Pastor Eric Chang | Lukas 13:6-9 |

Kita akan melanjutkan pembahasan tentang pengajaran Yesus dan meneliti perumpamaannya di Lukas 13:6-9 yang kita kenal sebagai perumpamaan tentang pohon ara yang mandul, atau pohon ara yang tidak berbuah. Untuk menangkap latar belakang dari perumpamaan ini, mari kita baca dari Lukas 13:1.

1  Di situ, ada beberapa orang yang memberitahu Yesus tentang orang-orang Galilea yang darahnya dicampurkan Pilatus dengan kurban persembahan mereka.
2 Jawab Yesus kepada mereka, “Apakah kamu mengira orang-orang Galilea ini lebih berdosa daripada orang-orang Galilea lainnya karena mereka menderita seperti itu?
3 Aku mengatakan kepadamu, tidak. Akan tetapi, jika kamu tidak bertobat, kamu semua juga akan mati.
4 Atau mengenai kedelapan belas orang yang mati, ketika menara di dekat kolam Siloam jatuh dan menimpa mereka, apakah kamu mengira mereka adalah pendosa yang lebih buruk daripada semua orang yang tinggal di Yerusalem?
5 Aku berkata kepadamu, tidak. Akan tetapi, jika kamu tidak bertobat, kamu semua juga akan mati!”
6  Yesus juga menceritakan perumpamaan ini: “Ada seseorang yang mempunyai sebatang pohon ara yang ditanam di kebun anggurnya. Akan tetapi, saat ia datang untuk mencari buah pada pohon itu, ia tidak menemukannya.
7 Jadi, ia berkata kepada tukang kebunnya, ‘Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini, tetapi aku belum pernah menemukan satu pun. Tebang saja pohon itu! Mengapa harus menyia-nyiakan tanah untuk pohon itu?’
8 Akan tetapi, tukang kebun itu menjawab, ‘Tuan, berikan pohon itu kesempatan lagi tahun ini untuk berbuah. Biarlah aku menggali tanah di sekitarnya dan memberinya pupuk,
9 mungkin pohon itu akan menghasilkan buah tahun depan. Jika tidak berbuah juga, Tuan bisa menebangnya.’”


Perumpamaan ini Berbicara tentang orang Kristen

Di dalam perumpamaan ini disebutkan tentang pohon ara yang mandul. Tentu saja, pertanyaan yang muncul adalah, apa arti pohon ara ini? Apa yang mau disampaikan oleh Yesus melalui perumpamaan ini? Minggu lalu kita sudah membahas perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh, dan Anda akan melihat nanti adanya suatu urut-urutan perkembangan di dalam penyusunan semua perumpamaan ini. Ada banyak kemiripan antara perumpamaan ini dengan perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh. Keduanya berbicara tentang kehidupan rohani yang tidak berbuah yang berakhir dengan penebangan.

Akan tetapi, ada juga beberapa poin penting yang berbeda, yaitu ada beberapa pokok yang terdapat di dalam perumpamaan ini yang tidak ada di dalam perumpamaan yang lain. Dalam perumpamaan ini, kita menemukan dua perbedaan yang mendasar. Perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh berlaku atas semua orang, yaitu terhadap orang Kristen dan juga non-Kristen. Ia adalah perumpamaan dengan cakupan yang sangat luas, sangat cocok jika disampaikan dalam kebaktian penginjilan karena dapat diterapkan pada semua orang. Akan tetapi, perumpamaan tentang pohon ara yang mandul cakupannya dipersempit dan hanya menjangkau orang percaya atau orang Israel saja. Jadi, penerapannya tidak diarahkan kepada semua orang, melainkan hanya kepada mereka yang tergolong umat Yahudi dan umat Israel yang baru, yakni gereja.


Masa Kasih Karunia ada Batasnya

Perbedaan yang kedua adalah: orang kaya yang bodoh itu tidak ada yang membela perkaranya, sedangkan umat Allah, Israel dan gereja, ada tokoh yang bersyafaat atau meminta penundaan hukuman, “Jangan tebang dulu”. Yohanes Pembaptis berkata kepada orang Yahudi, “Kapak sudah disediakan di akar pohon.” Tindakan penghakiman akan berjalan dengan sangat cepat. Ketika penghakiman Allah turun, sang pembela, perawat kebun itu berkata, “Saya mohon, tundalah hukumannya sedikit lagi. Berilah waktu sedikit lagi kepada pohon itu, sedikit waktu saja.”

Hal pertama yang perlu diingat adalah perumpamaan ini berbicara tentang gereja, yaitu tentang Anda dan saya. Yesus sedang berbicara mengenai kita, orang Kristen (perumpamaan tentang orang kaya yang bodoh berbicara tentang semua orang, yang Kristen dan yang non-Kristen). Pokok kedua yang disampaikan dalam perumpamaan kali ini adalah sekalipun ada yang membela kita, tetapi waktu yang tersisa sangat singkat. Masa kasih karunia ada batasnya.


Orang Kristen akan Dihakimi!

Poin selanjutnya merupakan sesuatu yang tampaknya gagal dipahami oleh banyak orang Kristen, yaitu penghakiman adalah kenyataan yang harus dihadapi oleh gereja, sama seperti yang akan dihadapi oleh orang non-Kristen. Ada kesalahan yang meluas sekarang ini, yaitu anggapan bahwa orang Kristen tidak akan dihakimi. Jika saya tidak keliru membaca Alkitab saya, tidak saya temukan ajaran semacam ini. Apa yang dikatakan oleh Alkitab adalah orang Kristen akan dihakimi lebih berat daripada orang non-Kristen. Sebagaimana yang dikatakan oleh Allah kepada orang Israel, “Dari segala umat di dunia, engkau, dan hanya engkau saja yang Kupilih. Jadi, Aku akan menghakimi engkau” (bdk. Ul 7:6-10). Dengan kata lain, “Karena engkau adalah umat-Ku, maka standar-Ku bagimu jauh lebih tinggi daripada umat lain. Aku menuntut lebih darimu ketimbang dari umat lain yang tidak mengenal Aku.” Pernyataan ini sangat mudah untuk dipahami. Namun hari ini, kita terus menerus diajari dan dijamin dan dibius, dengan ajaran bahwa Israel atau gereja Allah tidak akan mengalami penghakiman. Aneh sekali! Jika demikian halnya, mengapa Petrus berkata di dalam suratnya bahwa penghakiman itu dimulai dari jemaat Allah (1Ptr 4:17)? Penghakiman dimulai dari dalam gereja!

Sudah saatnya penghakiman dimulai dari keluarga Allah. Dan, jika penghakiman Allah dimulai dari kita, bagaimanakah nasib orang-orang yang tidak taat kepada Injil Allah?


Mengapa ada Pohon Ara di tengah Kebun Anggur?

Mari saya uraikan perumpamaan ini kepada Anda, diawali dari Lukas 13:6, sehingga kita dapat memperoleh gambaran yang jelas dari perumpamaan ini. “Ada seseorang yang mempunyai sebatang pohon ara yang ditanam di kebun anggurnya.” Pohon ara dan pohon anggur seringkali disebutkan bersama-sama di dalam Perjanjian Lama. Kedua jenis pohon ini cukup sering disebutkan secara bersamaan. Hal ini menunjukkan bahwa keduanya biasa ditanam bersama-sama. Ada banyak contoh, tetapi kita akan mengambil dari satu kitab saja, yaitu kitab Yoel. Alasan saya untuk mengambil rujukan dari kitab Yoel ini adalah karena rujukan tersebut berkaitan dengan perumpamaan kali ini. Di Yoel 1:7,12; dan 2:22, kita membaca tentang pohon anggur dan pohon ara yang disebut secara bersamaan, tetapi di di Yoel 1:7,12, pohon ara dan pohon anggur tersebut memiliki arti rohani. Mereka adalah lambang orang Israel.


Kesabaran Allah yang Sempurna

Sesudah menanam pohon ara itu, si pemilik kebun anggur datang untuk mencari buahnya, tetapi ia tidak mendapatkan buahnya. Di ayat 7 ia berkata kepada pengurus kebun anggur itu, “Sudah tiga tahun aku datang mencari buah pada pohon ara ini dan aku tidak menemukannya. Tebanglah pohon ini! Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma!” Kita tahu berdasarkan Alkitab dan kebiasaan orang Yahudi, jika Anda menanam pohon ara, Anda tidak berharap untuk mendapatkan buahnya dalam tiga tahun pertama. Jadi, ini berarti ketika pemilik kebun anggur itu mulai datang untuk mencari buah ara, pohon tersebut sudah memasuki usia empat tahun. Anda dapat memahami hitungan ini dengan melihat Imamat 19:23 dan juga berbagai tulisan para rabi. Selama tiga tahun pertama, tidak dilakukan pemetikan buah dari pohon buah-buahan yang ditanam. Pohon itu dibiarkan bertumbuh dan diberi perawatan. Pada tahun yang keempat, Anda boleh mengambil hasil buah-buahan dari pohon itu. Mengingat bahwa ia sudah tiga tahun mencari buah dari pohon ara tersebut, maka ini berarti pohon tersebut sudah bertumbuh selama enam tahun. Enam tahun sudah berlalu sejak saat pohon itu ditanam.

Angka ini bukannya tanpa makna. Si pengurus kebun itu meminta tambahan waktu satu tahun lagi. Secara keseluruhan, jumlah tahunnya sekarang menjadi “7”. Seperti Anda ketahui, angka 7 merupakan lambang kesempurnaan di dalam Alkitab. Angka tujuh tahun di dalam perumpamaan ini mengungkapkan kesabaran Allah yang sempurna. Ia berkenan untuk menunggu sampai tujuh tahun penuh. Kesabaran-Nya sudah ditunjukkan sampai pada batas terjauh yang dapat diberikan. Namun, tidak bisa lebih dari itu. Sangat tidak bertanggungjawab jika pohon itu dibiarkan bertumbuh tanpa hasil dan tanpa batas waktu. Pohon itu sudah memanfaatkan tanah kebun selama tiga tahun dengan percuma: “Untuk apa ia hidup di tanah ini dengan percuma?” Pohon itu menghisap kesuburan tanah dan mengurangi jatah gizi bagi pohon lainnya yang berbuah di kebun itu. Jadi, membiarkannya tumbuh tanpa hasil dan tanpa batas waktu memang tidak benar. Ia harus ditebang. Dari sini kita dapat melihat proses pemikiran dan penalaran dari perumpamaan ini. Sangat banyak makna yang terkandung di dalamnya jika Anda mulai dapat memahaminya. Angka 7 dalam perumpamaan ini melambangkan kesabaran Allah terhadap umat-Nya. Ia menunggu sampai akhirnya sehingga terlihat tidak ada harapan yang tersisa. Perhatikan bahwa si pemilik kebun tidak ngotot ketika pengurus kebun anggur itu berkata, “Berikanlah waktu setahun lagi,” ia tidak berkata, “Sudah cukup. Kesempatannya sudah habis!” Namun, ia bersedia menunggu dan berkata, “Baiklah, aku akan memberi waktu setahun lagi. Waktunya ditambah setahun lagi.” Jadi, genaplah jumlah waktu itu menjadi “7”, suatu ungkapan dari kesabaran Allah yang sempurna.

Penting juga untuk kita perhatikan bahwa menurut para ahli pertanian, pohon ara menyerap sangat banyak sumber makanan dari tanah. Dengan demikian, kita tidak dapat membiarkan sebatang pohon bertumbuh terlalu lama jika memang tidak menghasilkan apa-apa karena ia akan merebut sebagian besar jatah makanan buat tanaman lainnya. Pohon ara adalah pohon yang cukup besar dan kuat dan membutuhkan banyak sumber gizi. Inilah poin utama dari perumpamaan ini, yaitu pohon ini hanya tahu mengambil dan tidak memberikan apa-apa. Ia menghisap segalanya, seperti kebanyakan orang yang menghisap atau menyerap segalanya, tetapi tidak pernah memberi apa-apa. Peringatan yang diberikan perumpamaan ini adalah: Jika Anda termasuk orang Kristen yang semacam ini, Anda hanya mengumpulkan dan menerima saja segala kekayaan rohani tanpa pernah menghasilkan apa-apa, waspadalah, karena toleransi dari Allah ada batasnya. Kita akan kembali pada poin ini nanti.


Siapa Pemilik Kebun Anggur itu dan Siapa Pengurusnya?

Mari kita pahami siapa pemilik kebun anggur itu. Kita juga melihat adanya seorang pengurus kebun anggur yang menjadi pembela. Siapa pengurus kebun anggur ini? Dari perumpamaan ini, kita mengetahui bahwa si pemilik kebun anggur itu adalah Allah sendiri. Matius 21:33 dst, sebagai contoh, menjelaskan kepada kita dengan gamblang bahwa Allah digambarkan sebagai pemilik kebun anggur. Kebun anggur tersebut adalah milik-Nya.

Lalu siapa pengurus kebun itu? Gambaran yang kita dapatkan juga mula menjadi jelas. Siapa lagi yang akan membela dan memintakan belas kasihan? Siapakah yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia? Siapakah yang menjadi penengah, imam besar yang membela jemaat Allah? Kristus sendirilah yang meminta belas kasihan bagi gereja. Bukannya Allah tidak mau memberikan belas kasihan. Bapa sangat bersedia untuk memberi belas kasihan. Namun, harus ada pembela bagi perkara ini dan Yesus membela perkara ini bagi kita.

Keindahan dari gambaran ini adalah hal tentang Yesus sebagai pembela juga tampil di dalam perumpamaan ini. Di Lukas 22:31-32, Yesus berkata kepada Petrus,

31 “Simon, Simon, dengarkan Aku. Setan menuntut untuk menampi kamu seperti gandum, 32 tetapi Aku sudah berdoa untukmu supaya imanmu jangan gugur. Dan, setelah kamu bertobat, kuatkanlah saudara-saudaramu.”

Yesus bersyafaat, berdoa agar Petrus boleh tetap menerima kasih karunia yang dapat menguatkannya dalam menghadapi cobaan berat yang diberikan Iblis terhadapnya. Sangatlah menggembirakan jika kita mengetahui bahwa Yesus bersyafaat bagi kita. Kita memiliki banyak kelemahan, kegagalan dan kekurangan. Tidak seorang pun dari antara kita yang tidak memiliki kekurangan. Namun, sangatlah menghibur ketika kita mengetahui bahwa Yesus ada di sana menjadi Imam Besar, penuh belas kasihan dan kemurahan, membela perkara kita. Saya bertanya-tanya akan ke mana kita berakhir jika Yesus  tidak terus menerus bersyafaat bagi kita sepanjang waktu. Akan jadi apa kita semua? Mampukah kita bangkit dari kejatuhan? Namun, Yesus bersedia membela perkara kita dan dengan kasih karunianya. Kita diangkat lagi keluar dari lumpur tebal dan ditegakkan di atas batu karang yang teguh.

Yesus di sini digambarkan tidak sekadar sebagai pembela, tetapi juga sebagai hamba. Ini hal yang penting untuk kita pahami. Di dalam Perjanjian Lama, Yesus digambarkan sebagai hamba yang menderita. Ia bersyafaat bagi kita dan menanggung segala pelanggaran dan dosa (Yes 53). Ia adalah hamba. Jika Anda mempelajari makna kata “pengurus kebun anggur” di Perjanjian Lama, Anda akan melihat bahwa ungkapan ini biasanya dikaitkan dengan para budak, golongan terbawah di masyarakat. Sebagai contoh, jika kita melihat Yesaya 61:5 atau Yeremia 52:16 atau 2 Raja-raja 25:12, Anda akan mendapati bahwa pengurus kebun anggur disamakan dengan pembajak ladang, orang yang membalik lapisan tanah dengan peralatan yang ditarik oleh kerbau atau sapi untuk mempersiapkan tanah itu sebelum ditanami. Kita diberitahu dari ayat-ayat itu bahwa mereka diambil dari kalangan yang paling miskin di masyarakat. Mereka disebut “orang-orang kelas bawah”. Akan tetapi, Yesus rela menjadi hamba seperti mereka itu. Sebagaimana yang disebutkan di Filipi 2:7. Sebaliknya, Ia membuat diri-Nya tidak memiliki apa-apa dan menghambakan diri sebagai budak… Inilah gambaran lain dari keindahan yang diberikan oleh perumpamaan ini yang, sepintas, tampaknya tidak menunjukkan apa-apa. Masih ada banyak kekayaan makna yang akan kita bahas hari ini. Sebenarnya ada sembilan poin utama yang dapat kita bahas dari perumpamaan ini saja. Jika kita harus membahas semuanya, kita perlu meluangkan waktu seharian untuk itu. Jadi, kali ini saya hanya akan memusatkan perhatian pada satu pokok utama dari perumpamaan ini.


Apa yang Dilambangkan oleh Pohon Ara itu?

Pertanyaan selanjutnya adalah: pohon ara ini melambangkan apa? Pohon ara adalah gambaran bagi Israel, seperti yang telah saya jelaskan kepada Anda sebelumnya. Sebagai contoh, seluruh pasal 24 di kitab Yeremia memberi gambaran tentang orang Israel sebagai buah pohon ara. Ini berarti seluruh umat Israel dilambangkan dengan satu atau sekumpulan pohon ara dan setiap orang dari umat Israel dilambangkan dengan buah ara. Pada bagian awal saya juga menyebutkan tentang Yoel 1:7, dan di sana disebutkan tentang dirusaknya pohon ara dan pohon anggur yang menjelaskan peristiwa penyerangan terhadap bangsa Israel oleh bangsa yang kuat dari utara. Di dalam kitab Yoel, pohon ara (dan pohon anggur) melambangkan umat Israel. Pasal tersebut mengartikan pohon ara lebih dari sekadar makna harfiahnya.

Namun, masih ada hal lagi yang perlu disampaikan. Israel telah menjadi pohon ara yang tidak berbuah. Yesus menegaskan hal ini di dalam perumpamaan lain yang kita kenal sebagai “Perumpamaan tentang pohon ara yang dikutuk”, yang merupakan peringatan bagi bangsa Israel. Perumpamaan itu dipakai sebagai peringatan bagi mereka karena mereka adalah pohon ara yang tidak berbuah, atau mandul. Mereka akan berada di bawah kutukan. Banyak orang yang bingung dengan kutukan terhadap pohon ara itu karena mereka tidak dapat memahami arti rohaninya. Itu merupakan sebuah perumpamaan yang diperagakan, atau yang diberikan lewat tindakan. Banyak nabi di Perjanjian Lama memakai perumpamaan yang memberikan perlambangan secara langsung. Anda tentunya sudah tahu tentang Yehezkiel yang melakukan berbagai hal yang terlihat janggal, seperti berbaring miring, dan makan dengan porsi yang sudah ditentukan. Orang yang lewat bertanya kepadanya, “Apa arti perbuatanmu itu?” Yehezkiel lalu menyampaikan kepada mereka, “Inilah yang akan terjadi atas Yerusalem. Yerusalem akan dikepung dan penduduk Yerusalem harus makan dengan jumlah yang sudah dijatah ketika kota mereka dikepung.” Jadi tindakannya merupakan perumpamaan yang menjadi lambang bagi pengepungan atas Yerusalem dan kekurangan makanan yang akan melanda mereka yang terkepung. Dari sini kita dapat melihat bahwa perumpamaan dapat disampaikan melalui tindakan, dan bukan sekadar melalui khotbah. Kita lebih mengingat sebuah tindakan ketimbang sebuah omongan. Itulah alasan bagi pemakaian perumpamaan yang diperagakan lewat tindakan.


Mengapa ditambahkan Pupuk?

Hal lain yang perlu kita perhatikan adalah bahwa pohon ara ini tidak sekadar mendapat tambahan waktu setahun. Allah tidak sekadar memberi Anda kesempatan baru, tetapi Ia juga melakukan sesuatu yang positif bagi Anda. Dari bacaan yang saya pelajari, para ahli mengatakan bahwa pohon ara tidak membutuhkan tambahan semacam itu. Pohon ara tergolong tangguh dan mampu bertahan hidup. Mereka tidak memerlukan kompos. Bukanlah hal yang lazim untuk menambahkan kompos di sekeliling pohon ara. Ini berarti Yesus telah melakukan sesuatu yang luar biasa bagi Israel. Ia memberi mereka kasih karunia ekstra. Kita dapat melihat di dalam pengajaran Yesus seperti apa kasih karunia yang ekstra itu. Dulu, Allah mengirim para nabi kepada bangsa Israel. Sekarang, Allah mengutus Anak-Nya sendiri untuk menangani pohon ara, yaitu umat Israel. Sebenarnya kita mendapat keuntungan dari peristiwa ini, semua kasih karunia dan manfaat yang kita terima berasal dari tindakan perawatan ekstra tersebut karena kita diajar bukan oleh para nabi lagi melainkan langsung oleh firman dari Yesus sendiri. Kita sekarang ini hidup di masa kasih karunia ekstra tersebut. Akan tetapi, perlu diingat bahwa masa kasih karunia itu ada batasnya.

Allah sudah melakukan segala hal yang dapat dikerjakan untuk membuat pohon ara itu bisa berbuah. Ini adalah hal penting yang perlu diingat juga. Jika ada orang Kristen yang murtad, Anda boleh yakin bahwa peristiwa itu bukan merupakan tanggung jawab Allah melainkan tanggung jawabnya pribadi. Allah telah melakukan segala tindakan yang dapat Ia lakukan untuk memastikan bahwa Anda dapat bertumbuh semakin kuat. Ia siap memberikan Anda segala kasih karunia yang Anda butuhkan sehingga Anda tidak punya alasan atas kegagalan Anda. Apa alasan yang dapat dipakai oleh pohon ara yang tidak berbuah itu? Apa alasan yang dapat diberikannya? Tidak ada sama sekali. Tidak ada alasan yang dapat meloloskannya.


Mengapa Memakai Pohon Ara sebagai Contoh?

Namun, masih ada satu pertanyaan penting bagi pohon ara ini: Mengapa pohon ara yang dipakai sebagai contoh di sini? Kadang kala umat Israel dilambangkan dengan pohon zaitun atau juga pohon anggur, tetapi di dalam perumpamaan ini yang dipakai adalah pohon ara. Yesus dengan teliti memakai pohon ara sebagai gambaran tentang umat karena pohon ara merupakan pohon yang lebat buahnya. Tidak ada pohon buah-buahan yang dapat menandingi pohon ara dalam hal kelebatan buah. Itu sebabnya pohon ara dipilih sebagai contoh di sini. Pohon ara adalah pohon yang dapat berbuah sepanjang sepuluh bulan dalam setahun. Saya tidak tahu apakah ada pohon lain yang dapat melakukan hal yang sama. Ia berbuah pada musim dingin, musim semi, musim panas maupun musim gugur. Dapat kita katakan bahwa pohon ara dapat berbuah sepanjang tahun. Para ahli mengatakan bahwa pohon ara yang subur berbuah sepanjang sepuluh bulan dalam setahun. Sangat luar biasa!

Di halaman kami tumbuh pohon plum dan pohon apel. Jika sebatang pohon apel sanggup berbuah selama empat bulan dalam setahun, itu sudah dianggap istimewa. Empat bulan dalam setahun! Tahun ini, pohon apel kami berbuah banyak.  Jumlah buahnya lebih dari 250 yang dihasilkan oleh pohon apel yang kecil itu. Saya memberikan pupuk pada pohon apel itu dan merawatnya lebih teliti karena pada tahun lalu buahnya sedikit. Namun, pada tahun ini buahnya sangat banyak. Pohon plum yang selama ini belum berbuah, pada tahun terakhir ini sudah memperlihatkan buahnya. Beberapa orang dengan bercanda mengatakan bahwa pohon plum ini berbuah karena saya sudah mengancam akan menebangnya jika ia tidak berbuah, sehingga pada musimnya tahun ini, ia langsung mengeluarkan buahnya.

Pikirkanlah hal itu. Pohon apel paling lama hanya mampu berbuah sepanjang empat bulan dalam setahun. Sedangkan pohon ara mampu untuk terus menerus berbuah sepanjang tahun. Pohon ara adalah pohon yang paling banyak berbuah jika kondisinya baik. Sekarang Anda dapat melihat keindahan dari perumpamaan ini: pohon yang seharusnya berbuah sangat banyak ternyata tidak menghasilkan satu pun buah. Yang seharusnya berbuah paling banyak telah menjadi pohon yang tidak menghasilkan apa-apa. Sangat mengejutkan. Betapa telitinya pilihan Yesus dalam memberi gambaran! Gambaran-gambaran yang diberikan di dalam perumpamaan ini benar-benar kaya akan makna.

Sekarang mari kita masuk ke dalam pelajaran rohani dari perumpamaan ini:


Allah menyelamatkan kita supaya kita menghasilkan buah

Mengapa Allah menanam Israel? Mengapa Ia menyelamatkan kita? Ingatlah hal ini baik-baik karena kalau tidak, Anda mungkin akan mengira bahwa Allah menyelamatkan Anda karena Anda harus diselamatkan atau mungkin karena Anda ingin diselamatkan. Cara Injil disampaikan sekarang ini oleh banyak pengkhotbah membuat orang-orang cenderung berpikir bahwa Allah ada hanya untuk memberi kepastian bahwa tiket Anda ke surga sudah terjamin. Seolah-olah keselamatan itu hanya soal keberangkatan ke surga, dan masalah lain tidak ada kaitannya dengan keselamatan. Itu bukanlah pengajaran yang alkitabiah. Pengajaran yang alkitabiah menyatakan bahwa Allah menyelamatkan kita supaya kita dapat berbuah banyak sehingga nama-Nya dimuliakan dan orang lain ikut diberkati. Dan supaya kita juga ikut mendapatkan sukacita di dalam menggenapi kedua hal itu.

Kedua, bagaimana sebatang pohon yang tidak berbuah dapat menghasilkan buah jika tidak terjadi perubahan yang penuh di dalamnya? Jika pohon ini memberi hasil pada tahun yang ke tujuh, itu berarti telah terjadi perubahan yang besar dan nyata di dalam pohon itu. Sesuatu telah berlangsung! Hal ini dapat digambarkan seperti suatu keajaiban kelahiran kembali bagi pohon tersebut. Setiap ahli tahu bahwa pohon yang sudah gagal berbuah sampai enam tahun berturut-turut tidak dapat diharapkan untuk menghasilkan buah lagi. Itu sebabnya, si tukang kebun ini sebenarnya sedang berharap pada mukjizat karena bahkan si pemilik kebun itu sebenarnya sudah berkata bahwa tidak ada lagi yang dapat diharapkan dari pohon ara itu. Si tukang kebun sedang mengharapkan terjadinya mukjizat pada tahun yang ke tujuh. Artinya, suatu transformasi yang sangat besar akan terjadi atas pohon ara itu. Dengan kuasa Allah, hal itu bisa dilakukan. Sebenarnya, pakar pertanian akan memberitahu Anda bahwa di dalam dunia nyata hal ini tidak akan terjadi. Tidak ada peluang sedikit pun bagi pohon ara itu untuk dapat berbuah pada tahun berikutnya, atau bahkan dalam lima tahun berikutnya! Namun, Yesus membawa unsur rohani di dalam perumpamaan ini, yaitu Allah akan membuat mukjizat. Allah akan membuat hal itu menjadi sangat mungkin. Segala kuasa dan kasih karunia-Nya sekarang tersedia secara melimpah bagi pohon ara ini.

Apakah hal itu berjalan sesuai dengan yang diharapkan, jika dikaitkan dengan bangsa Israel? Tidak terlaksana! Inilah tragedi dalam hidup ini. Sekalipun kuasa Allah tersedia sepenuhnya bagi setiap dari kita sehingga kita tidak punya alasan untuk gagal, tragedi yang kita lihat adalah bahwa umat Allah lebih sering memperlihatkan kegagalannya. Malahan ada juga kasus di mana kegagalan itu menghantam seluruh gereja! Mengapa bisa begini? Apakah kasih karunia Allah tidak cukup tersedia bagi Anda? Apakah kasih karunia Allah tidak cukup tersedia untuk menyelamatkan? Masalahnya bukan karena kasih karunia itu kurang mencukupi. Kita inilah yang menjadi sumber masalahnya. Mengapa Anda dan saya tidak bergerak maju mengejar segala yang dikehendaki oleh Allah bagi kita? Jika kita gagal meraihnya, itu bukan karena kurangnya kasih karunia Allah bagi kita, melainkan karena ketidaktaatan dan kekerasan hati kita ini. Allah dapat menghasilkan hamba-hamba yang penuh kuasa dengan memakai kita. Tidak ada alasan bagi Anda untuk hanya menjadi kerdil secara rohani. Tidak ada alasan sama sekali! Karena kuasa penciptaan Allah ada tersedia untuk mengubah setiap orang dari kita. Baiklah, Anda mungkin sudah enam tahun menjadi orang Kristen, atau malah lebih, dan keadaan Anda sama seperti pohon ara yang tidak berbuah ini. Ijinkan saya berkata kepada Anda: Allah masih berkenan untuk memberi Anda waktu setahun lagi. Ia masih berkeinginan untuk membuat Anda menjadi hamba-Nya yang penuh kuasa, hamba yang layak disebut sebagai hamba Allah.


Berbuah atau tidak berkaitan dengan sikap hati kita terhadap Allah

Jika kita gagal meraih hal-hal itu, yang menjadi sumber masalah sebenarnya adalah diri kita sendiri. Di situlah sumber masalahnya. Pohon ara tidak memiliki kehendak atau kemampuan untuk memutuskan. Jadi, jika ada yang salah dalam perumpamaan ini, persoalan itu terletak pada unsur-unsur yang membentuk pohon ara itu. Ada yang salah dengan susunan unsur pembentuknya sehingga ia tidak dapat berbuah. Jika kita mencari apa yang salah dengan diri kita, persoalan itu terdapat pada kerohanian kita. Jika kerohanian kita menyimpan kesalahan, hal itu pasti berkaitan dengan kehendak atau sikap kita terhadap Allah.

Kita sudah melihat bahwa pohon ara ini hanya menyerap saja dan tidak menghasilkan apa-apa. Ini memberitahu kita dengan tepat persoalan yang menimpa kebanyakan orang Kristen sekarang ini. Lihat saja betapa banyak orang Kristen yang mau berdesak-desak menyerbu tawaran ini dan itu. Mereka bersedia mengikuti pelatihan, masuk sekolah Alkitab dan sebagainya. Mereka senang menyerap apa saja yang bisa diserap, untuk menikmati sendiri segala kekayaan rohani Allah di mana-mana, tetapi tidak ada buah yang dihasilkan oleh mereka. Kapan akhir dari masa menerima itu tiba dan masa untuk memberi dimulai? Inilah masalah yang menimpa pohon ara itu. Kita seperti pohon ara itu yang hanya siap untuk menerima, menghabiskan kekayaan rohani dengan percuma dari tahun ke tahun. Apa yang mereka hasilkan? Mana buahnya?

Buah adalah hal yang dikehendaki oleh Allah. Di Yohanes pasal 15, kita melihat perumpamaan yang senada yang disampaikan dengan memakai gambaran pokok anggur. Allah menanam pohon anggur supaya dapat menghasilkan banyak buah. Disebutkan di Yohanes 15:8,

Bapa-Ku akan dimuliakan dengan hal ini, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian, kamu adalah murid-murid-Ku.”

Dengan kata lain, hasil pemuridan diuji dengan keberadaan buah.

Apa yang dimaksud dengan berbuah? Berbuah memiliki dua makna dalam Alkitab. Pertama, ia berarti terjadinya suatu perubahan kualitatif di dalam hidup Anda. Jika Anda memperlihatkan buah Roh, seperti yang tertulis di Galatia 5:22-23, itu berarti perubahan kualitatif telah terjadi di dalam hidup Anda. Itulah arti pertama dari kata berbuah. Kedua, artinya adalah menghasilkan perbuatan-perbuatan baik. Saya tidak ragu untuk memakai kata “perbuatan baik” karena Paulus sendiri tidak takut memakai kata yang sama. Di Kolose 1:10 ia berkata,

“…menghasilkan buah dalam setiap pekerjaan baik…”

Memberi buah dengan cara bagaimana? Dalam segala pekerjaan atau perbuatan yang baik. Jadi, yang pertama harus terjadi dulu, suatu perubahan kualitatif di dalam hidup Anda harus terjadi dan urutan ini tidak mungkin terbalik. Ketika Anda mendengarkan Injil dari minggu ke minggu, orang lain tentunya dapat melihat adanya suatu perubahan di dalam kehidupan Anda. Ada suatu perubahan dari yang jahat menjadi baik, dari yang egois menjadi murah hati seperti yang kita lihat di Roma 6:12-14. Selanjutnya, Anda tidak dapat hanya sekadar berkata, “Aku sudah mengalami perubahan kualitatif.” Kehidupan Anda harus membuktikan hal itu, terlihat dari buah-buah dalam bentuk perbuatan-perbuatan baik dari kasih Anda.


Masa kasih karunia ada batasnya

Perumpamaan ini juga memperingatkan kita bahwa waktunya sudah hampir habis. Kapak sudah tersedia pada akar pohon Anda. Suatu hari Anda mungkin akan tumbang, saat waktunya habis. Jangan mengira bahwa penebangan itu menunggu hari penghakiman. Waktu untuk Anda bisa saja habis sekarang ini juga, seperti umat Israel yang sudah kehabisan waktu. Mereka tidak harus menunggu sampai Hari Penghakiman. Saya sudah cukup sering melihat orang Kristen yang ditebang karena menyia-nyiakan tanah tempat mereka ditanam. Mereka menghambat pertumbuhan orang lain dan Allah akan menangani mereka pada saat yang ditentukan-Nya. Ingatlah selalu akan hal ini: masa kasih karunia itu ada batasnya. Kesabaran Allah itu memang benar-benar sempurna, tetapi ada batasnya. Itulah pengajaran yang alkitabiah, bukan pengajaran pribadi saya. Hal yang sama disebut di dalam Perjanjian Lama, sebagai contoh, Amsal 6:15, 29:1; 2 Tawarikh 36:16 dan sebagainya. Jika seseorang sudah sering ditegur, diingatkan dan diberi nasihat, tetapi masih tidak mau mendengarkan, ia akan dipotong dengan tiba-tiba, dan tidak ada lagi pemulihan baginya. Jangan mengira bahwa Anda akan baik-baik saja sampai pada hari penghakiman nanti. Itu adalah suatu kesesatan. Banyak orang yang akan tumbang sebelum hari penghakiman itu.


Lebih berbahagia memberi daripada menerima

Mari kita teliti sikap yang selalu ingin mengambil. Kebanyakan orang Kristen tampaknya memandang gereja sebagai tempat untuk menerima berkat rohani dan tidak memberikan apa-apa bagi gereja. Seusai menerima, mereka segera pergi meninggalkan gereja secepat kilat. Mereka sudah mendapatkan apa yang mereka inginkan, apa lagi yang mereka kehendaki? Jadi mereka pergi begitu saja. Tidak ada minat untuk melayani, untuk membagikan apa yang sudah mereka terima. Saya ingin berhenti sejenak pada titik ini sebelum kita melanjutkan pembahasannya. Ucapan Yesus ini dikutip oleh rasul Paulus di Kisah 20:35 di mana Yesus mengatakan,

“Lebih berbahagia memberi daripada menerima.”

Masalah besar yang menimpa pohon ara ini adalah bahwa ia tidak pernah mau mengerti pernyataan ini. Ia tidak pernah mau mengubah sikapnya. Ia mengira bahwa menerima itu lebih berbahagia ketimbang memberi sehingga ia tidak pernah mau memberi. Ia hanya mau datang dan mengambil sesukanya. Namun, di Kisah 20:35 rasul Paulus mengutip ucapan Yesus yang tidak tercatat di dalam Injil, tetapi diketahui oleh Paulus, “lebih berbahagia memberi daripada menerima.” Mari kita coba untuk menguraikan pemikiran ini dan membandingkannya dengan apa yang ada di benak Anda, apakah sejalan atau tidak, apakah itu merupakan pikiran saya atau bukan. Saya dapat memastikan bahwa pernyataan ini tidak lagi sejalan dengan apa yang dipikirkan oleh gereja sekarang ini. Gereja, saudara-saudara, sedang berada di dalam masalah besar.

Perumpamaan ini ditujukan kepada Israel serta Israel yang baru, yaitu gereja. Kita diberitahu di 1 Korintus 10:11 bahwa segala peristiwa yang dialami oleh Israel yang lama, merupakan peringatan bagi gereja sekarang ini. Apa yang terjadi pada mereka dapat dan akan terjadi pada kita juga. Lebih dari itu, rasul Paulus juga memberi peringatan yang sama di Roma 11:22. Ia berkata kepada kita, orang-orang Kristen, bahwa,

Oleh karena itu, perhatikanlah kebaikan dan kekerasan Allah; kekerasan kepada mereka yang telah jatuh, tetapi kebaikan-Nya kepada kamu jika kamu tetap tinggal di dalam kebaikan-Nya. Jika tidak, kamu juga akan dipotong.

Sekarang ini, gereja tidak mau mendengarkan peringatan tersebut. Mereka tidak mau mendengarkan peringatan ini, sama seperti Israel tidak mau mendengarkan hal itu. Umat Israel justru merasa terganggu oleh nabi-nabi utusan Allah, seperti Yeremia misalnya. Pada zaman sekarang, umat Kristen juga tidak mau mendengar peringatan yang sama. Mereka yang menyampaikan peringatan kepada gereja tentang ancaman akan ditebang oleh Allah selalu mendapat kecaman dan serangan! Biar saja mereka melakukan hal itu. Saya ada di sini untuk menyenangkan hati Allah, dan bukan manusia. Saya di sini mengabarkan Firman-Nya dan bukan firman manusia. Allah berkata seperti ini, maka saya harus menyampaikannya seperti ini juga. Paulus memperingatkan kita, “Israel dipotong oleh-Nya, dan kamu pun akan dipotong juga jika tidak berdiam di dalam kebaikan-Nya dan bertahan di dalam iman.”

Kita telah diajarkan mentalitas “hanya menerima” ini sejak lama. Saya sendiri bertumbuh sebagai orang Kristen yang mempunyai mentalitas bahwa setiap saat saya hanya perlu menerima tanpa perlu memberi, saya selalu berkata, “Allah sangat memberkati saya!” Saya mendapati mentalitas seperti ini sangat umum terdapat di kalangan orang Kristen. Kita menganggap diri kita diberkati karena seseorang telah memberi kita sesuatu secara gratis. Itulah berkat Allah bagi kita. Jika tiba-tiba, tanpa alasan yang jelas, Anda mendapat kenaikan gaji, itu adalah berkat Allah. Jika seseorang memberi Anda jaket yang bagus, atau baju yang bagus, itulah berkat Allah. Itu memang berkat dari Allah. Tidak ada orang yang menyangkalnya. Namun, jika kita berhenti sampai di sini saja, kita sedang menuju ke arah bencana karena kita sedang membangun mentalitas yang menganggap bahwa berkat Allah itu hanya terjadi jika kita menerima sesuatu. Sedangkan jika kita memberi sesuatu, itu bukanlah berkat Allah.

Jika kita memahami pengajaran Yesus, yang berlaku justru sebaliknya. Orang yang memberi Anda jaket, uang untuk mencukupi kebutuhan atau apa pun juga, justru lebih diberkati atau lebih berbahagia ketimbang Anda. Lebih berbahagia memberi daripada menerima. Orang-orang yang memberi menerima lebih banyak berkat daripada Anda. Kita sangat memerlukan suatu perubahan cara berpikir! Jadi, jika Anda menerima sesuatu dari orang lain, bersyukurlah kepada Allah akan hal itu, tetapi ingatlah: orang yang memberi kepada Anda lebih diberkati atau berbahagia ketimbang Anda. Orang itu lebih berbahagia. Jadi, menerima memang berbahagia, tetapi memberi jauh lebih berbahagia. Lebih berbahagia memberi dari pada menerima, demikian kata Yesus. Ini merupakan mentalitas yang sangat bertentangan dengan cara berpikir alami kita. Cara berpikir yang baru ini tidak pernah mau dipelajari oleh pohon ara tersebut.

Biasanya kita menganggap lebih berbahagia jika kita bergelimang kekayaan, mengambil dan mendapatkan segalanya serta tidak pernah memberi. Sangat banyak orang Kristen yang berpikir seperti itu sekarang ini. Pada saat Anda memasukkan uang ke dalam kotak persembahan, mungkin Anda berpikir, “Wah, saya tidak akan bertemu dengan uang itu lagi.” Namun, jika Anda pergi ke toko dan membelanjakan uang Anda, Anda menerima sesuatu sebagai balasannya. Mungkin sepasang kaus kaki atau sehelai salendang, atau apa pun juga itu. Anda mendapat sesuatu untuk uang yang Anda berikan. Jika Anda menaruh uang itu di kotak persembahan, Anda tidak menerima apa-apa sebagai balasannya. Tidak sedikit pun! Jika Anda memberikan uang kepada saudara seiman yang membutuhkan, balasan apa yang Anda dapat? Tidak ada! Jadi kita mulai berpikir, “Lebih berbahagia menerima daripada memberi.” Ini adalah kesalahan yang besar! Marilah kita belajar untuk mengubah cara berpikir kita. Biarlah Allah mengubah hati dan pikiran kita. Jika tidak, nasib kita akan berakhir sama dengan pohon ara itu.


Memberi itu Menyenangkan Hati Allah

Mengapa memberi itu lebih berbahagia daripada menerima? Lebih berbahagia berarti bahwa Allah lebih memberkati Anda. Itulah maksudnya. Lebih berbahagia karena Allah akan memberkati Anda lebih lagi. Jika Anda memperoleh suatu pemberian, itu adalah berkat. Namun, itu saja yang menjadi berkat bagi Anda. Orang yang memberi kepada Anda akan menerima berkatnya dari Allah. Ketika Anda menerima, katakanlah, jaket, Anda sedang menerima berkat jasmani. Orang yang memberi Anda jaket kehilangan jaket itu, tetapi ia mendapatkan berkat rohani. Dapatkah Anda memahami makna dari peristiwa itu? Lebih berbahagia memberi daripada menerima karena hal itu lebih menyenangkan hati Allah. Ini adalah poin yang pertama.


Memberi adalah Suatu Ungkapan Iman dan Kasih

Memberi lebih menyenangkan hati Allah karena perbuatan itu merupakan ungkapan dari iman dan kasih. Mengapa iman disebutkan di depan? Ia merupakan ungkapan iman karena orang yang memberi kepada Tuhan tidak mencari keuntungan materi. Anda harus memiliki iman untuk dapat melakukan itu. Orang yang menaruh uang, misalnya, di kotak persembahan demi kasihnya kepada Allah dan bukan sekadar demi memenuhi rasa tanggung jawab saja, berarti sedang memberi dengan dilandasi oleh iman. Jika ia tidak memiliki iman, ia tidak akan menaruh uang tersebut di sana. Ia menaruh uang di sana karena ia mengharapkan berkat rohani, dan bukannya berkat jasmani. Ia tahu bahwa ia tidak akan memperoleh keuntungan materi dari uang persembahannya itu. Saya bersyukur kepada Allah untuk orang-orang seperti itu. Saya mengenali iman orang-orang ini dari kenyataan bahwa mereka tidak mencari balasan dari manusia.

Anda tentu ingat perkara-perkara ajaib yang dilakukan oleh Allah ketika kita masih beribadah di tempat yang lama. Pada suatu ketika, seseorang memberikan amplop berisi 300 dolar tanpa meninggalkan identitas apa pun selain nama gereja di amplop itu. Uang pemberian itu di taruh di pintu. Selanjutnya, datang lagi amplop dengan isi 400 dolar. Kami masih tidak tahu siapa yang memberikan uang itu. Namun, masih datang lagi satu amplop dengan isi 700 dolar. Siapa orang ini yang telah memberikan uang dengan jumlah keseluruhan 1400 dolar, dan tidak ingin dikenali identitasnya? Saya tidak tahu siapa dia. Mengapa ia melakukan hal ini? Dengan memberi tanpa meninggalkan identitas, orang ini bahkan tidak akan mendapatkan ucapan terima kasih karena kami tidak tahu siapa dia. Namun, orang seperti ini mengungkapkan kenyataan imannya di dalam Tuhan karena dia mencari balasan dari Allah. Itulah iman. Ia tidak mencari balasan dari manusia. Tidak ada orang yang tanpa iman yang dapat melakukan hal ini.

Ingatkah Anda pada waktu yang lain, ketika kita sedang mengadakan Pendalaman Alkitab dan ada orang yang menggedor pintu? Saya pergi membuka pintu dan menatap ke arah jalanan, tetapi tidak terlihat satu pun orang di sana. Tidak ada orang di sana. Namun, di luar saya melihat tape recorder, benda yang akhirnya kita pakai untuk merekam khotbah-khotbah sampai sekarang. Barang ini diberikan sebagai hadiah. Alat ini berharga sekitar 200 sampai 300 dolar. Siapa yang melakukan hal ini? Kita tidak tahu. Namun, orang yang memberikan peralatan ini membuka jalan bagi perekaman khotbah Firman Allah sehingga semakin banyak orang bisa ikut diberkati. Namun, ia tidak mengharapkan pengakuan dan penghargaan. Kami tidak tahu siapa orang ini sampai sekarang.

Itulah ungkapan dari iman. Mereka mengharapkan balasan dari Allah. Mereka tidak mengharapkan balasan apa pun dari manusia. Hal ini juga merupakan ungkapan dari kasih karena, orang yang memberikan tape recorder itu misalnya, merasa berkepentingan untuk membantu penyebarluasan Firman Allah. Apa yang ia dapatkan dari tindakan itu? Tidak ada. Namun, ia sudah mengungkapkan kasih dan kepeduliannya sehingga banyak orang dapat ikut mendengarkan Firman Allah yang memberi hidup. Itulah kasih. Kasih tidak mengejar pujian dan penghargaan dari manusia, ia tidak mengejar balasan dari manusia. Itulah ungkapan dari iman dan kasih. Orang yang hanya ingin menerima tanpa mau memberi, berarti tidak memiliki iman dan kasih. Itulah keadaan dari pohon ara dalam perumpamaan ini. Ia menyerap nutrisi. Ia tidak memberi apa-apa. Ia tidak memiliki iman dan kasih. Akan tetapi, orang yang memberi dan yang memandang bahwa lebih berbahagia memberi daripada menerima, membuktikan iman dan kasihnya. Itu sebabnya, pengajaran yang alkitabiah adalah, keselamatan itu oleh iman yang bekerja melalui kasih. Seluruh isi doktrin keselamatan dirangkum dalam perumpamaan ini. Perumpamaan Allah, pengajaran Yesus, memang sangat indah!


Kesimpulan

Saya akan menutup pembahasan pada titik ini. Saya harap agar Anda sekalian menguji cara berpikir masing-masing. Bagaimana perasaan kita terhadap pengajaran Yesus bahwa: lebih berbahagia memberi daripada menerima? Saya bersyukur kepada Allah atas diri Anda sekalian, karena saya tahu bahwa Anda memiliki iman dan kasih dan saya mengetahui itu dari cara Anda memberi. Saya mungkin tidak tahu siapa yang telah memberi dan apa saja pemberiannya, dan saya tidak bermaksud untuk menyelidikinya. Bendahara gereja yang menangani hal itu. Bukan saya. Namun, saya mengetahui dari laporan yang saya lihat yang menunjukkan bahwa banyak orang telah memberi dan pemberian itu merupakan tindakan pengorbanan. Saya bersyukur kepada Allah untuk mereka karena itu semua mengungkapkan iman dan kasih. Mereka tidak mengejar keuntungan materi. Mereka mengharapkan balasan dari Allah. Mereka seperti Abraham yang tidak mencari kota duniawi melainkan kota yang mempunyai dasar (Ibr 11:10), yang kekal selamanya, yaitu Yerusalem Baru. Mereka mengharapkan kerajaan Allah. Akan tetapi, saya juga mendapati bahwa ada banyak dari Anda yang masih perlu belajar tentang iman dan kasih ini. Kita harus belajar untuk mencurahkan diri kita, bukan hanya dalam hal materi, tetapi juga dalam hal waktu, tenaga dan kepedulian kita. Kita harus lebih memikirkan tentang keperluan orang lain ketimbang kita sendiri. Ini merupakan hal yang sangat mendasar. Saya berdoa kepada Allah supaya kita boleh diubah menjadi seperti itu, semoga Allah dapat memperoleh buah di dalam kehidupan kita dan menjadi senang akan hidup kita.

Kembali kepada pohon ara itu, siapa yang akan memakan buahnya? Apakah pohon itu sendiri? Tidak, pohon ara itu tidak memakan buahnya sendiri. Buah itu diberikannya kepada yang lain. Ia tidak mendapatkan keuntungan. Memang benar, ia diberikan segala kelimpahan gizi agar dapat menghasilkan buah yang dapat memberi sukacita bagi yang lain, menjadi sumber gizi bagi orang-orang, dan dengan begitu memuliakan nama Allah. Orang banyak akan memuliakan nama Allah karena buahnya yang enak. Kadang kala, ketika saya mendapati bahwa buah yang sedang saya makan itu sangat enak, hati saya dipenuhi oleh rasa syukur kepada Allah. Saya berkata, “Ya Tuhan, bagaimana caranya Engkau menciptakan buah yang sangat enak ini?” Selama musim panas, ada banyak buah persik. Sangat menyegarkan. Buah-buah itu sangat enak rasanya. Saya sering berkata, “Tuhan, tidak ada juru masak di dunia ini yang dapat menandingi rasa buah-buah ini. Penciptaan dan rancangan-Mu yang kami nikmati dan menjadi sumber gizi sangat luar biasa.” Kita bisa saja memakan makanan yang tidak enak, tetapi bergizi. Akan tetapi, Allah oleh karena kasih-Nya yang besar tidak sekadar memberi kita sumber gizi, Ia bahkan memberikannya dengan rasa yang sangat enak. Sungguh luar biasa! Jadi, begitu pula halnya dengan kita. Jika kita menghasilkan buah, kita harus menghasilkan buah dengan aroma yang memikat, rasa yang lezat dan tampilan yang menawan. Coba perhatikan buah persik. Warnanya sangat indah, bentuknya, aromanya, dan rasanya, semua sangat luar biasa. Apa lagi yang Anda inginkan? Segala hasil pekerjaan Allah sangat luar biasa. Beberapa orang Kristen baru sekadar mampu menghasilkan “buah”. Mungkin masih belum terlalu enak, tetapi jika Anda memakannya, setidaknya Anda masih dapat mempertahankan hidup. Ini membuat saya berpikir tentang cara untuk menyampaikan khotbah. Lihatlah buah-buahan yang diciptakan Allah dengan tampilan yang indah dan rasa yang sangat lezat! Semoga Allah berkenan mendandani kita supaya semakin banyak orang dapat diberkati, dan hati kita boleh bersukacita, dan yang terutama, nama Allah dimuliakan.

Saya sangat mengharapkan agar Anda dapat menjiwai Kisah 20:35 karena ayat itulah kunci pemahaman dari perumpamaan kita hari ini: Lebih berbahagia memberi daripada menerima. Kita memang tidak dapat menguasai ayat ini dalam waktu singkat, tetapi semoga Allah berkenan mengubah kita sehingga kita dapat menguasai pelajaran yang indah ini. Dengan demikian, kita akan menjadi saluran kasih karunia Allah di dunia ini.

Lalu akan datang harinya ketika orang-orang berkata, “Saya bersyukur kepada Allah karena bertemu Anda hari ini. Pertemuan dan perkenalan ini merupakan berkat bagi saya, karena melalui Anda saya dapat menikmati buah kemurahan dari Allah. Melalui Anda, saya dapat memperoleh buah kehidupan. Anda adalah pohon kehidupan bagi saya, yang memberi saya makan ketika saya lapar. Ketika saya sekarat kelaparan, Anda memberi saya makanan yang menguatkan.”

Anda akan berkata, “Saya bukan apa-apa. Segala yang ada pada saya terjadi oleh karena kasih karunia Allah. Segala milik saya diberikan oleh Allah. Saya menerima sesuatu, dan saya akan menyalurkannya kepada Anda sebagai buah karena kasih karunia Allah.”

Semoga seluruh gereja ini menjadi kebun anggur Allah, yang ditanami pohon-pohon ara dengan buahnya yang lebat dan lezat.

 

Berikan Komentar Anda: