Pastor Boo | Wahyu 3:7-8 |

Kita akan mempelajari mempelajari beberapa hal penting dari jemaat di Filadelfia. Kita mulai dengan Wahyu 3:7-8,

7 “Dan, kepada malaikat jemaat di Filadelfia tuliskanlah: Inilah perkataan dari Yang Kudus dan Yang Benar, yang memegang kunci Daud, yang membuka dan tidak seorang pun dapat menutupnya; yang menutup dan tidak seorang pun dapat membukanya: 8  Aku tahu perbuatan-perbuatanmu. Lihatlah, aku telah membukakan pintu bagimu, yang tidak seorang pun dapat menutupnya karena kekuatanmu kecil, tetapi kamu telah menaati firmanku dan tidak menyangkal namaku. (Wahyu 3:7-8 AYT)


Pintu kepada Bapa itu terbuka

Poin yang pertama berkenaan dengan jaminan karena jika pintu itu terbuka bagi kita, ini berarti kita sekarang mendapat kesempatan untuk memasuki Kerajaan-Nya. Jika pintu itu tertutup bagi kita, habislah kita! Jadi inilah hal yang dimaksudkan oleh Yesus kepada jemaat di Filadeldia, “Pintu menuju Kerajaan itu terbuka; sekarang kalian memiliki akses kepada Bapa. Anda bisa berkomunikasi dengan Allah. Koneksinya sudah diteguhkan.”

Jalur hubungan ini sangat dibutuhkan karena — jika melihat latar belakang jemaat di Filadelfia — mereka sedang melewati masa yang sangat berat dalam hubungan mereka dengan orang-orang Yahudi. Kalangan orang Yahudi menolak murid-murid Yesus. Para murid tidak diizinkan masuk ke dalam sinagog karena mereka dianggap sesat. Sentimen ini bertahan sampai zaman sekarang jika anda berkunjung ke lingkungan ultra-religius di Israel. Semangat permusuhan kepada para pengikut Yesus masih sangat membara di sana.

Salah satu hal yang perlu kita pahami adalah bahwa para murid Yesus dan orang-orang Yahudi dulu memakai Kitab Suci yang sama. Kita tidak sedang membahas dua kalangan dengan Kitab Suci yang berbeda. Sebagaimana yang kita ketahui, Perjanjian Baru pada masa itu masih belum dikanonkan. Zaman itu masih belum ada rangkaian tulisan yang digabung menjadi Perjanjian Baru. Jadi, kedua kalangan ini mempelajari Kitab Suci yang sama. Para murid Yesus bisa memahami bahwa isi Kitab Suci mengacu pada Yesus sebagai Mesias, tetapi orang-orang Yahudi yang membaca Kitab Suci yang sama tidak bisa memahami hal itu. Demikianlah, kita bisa saja membaca Alkitab yang sama, tetapi sampai pada kesimpulan yang berbeda. Lalu bagaimana kita bisa tahu mana yang benar dan yang salah?

Dalam hal ini, kemampuan mengetahui mana yang benar sangatlah penting karena berkaitan dengan masalah keselamatan. Kita sedang berbicara tentang sesuatu hal yang paling mendasar di sini. Orang-orang Yahudi tidak dapat memahaminya sehingga mereka menolak Yesus sebagai Mesias. Kita bisa menyaksikan hal ini dari kita Kisah Para Rasul. Orang-orang Yahudi mulai memberikan laporan kepada pihak penguasa Romawi tentang pengikut Yesus ini. Mereka memberitahu pihak Romawi bahwa para murid ini bukanlah bagian dari mereka, terutama orang Yahudi yang mempercayai Yesus sebagai Mesias. Demikianlah, perkembangan ini bisa membuat para pengikut Kristus menjadi sasaran penganiayaan dari negara.

Jemaat di Filadelfia menghadapi penolakan kemanapun mereka pergi. Dengan kata lain, mereka benar-benar terpinggirkan; semua pintu sudah tertutup bagi mereka. Itu sebabnya Yesus berkata kepada mereka, “Jangan kuatir bila semua pintu tertutup untukmu. Yang terpenting adalah bahwa pintu kepada Bapa itu terbuka dan tetap terbuka. Bahkan sekarang ini, kamu bisa masuk ke dalam hadirat-Nya.” Sungguh suatu jaminan dan penghiburan yang luar biasa!

Banyak orang bisa bersikap negatif terhadap kita, namun hal yang terpenting adalah bahwa pintu kepada Bapa itu terbuka. Namun jika pintu kepada Bapa itu tertutup, saya rasa tak peduli apa pun yang kita lakukan, riwayat kita sudah tamat. Jadi ini adalah poin yang sangat penting untuk saya utarakan.

Nah, kepada siapakah “pintu yang terbuka” ini berlaku? Kepada mereka yang menaati firman Yesus. Kata “ku” di sini sangatlah penting. Seperti yang sudah saya sampaikan, para murid dan orang-orang Yahudi pada zaman itu membaca Kitab Suci yang sama. Anda akan melihat bahwa Yesus tidak berkata, “Kamu telah menaati Kitab Suci,” karena jika orang-orang Yahudi mendengar hal ini, mereka akan berkata, “Kami juga menaati Kitab Suci.” Namun yang dikatakan oleh Yesus adalah, “Kamu telah menaati firmanku dan tidak menyangkal namaku.” Jadi, kata “ku” di perikop ini sangatlah penting. Kata tersebut terkait dengan Yesus. Bukan hanya terkait dengan ajarannya, tetapi juga kehidupannya. Dengan kata lain, mereka menjadi semakin serupa dengan Kristus di dalam perilaku mereka, di dalam pembawaan mereka, dan di dalam pengajaran mereka tentang firman Yesus.

Sekalipun jemaat di Filadelfia menghadapi penolakan kemanapun mereka berpaling, mereka tetap saling mengasihi satu sama lain dan juga saling mendukung sesama jemaat. Mereka saling menjaga semangat jemaat yang lain untuk bertahan di dalam Kristus dan saling menolong sejauh yang mereka mampu. Jadi anda bisa melihat keindahannya di dalam hal ini: sebuah komunitas tertindas yang terus melanjutkan kehidupan mereka di dalam kasih Allah. Mereka tidak menjadi ketakutan. Sebaliknya, mereka memiliki dinamika kasih Allah, bergerak menjangkau orang lain kemanapun mereka pergi, entah di pasar atau di lingkungan sekitar mereka. Jadi kita bisa melihat keindahan gambarannya di dalam jemaat ini. Walaupun jemaat sedang berada di bawah tekanan berat, dan bahaya menjadi martir sangatlah besar, mereka terus menuruti firman Yesus. Hasilnya, pintu kepada Bapa tetap terbuka untuk mereka.


Ketekunan – bertahan teguh walau banyak tekanan

Karena kamu telah memelihara firman ketekunanku, aku akan memeliharamu dari masa kesusahan yang akan datang ke seluruh dunia, untuk menguji mereka yang tinggal di bumi. (Wahyu 3:10)

Perhatikan sekali lagi kata penting “ketekunan” karena kita tidak sedang membicarakan daya tahan atau tekad manusia. Petrus dan para rasul lainnya mengira bahwa mereka memiliki daya tahan itu, tetapi ketika pencobaan datang, mereka gagal! Jemaat merenungkan kehidupan Yesus, dan memahami cara dia menjalankan pelayanannya, dan secara khusus, cara dia berhubungan dengan Allahnya yang memberi dia kuasa untuk tetap teguh sampai ke kayu salib. Kita memiliki keuntungan dari empat catatan Injil, tetapi kita tidak tahu Injil yang mana yang ada pada jemaat di Filadelfia.

Dalam bahasa Yunani, kata yang diterjemahkan dengan kata “tekun” ini berarti: teguh bertahan walau banyak tekanan yang dihadapi. Sama seperti seorang prajurit yang tetap bertahan sekalipun di sudah dikepung oleh pasukan musuh. Mengapa? Karena mereka mengasihi Yesus dan ingin menuruti segala yang sudah dia ajarkan kepada mereka.

Masalah keteguhan dalam menghadapi tekanan ini merupakan aspek yang sangat penting di dalam Kitab Wahyu. Saya tidak tahu apakah anda ingat pada peristiwa pada tahun 1986 ketika pesawat ulang-alik Challenger diluncurkan. Itu adalah momen yang sangat mengasyikkan dan disiarkan langsung ke seluruh dunia. Tayangan yang ditonton berubah jadi mengerikan, pesawat ulang-alik itu meledak di angkasa. Semua astronotnya tewas. Belakangan dilakukan suatu penyelidikan. Tentu saja ada banyak hal yang harus dipertanggungjawabkan oleh orang-orang yang terlibat dalam proyek ini. Akan tetapi, ada satu orang yang bebas dari kesalahan sama sekali. Nama orang ini adalah Allan McDonald yang baru-baru ini meninggal dunia.

Dia bertanggungjawab atas roket pendorong. Sebelum mereka meluncurkan Challenger, Allan harus menandatangani dan memastikan bahwa Challenger aman untuk terbang. Dia bercerita bahwa dia mengalami banyak tekanan untuk menandatangani dan menyetujui peluncuran. Akan tetapi, menurut opini profesionalnya, Challenger belum lolos uji. Dia menghadapi dua pilihan: apakah akan menandatangani formulir dan membiarkan tujuh orang astronot yang disiapkan untuk berangkat itu menghadapi resiko bahaya, atau menolak menandatangani formulir dan menghadapi resiko kehilangan pekerjaan, karir dan kehidupan nyaman yang sudah dia bangun untuk istri dan keempat anaknya. Dia menolak untuk menandatangani dan bersedia menerima segala akibatnya. Ketika Challenger meledak, hal ini merupakan konfirmasi bahwa opini profesionalnya memang benar.

Para murid di Filadelfia harus bertahan teguh dan menerima segala akibatnya. Ini bisa berarti bahwa mereka akan kehilangan pekerjaan dan karirnya, atau bahkan kehidupan nyaman yang sudah mereka bangun. Mereka bersedia menerima segala akibatnya. Inilah yang disebut sebagai mencintai kebenaran. Jika kita ingin berbicara tentang hal mengasihi kebenaran, kita harus bertahan teguh pada, misalnya, monoteisme alkitabiah. Di Wahyu 3:12, empat kali Yesus menyebut Bapa sebagai “Allahku”. Di dalam ayat 2, kata “Allahku” juga muncul di sana. Sebagian orang tidak akrab dengan fakta bahwa Yesus memiliki Allah dan Dia adalah Bapanya. Jadi bahkan di bagian ini, Yesus berbicara sebagai manusia yang sudah dimuliakan oleh Allah dan sekarang berada di sebelah kanan Bapa.

12 Ia yang menang, aku akan menjadikannya tiang penyangga Bait Suci Allahku, dan ia tidak akan pergi lagi dari situ; dan aku akan menuliskan padanya nama Allahku dan nama kota Allahku, yaitu Yerusalem baru, yang itu turun dari surga, dari Allahku, dan namaku yang baru. (Wahyu 3:12)

Kembali ke urusan daya tahan, kadang-kadang kita harus membuat pilihan yang berat, dan pada saat itulah banyak orang yang mundur karena takut akan akibatnya. Jika kita membuat pilihan yang benar, Yesus berkata, “pintu itu terbuka” karena anda bersedia menerima segala akibatnya. Mulai sekarang, segala yang anda butuhkan disediakan dari surga. Bapa akan memenuhi segala kebutuhan anda. Bapa yang akan menghibur anda, dan Yesus yang akan mendampingi anda.


Berjuang untuk masuk – berebut untuk masuk ke dalam Kerajaan

23 Dan ada seorang yang berkata kepadanya: “Tuan, sedikit sajakah orang yang diselamatkan?” 24Jawab Yesus kepada orang-orang di situ: “Berjuanglah untuk masuk melalui pintu yang sesak itu! Sebab aku berkata kepadamu: Banyak orang akan berusaha untuk masuk, tetapi tidak akan dapat. (Lukas 13:23-24)

Dalam satu hal, pintu ini terbuka bagi semua orang. Akan tetapi, upaya untuk masuk ke dalam Kerajaan adalah urusan yang berbeda, dan ternyata sangat berat. Anda harus berebut untuk bisa masuk karena itulah makna dari kata Yunani yang diterjemahkan dengan “berjuang”. Sekalipun kita memiliki hasrat untuk masuk ke dalam Kerajaan, hasrat itu saja masih belum cukup. Akan tetapi, di gereja zaman sekarang, sekadar bisa diselamatkan saja sudah dianggap cukup. Hanya perlu berkata, “Ya,” dan mereka akan membaptis anda. Sedangkan makna berebut itu artinya anda harus berkorban habis-habisan untuk bisa masuk. Karena ini adalah jalan yang sempit, maka anda perlu membuang banyak beban yang akan memberatkan langkah anda atau bahkan menghalangi kemajuan anda. Jalan menuju Kerajaan itu melibatkan kesukaran (Kis 14:22). Jadi, selama pintu itu masih terbuka, saya harap kita benar-benar memakai kesempatan ini dan melangkah memasukinya dengan penuh tekad karena ini adalah urusan hidup dan mati.


Melalui kematian Yesus kita bisa masuk ke dalam hadirat Allah

19Jadi, saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke dalam tempat kudus, 20karena ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup bagi kita melalui tabir, yaitu dirinya sendiri, 21dan kita mempunyai seorang Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. 22Karena itu marilah kita menghadap Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh dengan air yang murni. (Ibrani 10:19-22)

Yesus sudah membuka jalan menuju Bapa. Ayat 19-20 disebutkan bahwa ini adalah jalan yang baru dan yang hidup bagi kita yang dibuka melalui tabir, yaitu dirinya sendiri. Jadi melalui kematian Yesus kita bisa masuk ke dalam hadirat Allah. Penulis surat kepada orang Ibrani ini berbicara kepada mereka yang sedang menanggung penderitaan bagi Yesus. Dengan cara itulah mereka mengalami betapa dekatnya Allah itu.

Ada beberapa orang Kristen dari China yang memberi kesaksian bahwa ketika mereka di China, mereka sangat miskin, tetapi mereka semua berkata, “Wow, Allah sungguh dekat dengan mereka. Mereka bisa berdoa kepada Allah dan Dia menjawab doa mereka.” Seorang saudari seiman bersaksi bahwa Yesus selalu meneguhkan semangatnya dan bahwa Yesus begitu nyata baginya. Akan tetapi, ketika dia datang ke Kanada bersama keluarganya dan menikmati kehidupan yang nyaman dengan gaji yang tinggi, dia mengaku bahwa dia tidak lagi mengalami Allah. Pintunya tertutup. Saya bukan menyatakan bahwa datang ke Kanada adalah hal yang buruk. Jika memang demikian halnya, berarti pintu untuk saya tertutup juga.

Jadi anda bisa memahami persoalannya. Kita memiliki kontras antara jemaat di Filadelfia dan jemaat di Sardis. Perbedaannya adalah: yang satu mati, yang satu lagi hidup. Dalam kasus jemaat di Sardis, pintunya tertutup. Namun dalah kasus jemaat di Filadelfia, pintunya terbuka. Mengapa? Kita harus ingat ucapan ini, “menaati firmanku” dan “memelihara firman ketekunanku “. Saat kita menikmati kenyamanan hidup, akan sangat mudah kehilangan daya tahan rohani. Seperti yang sudah kita lihat minggu lalu, ini adalah masalah rasa puas diri.


Jemaat di Filadelfia sangat setia

Mari kita kembali ke Wahyu 3:7-8, “Lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu.” Dalam tata bahasanya, dalam bahasa Yunani, bentuk yang dipakai adalah perfect tense. Berarti peristiwa ini terjadi di masa lampau, tetapi hasilnya masih berlanjut sampai sekarang. Ini berarti bahwa sampai dengan saat itu, pintunya selalu terbuka bagi jemaat di Filadelfia. Dengan kata lain, para murid di Filadelfia sejak awal sudah setia. Mereka tidak pernah meninggalkan kesetiaan mereka kepada Yahweh. Itu sebabnya pintu selalu terbuka.

Saya harap kita bisa memperoleh jaminan semacam ini dari Yesus sendiri. Saat kita gelisah, kuatir, menghadapi masalah atau ketidakpastian, ada akses kepada Allah. Kita bisa mengalami bagaimana Tuhan sanggup memimpin kita dengan Firman-Nya mengenai masalah tersebut. Hal inilah yang menguatkan kita serta mendorong kita untuk terus melangkah. Jadi sangatlah penting untuk bertanya kepada Yesus, “Apakah pintu kepada Bapa terbuka untuk saya?” Kita perlu menerapkan ayat ini secara pribadi dan dalam pengalaman praktis.

Saya harap kita mulai memahami apa itu jaminan yang alkitabiah. Ini bukanlah hal yang disampaikan oleh pastor kepada anda. Juga bukan hal yang disampaikan oleh orang Kristen lainnya kepada anda. Ini adalah hal yang disampaikan oleh Allah sendiri kepada anda, entah anda sudah memiliki akses kepada-Nya atau belum. Saya rasa kita seharusnya sudah tahu jika kita jujur kepada Dia.

 

“Kekuatan kecil” itu mengacu pada urusan sosial bukan urusan rohani

8  Aku tahu segala pekerjaanmu: Lihatlah, Aku telah membuka pintu bagimu, yang tidak dapat ditutup oleh seorang pun. Aku tahu bahwa kekuatanmu tidak seberapa, namun engkau menuruti firman-Ku dan engkau tidak menyangkal nama-Ku.
(Wahyu 3:8 TBR)

Dengan sisa waktu yang ada, mari kita lanjutkan dengan poin yang kedua. Dalam ayat 8, pertanyaan yang ingin kita ajukan adalah: Apakah mungkin menuruti firmannya, tetapi memiliki kekuatan yang tidak seberapa?

Kita akan berpikir bahwa jika kita menuruti Firman, kita seharusnya cukup kuat secara rohani. Inilah yang dikatakan oleh Yohanes kepada orang-orang muda, “karena kamu kuat dan firman Allah diam di dalam kamu” (1 Yoh 2:14). Di sini tampaknya kita menemukan suatu kontradiksi. Bagaimana mungkin mereka selalu menuruti firman, tetapi hanya memiliki kekuatan yang kecil? Nah, jawabannya adalah karena kekuatan yang dibicarakan itu bukan kekuatan rohani. Secara rohani mereka kaya, tetapi secara sosial mereka hanya memiliki kekuatan kecil. Anda juga melihat hal yang sama pada jemaat di Smirna.

Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu  —  namun engkau kaya  —  dan fitnah mereka, yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian: sebaliknya mereka adalah jemaah Iblis. (Wahyu 2:9)

Jemaat di Smirna mengalami kesukaran yang sama dengan jemaat di Filadelfia. Kita tahu mengapa mereka menjadi miskin. Mereka tidak bisa bergabung dengan berbagai serikat dagang karena ada masalah penyembahan berhala; mereka tidak bisa menyembah kaisar dan mereka juga ditolak oleh kalangan Yahudi, sehingga mereka bisa menjadi sasaran penganiayaan dari negara. Orang-orang Yahudi memiliki serikat dagang mereka sendiri karena mereka tidak mau menyembah berhala. Jadi sangat mudah bagi orang-orang Yahudi untuk saling menolong. Para murid Yesus tidak bisa bergabung dengan serikat dagang mana pun. Hal ini mempengaruhi pekerjaan dan upah mereka, dan akibatnya mereka menjadi miskin.

Yesus berkata, “Namun secara rohani engkau kaya.” Memang jelas bahwa orang miskin tidak memiliki kekuatan sosial. Jika mereka bermasalah dengan hukum, mereka tidak bisa menyewa pengacara. Orang miskin berada dalam posisi lemah di dalam banyak hal. Kemiskinan ini berdampak pada status sosial mereka, dan mereka dipandang sebagai orang rendahan tanpa kelas. Jadi, dalam pemahaman ini, kekuatan mereka memang tidak seberapa.

Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat. (2 Korintus 12:10)

Paulus berkata bahwa dia senang dan rela berada dalam kelemahannya. Dia tidak sedang mengacu pada kelemahan jasmaninya saja. Dia melanjutkan dengan menyebut tentang penghinaan, suatu hal yang akan kita dapatkan jika masyarakat menolak kita. Kemudian tentang kesesakan atau tekanan, tekanan di tempat kerja, dari masyarakat dan dari lingkungan sekitar. Mereka yang datang kepada Yesus mendapatkan tekanan dari keluarga mereka juga.

Saya sudah pernah sampaikan kesaksian bahwa pada masa generasi saya dulu, setiap orang yang menjadi Kristen di Malaysia harus berkorban banyak. Dia bisa saja diusir dari keluarganya, atau mungkin dipukuli oleh keluarganya. Jadi kami semua mengerti apa artinya menjadi Kristen. Di beberapa negara, pihak keluarga orang yang menjadi Kristen bisa sampai mengancam untuk membunuh individu tersebut. Demikianlah, jemaat lalu menjadi keluarga barunya jika dia berhasil lolos dari maut. Kita mungkin mengira bahwa mereka yang berasal dari keluarga Kristen akan memiliki peluang yang lebih baik, tetapi ketika anak mereka yang sudah dewasa berniat untuk melayani Allah secara full-time, orang tuanya mendadak marah karena mereka sudah merencanakan jalur karir untuk si anak. Ada yang diharapkan menjadi dokter; ada yang diharapkan menjadi pengacara dan ada juga yang diharapkan menjadi pengusaha. Semua itu memang profesi terhormat. Demikianlah, anda memiliki masalah “keluarga berencana” di sini! Mereka yang yang berasal dari keluarga Kristen juga mengalami penderitaan. Tidak masalah jika anda hanya menjadi orang percaya dan beribadah ke gereja, tetapi jika anda ingin mengabdikan diri sepenuhnya kepada Allah, mereka langsung menolaknya! Anda bisa melihat adanya kemunafikan di sini.

Paulus menuliskan semua ini untuk kita juga. Di ayat ini anda melihat ungkapan, “di dalam siksaan, di dalam kesukaran.” Yang dimaksudkan dengan kesukaran di sini terkait dengan, misalnya, masalah keuangan. Jika anda miskin, anda akan menghadapi berbagai kesukaran dalam memenuhi kebutuhan pribadi maupun keluarga, termasuk kebutuhan pelayanan.

Lalu dia melanjutkan dengan berkata, “aku mengalami semua ini oleh karena Kristus.” Dia tidak berusaha untuk menjadi pahlawan, dia tahu realitas penting bahwa “Jika aku lemah, maka aku kuat.” Dia berfungsi dengan kuasa Allah. Dialah yang menjadikannya kuat. Jadi, jemaat di Filadelfia kuat secara rohani, tetapi secara sosial tidak memiliki kekuatan.


Saat mengalami penganiayaan, Yesus akan membalikkan keadaan

Lihatlah, beberapa orang dari jemaah Iblis, yaitu mereka yang menyebut dirinya orang Yahudi, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, melainkan berdusta, akan kuserahkan kepadamu. Sesungguhnya aku akan menyuruh mereka datang dan tersungkur di depan kakimu dan mengaku, bahwa aku mengasihi engkau. (Wahyu 3:9)

Saat kita dianiaya, Yesus akan membalikkan keadaan. Untuk semua ketidakadilan yang diperbuat oleh orang-orang Yahudi kepada para murid di Filadelfia, Yesus berkata bahwa mereka akan datang tersungkur di depan kaki para murid. Namun, firman ini berkenaan dengan kedatangannya yang kedua. Ungkapan tersungkur di depan kaki adalah pernyataan yang diambil dari Yesaya pasal 60.

13Kemuliaan Libanon, yaitu pohon sanobar, pohon berangan dan pohon cemara, akan dibawa bersama-sama kepadamu, untuk mempersemarak tempat bait kudus-Ku, sebab Aku hendak memuliakan tempat kaki-Ku berjejak. 14Anak-anak orang-orang yang menindas engkau akan datang kepadamu dan tunduk, dan semua orang yang menista engkau akan sujud menyembah telapak kakimu; mereka akan menyebutkan engkau “kota YAHWEH,” “Sion, milik Yang Mahakudus, Allah Israel.” (Yesaya 60:13-14)

Hal ini berkenaan dengan Bait Allah yang akan ditegakkan lagi oleh Allah, peristiwa yang mengacu pada akhir zaman. Ayat 14 merujuk pada bangsa-bangsa asing. Mereka menindas bangsa Israel dan di ayat ini disebutkan, “Anak-anak orang-orang yang menindas engkau akan datang kepadamu dan tunduk, dan semua orang yang menista engkau akan sujud menyembah telapak kakimu; mereka akan menyebutkan engkau ‘kota YAHWEH,’

Dengan kata lain, Yerusalem Baru yang dibicarakan oleh Yesus dalam Wahyu 3:12 adalah tempat di mana semua bangsa akan mengenali hadirat Allah Yahweh. Namun ini adalah peristiwa masa depan. Berikut adalah hal yang disampaikan oleh Yesus kepada jemaat di Tiatira:

26   Dan, kepada orang yang menang dan melakukan pekerjaan-pekerjaanku sampai akhir, aku akan memberikan kuasa atas bangsa-bangsa, 27  dan mereka akan memerintah bangsa-bangsa itu dengan tongkat besi, dihancurkan berkeping-keping seperti tembikar tukang periuk, karena aku juga telah menerima kuasa dari Bapaku. (Wahyu 2:26-27)

Anda masih harus mengikuti kehidupan dan firmannya sampai pada kesudahannya. Kemudian Yesus berkata, “Aku akan memberikan kuasa atas bangsa-bangsa.” Orang-orang Yahudi akan melihat pada hari itu, pada masa depan nanti, bahwa orang-orang yang mereka tindas berbalik menjadi penguasa atas bangsa-bangsa. Kemudian orang-orang Yahudi ini akan bersujud di hadapan mereka. Tentu saja, orang-orang kudus tersebut tidak akan membalas dendam. Mereka yang menindas akan mengetahui siapa yang benar dan siapa yang salah, dan mereka akan merendahkan diri serta memuliakan Allah. Orang-orang kudus juga akan memuliakan Allah karena penebusan serta pembenaran yang datang dari Dia.

Tentu saja kita bisa bersukacita pada masa hidup kita sekarang ini, ketika mereka yang menindas orang-orang kudus berpaling kepada Yahweh dan memohon pengampunan. Ini adalah cara untuk merendahkan diri saat anda benar-benar menyesal dan meminta maaf. Memang selalu ada harapan bahwa orang-orang akan datang kepada Allah pada masa sekarang, jadi kita tidak harus mengartikannya sebagai peristiwa yang hanya berlaku pada masa depan. Namun hal yang terpenting adalah: urusan kita adalah untuk tetap setia kepada Firman, khususnya firman Yesus. Mungkin mereka yang menentang anda bisa melihat terang pada masa hidup mereka. Mereka bisa melihat realitas dari keadilan, kasih dan kemurahan Yahweh pada masa sekarang. Lalu mereka akan datang dan berkata, “Saya tidak menyadari sebelumnya bahwa saya sangat keliru.”

Saya ingat pada seorang tante yang sangat keras mengritik kami karena menurut dia, kami melakukan kekeliruan dalam menjalankan pelayanan. Beberapa tahun kemudian, kami bertemu dengan dia lagi. Saat kami melihat dia, kami bersiap menyabarkan diri. Ternyata dia tersenyum dan dengan nada halus berkata bahwa dia menyesal sudah menimbulkan banyak kesulitan buat kami. Dia lalu bercerita sedikit tentang dirinya. Demikianlah, kami merasa sangat lega. Kami bisa menyaksikan bagaimana Tuhan bekerja di dalam hidupnya. Suatu pengalaman yang indah melihat bagaimana mereka yang pernah memusuhi anda karena Injil yang anda bawakan, belakangan menyadari bahwa mereka keliru dan bersedia untuk berdamai kembali.

Hal ini mengingatkan kita pada Paulus, bukankah begitu? Dulunya dia menganiaya orang-orang Kristen, belakangan – dengan campur tangan Yesus – dia menyadari bahwa apa yang dulu dia lakukan itu salah.

Demikanlah, saya harap ini bisa menjadi pengalaman kita, tetapi kita harus tetap setia. Itu saja! Selebihnya terserah kepada Allah Yahweh. Jadi, Yahweh akan terus bekerja dan jika orang tersebut peka terhadap Yahweh, dia mungkin akan berbalik arah, dari lawan menjadi kawan. Ini adalah salah satu imbalan dari Injil, bukankah demikian? Tidak ada kaitannya dengan uang. Ini merupakan imbalan dalam wujud sukacita melihat musuh anda menjadi sahabat anda dan juga sahabat Allah dan Kristus Yesus. Kiranya Yahweh senantiasa meneguhkan hati kita.

 

Berikan Komentar Anda: