Pastor Eric Chang | Filipi 3 |

Hari ini kita sampai pada bagian yang ketiga dari studi kita tentang surat Filipi. Kita tidak punya waktu untuk bagian yang keempat. Jadi, saya hanya akan memberikan gambaran sekilas saja dari Filipi pasal 4. Gambaran dari Filipi pasal 4 adalah tentang pekerja. Kata “pekerja” mungkin memberi kesan menjemukan, akan tetapi para pekerja adalah unsur yang sangat penting. Tak ada hal yang dapat dibangun tanpa pekerja. Kita tidak bisa memakai aula ini jika tidak ada orang yang merancang, yang menyediakan dana pembangunan, yang menyingsingkan lengan baju, yang mengerahkan peralatan dan pengetahuannya untuk membangun tempat ini. Pakaian yang Anda kenakan dihasilkan dari kerja keras orang lain. Dan seorang Kristen dipanggil untuk bekerja. Menjadi hamba Allah merupakan penghargaan tertinggi yang bisa diperoleh seseorang. Menjadi seorang Kristen bukan berarti tidak mengerjakan apa-apa; melainkan berarti memiliki penghargaan istimewa untuk bekerja bagi Allah. Jika Anda tidak mengerjakan apa-apa bagi Allah, maka Anda tidak berhak menyebut diri sebagai seorang hamba Allah. Di dalam pasal ini, Anda akan melihat bahwa seorang hamba Allah mendapatkan kesempatan istimewa untuk bekerja di tengah-tengah jemaat dengan harmonis – melakukan pekerjaan doa, memberi dan lain-lain, semua itu dibahas di dalam pasal ini. Namun, hari ini kita tidak punya cukup waktu untuk membahas semua itu.


MENGEJAR UNTUK MEMPEROLEH KRISTUS

Kita akan melihat gambaran seorang Kristen di surat Filipi pasal 3. Apakah hal yang ingin Paulus sampaikan kepada kita dari Filipi 3? Kita telah melihat bahwa seorang Kristen adalah seorang prajurit Kristus. Kita telah melihat bahwa seorang Kristen adalah seorang imam bagi Allah. Sungguh suatu panggilan yang luar biasa! Kita telah melihat bahwa seorang Kristen mendapatkan penghargaan istimewa untuk menjadi seorang hamba Allah. Panggilan yang sangat mulia! Lalu apakah hal yang disampaikan oleh Filipi pasal 3 kepada kita? Gambaran apakah yang muncul? Anda akan lihat kalimat yang mirip dengan tema retret ini: “Berlari Menuju Garis Akhir”. Apakah artinya? Garis akhir apa itu? Garis akhir pada dasarnya berarti tujuan, batas jarak tempuh seorang pelari. Garis akhir adalah hal yang sudah akrab bagi para pelari – yakni garis finish. Dan di balik garis akhir itu tersedia mahkota. Itulah garis akhir yang harus dikejar oleh setiap orang.

Kata ‘berlari-lari’ ini adalah kata yang sangat menarik. Kata ‘berlari-lari’ ini berasal dari kata yang memiliki makna ‘mengejar’, berlari kencang dengan penuh tekad mengejar sesuatu. Mengejar berarti tidak berlari santai. Mengejar berarti sangat bertekad untuk mencapai tujuan. Mengejar berarti berjuang mencapai tujuan untuk memenangkan lomba! Ini bukan sekadar kegiatan lari pagi. Kata ‘mengejar’ ini berarti mengerahkan segenap upaya untuk mencapai tujuan!

Kata ‘mengejar (pursue)’ ini muncul sebanyak tiga kali di dalam pasal ini dalam pengertian yang berbeda-beda. Sebagai contoh, kata ini muncul di ayat 6 dan diterjemahkan dengan kata ‘penganiaya’. Aku penganiaya jemaat – kata ini sebenarnya adalah kata yang sama dengan yang diterjemahkan ‘berlari-lari’. Aneh, bukan? Luar biasa! Namun tidak akan menjadi seaneh itu jika Anda tahu apa artinya menganiaya. Makna menganiaya adalah mengejar seseorang, memburunya, membuatnya tidak merasa tenteram, tak mendapat kelegaan, membuat hidup menjadi tidak nyaman baginya, menggilasnya sampai hancur. Itulah makna kata ‘mengejar (pursue)’ dalam pengertiannya yang buruk. Demikianlah, Paulus berkata, “Aku penganiaya jemaat.” Ya, dia bahkan menjebloskkan orang ke penjara. Dia menganiaya dan memburu, dan dia memburu sampai ke Antiokia, di mana pun orang Kristen berada, dia akan memburu mereka ke sana. Dia tidak memberi kelegaan kepada mereka, tak ada jeda, sampai dia berhasil memenjarakan mereka, atau membunuh mereka. Benar, dia bahkan membunuh seorang hamba Tuhan yang luar biasa, yakni Stefanus. Hati nuraninya tak dapat melupakan hal ini. Dia tak dapat memaafkan dirinya karena telah melakukan hal yang seperti ini. Dia hanya bisa memohon ampunan kepada Allah karena dia pernah melakukan hal ini. Pernahkah Anda melakukan hal semacam ini? Pernahkah Anda melakukan pembunuhan? Pernahkah Anda membunuh seorang hamba Tuhan? Paulus pernah melakukan hal yang semacam ini, tetapi dia telah diampuni dan bahkan melayani sebagai seorang hamba Allah. Dia pernah mengejar-gejar mereka. Kata yang sama ini juga dipakai dalam kata yang diterjemahkan dengan ‘berlari-lari’ kepada tujuan. Demikianlah, selanjutnya kita juga menemukan kalimat “aku berlari-lari” ini di dalam ayat 12 dan 14.

Di ayat 12 tertulis, “aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya.” Paulus sangat mengerti tentang hal mengejar atau berlari-lari ini. Dia pernah menjadi penganiaya yang kejam atas orang-orang Kristen. Dia memburu dan menganiaya mereka. Dia sangat ahli mengerjakan hal ini. Dia tahu persis makna mengejar-ngejar. Namun sekarang, dia mengejar-ngejar tujuan yang sama sekali berbeda. Hidupnya berubah 180 derajat – dan inilah yang disebut dengan bertobat. Tadinya dia mengejar, memburu, orang-orang dengan niat mencelakakan, tetapi sekarang berbalik arah dan mengejar-ngejar Kristus “… supaya aku memperoleh Kristus” demikian ucapannya yang indah di ayat 8. Sekarang, dia mengejar tujuan dan sasaran yang berbeda. Itulah garis finis yang dikejarnya dengan berlari-lari. Kali ini, dia ingin menjadikan Yesus sebagai miliknya. Dia tidak akan membiarkan Yesus lolos. Oh, dia menjadi orang yang benar-benar berbeda! Dia menghabiskan segenap tenaga. Dia berkata, “Aku bekerja lebih keras dari siapapun.” Beranikah Anda berkata seperti itu? Kira-kira seperti itulah klaim yang dinyatakan oleh Paulus. “Aku bekerja lebih keras daripada mereka semua!” Oh, sungguh indah! Dia curahkan segenap tenaga untuk mencapai garis akhir, yakni memenangkan Kristus.


ANJING: MENGEJAR HAL-HAL JASMANIAH

Adakah tujuan yang lebih mulia di dunia ini ketimbang memenangkan Kristus? Adakah hal yang lebih berharga di dunia ini? Yesus adalah segalanya bagi saya! Saya berharap kiranya setiap orang di dalam ruangan ini bisa mengetahui betapa luar biasanya Yesus itu! Kalau saja mata Anda bisa terbuka. Kalau saja saya bisa berdoa seperti Elisa, “Tuhan, bukalah matanya supaya dia bisa melihat!” Kalau bisa, maka itulah hal yang akan saya doakan. Supaya Anda bisa melihat kemuliaan Yesus, supaya Anda bisa melihat betapa mempesonanya dia, jika dibandingkan dengan dunia. Dunia ini tak lebih dari sampah! Tak pantas untuk dibahas! Tak layak untuk dikejar!

Hal apakah yang sedang Anda kejar sekarang ini? Ke arah manakah Anda berlari-lari sekarang ini? Untuk apakah Anda berlari-lari sekarang ini? Hal apa yang Anda kejar? Ujian? Pekerjaan? Uang? Sobat, jika semua ini yang Anda cari, maka jangkauan pandangan Anda terlalu pendek. Apakah Anda bermaksud mengatakan bahwa Anda akan merasa puas dengan hal-hal semacam ini? Saya tidak mengerti bagaimana orang bisa dipuaskan dengan hal-hal duniawi, sedikit penghormatan duniawi, sedikit tepukan di bahu Anda. Walaupun kedengaran mengagetkan dan bukan untuk menghina, saya ingin katakan bahwa orang dengan mentalitas semacam ini tidak lebih baik daripada anjing. Anda mungkin bertanya, “Apa?” Ya, anjing. Dan anjing bahkan mungkin bisa lebih terhormat daripada mereka. Anjing akan puas jika Anda sediakan makanannya setiap hari. Anda tepuk-tepuk punggungnya dan berkata, “Anjing baik! Ini sepotong tulang buatmu.” Lalu dia akan berbahagia, dia puas. Seperti itulah adanya anjing. Akan tetapi bagi sebagian orang mereka hanya dipuaskan dengan “tulang” yang lebih canggih. Tulang bagi mereka mungkin sebuah mobil mewah, mobil yang berkilauan ditimpa cahaya matahari. Namun mobil yang sama dalam waktu lima tahun tidak bisa dibanggakan lagi karena tidak berkilauan lagi. Ia sudah dimakan karat. Itulah yang terjadi pada semua yang duniawi; mereka akan berlalu. Lihatlah mobil indah yang Anda beli beberapa tahun yang lalu. Saat itu ia mempesona semua mata yang memandangnya. Namun lihatlah keadaannya sekarang. Dunia dan segala perhiasannya akan berlalu. Untuk itukah Anda menjalani hidup? Anda mendapatkan beberapa gelar. Anda berkata, “Ini kartu namaku,” dan di belakang nama Anda tercantum beberapa gelar. Lalu orang menepuk pundak Anda dan berkata, “Anjing yang baik! Kamu sudah berusaha dengan baik. Kamu telah mendapatkan beberapa gelar.”

Beberapa hari yang lalu, saya mengamati daftar gelar kehormatan yang diberikan kepada Winston Churchill [mantan PM Inggris]. Ada begitu banyak gelar doktor kehormatan yang disandangnya, sampai-sampai saya tidak sanggup menghitungnya lagi. Orang-orang menguras pikiran mereka untuk bisa menciptakan gelar doktor kehormatan yang bisa diberikan kepadanya. Anda bisa lihat dalam majalah “Who’s Who” sewaktu-waktu nanti, dan silakan coba Anda hitung ada berapa gelar doktor yang disandangnya. Demikianlah, Anda berusaha, bekerja dan berjuang, dan Anda mendapatkan semua ini, lalu orang–orang menepuk pundak Anda. Dan Anda merasa sangat bahagia, merasa sangat penting. “Aku sudah hebat sekarang. Aku sudah dapatkan pojok pribadiku yang kecil di dunia ini. Aku sudah melakukan hal yang baik.” Lalu Anda membeli sebuah rumah mungil dan menetap di sana. Itukah tujuan hidup Anda? Saya tidak memahami orang-orang Kristen yang berlari-lari mengejar tujuan semacam ini. Dan ternyata bagi banyak orang, hanya ini tujuan hidup mereka. Untuk itukah Anda menjalani hidup ini?


KRISTUS LEBIH INDAH DAN BERHARGA!

Ini semua karena Anda masih belum melihat siapa Yesus itu. Kalau saja mata Anda bisa terbuka, Anda akan tahu bahwa memperoleh Yesus itu jauh lebih berharga daripada segala sesuatu di dunia ini. Memiliki dia lebih berharga ketimbang memiliki hidup ini. Hidup ini tidak ada artinya untuk dijalani tanpa Yesus. Jika Anda singkirkan Yesus dari hidup saya, maka saya lebih memilih untuk mati saja. Anda berkata, “Baiklah, kamu singkirkan Yesus dan aku akan beri kamu 5 gelar Ph.D, bagaimana?” Anda boleh simpan gelar-gelar itu karena saya bahkan tidak berminat pada satu pun. Anda berkata, “Baiklah, singkirkan Yesus dan aku akan berikan dua rumah.” Sebenarnya, ada orang yang pernah menawarkan sebuah rumah kepada saya asalkan saya mau menjadi pendeta di gereja mereka. Namun saya menjawab, “Tidak, terima kasih banyak. Saya puas dengan apa yang ada. Saya tidak menginginkan rumah Anda.” Beberapa orang mungkin bertanya, “Bagaimana kalau kuberikan mobil?” Orang-orang lebih menginginkan hal-hal tersebut ketimbang memiliki Yesus. Oh, mereka benar-benar sudah buta! Mereka tidak melihat harta ini. Berdoalah kepada Allah supaya Dia membukakan mata Anda untuk melihat harta ini! Mengapa orang-orang Kristen di Tiongkok rela masuk penjara? Mengapa mereka rela mengalami penderitaan, kepedihan dan kesengsaraan? Mengapa? Karena Yesus begitu indah! Karena Yesus begitu berharga! Dia layak dihargai setinggi itu!

Jadi, apakah gambarannya? Perhatikan kata ‘mahkota’ di ayat 14. Paulus berhasrat mendapatkan hadiah itu. “Aku berlari-lari mengejar tujuan untuk mendapatkan hadiah itu.” Adakah Anda berlari-lari mengejar sesuatu hadiah? Untuk hadiah yang semacam apakah Anda berlari-lari? Untuk ujian kuliah? Mungkin di saat masih kuliah, gelar terlihat sangat penting, akan tetapi percayalah, setelah Anda mendapatkan gelar itu, maka gelar itu akan segera terlihat sangat tidak penting. Saya bahkan sudah melupakan bahwa saya pernah mendapatkan gelar. Saya bahkan tidak ingat lagi akan hal itu. Itu semua hanya perkara masa lalu, hal yang diingatkan oleh orang lain kepada saya ketika bertanya, “Apakah latar belakang keahlian Anda?” “Latar belakang keahlian saya? Keahlian apa? Oh…” Anda lihat, hal-hal tersebut akan dilupakan. Semuanya sudah menjadi masa lalu. Semua itu tidak terlihat penting lagi.


SEORANG ATLET YANG MENGEJAR MAHKOTA

Lalu gambaran apa yang muncul? Gambaran yang muncul di sini adalah gambaran seorang atlet. Seorang atlet yang sedang berjuang, mendisiplin dirinya, berlari kencang, dalam rangka merebut mahkota kemenangan. Bagaimanakah kehidupan Anda dibandingkan dengan gambaran ini? Saya bacakan bagi Anda tentang bagaimana pentingnya gambaran ini bagi Paulus di 1 Kor 9:24-27,

Tidak tahukah kamu, bahwa dalam gelanggang pertandingan semua peserta turut berlari, tetapi bahwa hanya satu orang saja yang mendapat hadiah? Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Tiap-tiap orang yang turut mengambil bagian dalam pertandingan, menguasai dirinya dalam segala hal. Mereka berbuat demikian untuk memperoleh suatu mahkota yang fana, tetapi kita untuk memperoleh suatu mahkota yang abadi. Sebab itu aku tidak berlari tanpa tujuan dan aku bukan petinju yang sembarangan saja memukul. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasainya seluruhnya, supaya sesudah memberitakan Injil kepada orang lain, jangan aku sendiri ditolak (dari lomba ini).

Paulus menggambarkan kehidupan Kristen seperti sebuah perlombaan. Dia sedang berlari mengejar mahkota, dan dia juga menyuruh kita untuk berlari mengejar kemenangan itu. Tak semua orang bisa mendapatkannya. Ada banyak orang yang ikut berlomba, tetapi tidak semua sampai garis akhir. Ada begitu banyak orang yang telah memberitakan Injil, ada banyak orang yang telah mulai berlari, tetapi mereka tidak pernah sampai di tujuan. Mereka gagal. Dan hal ini sangatlah menyedihkan.


SUDAHKAH ANDA MEMULAI PERLOMBAAN?

Sudahkah Anda berada di dalam perlombaan? Pada hari akhir nanti, bisakah Anda mencapai garis akhir? Saya berdoa kepada Allah supaya Anda bisa berhasil, agar Anda bergantung kepada kekuatan Allah untuk mencapainya. Sungguh merupakan suatu tragedi jika Anda memulainya tetapi tidak bisa menuntaskannya. Sebagian dari Anda kemarin telah mengacungkan tangan. Anda telah menjadi Kristen. Anda telah memulai perlombaan. Anda telah memulai panggilan yang mulia ini. Saya berdoa kiranya Anda tidak gugur di tengah jalan tanpa mencapai garis akhir. Paulus menyuruh agar kita berlarilah sedemikian rupa sehingga kita bisa sampai ke sana. Apa gunanya memulai berlari tetapi tidak mencapai tujuan? Lebih baik tidak usah memulainya. Pandanglah hadiah yang tersedia di depan! Apakah hadiahnya? Itu dia, memperoleh Yesus! Tak ada satu hal pun di dunia ini yang layak untuk dikejar. Majulah terus supaya Anda bisa memperoleh dia!

Bagaimana cara Anda mendapatkan seseorang? Dengan memenangkan cintanya! Bukan dengan cara menangkap lalu menaruhnya di dalam kotak, atau menguncinya di dalam kamar. Anda tidak akan mendapatkan seorangpun dengan cara ini. Yang Anda dapatkan adalah tawanan. Anda tidak memenangkannya. Anda memenangkan seseorang jika Anda memenangkan hatinya. Dan jika Anda memiliki seorang kekasih, Anda tahu persis apa yang saya maksudkan. Anda akan melakukan segala-galanya untuk mendapatkan perhatian orang tersebut. Dan hati Anda akan hancur berkeping-keping ketika perhatian orang itu kepada Anda mulai pudar. Setidaknya, Anda berusaha untuk memenangkan cinta orang tersebut. Lalu Anda membeli permen, bunga, sampai-sampai Anda memboroskan uang Anda mengundang orang itu menikmati hidangan mahal. Dan Anda mulai bingung, bagaimana cara untuk membiayai semua ini? Namun tetap layak dicoba. Anda memacu diri Anda untuk bisa memenangkan hati orang tersebut bagi Anda. Jadi, apa artinya memenangkan Yesus dan kasihnya? Artinya adalah untuk menjadikan dia milik kita. Dengan cara apa lagi Anda bisa memenangkan Yesus? Anda tidak bisa merengkuh dia dan berkata, “Dia milikku, bukan milikmu.” Tidak, Anda harus memenangkan kasihnya!


RASUL YOHANES SELALU MENGEJAR YESUS

Sama seperti yang telah dilakukan oleh rasul Yohanes. Oh, Yohanes sangatlah mengagumkan, bukankah begitu? Dia orang yang selalu bersandar di dada Yesus. Mengapa? Karena dia selalu mengejar Yesus. Dia memenangkan kasih Yesus. Alkitab berkata, “Murid yang dikasihi Yesus.” Wah! Dia berhasil! Dia memenangkan kasih Yesus! Ada dua belas orang murid Yesus, dan di antara kedua belas orang itu, ada tiga yang akrab dengan Yesus. Dan dari ketiga orang itu, ada satu yang paling dekat dengan Yesus. Yohanes adalah satu-satunya di antara para rasul itu yang digambarkan oleh Alkitab sebagai, “murid yang dikasihi Yesus”. Oh, saya cemburu padanya! Saya berharap untuk bisa berada di posisi Yohanes. Pastilah luar biasa! Yohanes berusaha untuk memenangkan kasih Yesus! Dan bagaimana hasilnya? Sungguh luar biasa! Dia tidak banyak bicara. Petrus adalah orang yang banyak bicara. Dan ini juga merupakan masalah bagi kebanyakan dari kita. Anda tidak akan menemukan Yohanes banyak bicara, bukankah begitu? Sebaliknya, dia sangat tenang, tetapi dia selalu berada di tempat yang tepat, pada saat yang tepat, dan melakukan hal yang benar. Sungguh indah! Murid yang lain membual, “Aku akan mati demi engkau! Aku akan mengerjakan ini dan itu bagimu.” Ketika saatnya tiba, murid yang lain lari menyelamatkan diri, tetapi di manakah Yohanes? Yohanes tetap di sana. Dia ada di ruang pengadilan, saat pengadilan dijalankan, Yohanes ada di sana! Dialah satu-satunya murid yang ada di dekat kayu salib! Yohanes selalu hadir – saat petaka menimpa, saat sidang pengadilan, dia tidak melarikan diri. Dia selalu ada di sisi Yesus, tak peduli resiko apapun yang harus ditempuhnya. Berdiri di kaki kayu salib adalah tindakan yang berbahaya bagi seorang murid di saat itu. Akan tetapi Yohanes ada di sana. Dan kepadanyalah Yesus mempercayakan ibunya. Begitu besar kasih Yohanes kepada Yesus! Sungguh luar biasa!

Memenangkan Yesus! Menjadikan dia milik saya! Itulah ambisi saya. Dunia ini seperti pasir dalam genggaman, dunia ini akan berlalu. Pernahkah Anda mencoba menggenggam pasir? Anda genggam pasir itu, semakin kuat genggaman Anda, semakin cepat pula pasir itu keluar dari tangan Anda. Semakin keras Anda menggenggamnya, semakin cepat pula ia menghilang dari genggaman tangan Anda. Jika Anda menggenggamnya dengan longgar, paling tidak masih ada sedikit yang akan tersisa di tangan Anda. Demikianlah adanya dunia ini. Semakin kuat Anda menggenggam dunia ini, semakin cepat pula ia berlalu dari Anda. Sungguh mengherankan! Ada orang yang berlari kencang mengejar keduniawian, tetapi pada akhir hayat mereka, mereka tampaknya nyaris tidak punya apa-apa. Dan orang lain yang tampaknya tidak begitu peduli dengan dunia ini, tampaknya masih ada sesuatu yang tersisa. Hal yang luar biasa. Seperti inilah dunia ini. Ia terus berlalu. Dunia ini adalah mahkota yang fana. Untuk itukah Anda berlari-lari?

Jadi, gambaran yang diberikan adalah gambaran seorang atlet. Atlet jenis apakah Anda? Kita semua berada di dalam perlombaan. Kita semua berlari-lari mengejar sesuatu di dunia ini. Masalahnya adalah, Anda sedang berlari-lari mengejar apa? Anda harus tepat menentukan tujuan Anda. Jadi, gambaran yang kita lihat adalah gambaran tentang seorang atlet.


PERLOMBAAN SEORANG ATLET DISAKSIKAN OLEH SEMUA ORANG

Namun gambaran tentang atlet di dalam Alkitab bukan sekadar gambaran seorang olahragawan. Gambaran tentang atlet di dalam Alkitab, yakni atlet Kristen, adalah orang yang sedang berlomba di stadion, di tengah arena. Setiap mata akan memandang Anda. Tahukah Anda bahwa sebagai seorang anak Allah, maka orang-orang akan menonton Anda? Jangan mengira bahwa tak ada orang yang mengamati Anda setiap saat. Anda sedang memegang panji-panji. Anda memegang tanggung jawab yang sangat besar di arena. Jika orang tahu bahwa Anda adalah seorang Kristen, maka mereka akan mengamati Anda. Jika Anda tergelincir, mereka tidak akan berbelas kasihan. Saya harap Anda memahami hal ini. Kita ini sedang berlomba di tengah arena, bukannya di tengah hutan, di mana jika kita jatuh tidak ada orang yang tahu. Di tengah arena, seluruh dunia sedang mengamati Anda, mengamati apa yang Anda kerjakan. Dan para penguasa roh juga mengamati Anda. Di Efesus 3:10 dikatakan bahwa melalui gereja, Allah memperlihatkan kemuliaan-Nya kepada para penguasa roh! Hal ini sangat mencengangkan. Tahukah Anda bahwa sekalipun tak ada mata manusia yang mengawasi Anda, para penguasa di alam roh mengamati prestasi rohani Anda. Itu adalah suatu tantangan yang cukup besar.


SEORANG ATLET ADALAH SEORANG MARTIR

Lalu bagaimana cara kita berlomba? Bagaimana cara kita mengerahkan segenap daya kita? Di dalam kitab Makabe yang adalah bagian dari apokrifa – ditemukan banyak hal tentang sejarah Israel. Di sana, kita menemukan uraian seorang atlet sebagai orang yang berlomba bagi Allah untuk memuliakan Allah. Bagaimana cara dia berlomba? Dia berlomba sampai pada akhirnya, baik melalui kehidupan yang dia jalani, maupun melalui kematian yang dia hadapi. Jadi kata ‘atlet’ ini, sejak masa awal munculnya Perjanjian Baru, telah memiliki makna sebagai martir. Seorang atlet adalah seorang martir.


ELEAZAR ADALAH SEORANG ‘ATLET’ YANG JUGA MARTIR

Sebagai contoh, di Makabe 4, kita membaca bahwa Eleazar yang disebut sebagai ‘atlet’. Siapakah Eleazar ini? Dia adalah seorang cendekiawan Kitab Suci yang biasanya disebut sebagai ahli taurat. Mereka adalah sarjana yang mempelajari Firman Allah. Sayangnya, pada zaman Yesus, sebagian besar dari ahli Taurat ini adalah orang Farisi, orang yang berpikiran sempit dan munafik. Namun pada masa awal kemunculan mereka, para ahli taurat ini cukup berjasa bagi masyarakat di masa Perjanjian Lama. Ezra, misalnya, adalah seorang ahli taurat yang mengajari rakyat tentang Firman Allah. Dan Eleazar adalah salah satu dari para ahli taurat itu, dan dia kebetulan adalah seorang pejabat tinggi. Kedua posisi tersebut tak jarang berada di tangan orang yang sama. Eleazar menghadapi penganiayaan yang berat di bawah Antiokus Epifanes IV, yang dikenal sebagai ‘raja yang gila’, seorang raja yang menganiaya orang-orang Yahudi secara kejam dan menimbulkan pemberontakan Makabe. Eleazar dianiaya sampai mati walaupun dia orang yang sudah tua. Mereka mencoba merayu dia untuk meninggalkan Allah, untuk berpaling dari Firman Allah, tetapi tidak berhasil. Lalu mereka menyiksa dia, tetapi masih gagal juga. Maka, mereka akhirnya menyiksa dia sampai mati, dan dia mati dengan penuh sukacita, menyatakan kesaksian yang indah! Dari sanalah sumber makna kata ‘atlet’ di dalam Perjanjian Baru. Sangatlah penting untuk memahami bagaimana kata ‘atlet’ ini dipakai jika kita menelaah Perjanjian Baru.


SEORANG IBU DAN KETUJUH ANAKNYA MENJADI MARTIR

Di kitab Makabe ada juga seorang ibu yang mempunyai tujuh anak laki-laki. Seorang ibu yang sangat hebat! Seorang ibu bersama ketujuh anak laki-lakinya dihadapkan ke pengadilan oleh para pegawai si Raja Antiokhus yang gila ini karena iman mereka kepada Allah. Raja ini berusaha agar mereka mau berpaling dari Allah, untuk menolak Allah. Dan jika mereka mau menyangkal Allah, maka mereka akan dibebaskan.

Raja ini memulai dari anak yang pertama, si anak sulung, dan berkata, “Maukah kamu berpaling dari Allah? Kalau kamu mau, aku akan membebaskanmu. Kamu tidak perlu mati. Kamu tidak perlu menderita.” Si sulung itu menjawab, “Tidak, aku akan teguh pada Allahku dan pada Firman-Nya.” Demikianlah, mereka lalu menyiksa si sulung ini, di hadapan ibu dan saudara-saudaranya yang menyaksikan penganiayaan ini. Lidahnya dipotong, tangannya dipenggal, dan kakinya juga dipenggal. Ini lebih buruk dari kematian. Mati itu mudah. Akan tetapi orang-orang jahat ini tidak akan membiarkan Anda mati dengan mudah. Demikianlah, si sulung ini dipotong sedikit demi sedikit, sampai akhirnya dia mati di hadapan ibu dan saudara-saudaranya. Tindakan ini untuk menakut-nakuti mereka yang lain supaya mereka mau menyerah.

Lalu sampai pada anak yang kedua. “Maukah kamu meninggalkan imanmu kepada Allah? Maukah kamu berpaling dari Firman dan Taurat-Nya?” “Tidak akan!” Lalu dia juga dipotong sedikit demi sedikit di hadapan ibu dan saudara-saudaranya sampai dia sendiri juga mati.

Demikianlah, hal ini terus berlanjut pada ketujuh orang anak tersebut, dan sampai pada anak yang paling bungsu. Anak yang bungsu ini masih kecil, dia baru saja memasuki masa remaja. Lalu Antiokhus berkata kepadanya, “Dengarkanlah, kamu masih sangat muda, kalau kamu mau berpaling dari Allah, kalau kamu mau berpaling dari Firman-Nya, maka aku bukan sekadar akan membebaskanmu, aku juga akan memberimu kekayaan, aku akan memberimu masa depan yang cemerlang, aku akan menempatkanmu di tempat yang sangat terhormat sehingga seluruh dunia akan iri kepadamu!” Dan Antiokhus berkata kepada si ibu, “Nah, bujuklah anakmu untuk berpaling dari Allah. Berbicaralah kepadanya!” Dan ibu ini lalu berbicara kepada anak bungsunya, dia berbicara dalam bahasa Ibrani, bahasa yang tidak dipahami oleh sang raja karena dia orang Yunani. Dan ibu ini berkata, “Kamu adalah anakku yang tersisa sekarang ini, saudaramu yang lain sudah memberikan kesaksian yang baik. Kamu juga, jangan hancurkan hatiku. Berdirilah teguh bagi Allah supaya aku bisa bertemu denganmmu nanti di dalam kebangkitan, supaya aku tidak kehilanganmu untuk selamanya! Berdirilah teguh bagi Allah. Jangan takut. Majulah!” Sungguh ibu yang luar biasa! Dia memahami visi kebangkitan, visi yang dari Allah. “Anakku, bertahanlah. Aku memang tidak sanggup menyaksikan anak-anakku dipotong satu demi satu. Aku memang tidak sanggup menyaksikannya. Namun demi Allah, bertahanlah. Kebangkitan menantikan kita.”

Saat dia masih berbicara kepada anaknya, si anak bungsu ini berpaling kepada raja dan berkata, “Buat apa membujuk terus? Lakukan saja eksekusinya! Aku siap menyerahkan nyawaku demi Allahku.” Demikianlah, anak ini juga mati, mengikuti jejak keenam saudaranya. Ketujuh anak laki-laki ini mati semuanya. Sang ibu juga, akhirnya dieksekusi.

Inilah gambaran tentang ‘atlet’ yang diuraikan di dalam kitab Makabe, yakni orang yang berjuang di arena, yang menjalani perlombaan, yang memenangkan mahkota. Mereka itulah para atlet. Itulah yang dimaksudkan oleh Alkitab dengan kata atlet. Anda harus memahami hal ini. Sungguh ibu yang hebat! Dan anak-anaknya juga sangat hebat! Di mana kita bisa temukan orang-orang semacam ini sekarang, orang-orang yang memasuki perlombaan demi Yesus sampai pada akhirnya? Siapa saja yang bertahan sampai pada kesudahannya akan diselamatkan. Hal ini Yesus sampaikan dua kali, di Matius 10:22 dan Matius 24:13. Saya berdoa kepada Allah supaya, oleh anugerah-Nya, akan ada atlet yang berlomba bagi Allah di sini!


BAGAIMANA MEMENANGKAN PERLOMBAAN?

1a) Waspadai Kuasa Iblis Dan Orang-orang Kristen Yang Duniawi

Lalu apa yang bisa kita pelajari dari perlombaan di Filipi pasal 3 ini? Pertama, waspada, supaya Anda tidak mengalami diskualifikasi atau dikeluarkan dari arena lomba. Ingatlah bahwa Paulus sendiri berkata, “…jangan aku sendiri yang ditolak.” Berhati-hatilah di dalam menjalani perlombaan ini karena seluruh kekuatan kuasa jahat akan berusaha untuk menghentikan Anda dari perlombaan ini, yaitu untuk mendiskualifikasi Anda dari titik awal. Dan Paulus tidak memandang keselamatannya sebagai barang gratisan. Dia tidak duduk santai dan berkata, “Aku baik-baik saja sekarang. Tempatku di surga sudah dijamin.” Tidak semudah itu. Dia malah takut terkena diskualifikasi atau dikeluarkan dari pekerjaan Allah. Dan bagaimana dengan Yohanes pasal 15? Kita harus sangat waspada. Cabang yang tidak menghasilkan buah akan dipotong dari pokok anggur itu dan dibuang ke dalam api! Waspadalah! Waspadalah agar jangan Anda didiskualifikasi! Seperti yang pernah saya sampaikan sebelumnya, ada beberapa orang yang telah mulai berlomba, tetapi mereka tak pernah sampai ke garis akhir! Hal yang sangat menyedihkan hati. Jadi, Anda yang masih baru menjadi Kristen, dan juga yang sudah lama menjadi orang Kristen, waspadailah jalur perjalanan Anda. Ada musuh-musuh yang ingin menjatuhkan Anda, entah dengan sengaja ataupun tidak.

Demikianlah, ayat 2 berkata: Hati-hatilah terhadap anjing-anjing. Apakah makna anjing menurut Alkitab? Anjing-anjing adalah mereka yang materialistis, seperti yang telah saya katakan, mereka hanya tertarik kepada hal-hal jasmaniah, allah mereka adalah perut mereka. Mereka begitu bersemangat menyembah perut mereka, makanan mereka! Lalu perut mereka menjadi semakin besar. Hebat sekali! Perut itu membuncit – menjadi tanda kemakmuran. Saya tidak memiliki kemakmuran yang semacam ini. Inilah hal yang dikatakan oleh Paulus di dalam Filipi 3:18. Siapakah anjing-anjing itu? Paulus berkata,

Karena, seperti yang telah kerap kali kukatakan kepadamu, dan yang kunyatakan pula sekarang sambil menangis, banyak orang yang hidup sebagai seteru salib Kristus. Kesudahan mereka ialah kebinasaan, Tuhan mereka ialah perut mereka, kemuliaan mereka ialah aib mereka, pikiran mereka semata-mata tertuju kepada perkara duniawi. (Flp.3:19)

Mereka itulah para anjing. Tahukah Anda cara anjing berjalan? Pernahkah Anda melihat anjing berjalan? Mereka berlarian ke sana ke mari dengan hidung yang selalu mengendus ke bawah. Mereka tampaknya tak pernah melihat apa yang ada di atas. Jika mereka menatap ke atas itupun hanya sebentar saja, mereka akan mengendus ke bawah lagi. Pikiran mereka tertuju pada hal-hal duniawi. Mereka membanggakan hal-hal yang menjijikkan. Benda-benda macam apakah yang gemar mereka cium? Benda-benda yang berbau memuakkan tampaknya sangat menarik perhatian mereka! Mereka bermegah dalam kejijikan mereka. Ya, begitulah adanya anjing. Anda tidak akan mendapatkan gambaran yang lebih baik.

Terlebih lagi, anjing menurut Alkitab bukanlah anjing sebagaimana yang ada di negara-negara maju. Saya tidak tahu bagaimana keadaan anjing-anjing di Kanada. Anjing-anjing di Inggris menikmati hari-hari yang indah. Mereka tidur di atas bantalan yang dihangatkan. Mereka menikmati makanan kalengan berupa hati, daging bebek, ayam, sapi, atau menu lainnya. Anjing itu yang menentukan menu apa yang dia inginkan. Jika dia tidak suka daging sapi, maka dia bisa menikmati daging ayam, atau dia bisa menikmati hati, atau daging jenis lainnya. Kadang kala, saya nyaris tergoda untuk melamar menjadi anjing di Inggris. Tampaknya dia menikmati kehidupan yang lebih baik daripada saya. Anjing-anjing di Israel pada zaman itu bukanlah anjing rumahan. Mereka adalah anjing-anjing liar. Mereka adalah anjing-anjing yang tidak memiliki majikan. Mereka melayani diri mereka sendiri, dan hanya diri mereka sendiri saja. Dan mereka akan menggigit orang yang tidak mereka sukai serta mengikuti siapapun yang memberi mereka sepotong daging. Anjing – hidup tanpa tujuan, tanpa cita-cita, hidung mereka terarah ke bawah mengendus hal–hal duniawi.

Waspadalah terhadap orang-orang semacam itu. Sebagian dari orang-orang itu adalah orang-orang Kristen. Ya. Dengan cara bagaimanakah Anda bisa menjadi ‘seteru salib’? Alkitab memberitahu kita bahwa musuh yang paling berbahaya bagi salib adalah orang-orang yang pernah menjadi ‘Kristen’ dan mereka yang mengaku ‘Kristen’. Yohanes memperingatkan kita: “Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita.” Ya, mereka pernah ada di antara kita. Mereka adalah orang-orang yang berbahaya. Mereka akan berkata kepada Anda, “Oh, kamu orang Kristen baru ya? Ha ha! Kau tahu, aku telah beribadah ke gereja jauh sebelum kamu lahir. Lihat aku. Aku tahu segala sesuatu tentang gereja melebihi apa yang kau tahu. Kamu membaca Alkitab? Aku sudah membaca Alkitab mulai dari sekolah minggu. Ketika aku masih balita dan masih susah berjalan, aku sudah membaca Alkitab sejak jauh sebelum kau lahir! Aku tahu isi Alkitab. Dengarkan saja aku. Tidak perlu jauh-jauh untuk menjadi orang Kristen. Mereka semua cuma omong kosong saja! Terlebih lagi, saat kamu menjadi Kristen, kamu tidak perlu menjadi terlalu fanatik. Kita tidak ingin ada orang fanatik! Kamu boleh menjadi orang Kristen dan sewaktu-waktu pergi ke gereja. Itu bagus. Kadang-kadang, bacalah Alkitabmu. Tak perlu terlalu banyak, kepalamu bisa pusing. Bacalah Alkitabmu sekali-sekali. Pergilah ke gereja sesekali juga. Tak perlu berlebihan. Yang paling bagus, kalau kamu belum sempat pergi ke gereja, lebih baik tidak usah pergi! Ada hal-hal lain yang lebih menarik untuk dilakukan. Lagi pula, aku telah beribadah ke gereja jauh sebelum kamu. Aku tahu semua seluk beluk gereja.” Seperti itulah para anjing. Mereka menggigit tumit Anda di saat Anda mencoba untuk lari. Mereka menggigit Anda, mereka mendatangi Anda, melecehkan Anda, menakut-nakuti Anda, lalu Anda menjadi kebingungan. “Dia orang Kristen. Dia lebih tua dariku, dan dia tahu banyak tentang gereja.” Jangan digoyangkan oleh orang-orang seperti ini.

Satu hari, saya pernah menyinggung perasaan seseorang. Saya ini orang yang cenderung blak-blakan. Saya ini bukan diplomat yang baik. Saya pikir, saya ini tidak akan bisa berhasil jika menjadi diplomat, walaupun ayah saya bekerja di bidang diplomatik. Orang itu berkata, “Aku sudah masuk gereja jauh sebelum istri dan anak-anakku.” Istri dan anak-anaknya beribadah di gereja kami, dan mereka mengalami pertumbuhan rohani yang indah, sedangkan orang ini tertinggal jauh di belakang. Suatu hari, saat saya berjumpa dengannya, dia berkata, “Kau tahu” – dia berkata kepada istrinya di depan saya – “Aku sudah masuk gereja jauh sebelum perempuan ini, dan juga semua anak-anak di sini.” Dan saya berkata, “Bagus sekali. Sekarang Anda di mana?” Ha! Dia sangat marah! Orang ini tidak suka mendengar kebenaran. Saya hanya menanyakan suatu hal kepadanya: Di mana kamu sekarang? Saya tidak mengatakan hal-hal yang lain, tetapi dia menjadi marah.

Jadi, ini bukanlah masalah apakah Anda sudah mulai ikut berlomba. Persoalannya adalah, di mana posisi Anda sekarang di dalam lomba ini? Mungkin Anda sudah memulai lebih awal, tetapi bukankah memalukan melihat orang lain yang memulai belakangan ternyata sudah jauh mendahului Anda? Kalau saya, hal itu akan sangat memalukan. Dan tampaknya, orang yang marah ini justru sudah kembali ke garis awal lagi. Dia bahkan sudah tidak berada di garis awal itu. Dia telah didiskualifikasikan. Waspadalah terhadap anjing-anjing!


1b) Waspadai Dosa

Hal lain yang perlu diwaspadai adalah dosa! Dosa akan memghancurkan Anda. Waspadailah dosa! Dosa akan menghancurkan bahkan orang Kristen yang terbaik! Dosa bisa menghancurkan manusia Allah yang paling kuat sekalipun. Dan ada banyak jenis dosa: seperti kesombongan, misalnya. Kesombongan – “Oh, aku orang penting sekarang. Aku bekerja di gereja. Aku bekerja di organisasi ini. Aku orang penting sekarang, pandanglah aku!” Dosa yang ini akan menjatuhkan Anda sama seperti dosa yang lain.

Waspadalah secara khusus akan dosa seksual, terutama bagi Anda orang-orang muda. Saya ingin menggaris-bawahi bahwa Iblis akan melakukan segala cara untuk menghentikan keikutsertaan Anda di dalam lomba lari ini.


Seorang Pendeta Yang Jatuh

Bertahun-tahun yang lalu, saya kenal dengan seorang penginjil di Hong Kong. Dia memulai dengan baik, dan Allah memang memakainya. Dan suatu hari dia menghilang. Pelayanannya berakhir! Sekalipun dia sudah menjadi penginjil, sekalipun dia telah menjalankan pekerjaan bagi Allah, riwayatnya tetap berakhir! Mengapa? Karena dia ceroboh dalam menghadapi rintangan di lintasan lomba. Dia punya sekretaris, dan sekretarisnya ini selalu ikut kemana pun dia pergi. Saya agak bingung. Pada awalnya, saya kira perempuan itu adalah istrinya, sampai suatu hari saya ketahui bahwa wanita itu adalah sekretarisnya. Bagaimana bisa sekretaris selalu ikut ke manapun dia pergi? Saya pikir semestinya dia berada di kantor mengetik sesuatu atau mengerjakan hal yang lain. Namun tampaknya perempuan ini tidak mengerjakan hal yang lain selain mengikuti kemanapun dia pergi. Dan suatu hari, hal itu terungkap. Dia menceraikan istrinya untuk menikahi sekretarisnya. Seorang pemberita Firman Allah! Seorang hamba Allah mengerjakan hal yang semacam ini. Allah mengeluarkannya dari arena. Tamat riwayatnya! Dia terkena diskualifikasi! Kami tak pernah mendengar tentang dia lagi.

Iblis akan mencoba berulang-ulang, untuk menjebak Anda ke dalam posisi di mana dia bisa menjatuhkan Anda. Anda harus sangat berhati-hati, saudara-saudari. Dia sangat bertekad untuk menjatuhkan Anda. Anda menghadapi musuh yang tidak duduk diam sambil menjentikkan jari. Dia sangat bertekad untuk menjatuhkan Anda di setiap langkah Anda, untuk melukai Anda sedemikin rupa sehingga Anda tidak bisa bangkit dan berlari lagi. Itulah hal yang dia inginkan.


Manajer Hotel Meminta Saya Untuk Tinggal Sekamar Dengan Seorang Gadis

Iblis memakai begitu banyak cara untuk menjatuhkan saya, khususnya melalui satu cara ini – yakni dosa seksual, hal yang memberi saya banyak pelajaran untuk sangat mewaspadainya. Iblis sangatlah cerdik. Jika ada orang yang berkata bahwa dia tidak percaya adanya Iblis, maka itu karena dia belum cukup lama menjalani kehidupan Kristen. Jika Anda cukup lama menjalani kehidupan Kristen, maka Anda akan tahu tentang Iblis. Ini bukan soal dogma, ini adalah masalah pengalaman. Sering kali, Iblis mencoba untuk menjebak dan menghaancurkan saya melalui cara ini! Saya bagikan kepada Anda salah satu pengalaman saya. Di tahun 1962, saya pergi ke Israel. Saya habiskan waktu beberapa bulan untuk belajar di sana. Saya membeli tiket pesawat harga mahasiswa. Saya berkereta api sampai ke Athena di Yunani, dan dari Athena, saya naik pesawat ke Israel, di sana saya tinggal di Yerusalem.

Waktu di Athena, saya membeli tiket pesawat harga mahasiswa, dan tersedia dua pesawat yang bertiket murah ini, pesawat yang lebih terlihat seperti nyamuk ketimbang pesawat terbang. Saya tidak tahu dari mana mereka temukan pesawat ini. Mungkin berasal dari zaman Perang Dunia I. Di dalamnya tersedia tempat duduk dari bahan kanvas, dan bagian ekornya merapat ke tanah. Jenis pesawat ini mungkin tidak ada lagi sekarang. Bagian ekornya baru terangkat dari tanah kalau sudah mulai melaju. Namun pesawat yang saya tumpang gagal mengudara! Pesawat ini mengalami kegagalan mesin. Kami menunggu jam demi jam, sampai sepanjang hari di sana, dan akhirnya keluarlah pengumuman: “Kami mohon maaf, pesawatnya tidak dapat mengudara, masalah mesinnya belum bisa diatasi. Para penumpang dipersilakan kembali ke Athena, kami akan menyediakan penginapan bagi Anda semua untuk malam ini. Dan besok, kami usahakan pesawat itu sudah bisa diterbangkan.”

Demikianlah, kami – rombongan mahasiswa ini – pergi kembali ke Athena. Ketika kami sampai di hotel, kami semua ditempatkan berpasangan di kamar-kamar hotel itu. Mereka hanya punya sedikit kamar dengan ranjang berpasangan. Anggota rombongan berebutan kamar. Saya tidak merasa perlu untuk terburu-buru. Saya pikir lebih baik saya biarkan saja mereka mendapatkan kamar lebih dahulu, dan saya hanya perlu menunggu kamar yang tersisa buat saya. Demikianlah, semua orang sudah mendapatkan kamarnya, dan yang tersisa adalah saya dengan seorang gadis! Dan gadis ini adalah gadis Skandinavia. Mungkin, jika Anda tahu sedikit tentang Skandinavia, Anda tentu tahu apa yang saya maksudkan. Tampaknya, kebebasan seksual sangat populer di Skandinavia. Jadi, yang tersisa tinggal satu kamar, dan saya akan ditempatkan di sana bersama dengan gadis ini. Kemudian, si manajer berkata, “Bagus sekali. Kalian berdua mendapatkan kamar ini.” Saya berkata, “Tunggu! Tunggu sebentar!” Namun manajer ini langsung saja berkata kepada gadis itu, “Apakah kamu mau sekamar dengannya?” Dia menjawab, “Ya.” Saya berkata, “Tunggu dulu. Anda belum menanyai saya.” Dia menganggap bahwa jika si gadis tidak keberatan, maka urusannya sudah beres. Dia tidak perlu menanyai saya. Tentunya saya pasti setuju. Saya berkata, “Tunggu dulu. Ini tidak boleh.” Manajer itu berkata, “Apa maksudmu tidak boleh? Dia telah setuju, bukankah begitu?” Saya jawab, “Tapi saya belum setuju.” Dia berkata, “Apa? Kamu tidak setuju? Lihat, hanya kamar dengan dua tempat tidur ini yang ada. Aku tidak punya kamar lain lagi. Tidakkah kamu paham? Aku tidak punya kamar lain lagi.” Dan Anda tentu tahu bagaimana gaya berbicara orang-orang di pesisir Laut Tengah, tangan mereka ikut bergerak ke sana kemari. Saya berkata, “Yah, tentunya Anda bisa carikan yang lain buat saya.” Dia berkata, “Tidak. Aku tidak punya yang lain lagi. Kamu harus tinggal sekamar dengannya.” Saya berkata, “Tolong dengarkan. Maaf kalau saya mengecewakan Anda, tetapi saya tidak mau tinggal sekamar dengannya. Saya tak peduli apakah dia telah menyetujuinya, saya tidak akan tinggal sekamar dengan dia, apakah Anda mengerti?” Dia menggelengkan kepalanya dan berpikir, “Orang ini pasti sudah gila! Orang ini sudah gila! Gadis ini bersedia tinggal sekamar denganmu, tetapi kamu malah tidak mau tinggal sekamar dengannya! Kebanyakan orang tidak akan melewatkan kesempatan ini. Mereka akan menyambar kesempatan ini. Gadis ini sangat bersedia, akan tetapi kamu justru tidak mau tinggal sekamar dengannya! Oh, kamu pasti sudah gila!” Saya tahu pikirannya. “Orang ini sedang ge-er. Aku pasti sudah menyambar kesempatan ini kalau aku jadi dia, tetapi dia malah tidak mau!”

Anda bisa lihat, betapa cerdiknya Iblis menempatkan saya dalam situasi yang semacam ini, situasi yang tampaknya mustahil. Tampaknya pilihan yang harus saya hadapi adalah tinggal sekamar dengannya atau saya harus tidur di jalanan! Saya harus memilih. Apa yang akan Anda perbuat jika Anda berada dalam posisi semacam ini? Anda sebagai seorang Kristen, terjebak dalam posisi semacam ini. Mungkin Anda akan membatin, “Tak ada orang yang tahu. Tak satupun dari mahasiswa ini yang mengenalku. Kami tidak saling kenal. Kami bertemu di Athena hanya untuk penerbangan ini. Aku akan melakukannya. Tidak masalah. Yah, lagi pula, kami boleh tinggal sekamar dan kami tidak perlu melakukan hal yang bodoh.” Lalu Anda sudah menemukan alasan bagi Anda. Waspadailah godaan-godaan semacam itu.

Anda tahu, Iblis berusaha menempatkan saya ke dalam posisi semacam ini dengan cara yang terlihat sangat wajar. Anda tidak percaya adanya Iblis? Cobalah menjalani kehidupan Kristen dan Anda akan menghadapinya. Perlu mengerahkan seluruh tekad saya untuk bisa berkata kepada manajer itu, “Saya tidak setuju, tolong dipahami, tidak setuju – apakah Anda bisa memahami arti tidak setuju? Saya tidak setuju tinggal sekamar dengannya.” Akhirnya dia berkata, “Baiklah, baiklah, kami akan usahakan jalan keluar.” Dengan sangat tersinggung, sambil menggerutu, dia menyiapkan sebuah tempat tidur bagi saya di kamar lain. Dia mengambil tempat tidur dari gudang dan menyiapkannya di sebuah kamar buat saya.

Waspadalah! Karena dalam sekejap mata, di saat Anda mengira tidak ada orang yang tahu. Lantas apa? Tak ada orang yang tahu bahwa aku sedang di Yunani. Aku orang asing di sini, lalu Anda melakukannya. Anda akan menyesal seumur hidup Anda hanya untuk kesenangan yang cuma sesaat. Musa adalah orang yang bijak. Dia tidak akan mencampakkan warisan kekalnya demi kenikmatan sesaat saja. Jangan cepat tergoda, sobat. Godaan akan terlihat sangat menarik. Dosa itu sangatlah memikat. Tak ada orang yang mau berbuat dosa kalau dosa itu tidak memikat. Akankah Anda berbuat dosa jika dosa itu tidak memikat? Kita berbuat dosa karena dosa itu sangat memikat. Sungguh indah! Pandanglah gadis yang penuh daya tarik itu! Lalu jatuhlah orang-orang itu. Mungkin, dalam kasus Anda, masalahnya adalah pemuda pria. Namun pokok yang penting di sini adalah: Waspada!


1c) Waspadailah Hasrat-hasrat Anda

Saya pernah kenal dengan orang-orang Kristen yang baik yang mengalami kejatuhan karena pernikahan yang salah. Mereka tidak melakukan hal-hal yang bodoh. Mereka hanya perlu menikahi gadis, atau pemuda, yang salah, dan segenap kehidupan Kristen mereka berantakan. Saya pernah kehilangan seorang rekan kerja yang berwawasan sangat bagus. Dia adalah lulusan fakultas teknik di Imperial College of London, dia melanjutkan pendidikan di seminari teologi selama 3 tahun, dan setelah pendidikan tersebut, kami kehilangan dia! Kami kehilangan dia karena dia menikahi gadis yang salah. Dan riwayatnya berakhir. Tamat!

Waspadalah jangan sampai Anda didiskualifikasi saat sedang menjalani lomba ini. Lebih baik carilah hal ini: kesediaan untuk memandang segala yang lain sebagai sampah demi Kristus. Bersedia untuk mengalami persekutuan dalam penderitaannya. Bersedia untuk dicemooh oleh para pendosa, seperti pendosa yang satu ini yang berkata, “Ada gadis yang mau tinggal sekamar denganmu tetapi kamu tidak mau?” Mereka mencemooh Anda, mereka menertawai Anda. Jangan peduli. Ikutlah berbagi penderitaan dengan Kristus. Pada akhirnya Anda akan berbahagia karena telah mengerjakannya.

Selanjutnya, ada sebagian orang Kristen yang berkata, “Aku bersedia untuk menjadi orang Kristen yang berkomitmen total. Saya bersedia untuk menjalani lomba lari ini, namun bagaimana melakukannya? Ada satu hal yang menahan-nahan saya sekarang ini, yang membuat saya takut masuk ke dalam lomba ini, bagaimana kalau Allah menyuruh saya mengerjakan hal-hal yang tidak ingin saya kerjakan?” Pernahkah Anda berpikir seperti itu? Anda ingin serahkan hidup Anda sepenuhnya kepada Allah, akan tetapi Anda ketakutan. Anda takut kalau-kalau nanti Allah menyuruh Anda mengerjakan sesuatu yang tidak Anda sukai. Mungkin Dia nanti menyuruh Anda pergi ke kutub utara. Anda berkata, “Aku tidak suka kutub utara. Di sana terlalu dingin buatku. Kalau Allah memintaku untuk mengerjakan hal-hal yang semacam ini, aku tidak mau melakukannya.” Mengapa Anda begitu takut? Anda tidak percaya dengan Allah? Apakah Anda tidak tahu bahwa Dia adalah Bapa yang mengasihi? Dia mengasihi Anda melebihi kasih ayah dan ibu Anda, bahkan lebih dari yang mampu mereka lakukan, karena kasih manusia itu egois. Mengapa Anda takut? Menurut Anda, akan ke mana Dia menyuruh Anda pergi? Astaga!

Saya pernah bercakap-cakap dengan seseorang di Liverpool. Saat itu dia sedang kuliah kedokteran. Dia berkata, “Aku bersedia menyerahkan hidupku kepada Kristus, tetapi aku takut.” Saya berkata, “Apa yang kau takutkan?” “Aku takut kalau-kalau Allah memintaku untuk meninggalkan kuliah kedokteran.” Saya bertanya, “Apa yang membuatmu berpikir Allah akan menyuruhmu meninggalkan bidang kedokteran?” Dia menjawab, “Yah, mungkin saja Allah akan menyuruhku melakukannya. Seluruh cita-citaku adalah untuk menjadi seorang dokter. Aku ingin menjadi seorang dokter. Dan kalau aku menjadi orang Kristen yang berkomitmen total, aku serahkan seluruh hidup ini kepada Allah, mungkin malam ini Allah akan berkata kepadaku, ‘Aku mau supaya kau tinggalkan bidang kedokteran ini.’ Aku tidak sanggup. Aku tidak bisa meninggalkan bidang kedokteran. Kedokteran adalah segala-galanya bagiku.” Saya bertanya, “Benarkah demikian? Jika Allah sampai memanggil seseorang, panggilan itu adalah suatu penghargaan yang luar biasa tingginya.”

Alasan mengapa orang takut adalah karena mereka belum melihat kemuliaan Kristus. Mereka berpikir bahwa bidang kedokteran itu sedemikian hebatnya sehingga mereka tidak dapat menukarkannya dengan Kristus. Apa yang akan kupilih? Apakah aku akan pilih Kristus atau bidang kedokteran? Anda tidak perlu menanyakan sampai dua kali kepada saya. Saya tahu apa yang akan saya pilih. Ambillah dunia ini jika Anda mau. Ambil saja semuanya. Saya cukup dengan Yesus saja. Ini bukanlah sentimen rasa alim. Saya mengatakan hal ini karena saya kenal Yesus. Saya tahu bahwa di dalam Kristus ada segenap kekayaan Allah, segenap hikmat Allah, segenap kuasa Allah. Hal apa yang bisa Anda bayangkan yang cukup layak untuk dibandingkan dengan Yesus? Yah, dia tetap saja meragu, dan dia tidak mau menyerahkan hidupnya. Allah tidak akan menyuruh Anda mengerjakan sesuatu perkara kecuali jika Dia tahu bahwa Anda memang mampu mengerjakannya. Jika Dia pernah meminta Anda mengorbankan sesuatu, saya beritahu Anda, apa yang akan Dia berikan sebagai gantinya akan melampaui angan-angan Anda. Menyedihkan sekali! Teman saya tetap terikat dengan hal ini.

Mungkin Anda juga sedang berpegang erat pada hal semacam ini. Mungkin Anda berkata, “Aku ingin berdedikasi total kepada Allah. Aku akan serahkan hidupku sepenuhnya kepada Allah, namun aku kuatir kalau-kalau Allah nanti menyuruh aku mengerjakan sesuatu yang tidak ingin kukerjakan.” Jika itu yang menjadi ketakutan Anda, maka jangan serahkan hidup Anda kepada Allah, karena Anda masih belum melihat kemuliaan, keagungan, kasih dan kuasa-Nya.

Jika, misalnya, seorang raja dunia yang besar atau seorang pembesar di dunia ini, berkata, “Aku tidak tahu apa yang sedang kamu pelajari sekarang ini. Mungkin kamu sedang mempelajari bidang kedokteran atau teknik, tetapi aku mau supaya kamu datang dan melayani aku, raja terbesar di dunia ini.” Akankah Anda bimbang? Akankah Anda berkata, “Tidak, aku tidak akan bekerja di pemerintahanmu, karena buatku bidang kedokteran, atau teknik, lebih berharga”? Tentunya ada sesuatu yang tidak beres dengan Anda. Saya yakin bahwa sebagian besar dari Anda, jika memiliki akal sehat, akan berkata, “Tentu! Kalau engkau ingin aku melayani di pemerintahanmu, dengan senang hati akan kulakukan. Hal yang lain akan kutinggalkan.” Itulah hal yang akan saya kerjakan. Dan ketika yang menjadi raja itu adalah Yesus, apakah hal yang lain jika dibandingkan dengan Yesus? Sebagaimana yang tertulis di ayat 21, dia “yang dapat menaklukkan segala sesuatu kepada dirinya,” itu sudah melampaui segala raja, semua Presiden di Amerika Serikat, atau siapapun dia. Ya, hanya Yesus dengan segala kekuasaan yang Allah berikan padanya, mampu menaklukkan segala sesuatu kepada dirinya. Amerika, dengan segala kekuasaannya, bahkan tidak mampu menaklukkan Vietnam. Namun Yesus sanggup menaklukkan segala sesuatu dan Hari itu sedang mendekat. Anda dan saya sedang dipanggil untuk melayani dia. Namun Anda harus membuktikan kesetiaan Anda di sini dan sekarang juga. Tanpa salib di sini, maka tidak akan ada mahkota di sana. Silakan pilih. Jadi, ketika Allah memanggil Anda, jangan biarkan ada hal yang menghalangi Anda.


2. Melupakan Hal-hal Duniawi

Selanjutnya, yang kedua, kita harus melupakan apa yang sudah ditinggalkan di belakang. Bagaimana Anda bisa memenangkan perlombaan jika Anda selalu memandang ke belakang? Anda pasti menabrak orang lain. Anda juga mungkin akan menabrak pohon. Anda bisa jatuh ke dalam lubang. Anda harus menatap ke arah tujuan Anda. Arahkanlah pandangan Anda ke depan supaya Anda bisa berlari dengan lurus. Namun, sayangnya banyak orang Kristen saat mereka datang kepada Kristus, mereka selalu saja melihat ke belakang. Dan Yesus berkata kepada orang-orang semacam ini, “Barangsiapa yang sudah siap membajak namun terus saja melihat ke belakang, ia tidak layak bagi Kerajaan Allah.” Anda tidak akan menjadi layak bagi Kerajaan Allah jika begitu caranya Anda menjalankannya. Jika dunia ini begitu berarti bagi Anda, dan Anda terus saja menatap ke belakang, maka tinggallah bersama dunia. Dengan selalu memandang ke belakang, Anda tidak akan pernah sampai pada garis akhir. Itulah yang dikatakan oleh Paulus, “Sambil melupakan apa yang di belakangku, aku berlari-lari mengejar tujuan. Aku sudah kehilangan segala-galanya, dan semua itu kupandang sebagai sampah, supaya aku bisa memenangkan Kristus.” Dia tinggalkan segala sesuatunya, mencampakkan semua itu – gelar dan bekal keahliannya. Paulus adalah seorang yang sangat terpelajar. Dia memiliki kesempatan untuk mendapat kedudukan tinggi di Yerusalem. Dia campakkan semua itu demi memenangkan Kristus!


3. Berlari Dengan Teguh

Kita harus teguh dalam menjalani lomba lari ini. Ada orang Kristen yang sangat aneh. Mereka berlari kencang pada menit-menit awal, lalu berhenti pada menit berikutnya. Tiba-tiba, mereka berlari ngebut lagi, dan kemudian mendadak berhenti lagi. Saya bingung melihat orang Kristen semacam ini. Saya tidak tahu apa yang harus diperbuat terhadap mereka. Suatu kali, mereka berada di puncak dunia, berbahagia, bersukacita, menepuk pundak setiap orang sambil berkata, “Dunia ini indah! Ini hari yang indah! Puji Tuhan! Haleluyah!” Pada hari berikutnya, Anda bertanya-tanya apa yang sudah terjadi pada mereka – wajah mereka murung, hidung terarah ke bawah, hari buruk. Naik-turun, naik-turun. Apakah Anda termasuk orang Kristen yang semacam itu? Ada apa dengan orang-orang Kristen semacam itu? Saya tidak tahu apa yang harus diperbuat dengan orang-orang Kristen semacam itu. Sungguh melelahkan. Orang-orang semacam ini adalah orang-orang yang belum menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah. Hasilnya adalah, mereka dikendalikan oleh emosi, perasaan, mereka. Mereka menjadi bulan-bulanan badai perasaan yang meniup mereka ke sana kemari dan mereka bisa tertiup keluar jalur setiap saat. Apakah Anda termasuk orang semacam ini? Berlarilah dengan teguh.

Kata-kata yang diterjemahkan dengan “berlari-lari kepada tujuan”, di dalam bahasa Yunaninya memakai bentuk sekarang (present tense), yakni bentuk kalimat masa sekarang yang berkelanjutan (present continuous tense). Aku terus berlari-lari kepada tujuan. Itulah maknanya. Maju terus tanpa henti, bukan sekadar berlari lalu berhenti dan kemudian berlari lagi. Anda tahu cerita tentang kelinci dan kura-kura? Itulah masalahnya. Si kelinci berlari kencang pada awalnya. Sama halnya dengan kebanyakan orang Kristen, mereka memulai dengan kencang, lalu mereka mengaso sejenak. Dan pada saat itu, si kura-kura menyalipnya. Ada orang Kristen jenis kelinci ini. Anda tidak boleh membiarkan perasaan mengendalikan diri Anda. Jangan ikut perasaan Anda. Kita hidup menurut kehendak, bukannya menurut perasaan karena perasaan sangat tidak stabil. Saya sangat mencurigai musik-musik yang mengendalikan perasaan orang. Saya tidak mengincar perasaan orang. Saya berbicara kepada kehendak Anda. Kehendaklah yang memiliki tekad untuk mengikut Allah, apapun pengorbanannya, apapun panggilannya, apapun hal yang terbentang di hadapannya.


4. Visi Tentang Kemuliaan Kristus

Pokok yang keempat adalah visi. Saya sudah berkali-kali membicarakan hal ini. Visi tentang Kristus. Jika Anda tidak punya visi tentang Kristus, jika Anda tidak tahu bagaimana indahnya dia, betapa dia mengasihi Anda, maka berdoalah kepada Allah supaya dia membuka mata Anda untuk bisa melihat. Ada kalanya penginjil kehabisan kata-kata. Dan pada titik ini, saya memang tidak mampu menggambarkan siapa Yesus itu, dan seperti apa dia itu. Kadang kala saya berharap supaya Allah memberi saya bahasa malaikat – jika bahasa malaikat memang lebih tepat – untuk menggambarkan keagungan dan kemuliaan Kristus. Setiap kali saya berusaha menguraikan kemuliaan Yesus, saya merasa tidak mencapai kemajuan apa-apa. Saya bahkan tidak tahu bagaimana mengatakannya. Ini adalah visi yang harus Anda tangkap sendiri. Saat Anda melihat visi itu, maka Anda akan tahu. Paulus telah menangkap visi itu. Dia mendapatkannya di tengah perjalanan menuju Damsyik. Dan visi itu kemudian menjadi semakin jelas. Bukan hanya Paulus, setiap orang Kristen bisa menangkap visi tentang Yesus. Dan saya berdoa supaya Anda mendapatkannya. Saat Anda melihatnya, tak ada satupun hal yang layak untuk dipertahankan lagi. Anda akan mampu berkata seperti Paulus, “Aku telah kehilangan segalanya, dan aku memandang semua itu sampah.”

Orang-orang berkata tentang pendeta pembantu kami di Liverpool – pendeta pembantu ini adalah seorang insinyur elektro, dan dia meninggalkan bidangnya justru setelah dia mendapatkan gelar Master di bidang ini – dan banyak orang yang berkata, “Oh, ini tentunya sebuah pengorbanan yang sangat besar, bukankah begitu? Anda sekarang memberitakan Injil. Anda meninggalkan bidang elektronika. Ini tentunya pengorbanan yang besar.” Dia berkata, “Pengorbanan apa? Yang kukorbankan itu tidak ada nilainya. Semua itu hanya sampah.” Hati saya terharu saat mendengar dia berkata seperti itu. Betapa saya sangat mengasihi dia di dalam Tuhan. Betapa besar kasih dan pengabdiannya kepada Tuhan. Seperti Paulus, dia telah mengerti bahwa apa yang dia korbankan itu hanya sampah! Tak ada artinya jika dibandingkan dengan memenangkan Kristus! Doa saya adalah supaya Allah memakai dia lebih hebat lagi di masa-masa mendatang! Dengan sukacita besar saya meninggalkan jemaat ke dalam penanganannya dan melayani di sini. Dan Allah tentu saja sangat memberkati dia.

Jangan terus melihat ke belakang. Jika Anda belum bisa memandang bahwa semua itu sampah, maka Anda akan terus saja melihat ke belakang. Namun jika Anda memahami bahwa itu semua hanya sampah, maka Anda tidak akan terus melihat ke belakang ke tumpukan sampah itu. Arahkan mata Anda kepada sasaran. Apakah Anda sudah melihat visinya? Apakah Anda memiliki visi tentang apa yang ada di depan? Apakah Anda memiliki visi yang disebut di ayat 21? – bahwa kita akan dibangkitkan dalam kekekalan dengan tubuh yang mulia, “supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati” (ay.11). Untuk apa saya menginginkan kebangkitan? Bukan karena kebangkitan itu merupakan tujuan. Melainkan karena hanya di dalam kebangkitan baru saya bisa masuk ke dalam persekutuan yang mendalam dengan Yesus.

Siapa yang ingin masuk surga? Apakah Anda ingin masuk ke surga? Saya pernah dengar sebuah lagu di Inggris, dan isinya memang sangat benar. Lagu itu berkata bahwa semua orang ingin masuk ke surga akan tetapi tak seorang pun yang mau mati. Saya merenungkannya, sungguh bagus! Lagu itu sangat benar, dan sangat mendalam artinya. Beberapa lagu pop memang memiliki makna yang mendalam. Kadang kala, lagu-lagu tersebut tidak terlalu dangkal pengertiannya. Semua orang ingin masuk ke surga tetapi tak ada orang yang mau mati. Jadi, bagaimana Anda bisa masuk ke surga? Oh, itu pokok yang bagus!

Mengapa Anda ingin masuk ke surga? Jika ada orang yang menanyai saya, “Apakah Anda senang masuk ke surga?” Saya akan berpikir, apakah setiap orang harus menyanyi di surga? Saya tidak suka menyanyi. Apakah mereka akan memainkan gitar di surga? Saya bahkan tidak tahu bagaimana cara bermain gitar. Saya bahkan tidak tahu mau berbuat apa di surga? Saya akan menganggur! Wah, saya tidak mau masuk ke surgakecuali jika ada satu pribadi yang saya kasihi di sana. Dialah yang membuat semuanya menjadi berbeda. Saya tidak berminat pada gitar ataupun harpa, atau apapun itu. Semua itu memang menyenangkan, tetapi saya tidak mau menghabiskan waktu saya dengan menyanyikan lagu. Tidak. Lalu hal apa di surga yang bisa memikat hati saya? Yang membuat hati saya terpikat pada surga adalah bahwa Allah ada di sana! Jika Anda memiliki kekasih, maka Anda akan tahu hal itu. Jika dia tinggal di satu kota tertentu, dan kota itu merupakan tempat yang paling jorok di dunia, tetapi bagi Anda kota itu akan menjadi tempat yang paling indah. Mengapa? Karena dia ada di sana! Kota itu mungkin dipenuhi oleh rumah-rumah jorok, tidak masalah! Kota itu menjadi indah karena dia ada di sana.

Saya tidak tahu apa-apa tentang surga. Saya tidak tahu apa yang terjadi di sana sekarang ini. Mungkin ada banyak malaikat di sana, mungkin orang-orang sedang bernyanyi di sana, saya tidak peduli. Mungkin mereka sedang mengepakkan sayap-sayap mereka. Saya tidak mengerti mengapa para seniman menggambarkan malaikat mempunyai sayap. Saya rasa mereka bisa bepergian kemana saja tanpa memerlukan sayap. Namun daya hayal para seniman memang luar biasa. Bagaimanapun juga, apapun atau siapapun yang ada di sana, saya tahu bahwa Allah dan Yesus ada di sana. Dan di mana Allah berada, maka itulah surga! Itu sebabnya saya ingin masuk ke surga! Itu sebabnya saya menginginkan tubuh yang baru. Bukan karena tubuh baru itu yang saya inginkan – tubuh lama saya memang lemah sekarang ini, padahal dulunya saya pemain softball, seorang olahragawan – lalu saya ingin tubuh baru ini untuk melintasi tembok! Para ahli fisika berbicara tentang masalah kepadatan dan frekuensi, dan hal-hal yang sejenis itu, dan jika Anda memiliki frekuensi yang benar, maka Anda akan bisa menembusi tembok bahkan dengan tubuh jasmani Anda. Biarlah para ahli fisika yang memikirkkan hal-hal semacam itu. Saya tidak peduli tubuh macam apa yang akan saya miliki, selama dengan tubuh itu saya bisa bersekutu dengan Tuhan! Saya dimungkinkan untuk bertemu Allah muka dengan muka dan membicara dengan-Nya. Oh indah sekali! Bisakah Anda bayangkan bahwa Anda bercakap-cakap dengan-Nya? Berjalan bersama-Nya? Sungguh luar biasa! Kita akan sampai segera pada pokok yang terakhir.


5. Kita Harus Berambisi Secara Rohani

Anda harus berambisi secara rohani. Berlari-lari mengejar tujuan berarti Anda harus memiliki tekad. Anda memiliki ambisi untuk sampai di sana. Bagaimana mungkin Anda bisa sampai ke garis akhir jika Anda tidak punya hasrat untuk sampai di sana? Atau, jika Anda tidak punya ambisi untuk mencapainya? Seseorang tidak akan masuk ke dalam lomba lari ini jika dia tidak berambisi untuk mencapai tujuan. Dia kerahkan segenap upaya karena dia ingin sampai di sana. Anda harus memiliki cita-cita!

Anda mungkin berkata, “Apa? Saya pikir yang namanya berambisi itu adalah hal yang duniawi.” Bukan, hal itu bergantung pada apa ambisi Anda. Manusia duniawi yang ambisius memiliki ambisi yang duniawi. Namun manusia rohani memiliki ambisi yang rohani. Ambisi adalah semangat untuk memenangkan Kristus, untuk memperolehnya. Bukankah hal itu merupakan suatu ambisi? Sama seperti orang yang ingin kaya, dia ingin memperoleh dunia, dia ingin memperoleh ini dan itu. Itulah yang disebut dengan ambisi. Ambisi saya adalah untuk memperoleh Kristus! Saya orang yang sangat berambisi. Saya ingin berlari lebih kencang lagi. Saya ingin memenangkan dia. Ingatlah bahwa manusia rohani memiliki ambisi rohani. Jangan mengira bahwa manusia yang rohani tidak memiliki ambisi. Tidak memiliki ambisi berarti tidak melangkah kemana-mana, tidak mengerjakan apa-apa. Paulus berkata, “Karena itu larilah begitu rupa, sehingga kamu memperolehnya! Jangan memukul angin. Jangan lari berputar-putar. Kejarlah tujuannya! Itulah yang penting. Memenangkan hadiahnya.” Hadiah apa? Paulus memberitahu kita tentang hadiah ini di 2 Timotius 4:8, yaitu mahkota kebenaran. Ya, dia juga menyebutkan hal itu di Filipi 3:9, “dan berada dalam dia bukan dengan kebenaranku sendiri karena mentaati hukum Taurat, melainkan dengan kebenaran karena kepercayaan kepada Kristus, yaitu kebenaran yang Allah anugerahkan berdasarkan kepercayaan”. Bukankah itu indah? Paulus berniat mendapatkan mahkota kebenaran ini. Mahkota itu, kata Paulus di 2 Timotius 4:8, adalah hal yang akan dianugerahkan kepadanya. Dengan cara itulah Anda memenangkan dia, yaitu dengan mengerjakan hal yang menyenangkan hatinya. Yesus menyampaikan kalimat yang indah ini: “Aku selalu mengerjakan apa yang menyenangkan Bapa.” Bingkailah kalimat itu dengan emas. Pasanglah kalimat itu di dinding Anda. “Aku selalu mengerjakan apa yang menyenangkan Bapa.” Kalimat itu disediakan bagi mereka yang memenangkan mahkota kebenaran.


GAMBARAN DARI RASUL PAULUS

Paulus menyampaikan di 2 Timotius 4:8, “Aku telah selesai berperang. Aku telah menjalani lomba ini. Aku telah mencapai garis akhir.” Paulus, saat itu, saya bisa bayangkan dia sebagai orang yang sudah tua, mungkin sekitar 60 tahunan. Rambutnya sudah memutih semua. Dia berada di dalam penjara, menunggu eksekusinya. Dia sedang menjemput ajal. Apakah dia bersedih? Apakah dia menyesal? Tidak! “Aku telah berlari, dan aku telah mencapai garis akhir.” Apakah dia menyesal mengakhiri perlombaan ini, ketika dia sampai di garis akhir? Tidak sama sekali! Untuk itulah dia berlari-lari. “Aku telah mencapai garis akhir! Sekarang ini, sebuah mahkota telah tersedia bagiku!” Kiranya Allah memampukan kita semua mengatakan hal ini – bahwa kita telah mencapai garis akhir, kita telah memperoleh mahkotanya!”

Seringkali, saya gemar membayangkan Paulus saat dia maju menuju tempat eksekusinya, dia berdiri, rambut putihnya tertiup angin. Dia telah melayani Tuhan selama sekitar 30 tahunan. Dia telah menyelesaikan peperangannya. Ada banyak tanda di tubuhnya – bekas pukulan, kapal karam, kelaparan, dan menderita sakit penyakit di perjalanannya. Ada yang menduga bahwa dia mengidap malaria di dalam perjalanannya. Orang ini melangkah, seorang prajurit Kristus, membawa tanda Kristus di sekujur tubuhnya, seperti yang dia katakan kepada jemaat di Galatia, “Jangan ada yang menyusahkan aku karena aku membawa tanda-tanda milik Yesus di tubuhku ini. Lihatlah bekas luka-luka di punggungku, luka pukulan, dilempari batu, digeletakkan sampai mati.” Orang yang luar biasa! Di sana, dia melangkah menuju kemenangan akhirnya: ketinggian dan keagungan dari kematian. Saya membayangkan dia di sana, melangkah menuju hukuman matinya. Sebagai seorang warga negara Romawi, dia tidak boleh disalibkan. Dia akan dipenggal. Dia melangkah maju, dengan bahagia, penuh sukacita. Bisa jadi, orang yang menjalankan hukuman mati terpesona melihat dia! Kedamaian yang dia tampilkan, seperti kedamaian wajah malaikat. Sama seperti ketika Stefanus mati, dikatakan bahwa wajahnya seperti wajah malaikat. Dan sekarang, kali ini adalah giliran Paulus. Dan wajahnya pasti berseri seperti malaikat ketika dia melangkah ke tempat hukuman mati itu. Dengan bahagia dia menundukkan kepalanya dalam doa, menundukkan kepalanya di bawah pedang pancung, “Aku sudah mencapai garis akhir. Dan sekarang adalah mahkotanya.” Oh, hari yang indah! Prospek yang hebat! Sungguh besar sukacitanya jika kita bisa ikut berlomba dan memenangkan mahkotanya!


KEHILANGAN SEGALANYA UNTUK MEMPEROLEH KRISTUS?

Layakkah ini? Inilah hal terakhir yang ingin kita renungkan. Layakkah memperoleh Kristus dan kehilangan segala-galanya? Layakkah itu semua? Saat ini, saya harap Anda bisa memahaminya. Tentu saja, ini sangat layak. Apa yang bisa ditawarkan oleh dunia kepada kita? Apakah orang-orang Kristen di Tiongkok itu kurang beruntung karena harus menanggung semua penderitaan ini?

Dan pertanyaan lain yang perlu kita renungkan adalah: jika memungkinkan untuk memperoleh Kristus tanpa harus kehilangan segala-galanya, lalu mengapa kita harus kehilangan segala-galanya? Di zaman dulu, para uskup itu seperti raja. Mereka mengenakan kain ungu, dan sebagian dari mereka sekarang ini masih berpakaian seperti itu. Mereka bertingkah seperti raja. Mereka naik kereta mewah yang ditarik enam ekor kuda. Mereka hidup dalam kemewahan para bangsawan, dengan cincin emas besar yang diciumi orang banyak, dan memakai batu perhiasan di semua jarinya. Orang-orang ini bertingkah seperti raja. Sejujurnya, mereka ini membuat saya muak. Pada suatu ketika, seseorang mendatangi salah satu uskup dan berkata, “Tahukah Anda? Anda adalah orang yang sangat bijaksana.” Dan uskup itu merasa sangat tersanjung. Di atas segala kekayaan yang dia miliki, dia disebut orang yang bijaksana. Sungguh menyenangkan. Dia berkata, “Mengapa Anda berkata seperti itu?” “Yah, karena Petrus dan Paulus, dan rasul-rasul yang lainnya itu bodoh.” “Oh? Mengapa Anda berkata seperti itu? Tidak pantas Anda berkata seperti itu.” “Karena Petrus, Paulus dan rasul yang lainnya memenangkan mahkota, mereka memenangkan Yesus, dan memperoleh hidup yang kekal karena telah kehilangan segalanya. Namun Anda lebih bijak. Oh, Anda sangat hebat! Anda memperoleh semua ini tanpa harus kehilangan apapun. Anda bisa hidup seperti raja, menikmati hidangan para penguasa, bepergian dengan kereta yang ditarik enam kuda, punya banyak pegawai dan pelayan, dan semua orang menunduk hormat kepada Anda dan memuji Anda. Petrus dan Paulus tidak pernah mendapat perlakuan hebat seperti itu. Mereka orang-orang bodoh! Anda orang yang bijaksana!” Dia memang orang yang sangat bijaksana. Dia adalah orang yang bijaksana menurut ukuran dunia ini, tetapi bodoh di mata Allah.

Jika Anda bisa memenangkan Kristus tanpa harus kehilangan segala sesuatu, buat apa Anda melepaskan segala-galanya? Jika Paulus bisa memenangkan Kristus, dan masih bisa menjadi orang besar seperti sebelum dia bertemu Yesus, menjadi pejabat pemerintah yang bahkan punya otoritas melakukan penganiayaan dan eksekusi, jika dia masih bisa mempertahankan kedudukan tingginya di dunia akademis, mengapa dia melepaskan semua ini? Bisakah Anda memperoleh Kristus sambil tetap mempertahankan semua ini? Anda bisa mendapatkan yang terbaik dari kedua dunia ini. Anda merengkuh dunia di satu tangan, dan Kristus di tangan lain, Anda mendapatkan semuanya! Mengapa Paulus begitu bodoh? Dia harus melepaskan yang satu demi meraih yang lain? Pikirkanlah hal berikut ini sobat, Yesus berkata, “Barangsiapa ingin menyelamatkan nyawanya, maka dia akan kehilangan nyawanya. Namun barangsiapa kehilangan nyawanya demi aku, dia akan memperoleh hidup yang kekal.” Jangan salah sangka, saudara-saudari. Jangan mengira bahwa Anda bisa memiliki dunia dan Kristus, yaitu mendapatkan yang terbaik dari keduanya. Itu bukan hal yang disampaikan oleh Yesus. Saya sendiri juga tidak akan membohongi Anda. Saya beritahu Anda sejujurnya. Paulus akan menjadi orang yang paling bodoh jika dia bisa memperoleh Kristus tanpa harus kehilangan segala sesuatu. Apakah dia sini dia berkata bahwa dia telah kehilangan sesuatu? Tidak, paulus berkata, “Oleh karena dialah aku telah melepaskan semuanya itu” – perhatikan baik-baik – “dan menganggapnya sampah, supaya aku memperoleh Kristus.” Saya ingin menyampaikaan Firman Allah dengan sejujurnya kepada Anda.

Saya telah melepaskan semuanya dan memandang semua itu sebagai sampah. Saya palingkan muka saya dari semua itu, dan saya tidak memandang semua itu sebagai hal yang layak dirindukan. Saya ingin memenangkan Kristus dan memperoleh dia! Apakah orang-orang Kristen di Tiongkok menderita dengan sia-sia? Apakah kita harus bersedih bagi mereka? Apakah Allah bertindak tidak adil kepada mereka? Ada orang yang pernah berkata, “Bukankah Allah telah berlaku tidak adil kepada orang-orang Kristen di Tiongkok? Kita menikmati hal-hal yang baik, namun mereka harus menderita? Sungguh tidak adil!” Ya, mungkin ada yang memandangnya sebagai tidak adil, tetapi mereka yang memperoleh manfaatnya. Merekalah orang-orang yang akan menikmati hal-hal yang baik. Kita inilah yang bodoh. Anda tidak perlu bersedih bagi mereka. Mereka akan mendapat mahkota, dan kita akan menjadi penonton jika kita tidak gagal di Hari Pemuliaan. Anda tidak perlu bersedih hati karena mereka. Yesus berkata, “Tak seorangpun yang telah kehilangan rumah, ladang, ayah, ibu, saudara, saudari, atau apapun, yang tidak akan mendapatkannya di dalam kehidupan sekarang dan di kehidupan yang mendatang, seratus kali lipat ditambah dengan hidup yang kekal.” Anda memang bisa mendapatkan hal-hal ini. Anda bisa memenangkan Kristus, akan tetapi hal itu menuntut pengorbanan segala-galanya dari Anda – mutiara yang sangat berharga. Layakkah itu? Saya pikir sangat layak! Karena hanya dengan begitu Anda bisa mengenal Allah yang hidup, Anda bisa mengenal kasih kebaikan-Nya, yang lebih berharga daripada hidup ini.

Saudara-saudari, saya berbahagia memperoleh kesempatan untuk berbicara tentang Tuhan yang sangat saya kasihi bersama Anda semua.

(Seri tiga khotbah tentang Gambaran Seorang Kristen dari Surat Filipi disampaikan di Perkemahan Trent oleh Pendeta Eric Chang pada tahun 1975.)

Berikan Komentar Anda: