Ev. Xin Lan | Musa (2) |

Di dalam Alkitab, Musa adalah nama yang sangat terkenal. Olehnya, jutaan umat Israel dapat meninggalkan Mesir dan mengadakan perjalanan menuju ke tanah yang dijanjikan kepada Abraham, Ishak dan Yakub oleh Allah. Mereka akhirnya berhasil menggenapi hal yang dijanjikan oleh Allah. Melalui dia juga, Israel menerima hukum Taurat dari Allah, hukum yang menjadi landasan bagi Perjanjian Lama. Lima kitab pertama dalam Alkitab, dari Kejadian sampai Ulangan, ditulis oleh Musa. Dapat dikatakan bahwa Musa merupakan orang pertama yang menulis Alkitab, dan Allah memakai dia dengan luar biasa.

Kehidupan Musa bisa dibagi menjadi tiga tahap: Tahap pertama adalah masa awal kehidupannya sebagai seorang pangeran di Mesir. Tahap ini berlangsung sekitar empat puluh tahun. Tahap yang kedua adalah ketika dia melarikan diri ke Midian, menjalani kehidupan sebagai gembala. Dia juga membangun rumah tangga di sini. Tahap ini berlangsung selama empat puluh tahun. Tahap yang ketiga adalah ketika dia menjalani panggilan Allah untuk kembali ke Mesir dan memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, yang berarti membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Dia memimpin bangsa Israel selama pengembaraan di padang gurun sampai dengan hari kematiannya. Tahap yang ketiga ini juga berlangsung selama empat puluh tahun.

Dalam pembahasan terakhir, kita membicarakan tentang tahap pertama dari kehidupan Musa. Ketika dia dilahirkan, bangsa Israel sedang mengalami masa yang paling tragis. Firaun memberi perintah: “Dari semua bayi yang dilahirkan, hanya bayi perempuan yang boleh hidup. Bayi laki-laki harus dibuang ke sungai Nil.” Demikianlah, Musa seharusnya sudah mati begitu dia dilahirkan. Akan tetapi, kita melihat imannya orang tua Musa di sini. Mereka mengandalkan pertolongan Allah dengan iman mereka, tanpa merasa takut akan perintah Firaun dan merawat Musa secara rahasia sampai tiga bulan. Oleh karena iman dari orang tuanya itulah, maka Musa bisa mendapatkan keselamatan dari Allah. Dia diangkat sebagai anak oleh putri Firaun dan nyawanya berhasil diselamatkan.

Setelah Musa tumbuh dewasa, dia berniat untuk mengunjungi saudara sebangsanya yang sedang mengalami penderitaan. Dia membunuh seorang mandor Mesir yang sedang menganiaya orang dari bangsanya. Karena kejadian itu, Firaun berusaha mencari jalan untuk membunuhnya. Musa kemudian melarikan diri ke tanah Midian. Kita bisa melihat bahwa Musa, oleh karena imannya, memandang janji Allah kepada bangsanya sebagai hal yang paling berharga. Dia tidak mau melanjutkan kehidupannya sebagai seorang pangeran di Mesir, meninggalkan semua kekayaan yang fana. Dia memilih untuk menderita bersama bangsanya supaya dia bisa menggenapi janji Allah pada masa depan. Ada berapa banyak dari antara kita yang memiliki iman seperti ini?


Tahap Kedua Kehidupan Musa

Hari ini kita akan melanjutkan pembahasan tentang Musa.

Musa melarikan diri ke tanah Midian dan berdiam di sana. Suatu hari, dia duduk di dekat sebuah sumur. Ada tujuh gadis, anak seorang imam bangsa Midia, yang mendatangi sumur untuk memberi minum ternak mereka. Kemudian datang juga para gembala yang lain. Mereka mengganggu dan mengusir ketujuh gadis itu. Lalu Musa datang menolong mereka, sekaligus mengambilkan air untuk memberi minum ternak mereka. Ketika tujuh gadis itu pulang, ayah mereka bertanya,

“Mengapa kamu pulang lebih cepat hari ini?” Jawab mereka, “Gembala-gembala berusaha mengusir kami, tetapi ada seorang Mesir menolong kami. Ia bahkan mengambil air untuk kami dan memberikannya kepada ternak kami.”  Rehuel berkata kepada anak-anaknya, “Di mana orang itu? Mengapa kamu meninggalkannya? Pergi, undang dia makan bersama kita.” (Kel 2:18-20)

Demikianlah, peristiwa ini menuntun Musa untuk mengenal keluarga ini dan dia bersedia tinggal di tengah keluarga imam itu. Sang imam memberikan anaknya, Zipora, untuk menjadi istri Musa. Kemudian Zipora melahirkan seorang anak laki-laki. Musa menamai anak itu Gersom; dia berkata,

“Aku telah menjadi seorang pendatang di negeri asing.” (2:22)

Musa menggembalakan ternak milik mertuanya selama empat puluh tahun. Raja di Mesir kemudian meninggal dan digantikan oleh Firaun yang baru, yang melanjutkan penganiayaan terhadap bangsa Israel. Mereka lalu berseru kepada Allah. Allah mendengarkan seruan mereka, dan Dia mengingat janji-Nya kepada Abraham, Ishak dan Yakub. Allah segera memulai keselamatan bagi mereka.


Pertemuan Musa dengan YAHWEH

Pada suatu hari, ketika Musa sedang menggembalakan kambing domba mertuanya, dia sampai ke gunung Horeb.

Kejadian 3:2  Lalu Malaikat YAHWEH menampakkan diri kepadanya di dalam nyala api yang keluar dari semak duri. Lalu ia melihat, dan tampaklah: semak duri itu menyala, tetapi tidak dimakan api.
3  Musa berkata: “Baiklah aku menyimpang ke sana untuk memeriksa penglihatan yang hebat itu. Mengapakah tidak terbakar semak duri itu?”
4  Ketika dilihat YAHWEH, bahwa Musa menyimpang untuk memeriksanya, berserulah Allah dari tengah-tengah semak duri itu kepadanya: “Musa, Musa!” dan ia menjawab: “Ya, Allah.”
5  Lalu Ia berfirman: “Janganlah datang dekat-dekat: tanggalkanlah kasutmu dari kakimu, sebab tempat, di mana engkau berdiri itu, adalah tanah yang kudus.”
6  Lagi Ia berfirman: “Akulah Allah ayahmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub.” Lalu Musa menutupi mukanya, sebab ia takut memandang Allah.
7  Dan YAHWEH berfirman: “Aku telah memperhatikan dengan sungguh kesengsaraan umat-Ku di tanah Mesir, dan Aku telah mendengar seruan mereka yang disebabkan oleh pengerah-pengerah mereka, ya, Aku mengetahui penderitaan mereka.
8  Sebab itu Aku telah turun untuk melepaskan mereka dari tangan orang Mesir dan menuntun mereka keluar dari negeri itu ke suatu negeri yang baik dan luas, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya, ke tempat orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus.
9  Sekarang seruan orang Israel telah sampai kepada-Ku; juga telah Kulihat, betapa kerasnya orang Mesir menindas mereka.
10  Jadi sekarang, pergilah, Aku mengutus engkau kepada Firaun untuk membawa umat-Ku, orang Israel, keluar dari Mesir.”
11  Tetapi Musa berkata kepada Allah: “Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?”
12  Lalu firman-Nya: “Bukankah Aku akan menyertai engkau? Inilah tanda bagimu, bahwa Aku yang mengutus engkau: apabila engkau telah membawa bangsa itu keluar dari Mesir, maka kamu akan beribadah kepada Allah di gunung ini.”
13  Lalu Musa berkata kepada Allah: “Tetapi apabila aku mendapatkan orang Israel dan berkata kepada mereka: Allah nenek moyangmu telah mengutus aku kepadamu, dan mereka bertanya kepadaku: bagaimana tentang nama-Nya?  —  apakah yang harus kujawab kepada mereka?”
14  Firman Allah kepada Musa: “AKU ADALAH AKU.” Lagi firman-Nya: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel itu: AKULAH AKU telah mengutus aku kepadamu.”
15  Selanjutnya berfirmanlah Allah kepada Musa: “Beginilah kaukatakan kepada orang Israel: YAHWEH, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub, telah mengutus aku kepadamu: itulah nama-Ku untuk selama-lamanya dan itulah sebutan-Ku turun-temurun.
16   Pergilah, kumpulkanlah para tua-tua Israel dan katakanlah kepada mereka: YAHWEH, Allah nenek moyangmu, Allah Abraham, Ishak dan Yakub, telah menampakkan diri kepadaku, serta berfirman: Aku sudah mengindahkan kamu, juga apa yang dilakukan kepadamu di Mesir.
17  Jadi Aku telah berfirman: Aku akan menuntun kamu keluar dari kesengsaraan di Mesir menuju ke negeri orang Kanaan, orang Het, orang Amori, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus, ke suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya.
18  Dan bilamana mereka mendengarkan perkataanmu, maka engkau harus beserta para tua-tua Israel pergi kepada raja Mesir, dan kamu harus berkata kepadanya: YAHWEH, Allah orang Ibrani, telah menemui kami; oleh sebab itu, izinkanlah kiranya kami pergi ke padang gurun tiga hari perjalanan jauhnya untuk mempersembahkan korban kepada YAHWEH, Allah kami.
19  Tetapi Aku tahu, bahwa raja Mesir tidak akan membiarkan kamu pergi, kecuali dipaksa oleh tangan yang kuat.
20  Tetapi Aku akan mengacungkan tangan-Ku dan memukul Mesir dengan segala perbuatan yang ajaib, yang akan Kulakukan di tengah-tengahnya; sesudah itu ia akan membiarkan kamu pergi.
21  Dan Aku akan membuat orang Mesir bermurah hati terhadap bangsa ini, sehingga, apabila kamu pergi, kamu tidak pergi dengan tangan hampa,
22  tetapi tiap-tiap perempuan harus meminta dari tetangganya dan dari perempuan yang tinggal di rumahnya, barang-barang perak dan emas dan kain-kain, yang akan kamu kenakan kepada anak-anakmu lelaki dan perempuan; demikianlah kamu akan merampasi orang Mesir itu.”

4:1   Lalu sahut Musa: “Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: YAHWEH tidak menampakkan diri kepadamu?”
2  YAHWEH berfirman kepadanya: “Apakah yang di tanganmu itu?” Jawab Musa: “Tongkat.”
3  Firman YAHWEH: “Lemparkanlah itu ke tanah.” Dan ketika dilemparkannya ke tanah, maka tongkat itu menjadi ular, sehingga Musa lari meninggalkannya.
4  Tetapi firman YAHWEH kepada Musa: “Ulurkanlah tanganmu dan peganglah ekornya”  —  Musa mengulurkan tangannya, ditangkapnya ular itu, lalu menjadi tongkat di tangannya
5   —  “supaya mereka percaya, bahwa YAHWEH, Allah nenek moyang mereka, Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub telah menampakkan diri kepadamu.”
6  Lagi firman YAHWEH kepadanya: “Masukkanlah tanganmu ke dalam bajumu.” Dimasukkannya tangannya ke dalam bajunya, dan setelah ditariknya ke luar, maka tangannya kena kusta, putih seperti salju.
7  Sesudah itu firman-Nya: “Masukkanlah tanganmu kembali ke dalam bajumu.” Musa memasukkan tangannya kembali ke dalam bajunya dan setelah ditariknya ke luar, maka tangan itu pulih kembali seperti seluruh badannya.
8  “Jika mereka tidak percaya kepadamu dan tidak mengindahkan tanda mujizat yang pertama, maka mereka akan percaya kepada tanda mujizat yang kedua.
9  Dan jika mereka tidak juga percaya kepada kedua tanda mujizat ini dan tidak mendengarkan perkataanmu, maka engkau harus mengambil air dari sungai Nil dan harus kaucurahkan di tanah yang kering, lalu air yang kauambil itu akan menjadi darah di tanah yang kering itu.”
10  Lalu kata Musa kepada YAHWEH: “Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah.”
11  Tetapi YAHWEH berfirman kepadanya: “Siapakah yang membuat lidah manusia, siapakah yang membuat orang bisu atau tuli, membuat orang melihat atau buta; bukankah Aku, yakni YAHWEH?
12  Oleh sebab itu, pergilah, Aku akan menyertai lidahmu dan mengajar engkau, apa yang harus kaukatakan.”
13  Tetapi Musa berkata: “Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus.”
14  Maka bangkitlah murka YAHWEH terhadap Musa dan Ia berfirman: “Bukankah di situ Harun, orang Lewi itu, kakakmu? Aku tahu, bahwa ia pandai bicara; lagipula ia telah berangkat menjumpai engkau, dan apabila ia melihat engkau, ia akan bersukacita dalam hatinya.
15  Maka engkau harus berbicara kepadanya dan menaruh perkataan itu ke dalam mulutnya; Aku akan menyertai lidahmu dan lidahnya dan mengajarkan kepada kamu apa yang harus kamu lakukan.
16  Ia harus berbicara bagimu kepada bangsa itu, dengan demikian ia akan menjadi penyambung lidahmu dan engkau akan menjadi seperti Allah baginya.


Musa Menuju Mesir

Kemudian Musa pulang dan berpamitan kepada mertuanya, mengakhiri tahap kedua dalam hidupnya sebagai gembala ternak. Dia langsung berangkat menuju Mesir, memulai tahap ketiga dalam hidupnya, yakni menjadi alat yang dipakai secara luar biasa oleh Allah.

Jika kita cermati uraian di atas, kita mungkin merasa uraian ini agak aneh. Tampaknya Musa tidak mau menjalankan kehendak Allah. Di dalam seluruh percakapan itu, tampak bahwa Allah memaksa Musa untuk berangkat, harus Musa yang menjadi pelaksana rencana ini. Mengapa Musa berusaha menolak perintah ini? Mengapa Allah memaksa dia? Orang mungkin berpikir bahwa mereka yang ingin melayani Allah harus mendapat panggilan khusus untuk itu. Jadi, jika anda berkata, “Aku ingin melayani Allah!” Mereka akan bertanya, “Apakah kamu sudah mendapatkan panggilan untuk itu? Apakah Anda sudah mendapatkan panggilan yang jelas dari Allah?”

Mereka beranggapan bahwa anda harus mendapatkan panggilan yang jelas dari Allah, baru anda bisa melayani Allah. Sebagai contoh, Allah mungkin berkata pada anda, “Mari, mulailah melayani Aku.” Atau mungkin anda harus melalui suatu pengalaman khusus, seperti Musa. Secara umum, Allah akan memberitahu dengan jelas bahwa Dia memanggil kita untuk melayani Dia. Jadi orang-orang yang ingin melayani Allah akan menunggu dan menunggu sampai dipanggil. Akan tetapi, mereka tidak mendapatkan pengalaman khusus yang meyakinkan, belum mendapatkan panggilan yang jelas dari Allah. Akhirnya, mereka menyerah karena Allah tidak memanggil mereka untuk melayani. Apakah kita harus mengartikannya seperti itu?

Sebenarnya, pengalaman Musa ini tidak bisa diartikan seperti itu. Musa sudah lama ingin melayani Allah. Dalam pembahasan kemarin, kita sudah melihat dengan jelas bahwa Musa diangkat anak oleh putri Firaun, dia menjadi seorang pangeran di Mesir, menikmati kedudukan tinggi dan hidup dalam kenyamanan. Akan tetapi, dia meninggalkan semua itu dan memilih untuk melakukan kehendak Allah untuk menyelamatkan bangsa Israel. Dengan kata lain, dia sudah memilih untuk secara aktif melayani Allah. Kalau dia tidak berinisiatif untuk melayani Allah, tidak mungkin Allah memaksa dia untuk melayani. Ini akan bertentangan dengan prinsip Alkitab. Menurut Alkitab, urusan melayani Allah selalu dimulai dari niat hati, hal yang tidak bisa dipaksakan. Juga tidak bisa diartikan bahwa kita harus menunggu panggilan dari Allah sebelum mulai menjalankan pelayanan. Masalahnya bukan seperti itu. Jika kita dengan setulus hati ingin melayani Allah, Allah dengan sukacita akan menyambut hal itu.

Lalu, mengapa Musa tidak mau menjadi perwakilan Allah untuk menyelamatkan Israel yang membuat Allah sampai harus memaksa dia? Bagaimana cara memahami pokok ini? Apakah hal ini disebabkan oleh perubahan dalam sikap hati Musa? Apakah dia menyesali keputusannya pada masa lalu dan tidak mau lagi melayani Allah? Apakah tekadnya pada masa muda sudah pudar? Banyak dari kita yang mengalami pudarnya semangat ini. Ada berapa banyak dari kita yang mampu menjaga semangat dalam melayani Allah? Kita sering memulai dengan sangat baik, tetapi mengakhirinya dengan buruk dan bertindak dengan ceroboh.

Dari sisi Allah, apakah karena Musa telah memutuskan untuk melayani Allah dan Allah mencatat hal ini, dan tidak peduli apa pun yang terjadi selanjutnya, Musa harus melayani Allah? Apakah maknanya seperti itu?


Allah Mempersiapkan Musa untuk Tugas Besar

Sebenarnya, yang sedang kita lihat di sini adalah suatu gambaran yang indah. Ada banyak hal yang perlu kita pelajari dari peristiwa ini. Pokok pertama adalah bahwa Allah tidak menetapkan siapa yang akan melayani Dia. Pelayanan harus dimulai dengan niat dan pilihan untuk menjalankannya. Akan tetapi, tidak semua orang yang sudah memiliki niat dan memilih untuk melayanai Dia, dapat melakukannya. Dari sudut pandang ini, pilihan terakhir berada di tangan Allah, Dia akan melihat dan menilai cara hidup kita untuk memastikan apakah kita layak untuk melayani Dia atau tidak – sekalipun kita sudah berniat dan memilih untuk melayani Allah, tetapi Dia masih tetap menilai kelayakan dan kesiapan kita untuk pelayanan.

Musa, pada masa mudanya, memiliki semangat yang tinggi untuk memulai pelayanan, tetapi Allah memandang bahwa dia masih belum siap untuk itu, dia masih belum mampu mengemban tanggung jawab yang sangat berat itu. Demikianlah, Allah tidak memakai Musa yang masih muda. Namun, apakah Allah kemudian mengabaikan Musa? Maaf, anggapan seperti ini jelas keliru. Masalahnya bukan seperti itu. Kebaikan Allah terlihat jelas di sini, saat anda memiliki niat dan memilih untuk melayani Allah, jika cara hidup anda masih dipandang belum layak atau belum siap untuk menjalankan pelayanan, Allah akan berinisiatif untuk melatih dan mengubah anda agar menjadi layak untuk melayani Dia. Demikianlah, Allah membiarkan Musa lari ke tanah Midian, dan menjadi seorang gembala selama 40 tahun. Dengan kata lain, Allah memakai waktu selama 40 tahun kedua ini untuk melatih Musa menjadi seorang hamba yang layak bagi Dia.

Setelah menjalani pelatihan selama 40 tahun, Musa mengalami perubahan total. Di manakah letak perbedaannya? Perhatikan bahwa pada masa mudanya, Musa dipenuhi dengan semangat dan bertindak mengikuti perasaan hatinya. Tindakan pertama yang dia lakukan adalah membunuh seorang mandor Mesir. Dia memiliki kepercayaan diri yang sangat tinggi. Dia merasa mampu untuk mencapai prestasi besar. Setelah melalui masa 40 tahun yang kedua, Musa bukan lagi orang yang mengandalkan diri sendiri. Sebaliknya, dia sudah mampu melihat kelemahannya sendiri. Dia sudah berubah dari orang yang percaya pada diri sendiri menjadi orang yang rendah hati. Dia bisa melihat bahwa dirinya tidak berarti apa-apa. Dia tidak mau berangkat bukan karena dia tidak ingin melayani Allah, melainkan karena dia sadar bahwa dia tidak memiliki kemampuan untuk mengemban tanggung jawab itu. Dia tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk itu, dan akhirnya da berusaha menolak tugas tersebut. Akhirnya Allah memberi dia jaminan, “Berangkatlah, Aku akan menguatkanmu, Aku akan menyertaimu.” Inilah makna peristiwa yang sedang kita bahas hari ini. Pada awalnya, Musa merasa sangat mampu, tetapi Allah menilai dia masih belum bisa dipakai untuk tugas besar tersebut. Setelah lewat 40 tahun berikutnya, Musa sudah menyadari kelemahannya, dan pada saat itulah Allah berkata kepadanya, “Kamu sekarang sudah siap, berangkatlah dan selamatkan bangsa Israel.”

Jadi niat Musa untuk melayani Allah sama sekali tidak berubah, yang berubah adalah sikap hatinya, dia sudah sadar akan kelemahannya. Ketika Allah menyuruh dia untuk menemui Firaun guna menyelamatkan orang Israel, tanggapan pertamanya adalah, “Siapakah aku ini? Aku tidak layak untuk menemui Firaun dan memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir.”


Transformasi  Musa

Perlu kita pahami bahwa Musa merupakan orang yang cukup terkenal pada zaman itu. Dia pernah menjadi seorang pangeran di Mesir. Kalau dia tidak layak menemui Firaun, maka tidak ada orang lain yang layak untuk menemui Firaun.

Sesudah itu, Musa masih meragukan apakah orang Israel akan percaya bahwa dia diutus oleh Allah, apa buktinya? Ketika Musa masih muda, dia tidak berpikir seperti itu. Dia meyakini bahwa saudara sebangsanya akan mengerti bahwa Allah memakai dia untuk menyelamatkan umat Israel. Hal ini bisa kita lihat dalam Kisah 7:23-25,

23  Namun, ketika Musa genap berusia empat puluh tahun, muncul di dalam hatinya untuk mengunjungi saudara-saudaranya, yaitu keturunan Israel.
24  Dan, ketika melihat salah satu dari mereka diperlakukan dengan tidak adil oleh orang Mesir, Musa datang membela orang yang dianiaya itu dan membalas dengan membunuh orang Mesir itu.
25  Musa mengira bahwa saudara-saudaranya akan mengerti bahwa Allah memberi mereka keselamatan melalui dirinya, tetapi mereka tidak mengerti.

Pada masa mudanya, Musa penuh dengan rasa percaya diri, dia yakin bahwa saudara-saudara sebangsanya akan mengerti bahwa Allah memakai dia untuk menyelamatkan mereka. Namun, sesudah lewat 40 tahun, Musa berkata, “Bagaimana mungkin mereka mau percaya?”

Setelah Allah menunjukkan tiga mukjizat kepadanya, bukti bahwa Allah mengirimnya, Musa masih berkata, “Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulupun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mupun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah.” Apakah Musa benar-benar tidak pandai berbicara? Kisah 7:22 berkata,

Maka, Musa dididik dalam segala hikmat orang-orang Mesir dan ia berkuasa dalam perkataan dan perbuatannya.

Dibandingkan dengan orang lain, Musa jelas orang yang sangat berpendidikan, dia tidak kalah dengan siapa pun dalam hal kepandaian berbicara. Akan tetapi, dalam kitab Keluaran, dia berkata bahwa dia tidak pandai berbicara dan berat lidah. Musa berkata demikian bukan karena basa basi, tetapi karena dia benar-benar melihat ketidak-mampuan dirinya sendiri.

Lalu Allah berfirman, “Aku yang akan mengajarimu berbicara di sana.” Namun, Musa masih berkata, “Ya Tuhanku, utuslah orang lain yang layak Kau utus.” Hal ini membangkitkan murka Allah, dan Allah berfirman, “Kakakmu, Harun, akan menjadi juru bicaramu.” Demikianlah, setelah begitu banyak bantahan, Musa segera berangkat ke Mesir. Musa, pada akhir tahap kedua hidupnya, sudah menjadi orang yang sepenuhnya rendah hati.

Jadi, gambaran utuhnya adalah: Pertama, kita harus memiliki niat dan memilih untuk melayani Allah. Akan tetapi, Allah tidak semestinya langsung begitu saja mengizinkan kita untuk melayani Dia. Dia akan melihat kelayakan dan kesiapan kita. Hal yang paling berharga adalah bahwa Allah memakai berbagai macam situasi untuk mempersiapkan dan mengubah kita, karena kita memiliki keinginan untuk melayani Dia.


Transformasi dalam Hal Kerendahan Hati

Perubahan yang seperti apa? Kerendahan hati. Hal ini membuat kita melihat betapa tidak berartinya diri kita, bahwa kita harus bergantung sepenuhnya kepada Allah, untuk dikuatkan dalam melayani Dia. Perubahan inilah yang dialami oleh Musa. Allah sudah mengubah dia sepenuhnya, dia bukan lagi Musa yang penuh percaya diri seperti pada masa mudanya. Cara Musa memandang dirinya sendiri sudah berubah. Empat puluh tahun sebelumnya, sekalipun dia berhasrat untuk melayani Allah dan dengan iman meninggalkan statusnya sebagai pangeran Mesir dan melangkah maju, tetapi Allah tidak memakai dia. Ini adalah karena kunci untuk melayani Allah ialah mengabaikan diri sendiri dan membiarkan Allah berdaulat atas langkah kita, sehingga kita dikuatkan oleh Allah. Jika tidak demikian, bagaimana mungkin kita bisa melayani Allah? Jadi, Allah menggunakan waktu 40 tahun yang kedua untuk mempersiapkan dia, untuk mengubah dia. Setelah lewat 40 tahun yang kedua, Musa sudah bisa melihat kekurangannya. Saat itulah Allah bisa mengutus dia untuk menyelamatkan umat Israel.  Dia berusaha keras menolak karena menyadari kelemahan dan ketidakmampuannya untuk menjalankan tugas berat itu. Akan tetapi, Allah justru memandang itulah saat yang tepat bagi Musa untuk memulai pelayanan. Karena sudah bisa menyadari ketidakmampuannya, maka Musa akan bergantung sepenuhnya kepada Allah. Pada saat itulah kekuatan Allah benar-benar bisa memenuhi dia.

Musa adalah hamba Allah yang luar biasa di dalam catatan Alkitab. Semua perkara dan mukjizat yang Allah tunjukkan melalui Musa tak pernah terjadi sebelumnya, dan tidak akan terjadi lagi. Di antara umat manusia, tak ada yang sebesar Musa. Hanya Yesus Kristus, anak Allah, yang pelayanannya melampaui pelayanan Musa.

Hal yang menarik adalah jumlah tahun pelayanan Musa. Berapa lama  Allah memakai  Musa? Empat puluh tahun! Kita sudah melihat bahwa Allah memakai 40 tahun untuk mempersiapkan Musa. Apakah ini sebuah kebetulan? Tanpa melalui 40 tahun masa latihan yang berat, tidak akan ada masa 40 tahun pelayanan. Inilah landasan dari kehidupan rohani, Allah memakai waktu 40 tahun untuk membentuk landasan rohani Musa. Tanpa landasan ini, tidak akan ada prestasi besar yang bisa dicapai. Sama seperti pohon besar, tinggi pohon itu sama dengan kedalaman akarnya. Jangkauan ketinggian dan kedalaman adalah sama. Prinsip yang serupa dengan itu juga berlaku dalam kehidupan rohani.

Demikianlah, saudara-saudari terkasih, saya tidak tahu sudah berada di tahap mana pelayanan anda. Mungkin anda sudah menetapkan hati untuk melayani Allah, tetapi setelah bertahun-tahun, anda masih tidak puas dengan hasil kerja anda. Anda merasa bahwa Allah mungkin tidak memakai anda. Jangan kecewa dulu, mungkin Allah sedang mengubah hidup anda dan memperdalam akar anda ke bawah sehingga anda mampu menyangkal diri anda sepenuhnya untuk bisa bergantung sepenuhnya kepada Allah. Selanjutnya, Allah akan memakai anda dengan luar biasa. Namun, kita harus selalu siap akan penentuan waktu dari Allah. Bersabar, sabar menunggu dan membiarkan Dia mengubah diri kita.


Kesimpulan

Mari kita tarik beberapa kesimpulan. Hari ini kita sudah melanjutkan pembahasan tentang tahap kedua dalam hidup Musa. Musa melarikan diri ke Midian dan menjadi gembala selama 40 tahun. Pada masa mudanya, sekalipun Musa bersedia mengorbankan segala sesuatu untuk mengikuti Allah dan menyelamatkan bangsa Israel, Allah tidak memakai dia. Akan tetapi, Allah melatih dia dengan keras untuk mengubah dia sepenuhnya. Setelah 40 tahun, Musa menjadi orang yang rendah hati sepenuhnya. Musa sekarang melihat betapa tidak berartinya dia, dan bahwa dia tidak punya kemampuan untuk menjalankan tugas untuk menyelamatkan bangsa Israel, jadi dia menolak panggilan Allah dengan berbagai cara. Akan tetapi, Allah tetap berulang kali memanggil dia bahkan sampai Allah murka, dan kemudian bergegas berangkat.

Jadi kita bisa lihat di sini bahwa, pertama-tama, harus ada niat untuk melayani Allah. Namun, di sisi lain, Allah juga akan melihat apakah kita sudah layak dan siap untuk melayani Dia. Allah akan mengubah kita, lalu Dia akan memakai kita.

 

Berikan Komentar Anda: