tanah, kualitas hati, itulah persoalannya.
Orang Kristen macam apakah Anda? Apakah Anda ingin menjalani hidup bersama Allah tanpa menghasilkan apa-apa? Kita sudah membahas hal itu ketika berbicara tentang “keselamatan”, yaitu bahwa jika kita tidak menghasilkan buah, tidak akan ada keselamatan. Kita sudah melihat di Yohanes 15 bahwa setiap cabang yang tidak menghasilkan buah akan dipotong dan dibuang ke dalam api. Hal ini sudah sangat jelas dinyatakan. Walaupun Anda sudah menjadi cabang, Anda tetap dipotong. Pernyataan tersebut sudah sangat jelas, dan tidak perlu diperjelas lagi. Lalu “dicampakkan ke dalam api” (ay 6) juga merupakan pernyataan yang sangat jelas. Tidak perlu diperjelaskan lagi.
Sekarang pertimbangkanlah hal ini. Tanyakanlah di hadapan Allah: “Jenis tanah yang seperti apakah hati saya ini? Seberapa jauh tanggapan saya?” Jangan mengira bahwa dengan berkata, “Baiklah saya akan mengejar yang tigapuluh kali lipat saja” berarti Anda tidak meninggikan diri. Itu sama sekali bukan sikap merendah! Anda justru sedang menghambat kuasa Firman Allah yang bekerja melalui Anda. Benih yang seharusnya dapat menghasilkan seratus kali lipat Anda hambat sehingga tinggal tiga puluh kali lipat saja hasilnya. Alasan apa yang akan Anda berikan nanti? Jadi, sebaiknya kita berdoa supaya Allah dapat memakai kita sepenuhnya, supaya kehendak Allah dapat dilakukan sepenuhnya di dalam hidup kita. Tanpa hambatan sama sekali! Katakan, “Ya Tuhan, inilah saya dengan segala kelemahan saya, dengan segala kegagalan saya, biarlah kuasa yang dari-Mu saja, dan bukan kekuatan saya, yang bekerja selanjutnya. Pakailah hidup saya sepenuhnya! Genapilah kehendak-Mu! Hindarkanlah saya dari kecenderungan untuk menghalangi kuasa Firman-Mu.”
Kunci untuk Berbuah — Ketahanan Menghadapi Penderitaan
Apa yang menjadi perbedaan utama dari kedua kelompok ini? Ini merupakan hal yang ingin saya ulas sampai ke dasarnya. Apa yang membedakan mereka yang selamat dan yang tidak dapat bertahan? Apa yang membedakan antara yang akan bertumbuh semakin kuat secara rohani dan yang tidak akan menghasilkan apa-apa, sampai kepada mereka yang akhirnya murtad.
Apa kuncinya? Inilah poin yang ingin saya tanamkan di dalam hati Anda. Semua pembahasan ini sebenarnya berkisar pada satu hal: apakah Anda memahami arti penderitaan dan apakah Anda bersedia menanggungnya. Itulah hal yang akan memberi perbedaan. Saat ini Anda mungkin masih belum memahaminya, tetapi saya ingin agar Anda merenungkannya sejenak.
Kata terakhir untuk perumpamaan tentang penabur di Lukas ini adalah “ketekunan“. Kata ini mengandung makna “ketahanan atau daya tahan”. Kata terakhir inilah yang menjadi kuncinya. Kata terakhir di dalam perumpamaan ini haruslah Anda ingat baik-baik. Jika Anda tidak ingat keseluruhan isi perumpamaannya, paling tidak Anda ingat pada kata “ketekunan” ini. Kata ini menunjukkan bahwa Anda tidak duduk diam sambil menunggu sesuatu terjadi. Kata ini menunjukkan suatu daya tahan di dalam menjalani penderitaan.
Kita tidak perlu membuang waktu memikirkan tipe pertama yang tidak diselamatkan karena mereka memang tidak akan mau menerima Firman Allah. Akan tetapi, kita perlu memperhatikan tipe kedua dan ketiga itu. Mereka orang-orang yang menerima Firman Allah, yang telah menjadi orang percaya, tetapi hanya sebentar saja dan kemudian murtad. Mengapa mereka ambruk? Karena tidak tahan menghadapi tekanan. Mereka menjadi orang Kristen mungkin karena beberapa pengajar yang berkhotbah seperti ini: “Jika Anda datang kepada Yesus, Anda akan memperoleh damai sejahtera dan sukacita”. Mereka menawarkan manisan. Siapa yang tidak suka manisan? Seringkali pekabaran Injil berlangsung seperti obralan permen.
Kesukaran Pasti Menimpa orang Kristen
Cara Yesus mengabarkan Injil sangat jauh berbeda. Ia menyatakan bahwa menjadi orang Kristen bukanlah perkara gampang. Anda harus bertahan menghadapi tekanan. Anda harus melewati banyak tekanan. Injil secara terang-terangan menyebutkan hal ini. Rasul Paulus, saat mengabarkan Injil, tidak pernah mengobralnya seperti permen. Lihat saja di Kisah 14:22. Apa yang terbaca di sana?
“… sambil menguatkan jiwa para murid, mendorong mereka untuk bertekun di dalam iman, dan mengatakan bahwa kita harus memasuki Kerajaan Allah melalui banyak penderitaan.”
Itulah pernyataan dari Injil. Anda akan memasuki kerajaan Allah, benar, tetapi harus melalui banyak sengsara. Saya berterima kasih kepada Allah yang membawa saya kepada para pengajar yang jujur akan hal ini. Saya muak melihat orang yang mengobral kerajaan Allah seperti barang murahan. Kemudian, ketika segala sesuatu mulai bermasalah, Anda bertanya-tanya, “Hei, apa yang terjadi dengan saya? Mengapa muncul banyak masalah justru sesudah saya menjadi Kristen?” Tepat sekali! Ketika Anda menjadi Kristen, Anda akan mendapati bahwa segala sesuatu di dunia ini mulai menjauhi Anda. Segala sesuatu mulai menjadi masalah. Dengan demikian Anda akan tahu bahwa Anda sudah menjadi Kristen. Begitulah cara untuk mengetahui apakah Anda Kristen atau bukan. Jika Anda menyangka bahwa segala sesuatunya akan menjadi indah buat Anda, Anda masih belum memahami persoalannya. “Untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah,” kata Paulus, “kita harus mengalami banyak sengsara”.
Di sini Yesus mengatakan hal yang persis sama. Ia berkata bahwa ketika benih mulai tumbuh, maka akan terjadi tiga hal. Yang pertama tercatat di Mat.13:21, yaitu “penindasan”. Yang kedua adalah “penganiayaan”. Yang ketiga terlihat di Lukas 8:13, yaitu “pencobaan”. Kita perlu mempelajari ketiga hal ini: (1) penindasan, (2) penganiayaan, dan (3) pencobaan.
Penindasan
Ketiga hal ini akan menimbulkan tekanan yang luar biasa atas diri Anda. Suatu tekanan yang sangat berat. Kenyataannya, memang demikianlah arti dari penindasan di dalam bahasa sumbernya. Kata Yunani untuk “penindasan” pada dasarnya berarti “tekanan”. Berada di bawah penindasan berarti berada di bawah tekanan. Kata yang sama digunakan pula di dalam Kisah 14:22: “Untuk masuk ke dalam Kerajaan Allah kita harus mengalami banyak sengsara”. Artinya Anda akan masuk dalam banyak rupa tekanan sepanjang waktu. Saya yakin bahwa mereka yang baru dibaptis pasti mulai mengalami tekanan, bukankah demikian? Jika Anda belum mendapatkannya, jangan kuatir, tekanan akan datang segera. Akan tetapi, jika Anda terus saja tidak mengalami tekanan, saya akan menguatirkan apakah Anda mengerti apa arti menjadi orang Kristen. Anda pasti akan mengalami tekanan. Inilah arti dari kata “penindasan”.
Lalu, bagaimana sikap seorang Kristen dalam hal ini? Apa yang disampaikan oleh rasul Paulus di Roma 5:3? Inilah kata-kata yang perlu Anda tanamkan di dalam hati jika Anda ingin menjadi orang Kristen sejati. Rasul Paulus berkata di Roma 5:3,
“Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan, karena kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus yang telah dikaruniakan kepada kita”.
Perhatikan kata-kata “Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita“. Kata yang diterjemahkan dengan “kesengsaraan” adalah kata yang sama dengan “penindasan” dalam bahasa Yunani. Yaitu kata yang berarti “tekanan”: “kita bermegah di dalam tekanan”.
Sekarang ini, gereja dipenuhi oleh orang-orang Kristen yang datang untuk mencari manisan. Mereka menjadi Kristen untuk menyenangkan hati sendiri. Tidak heran jika mereka segera mengeluh ketika tekanan mulai berdatangan. Mereka mulai mengeluh, “Hei, apa yang terjadi? Ada apa ini?” Ya, yang terjadi sebenarnya adalah Anda mulai mengalami kehidupan Kristen. Jika ada pengkhotbah yang tidak memberitahukan Anda bahwa ketika Anda menjadi Kristen, Anda akan masuk ke dalam tekanan, pengkhotbah itu tidak layak mengabarkan Injil. Ia tidak pantas mengabarkan Injil.
Orang-orang datang kepada saya dan mengeluh, “Mengapa? Mengapa semuanya menjadi kacau? Ayah saya jatuh sakit; ibu saya dibelit masalah keuangan; dan usaha saya berantakan. Saya sendiri harus menghadapi masalah pribadi di sana-sini. Apa yang terjadi? Saya kan sekarang sudah jadi orang Kristen! Allah seharusnya memberi saya permen!” Allah tidak pernah menjanjikan manisan kepada Anda. Pelajarilah isi Alkitab! Jika Anda tahu apa artinya menjadi orang Kristen, seharusnya Anda bermegah bersama rasul Paulus yang berkata, “Bahkan lebih dari itu, kami justru bermegah di dalam kesengsaraan.” Lalu Anda menyahut, “Ada apa dengan Paulus? Apa dia orang gila? Apa dia jenis orang yang gemar siksaan?” Bukan, tapi Paulus adalah orang yang memahami apa arti hidup sebagai orang Kristen; yaitu selalu berada di bawah tekanan. Saya harap Anda mencamkan hal ini baik-baik, maka Anda akan dapat bersyukur kepada Allah atas tekanan yang Anda hadapi. Anda akan belajar untuk bersama rasul Paulus berkata, “Aku bermegah”. Kita bermegah atas penderitaan, tekanan, yang harus kita tanggung.
Penganiayaan
Kata yang kedua adalah “penganiayaan”. Anda belum benar-benar orang Kristen jika Anda belum mengalami aniaya. Cepat atau lambat Anda akan mengalaminya, dan bentuk aniaya yang paling buruk adalah yang berasal dari sesama orang Kristen. Ingatlah selalu bahwa orang yang menganiaya Yesus sebagian besar berasal dari kalangan religius. Golongan Farisi, adalah kelompok orang yang religius; golongan ahli Taurat, para teolog; imam-imam di Bait Allah, adalah para pemimpin agama pada zaman itu — ketiga kelompok inilah yang menjatuhkan hukuman mati kepada Yesus. Ingatlah hal itu baik-baik!
John Wesley, seorang hamba Allah yang luar biasa, sepanjang hidupnya dianiaya oleh sesama orang Kristen. Tahukah Anda akan hal itu? Bukan orang non-Kristen yang menimbulkan aniaya berat bagi John Wesley. Ia juga mengalami aniaya dari orang non-Kristen. Akan tetapi, orang Kristenlah yang paling menyusahkannya. Pada awalnya, ia diusir dari Gereja Inggris (gereja resmi kerajaan Inggris). Ia tidak diizinkan untuk berkhotbah di dalam setiap cabang Gereja Inggris, karena ia mengajar tentang kekudusan, dan Gereja Inggris tidak mau mendengar khotbah tentang kekudusan. Mereka mengusirnya keluar sehingga John Wesley harus berkhotbah di jalanan, karena ia tidak lagi boleh berkhotbah di mimbar gereja. Namun, syukur kepada Allah, karena melalui John Wesley terjadi suatu kebangkitan rohani yang luar biasa di Inggris, yang tidak pernah dapat diimbangi oleh peristiwa-peristiwa kebangkitan rohani lainnya sepanjang sejarah Inggris. John Wesley sadar bahwa ia akan mengalami penganiayaan. Ia tidak menyimpan dendam terhadap mereka yang menganiaya dia. Sekarang ini, Gereja Inggris sangat menyesali apa yang sudah mereka perbuat terhadap John Wesley dahulu. Mereka sekarang mencoba untuk merangkul Gereja Metodis agar mau kembali ke Gereja Inggris.
Ingatlah hal ini baik-baik. Bagi mereka yang melayani Tuhan. Jika Anda setia kepada Injil, Anda akan menghadapi penganiayaan dari orang non-Kristen sekaligus dari sesama orang Kristen. Kadang kala Anda akan bertanya-tanya, “Mengapa saya dimusuhi semua orang?”
Sekarang kita sudah mendapatkan gambaran yang semakin jelas. Kata yang pertama adalah “tekanan”. Kata yang kedua adalah “penganiayaan”. Rasul Paulus berkata di 2Tim 3:11, “Engkau telah ikut menderita penganiayaan dan sengsara seperti yang telah kuderita.” Dan ia melanjutkan dalam ayat berikutnya, ay.12:
“Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya”.
Anda harus menderita aniaya. Jangan mengira bahwa Anda adalah pengecualian! Jika Anda ingin dikecualikan, jangan menjadi orang Kristen. Saat Anda menjadi orang Kristen, sadari hal ini, “Saya akan menderita aniaya.” Namun, jika Anda tidak ingin menderita aniaya, kemasilah barang-barang Anda dan lupakan Kekristenan. Anda tidak usah menjadi orang Kristen sama sekali.
Pencobaan
Kata yang ketiga adalah kata “pencobaan” di Lukas 8:13. Kata “pencobaan” di dalam bahasa Yunani memiliki dua makna. Makna pertama dari kata “pencobaan” adalah ujian dari Allah. Jadi, merupakan tindakan Allah untuk menguji Anda. Dalam pengertian ini, terjemahan yang dipakai bukanlah “pencobaan”; karena merupakan ujian. Kata Yunani yang sama dipakai di 1Ptr 4:14 dengan makna pengujian ini. Di ayat ini, rasul Petrus berkata,
“Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.”
Di sini kata tersebut diterjemahkan dengan kata “dinista” — menderita penistaan karena nama Kristus — dan Anda bisa saja diuji dengan cara ini. Berada di bawah tekanan, mengalami ujian Allah — diuji dengan api — merupakan bagian dari kehidupan orang Kristen. Anda akan selalu menghadapi ujian. Kita akan membahas hal itu sebentar lagi.
Makna kedua dari kata “pencobaan” adalah digoda untuk berbuat dosa. Di sini pengertiannya sangat jauh berbeda. Dalam maknanya kali ini, Iblislah yang memegang peranan. Tentu saja, Iblis ikut berperan di dalam setiap ujian, dalam arti ia selalu mencoba untuk menjatuhkan Anda, menjauhkan Anda dari Allah. Namun, di dalam makna yang kedua ini, ia berperan langsung, bukannya sekadar dilibatkan. Ia menggoda Anda untuk berbuat dosa; mengumpankan dosa kepada Anda. Ia akan memamerkan kenikmatan dosa. Ia mencoba menjerat Anda ke dalam dosa. Ini dapat kita lihat contohnya di Lukas 4:13, di mana setan mencoba untuk menggodai Yesus, mencoba untuk menjatuhkannya.
Penderitaan — bisa Membinasakan atau Memberi Pertumbuhan
Secara keseluruhan, kita dapat melihat bahwa penderitaan memang tidak terpisahkan dari kehidupan orang Kristen. Kita sudah melihat arti dari ketiga kata yang dipakai oleh Yesus dalam menjelaskan mengapa benih yang jatuh di tanah yang berbatu-batu itu layu. Perhatikan perumpamaan ini sekali lagi. Di dalam perumpamaan ini, penderitaan dibandingkan dengan matahari. Sangatlah penting untuk dapat memahami hal ini. Dikatakan bahwa ketika matahari terbit, maka benih yang tumbuh di tanah berbatu-batu itu mati, karena mereka tidak berakar dan tidak mendapat cukup air. Renungkanlah hal ini. Di dalam pengajaran Yesus kali ini, matahari dibandingkan dengan penderitaan. Hal ini sangat penting. Matahari dapat membinasakan ataupun membantu pertumbuhan. Ini sebabnya saya nyatakan bahwa poin ini sangat penting dalam memahami perumpamaan ini.
Tanpa matahari, tidak ada tanaman yang dapat bertumbuh. Matahari sangatlah dibutuhkan, dalam pengertian tertentu, oleh tanaman yang menghasilkan buah. Ia memampukan tanaman untuk dapat menghasilkan banyak buah. Akan tetapi, bagi tanaman yang tidak berakar, matahari akan membinasakannya. Penindasan sama seperti matahari. Ia akan membawa Anda menjadi semakin rohani, atau akan membinasakan kerohanian Anda, dan itu semua bergantung pada Anda, bukannya pada matahari. Kita akan menelaahnya dengan lebih teliti sesaat lagi.
Tiga Perkara Fatal bagi Orang Kristen
Mari kita lihat satu lagi kategori orang percaya yang gagal bertahan, yaitu benih yang tumbuh di tengah semak belukar. Pada saat benih jatuh ke tengah semak belukar, semak itu masih tidak kelihatan. Benih firman dan benih semak belukar itu tumbuh bersama-sama dan dengan berjalannya waktu, semak itu mulai mencekik benih yang ditabur. Di bagian ini, kita juga melihat ada tiga hal yang berkaitan dengan semak belukar itu (Mrk 4:19). Kita mulai dari ayat 18: “Dan yang lain ialah yang ditaburkan di tengah semak duri, itulah yang mendengar firman itu,” — sekarang perhatikan tiga hal yang disampaikannya —
“lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan dan keinginan-keinginan akan hal yang lain…”
Yesus menggunakan tiga kata bagi penderitaan: aniaya, tekanan dan pencobaan sehubungan dengan mereka yang tumbuh di tanah berbatu-batu. Selanjutnya, Yesus memakai tiga ungkapan pula dalam hubungannya dengan mereka yang tumbuh di tengah semak belukar; yaitu (1) kekuatiran dunia ini, (2) tipu daya kekayaan dan (3) keinginan-keinginan akan hal yang lain. Ketiga hal ini akan menjadi perkara yang fatal bagi orang Kristen yang coba-coba memberi lahan bagi hal-hal tersebut — mementingkan dunia, mementingkan masa sekarang.
Menghindari Penderitaan berarti Mengejar Kesenangan Duniawi
Sekarang cobalah tanyakan pada diri Anda sendiri mengapa ketiga hal tersebut akan berdampak besar bagi orang Kristen. Seseorang yang tidak mau menderita adalah orang yang hanya ingin menikmati apa yang disebut “kehidupan”. Ia ingin menghindari penderitaan. Jadi, pada dasarnya, hal yang sama berlaku di sini. Jika Anda tidak ingin menderita, Anda pasti akan pergi mengejar kekayaan, mengejar kenikmatan duniawi. Itulah cara untuk lari dari penderitaan. Jadi, mereka yang percaya, tetapi gagal bertahan sebenarnya adalah sama persis dengan mereka yang pertama, yang tumbuh di tanah berbatu-batu; mereka semua mau lari dari tekanan. Mereka ingin mencari pelarian di dunia ini, mereka kuatir jika mereka tidak dapat meraih apa yang mereka kejar di dunia ini.
Pada dasarnya, kedua-duanya memiliki mentalitas yang sama, tetapi hanya pengungkapannya yang berbeda. Mengapa seorang Kristen mencintai uang? Karena uang dapat menyingkirkan tekanan dari pundak mereka, bukankah begitu? Uang dapat menolong mereka untuk mendapatkan mobil mewah; uang dapat membantu mereka mendapatkan rumah yang lebih indah; uang dapat membantu mereka untuk meringankan beban dan penderitaan. Lagi pula, apa arti penderitaan sesungguhnya? Penderitaan sebenarnya berarti masuk dalam tekanan keuangan. Anda tidak mau berada di bawah tekanan keuangan, sebab itu Anda berusaha untuk mendapatkan uang.
Apa artinya? Anda tidak ingin menghadapi aniaya; Anda ingin dihormati semua orang. Bagaimana cara agar dihormati orang? Hanya jika Anda memiliki uang! Anda dapat mengendarai mobil mewah; dapat menjalani hidup penuh gaya. Orang akan menghormati Anda; mereka tidak akan menganiaya Anda. Terlebih lagi, jika Anda punya banyak uang, sangat berbahaya jika ada orang yang coba-coba menganiaya Anda. Anda dapat membayar pengacara. Orang Kristen yang miskin tidak dapat menyeret Anda ke pengadilan; tapi jika ia orang kaya dan Anda mengganggunya, maka ia akan menyeret Anda ke pengadilan. Ia punya banyak pengacara. Jika Anda memfitnahnya, atau mengucapkan hal-hal yang buruk tentangnya, Anda akan masuk dalam masalah besar. Tidak ada orang yang berani mengganggu orang kaya, tetapi banyak yang berani menyerang orang miskin. Orang miskin tidak dapat membela diri, tetapi orang kaya mereka tidak berani serang.
Selanjutnya, tentu saja, Anda mulai menginginkan banyak hal karena Anda mampu membelinya. Orang miskin tidak punya uang untuk itu; ia hanya dapat mengkhayal tentang barang-barang mewah. Jika Anda tidak punya uang untuk membelinya, Anda hanya bisa mengaguminya dari balik kaca. Akan tetapi, orang kaya dengan uang yang dimilikinya, ia menginginkan segalanya, karena ia memiliki kuasa untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Jika ia ingin berlibur ke Florida (Amerika), ia segera berangkat ke sana. Dapatkah Anda berlibur ke Florida? Tidak! Itu karena Anda tidak cukup kaya. Jadi, Anda hanya bisa mengagumi Florida dari halaman majalah. Anda menikmati keindahan alam Florida dari gambar-gambar di majalah. Ada gambar kapal layar di sana, dan Anda membayangkan, “Wah, seperti apa rasanya berlibur di sana.” Anda hanya dapat menikmatinya dari kejauhan, lalu Anda mulai membatin, “Saya harus mencari lebih banyak uang. Saya harus bekerja lebih keras lagi sehingga saya dapat menikmati hidup ini.”
Jadi, kategori ini pun mencoba untuk lari dari penderitaan sejauh mungkin, dan mencari pelarian di dunia. Perbedaan di antara yang selamat dengan yang gagal terletak pada pemahaman akan makna penderitaan serta kesediaan untuk menanggungnya. (1) Anda mungkin memahaminya, tetapi Anda tidak mau menerimanya, hal ini tidak menolong Anda. (2) Anda bersedia menerimanya, dan seperti Paulus, bermegah dalam kesengsaraan. Itulah perbedaan antara kelompok yang selamat dengan yang tidak selamat.
Penderitaan itu Tidak Terelakkan dan Perlu
Sekarang kita sampai ke bagian kesimpulan tentang penderitaan. Hal pertama yang berkaitan dengan penderitaan adalah: Penderitaan bagi orang Kristen tidak mungkin dapat dihindari. Sama seperti sinar matahari; matahari bersinar tidak hanya atas orang non-Kristen, tetapi juga bersinar atas orang Kristen. Matahari bersinar atas semua orang. Ia akan membinasakan yang satu, tetapi juga membantu pertumbuhan yang lain. Alasan mengapa satu tanaman layu terkena sinar matahari bukan semata-mata karena terik matahari itu saja. Matahari tidak memusatkan sinarnya kepada satu titik saja; ia bersinar ke segala arah. Jika ia bersinar atas tanaman yang kemudian layu, ia juga bersinar atas tanaman yang semakin subur. Jadi, sia-sia jika seseorang yang gagal lalu mengeluh, “Saya menderita lebih daripada yang lain.” Anda tidak menderita lebih daripada yang lain. Saya jamin penderitaan Anda tidak ada sepersepuluh dari penderitaan Paulus atau Kristus. Akan tetapi, perhatikanlah orang Kristen yang lemah. Ia menggerutu setiap kali ada masalah. Selalu bertanya, “Mengapa Allah berbuat ini kepada saya?” Ia melakukan hal itu kepada Anda karena Anda memang membutuhkan sinar matahari. Tidak ada tanaman yang bertumbuh tanpa sinar matahari. Anda harus dapat bertahan. Benih yang jatuh ke tanah keras juga mendapat sinar matahari. Tentu saja ia tidak perlu kuatir karena ia tidak akan berlama-lama di sana. Matahari bersinar ke segala arah. Jadi, dengan cara yang sama, di dalam hidup ini, tidak ada jalan untuk menghindari penderitaan dan aniaya. Anda dapat melarikan diri dengan mengandalkan dunia ini, tetapi itu hanya membuat Anda masuk ke dalam masalah yang lain.
Dunia ini penuh dengan tipu daya. Anda tampaknya diberikan sesuatu yang baik; lalu Anda dijerat untuk semakin jauh masuk ke dalamnya; dan pada akhirnya Anda mendapati bahwa hal iu tetap berakhir dalam penderitaan, tetapi dalam bentuk yang berbeda. Di dalam hidup ini, tidak ada tempat untuk lolos dari penderitaan, setidaknya dalam jangka panjang. Orang Kristen yang bijak sudah memahami hal itu. Ia tahu bahwa mereka yang kaya juga tidak dapat tidur nyenyak karena kuatir mungkin akan diculik demi tebusan; atau bank tempat ia menyimpan dananya ditutup; atau perusahaan asuransi yang menjaminnya bangkrut; atau harga saham-saham yang dibelinya ternyata anjlok; dan masih banyak lagi kekuatiran lainnya. Kekuatiran mereka tidak ada akhirnya. Siapa yang akan menerima warisan jika ia mati, dan apakah keluarganya akan berentam memperebutkan warisan itu nantinya? Ada yang lebih buruk lagi, yaitu mereka yang kehilangan kesihatannya sebelum menjadi kaya. Seperti yang sudah pernah saya ceritakan kepada Anda, ada beberapa orang yang mengorbankan kesihatannya untuk dapat memperoleh kekayaan, lalu kemudian, sesudah menjadi kaya, mereka menggunakan kekayaan itu untuk mengembalikan kesihatan mereka. Hal seperti ini sering terjadi.
Selanjutnya hal kedua yang perlu kita pahami sehubungan dengan penderitaan adalah ini: alasan mengapa Anda bermegah atas penderitaan adalah karena Anda tahu bahwa penderitaan itu membasmi dosa di dalam hidup Anda. Hal ini disebut di 1 Petrus 4:1:
“Barangsiapa telah menderita penderitaan badani, ia telah berhenti berbuat dosa.”
Sangatlah penting untuk memahami bahwa: penderitaan akan memangkas akar-akar dosa. Penderitaan merupakan jalan untuk membasmi lalang di dalam hidup Anda, membasmi sampai ke akarnya. Jika Anda izinkan penderitaan itu bekerja dan jika akar-akar lalang itu dihadapkan ke matahari, lalang itu akan dibasmi. Penderitaan akan memurnikan hidup Anda. 1 Petrus 1: 6,7 memberitahu kita bahwa itulah ujian bagi iman kita, seperti emas yang diuji dengan api sehingga menjadi semakin murni. Atau, jika kita kaitkan dengan perumpamaan ini, sejalan dengan semakin teriknya sinar matahari, tanaman tersebut menancapkan akarnya semakin jauh ke dalam tanah. Kualitas kehidupan rohaninya meningkat karena ia tahu bahwa ia harus bergerak lebih jauh lagi ke dalam untuk dapat menyerap semakin banyak air yang dibutuhkannya.
Yang ketiga, penderitaan pada kenyataannya adalah tanda dari kasih Allah. Sinar matahari demikian indahnya! Sinar matahari membantu pertumbuhan tanaman. Jika Anda memiliki akar, tanaman yang memiliki akar justru menikmati sinar matahari. Sangat luar biasa! Ia bertumbuh justru karena sinar matahari. Ini menggambarkan kasih Allah kepada kita, sebagai contoh di Ibrani 12:10. Kita diberitahu bahwa melalui penderitaan dan disiplin, kita dapat beroleh bagian dalam kekudusan-Nya. Tahukah Anda akan hal itu? Kekudusan hanya dapat diperoleh melalui penderitaan! Allah memberi penderitaan agar supaya “kita beroleh bagian dalam kekudusan-Nya” — supaya kita dapat menjadi serupa dengan Dia. Secara umum, Ibrani 12:3-11 berbicara tentang fakta bahwa Allah mendisiplin kita karena Ia mengasihi kita. Saya mendisiplin anak saya karena saya mengasihinya. Disiplin merupakan ungkapan kasih dan kepedulian saya. Saya tidak mendisiplin anak tetangga saya, karena itu anak orang lain. Jika anak itu nakal, seperti merusak rumahnya sendiri, itu bukan tanggung jawab saya. Saya tidak akan mendatanginya dan menegur, “Mengapa kamu merusak rumah kamu?” Jika orang tuanya tidak menghentikannya, mengapa saya harus menghentikannya? Akan tetapi, saya mempedulikan anak saya. Jika anak saya melakukan hal itu, saya akan mendisiplinnya. Hal ini akan melukai hatinya dan hati saya juga, tetapi penderitaan semacam ini merupakan ungkapan dari kasih.
Kita Dipanggil untuk Masuk dalam Persekutuan Penderitaan Yesus
Terlebih lagi, kita dipanggil untuk masuk ke dalam “persekutuan penderitaan-Nya” (Flp 3:10). Yesus berbicara tentang hal yang sama: “Barangsiapa yang ingin mengikut Aku, ia harus memikul salibnya setiap hari dan mengikut Aku.” Anda mau mengikut Yesus? Anda harus berjalan di belakangnya. Ia memikul salibnya; dan Anda memikul salib Anda. Anda mengikut dia dalam — “persekutuan penderitaan-Nya“. Hal ini sangat penting untuk dipahami. Hal ini juga mengandung berbagai macam makna:
Pertama, itu berarti bahwa ketika Anda menanggung penderitaan, maka Anda adalah muridnya. Anda mengikut jejaknya. Di 1 Petrus 2:21 dikatakan bahwa Yesus meninggalkan teladan untuk kita mengikuti jejaknya. Itu sebabnya ketika Anda menanggung penderitaan, maka Anda tahu bahwa Anda adalah seorang murid. Penderitaan adalah buktinya.
Kedua, penderitaan membuktikan bahwa kita memuliakan Kristus dengan tubuh kita. Rasul Paulus berkata bahwa ia bermegah di dalam penderitaannya. Di Filipi 1:20 ia berkata,
“Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah … Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku.”
Di mana ada orang Kristen seperti ini sekarang? Di mana kita dapat menemukan orang seperti itu? Orang sekarang hanya ingin hidupnya saja, bukan matinya. Paulus berkata, “Aku lebih suka mati.” Ia tidak takut mati karena “Kristus dimuliakan dengan matiku”. Kita melihat bagaimana ia berkeras untuk pergi ke Yerusalem sekalipun yang lain berusaha mencegahnya. Ia tidak pernah takut untuk mati. Ia akan memuliakan Allah di dalam penderitaannya.
Ketiga, kita dapati bahwa hanya melalui penderitaan kita akan dapat mengenal Yesus sampai ke tingkat yang terdalam. Dengan orang Kristen semacam inilah kita perlu bersekutu, sayangnya mereka tergolong langka. Dengan mereka, Anda dapat bersekutu sampai tingkat yang terdalam. Anda tahu mengapa? Karena mereka benar-benar mengenal Yesus. Bagaimana cara mereka mengenal Yesus? Di mana mereka mengenal dia? Di dalam kelas penderitaan! Seorang Kristen yang telah mengalami penderitaan akan memiliki kedalaman yang tidak dimiliki oleh orang Kristen lainnya. Mereka memiliki kedalaman. Mereka benar-benar mengenal Yesus — bukannya sekadar berkata, “Aku percaya padanya.” Mereka mengenal Yesus sampai ke tingkat yang terdalam. Inilah jenis orang Kristen yang sudah langka sekarang ini. Jika suatu hari nanti Anda mendapat kesempatan untuk bertemu dengan saudara-saudara seiman di China, Anda akan mengerti maksud saya. Orang yang sudah pernah mengalami sengsara di tempat kerja paksa adalah orang Kristen dengan kualitas yang berbeda. Ia bukanlah tipe orang Kristen Hari Minggu. Bukan pula orang Kristen yang gemar bertamasya. Ia adalah orang Kristen yang sudah mengalami masa kerja paksa, penderitaan, pukulan dan interogasi. Ada kualitas yang berbeda di dalam diri orang-orang ini. Mereka mengenal Yesus secara khusus.
Inilah yang Paulus rindukan. Ia berkata, “Apakah engkau ingin mengenal Yesus? Saya beritahu cara untuk mengenal Yesus. Kamu dapat mengenalnya di tempat penderitaan.” Jika Anda tidak ingin menderita, Anda tidak akan mengenal Yesus. Anda tidak akan dapat mengenal Yesus dengan memasuki sekolah Alkitab dan belajar di sana. Itu bukan tempat untuk mengenal Yesus; itu tempat untuk memperoleh pengetahuan akademis. Tidak seorang pun yang lulus dari sekolah Alkitab memiliki pengenalan akan Yesus seperti pengenalan yang dimiliki oleh Paulus, dengan cara sebagaimana yang sudah kita bicarakan. Tak seorang pun lulusan dari sekolah Alkitab yang memiliki pengenalan akan Yesus seperti saudara-saudara di China yang mungkin tidak memiliki pendidikan tinggi. Jika Anda berbicara dengan kedua macam orang ini, Anda akan melihat perbedaan seperti perbedaan di antara langit dan bumi. Mereka merupakan dua tipe orang yang berbeda sepenuhnya. Yang satu mengenal Yesus; yang satunya lagi hanya memiliki pengetahuan tentang Yesus. Perbedaannya sangatlah besar.
Yang mana yang Anda inginkan? Jika Anda ingin tahu lebih banyak tentang teologi, ada banyak toko buku Kristen di kota Anda. Beli saja beberapa buku dan bacalah. Anda ingin mendapatkan pengetahuan teologia sistematis, cari bukunya dan bacalah. Namun, Anda tidak akan mengenali Yesus lebih mendalam hanya berbekalkan buku-buku itu. Mengenal Yesus hanya dapat dilakukan di dalam kelas penderitaan, di dalam persekutuan dengan penderitaannya. Itu sebabnya mengapa di Filipi 3:10, rasul Paulus berkata,
“Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya”.
Ia meletakkan semua itu di dalam satu kalimat. Mengapa? Karena memang tidak terpisahkan. Apakah Anda ingin mengenal dia? Anda akan dapat mengenalnya di dalam persekutuan dengan penderitaannya. Itulah saat di mana Yesus menjadi lebih dekat kepada Anda; saat di mana Anda paling membutuhkan dia; dan saat di mana ia akan berbicara dengan sangat jelas kepada Anda.
Saya menyampaikan hal ini berdasarkan pengalaman. Masa tiga tahun di China, ketika saya menghadapi kelaparan dan aniaya sampai batas tertentu, merupakan saat di mana saya melangkah di dalam persekutuan yang termanis dan terdekat dengan Yesus. Di bawah tekananlah, di dalam “persekutuan dalam penderitaannya” saya mengenalnya secara mendalam — saat-saat yang jauh lebih berharga ketimbang masa belajar di sekolah Alkitab, ketimbang masa kuliah teologia. “Persekutuan dalam penderitaan-Nya!” Saya harap semua ini membantu Anda dalam memahami makna penderitaan, makna dan nilai dari penderitaan. Saat menanggung penderitaan adalah masa di mana Anda mengalami kedekatan yang paling erat dengan Yesus.
Namun, itu terjadi hanya jika Anda menancapkan akar lebih jauh ke dalam tanah. Penderitaan juga dapat menjauhkan Anda dari Tuhan, sebagaimana yang terjadi dengan dua kategori yang tidak berbuah. Penderitaan juga dapat menarik Anda kepada Allah, tergantung pada Anda, pada kondisi hati Anda. Jika Anda mengalami penderitaan, bersyukurlah kepada Allah, katakanlah, “Sekarang kesempatan saya untuk dapat mengenal-Nya.” Mendekatlah kepada-Nya. Bertahanlah di dalam Tuhan, maka Anda akan mendapati bahwa Tuhan mendampingi Anda — dalam persekutuan dengan Anda. Anda akan dapat merasakan manisnya suatu persekutuan. Anda tidak akan pernah tahu seberapa dekat Tuhan bagi Anda sampai tibanya saat penderitaan itu. Anda akan berkata, “Tuhan, saya tidak pernah tahu sebelumnya bahwa Engkau begitu dekat di sisi saya. Engkau selalu bersama saya setiap saat.” Di dalam setiap penderitaan Anda, Anda akan mendapati bahwa Ia pun ikut menderita bersama Anda.
Penderitaan berat disiapkan untuk Orang-orang pilihan
Terakhir, ada satu kategori penderitaan yang saya sendiri tidak berani menyebutkannya, karena kategori penderitaan yang satu ini disiapkan hanya untuk orang-orang pilihan Allah, bejana kemuliaan Allah. Ini adalah kesempatan istimewa untuk menanggung penderitaan yang hanya disediakan bagi mereka yang sudah ditentukan oleh Allah. Kebanyakan di antara kita tidak layak untuk menjalaninya. Anda tahu ketika Yesus memilih Paulus, inilah yang dikatakannya di Kisah 9:15-16:
“Orang ini adalah alat pilihan bagi-Ku untuk memberitakan nama-Ku” dan “Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.”
Apakah Anda ingin menjadi alat pilihan? Itu dia! Saya sudah mendengar banyak orang yang berkata, “Tidak adil. Allah memilih Paulus.” Apakah Anda bersedia menanggung penderitaan hebat? Anda dapat saja menjadi Paulus yang berikutnya. Anda berpeluang untuk itu. Namun, sebelum saatnya tiba, jangan terlampau yakin akan hal itu. Hal lainnya adalah, jika Dia memilih Anda, Anda akan memikul beban salib yang luar biasa beratnya di pundak Anda. Paulus adalah jenis orang yang bermegah di dalam kesengsaraan. Yesus memilih dia dan berkata, “Aku sendiri akan menunjukkan kepadanya, betapa banyak penderitaan yang harus ia tanggung oleh karena nama-Ku.”
Saya teringat pada Wang Ming Dao sebelum ia masuk ke penjara. Ia berkata, “Saya tidak layak untuk menderita bagi Kristus.” Ia terus menerus berkata bahwa ia tidak layak untuk menderita bagi Kristus. Mungkin ia menyadari poin ini: dipanggil untuk menderita bagi Kristus adalah suatu kesempatan yang sangat istimewa, yang tidak diberikan kepada sembarang orang. Orang-orang Kristen di China tahu persis akan hal ini. Akhirnya Wang Ming Dao mendapat kesempatan istimewa ini. Apakah ia masih hidup sekarang ini, kita tidak tahu persis. Akan tetapi, ia memahami bahwa ini adalah kesempatan istimewa yang tidak diberikan kepada sembarang orang.
Apakah Anda melihat hal ini sebagai suatu kesempatan istimewa? Apakah mata Anda terbuka untuk memahami makna penderitaan? Jika ya, Anda akan menjadi bagian dari mereka yang tidak saja menghasilkan buah, tetapi menghasilkan sampai tigapuluh, enampuluh atau bahkan seratus kali lipat!