Ev. Xin Lan | Firaun (1) |

Hari ini, tokoh Alkitab yang akan kita bahas adalah Firaun. Firaun merupakan gelar untuk raja di Mesir, sama seperti “kaisar” (皇帝) di Tiongkok. Jadi, ini bukanlah nama seseorang. Firaun adalah gelar bagi raja Mesir. Ada banyak Firaun dalam sejarah Mesir dan Alkitab juga menceritakan beberapa Firaun yang berbeda. Hari ini, Firaun yang akan kita bahas ialah Firaun yang dicatat di Kejadian 41. Dia adalah Firaun yang mendapatkan mimpi, yang memanggil Yusuf untuk menafsirkan arti mimpinya dan kemudian mengangkat Yusuf untuk menjadi Perdana Menteri di Mesir.

Kita sudah sering membahas tentang Yusuf yang dijual sebagai budak ke Mesir oleh saudara-saudaranya. Dia menjadi budak di rumah Potifar, dan belakangan menjadi tahanan penjara. Yusuf mengalami penderitaan selama 13 tahun di Mesir sebelum Allah mengangkatnya menjadi Perdana Menteri. Namun, dalam seluruh proses ini, Firaun memegang peranan yang sangat penting. Allah memakai Firaun untuk mengangkat kedudukan Yusuf. Allah juga memakai Yusuf untuk memberkati Firaun dan membawa Mesir melalui masa kekeringan dengan selamat dan menjadi negara terkuat di antara negara-negara di sekitarnya sekaligus menjadi penyelamat bagi negara lain. Firaun adalah seorang raja Mesir dan dia bukanlah bagian dari umat Allah. Namun, Allah memberkatinya dengan luar biasa. Jadi, Firaun yang ini pasti memiliki kualitas yang luar biasa, yang layak untuk kita pelajari.


Mimpi Firaun

Dalam catatan di Kejadian 41, kita melihat bahwa Firaun mendapatkan suatu mimpi.

1  Dua tahun kemudian, Firaun bermimpi bahwa ia berdiri di dekat Sungai Nil.
2  Dalam mimpi itu, tujuh lembu keluar dari sungai dan berdiri di sana memakan rumput. Lembu-lembu itu terlihat sehat dan gemuk.
3  Kemudian, tujuh lembu lain keluar dari sungai dan berdiri di tepi sungai dekat lembu yang sehat itu. Namun, lembu-lembu itu kurus dan tampak sakit.
4  Ketujuh lembu yang sakit itu memakan ketujuh lembu yang sehat. Lalu, Firaun terbangun.
5  Firaun kembali tidur dan ia bermimpi lagi. Kali ini, ia bermimpi melihat tujuh tangkai gandum tumbuh pada satu batang gandum. Tangkai itu sehat dan penuh dengan bulir gandum.
6  Kemudian, ia melihat tujuh tangkai gandum bertunas, tetapi kurus dan layu oleh angin panas.
7  Tangkai gandum yang kurus itu memakan ketujuh tangkai gandum yang baik. Kemudian, Firaun terbangun kembali dan menyadari itu hanyalah mimpi.
8  Besok paginya, Firaun merasa gelisah dengan mimpi-mimpi itu. Jadi, ia memanggil semua ahli tenung dan orang bijak yang ada di Mesir. Firaun menceritakan kepada mereka mimpi itu, tetapi tidak seorang pun dari mereka yang dapat menerangkannya.
9  Kemudian, pelayan anggur teringat akan Yusuf dan berkata kepada Firaun, “Aku teringat akan sesuatu yang terjadi padaku.
10  Engkau pernah marah kepada tukang roti dan kepadaku, dan engkau memenjarakan kami.
11  Satu malam, ia dan aku bermimpi. Masing-masing mimpi kami memiliki artinya sendiri.
12  Ada seorang Ibrani dalam penjara bersama kami. Ia adalah hamba dari kepala pengawal.
Kami menceritakan mimpi kami kepadanya dan ia menerangkan artinya kepada kami.
13  Semua yang dikatakannya benar-benar terjadi. Ia mengatakan aku akan bebas dan menerima kembali pekerjaanku yang lama, dan itu terjadi. Ia juga mengatakan kepada tukang roti bahwa ia akan mati, dan itu terjadi!”
14  Maka, Firaun memanggil Yusuf dari penjara. Para pengawal segera mengeluarkan Yusuf dari penjara. Yusuf bercukur dan mengenakan pakaian yang bersih, lalu pergi menghadap Firaun.
15  Firaun berkata kepada Yusuf, “Aku bermimpi, dan tidak ada yang dapat menerangkan mimpi itu kepadaku. Aku mendengar bahwa engkau dapat menerangkan mimpi ketika orang menceritakan kepadamu mimpi-mimpi itu.”
16  Yusuf menjawab, “Aku tidak dapat! Akan tetapi, Allah dapat menerangkannya kepada tuanku Firaun.”

Firaun lalu menceritakan isi mimpinya.

25  Kemudian, Yusuf berkata kepada Firaun, “Kedua mimpi itu memiliki arti yang sama. Allah sedang memberi tahu Tuanku tentang apa yang akan segera terjadi.
26  Tujuh lembu yang baik dan tujuh tangkai gandum yang baik artinya tujuh tahun yang baik.
27  Dan, tujuh lembu yang kurus dan sakit dan tujuh tangkai gandum yang kurus maksudnya akan terjadi tujuh tahun kelaparan di negeri ini. Ketujuh tahun yang buruk akan terjadi setelah tujuh tahun yang baik.
28  Sebagaimana yang hamba katakan kepada Tuanku, Allah telah menunjukkan kepada Tuanku apa yang akan segera terjadi.
29  Selama tujuh tahun akan ada banyak makanan di Mesir.
30  Kemudian, akan terjadi tujuh tahun kelaparan. Orang-orang Mesir bahkan akan lupa betapa banyaknya makanan pada masa lalu. Bahaya kelaparan akan merusak negeri ini.
31  Kelaparan itu akan sangat buruk sampai-sampai orang-orang lupa bagaimana rasanya mempunyai banyak makanan.
32  Tuanku Firaun, engkau mempunyai dua mimpi tentang hal yang sama. Itu berarti, Allah ingin menunjukkan bahwa Ia benar-benar akan membuat hal ini terjadi, dan Ia akan segera mewujudkannya!
33  Jadi, Tuanku Firaun, engkau harus memilih seorang yang bijaksana dan pandai, dan mengangkat dia untuk mengatur negeri ini.
34  Lalu, engkau harus memilih beberapa orang lain untuk mengumpulkan makanan dari rakyat Mesir. Selama tujuh tahun yang baik, orang-orang harus memberikan 1/5 dari semua makanan yang mereka tanam.
35  Dengan cara ini, mereka akan mengumpulkan banyak makanan selama tujuh tahun yang baik dan menyimpannya dalam kota-kota hingga itu diperlukan. Makanan itu akan ada di bawah pengawasan Tuanku.
36  Dengan demikian, selama tujuh tahun masa kelaparan akan ada makanan untuk Mesir. Dan, Mesir tidak akan binasa karena bahaya kelaparan.”
37  Tampaknya, hal ini merupakan pemikiran yang sangat baik bagi Firaun, dan semua pejabatnya setuju.
38  Firaun berkata kepada para pejabatnya, “Aku tidak yakin kita dapat menemukan orang yang lebih baik daripada Yusuf untuk mengerjakan hal ini! Roh Allah ada di dalam dia sehingga ia sangat bijaksana!”
39  Maka, Firaun berkata kepada Yusuf, “Allah telah menunjukkan semua hal ini kepadamu. Jadi, aku rasa tidak ada orang lain yang lebih bijaksana daripada kamu.
40  Aku akan mengangkat kamu untuk mengepalai istanaku. Seluruh rakyatku akan menaati perintahmu. Hanya aku saja satu-satunya orang yang lebih berkuasa darimu.”
41  Firaun berkata kepada Yusuf, “Sekarang, aku mengangkatmu menjadi gubernur atas seluruh Mesir.”
42  Kemudian, Firaun melepaskan cincin di jarinya dan memakaikan cincin itu pada jari Yusuf. Meterai kerajaan ada pada cincin itu. Firaun juga memberikan kepada Yusuf pakaian halus dan memakaikan kalung emas ke lehernya.
43  Lalu, Firaun memberikan kepada Yusuf kereta kerajaan yang kedua sebagai kendaraannya. Para pengawal kehormatan raja berjalan di depan kereta itu sambil berseru-seru, “Berlutut! Berlutut!” Demikianlah Yusuf diangkat menjadi gubernur atas seluruh Mesir.
44  Lalu Firaun berkata kepadanya, “Akulah Firaun, raja atas setiap orang di Mesir, tetapi tidak ada seorang pun di Mesir yang dapat mengangkat tangan atau menggerakkan kaki kecuali engkau mengizinkannya.”
45  Kemudian Firaun memberikan kepada Yusuf nama lain, Zafnat-Paaneah. Ia juga memberikan kepada Yusuf seorang istri bernama Asnat. Dia anak Potifera, imam di Kota On. Yusuf pun menjadi gubernur di seluruh negeri Mesir.


Firaun tidak Mengabaikan Penyataan dari Allah

Dari catatan ini, kita bisa melihat bahwa Firaun yang satu ini memang bukan orang biasa! Dia punya banyak kualitas yang baik. Pertama, dia mendapatkan mimpi yang merupakan penyataan dari Allah kepadanya. Hal ini terlihat jelas berdasarkan uraian yang diberikan oleh Yusuf. Berbagai peristiwa bersejarah berikutnya terjadi karena Firaun tidak mengabaikan mimpi ini. Dia tidak mengabaikan penyataan yang diberikan oleh Allah. Harap diperhatikan bahwa setelah Firaun mendapatkan mimpi-mimpi ini, pagi harinya hati Firaun menjadi sangat gelisah. Kata “hati” ini sebenarnya bermakna “roh” dalam bahasa sumbernya. Jadi, sebenarnya roh Firaunlah yang gelisah. Dia sangat ingin tahu arti dari mimpi ini, dia ingin tahu mengapa dia mendapatkan mimpi seperti itu. Dia memiliki hasrat untuk memahami kebenaran. Untuk itu, dia memanggil semua orang bijaksana dari seluruh Mesir dan meminta mereka untuk menafsirkan makna mimpinya. Ketika para ahli nujum itu tidak mampu memberikan tafsiran bagi mimpinya, Firaun tidak menyerah begitu saja, dia terus mencari orang yang mampu menafsirkan makna mimpinya. Dalam keadaan seperti ini, kepala juru minumnya menganjurkan untuk memanggil Yusuf yang saat itu masih berada di dalam tahanan.

Ini merupakan kualitas yang luar biasa. Jika Firaun tidak menganggap mimpi yang diperolehnya itu penting –  mungkin hanya suatu kebetulan dan bukannya sesuatu yang bermakna –  sejarah Mesir mungkin akan jauh berbeda. Mesir bisa saja musnah akibat masa kelaparan itu.

Pewahyuan yang diberikan oleh Allah kepada Firaun sangatlah spesial. Berbicara tentang pewahyuan dari Allah, pada dasarnya Allah sangat adil. Dia selalu menyampaikan pewahyuan kepada setiap orang, ada yang banyak dan ada juga yang sedikit. Selalu saja ada pewahyuan dari-Nya. Saat saya berbicara dengan orang-orang non-Kristen dan menyampaikan Injil kepada mereka, saya mendapati bahwa mereka semua pernah mendapatkan pengalaman rohani yang tidak biasa. Mereka juga merasakan telah mengalami hal-hal yang sangat luar biasa. Hal-hal yang tidak dapat dijelaskan. Mereka tahu bahwa hal-hal itu datang dari zona roh. Mereka tidak bisa menjelaskan berbagai fenomena itu berdasarkan pemahaman duniawi. Akan tetapi, persoalannya adalah: Biasanya mereka tidak memedulikan pengalaman tersebut. “Oh! Hanya suatu kebetulan! Tidak perlu dirisaukan, terlalu misterius!” Mereka lalu mengabaikannya. Perlahan-lahan mereka melupakan peristiwa atau pengalaman rohani ini.


Yang tidak Mempunyai, Apa yang Ada akan diambil darinya

Yesus juga mengungkapkan masalah ini. Mari kita lihat Matius 13:12                 

Sebab, orang yang mempunyai, kepadanya akan diberikan dan ia akan berkelimpahan. Namun, siapa yang tidak mempunyai, bahkan apa yang ia punyai akan diambil dari padanya.

Awalnya saya tidak mengerti maksud dari ayat ini. Mengapa dikatakan, “siapa yang tidak mempunyai, bahkan apa yang ia punyai akan diambil dari padanya.” Kalau dia tidak punya apa-apa, mengapa dikatakan, “apa yang ia punyai”? Ini luar biasa! Ucapan dari Yesus selalu luar biasa. Saat pertama kali anda perhatikan ayat ini, kalimatnya terkesan tidak logis dan bertolak-belakang. Namun, jika kita cermati dengan lebih mendalam, terutama setelah kita sendiri mendapatkan beberapa pengalaman, anda akan mendapati bahwa ucapan dari Yesus ini sungguh luar biasa. Semua orang yang belum mengenal Allah ternyata pernah memiliki pengalaman dari Allah. Allah akan memberikan penyataan surgawi kepada setiap orang. Persoalannya adalah apakah kita mau mengikuti sedikit petunjuk yang kita dapatkan itu untuk mencari tahu ada apa di baliknya. Jika kita terus mencari, kita akan sampai kepada Allah. Jika kita tidak peduli, petunjuk yang sedikit itu secara perlahan akan hilang dan terlupakan. Inilah maksud dari ungkapan “memiliki” dan “tidak memiliki”. Makna yang kita anggap kontradiksi dalam ayat ini sebenarnya justru selaras.


Firaun tidak Meremehkan Yusuf

Mari kita kembali pada sosok Firaun yang tidak mengenal Yahweh ini. Dia merupakan orang asing, tetapi Allah memberinya penglihatan lewat mimpi dan Firaun tidak menekan kegelisahan rohnya. Dia berkeras mencari tahu apa maksud dari mimpinya. Justru karena kegigihannya itulah, dia menemukan Yusuf yang menolong dia untuk menafsirkan penyataan dari Allah. 

Apa keadaan Yusuf pada saat itu? Seorang budak yang menjadi tahanan. Perbedaan status di antara keduanya sangatlah besar, tetapi Firaun bersedia dan terbuka untuk mendengarkan tafsirannya. Firaun bisa saja meremehkan Yusuf dan berkata, “Oh, kalau kamu memang mengenal Allah dan bisa menafsirkan makna mimpi, lalu mengapa kamu justru menjadi budak dan bukannya menjadi orang terhormat? Mengapa Allahmu tidak menolong kamu?”

Mari kita bayangkan kalau kita berada dalam posisi Firaun. Jika anda berkedudukan tinggi di lingkungan pemerintah atau menjadi seorang pejabat tinggi, bagaimana reaksi anda jika ada orang dari kedudukan yang rendah di mata anda, mungkin seorang bawahan, anak kecil, petani atau bahkan seorang tahanan memberitakan Injil kepada anda? Mungkin kita akan meremehkan orang semacam itu karena memandang kedudukan mereka yang sangat rendah dibandingkan dengan posisi kita. Kita bahkan mungkin saja meremehkan Allah yang diberitakan oleh orang semacam ini. Di dalam sejarah Perjanjian Lama, Israel seringkali mengalami hal seperti itu. Bangsa ini sering mendapat cemoohan dari bangsa-bangsa lain, “Kalau Allahmu memang maha kuasa, lalu mengapa kamu selemah itu? Allahkulah yang terbesar! Sembahlah allahku saja!” Demikianlah, di dalam Yehezkiel 36:20-21, Allah berfirman,

20  Dan ketika mereka datang kepada bangsa-bangsa tempat mereka pergi, mereka mencemarkan nama-Ku yang kudus karena dikatakan tentang mereka, ‘Inilah umat YAHWEH, tetapi mereka harus meninggalkan negeri-Nya.’
21  Akan tetapi, Aku merasa prihatin akan nama-Ku yang kudus, yang telah dicemarkan oleh keturunan Israel di antara bangsa-bangsa tempat mereka pergi.

Itulah pandangan dari berbagai bangsa. “Apa? Kamu percaya pada Yahweh, lalu mengapa nasibmu seperti itu? Sembahlah tuhanku! Ikutlah tata nilaiku. Percayalah pada uang, pengetahuan dan kekuatan. Itulah hal-hal yang paling penting di muka bumi. Lihat saja, standar hidupku jauh di atas standar hidupmu.”

Jika anda dan saya merasa berhak untuk berbicara seperti itu, tentu saja Firaun akan jauh lebih berhak untuk mengatakannya. Perbedaan status antara dia dengan Yusuf terlalu jauh, seperti dua orang dari dua dunia yang berbeda. Namun, pelajaran yang sangat berharga dari sini adalah Firaun tidak bereaksi seperti itu. Dia mengeluarkan Yusuf dari penjara dan menyimak tafsiran mimpinya dengan saksama. Sesudah Yusuf selesai menyampaikan tafsiran mimpi itu, Firaun tidak berkata, “Sungguh menggelikan! Aku tak pernah mendengar hal semacam ini sebelumnya!” Firaun juga tidak menjadi skeptis dan berkata, “Oh! Mungkin memang begitu. Namun, bagaimana aku bisa memastikan kebenarannya?” Sama seperti ketika kita mendengarkan Injil, dimulai dengan hal keberadaan Allah. Kemudian Anak-Nya diutus ke dunia, disalibkan, mati dan tiga hari kemudian bangkit kembali. Dia akan kembali pada masa depan untuk menghakimi dunia, jadi kita harus segera bertobat. Akan tetapi, kebanyakan respon yang muncul adalah, “Menggelikan!” Banyak pula yang menanggapinya seperti ini, “Oh! Mungkin benar. Rasanya masuk akal. Akan tetapi, masih banyak hal yang harus saya lakukan sekarang. Urusan ini mungkin penting untuk waktu akan datang, tetapi bukan sekarang.”


Firaun Mengangkat Yusuf yang bukan Siapa-siapa

Bagaimana tanggapan Firaun setelah mendengarkan uraian Yusuf? Alkitab berkata,

Tampaknya, hal ini merupakan pemikiran yang sangat baik bagi Firaun, dan semua pejabatnya setuju.

Firaun memandang usulan Yusuf sebagai hal yang baik. Dia menerima sepenuhnya dan segera bertindak sesuai dengan nubuatan yang disampaikan.

Jika mereka harus melalui masa kelaparan, mereka harus bersiap dengan menyimpan persediaan hasil panen pada masa kelimpahan. Upaya persiapan ini membutuhkan orang yang bijaksana serta mampu menjalankan tugas, sesuai dengan anjuran dari Yusuf kepada Firaun. Mereka harus mendapatkan orang yang cakap dan bijak untuk mengemban tugas ini dan segera menjadikannya wali atas seluruh Mesir.

Seharusnya peranan Yusuf berhenti di sana. Setelah mendengarkan uraian dari Yusuf, Firaun tentu akan memilih seorang pejabat senior untuk menjadi Perdana Menteri negeri Mesir yang akan membuat persiapan menghadapi masa kelaparan seperti yang disampaikan oleh Yusuf. Atau, untuk menghargai jasa Yusuf, Firaun bisa saja bermurah hati dengan cara membebaskan Yusuf dan menjadikan dia orang merdeka, bukan lagi seorang budak dan tahanan. Atau, jika ingin lebih baik lagi, Firaun bisa memberinya hadiah berupa emas dan perak. Atau, lebih jauh lagi, dengan cara mempertahankan Yusuf berada di dekatnya sebagai utusan khusus Firaun. Semua ini merupakan anugerah besar untuk Yusuf. Bukankah sudah sewajarnya jika anda seorang budak yang menjadi tahanan, maka raja berhak untuk memerintahkan anda untuk memenuhi keinginannya? Perilaku kebanyakan raja memang demikian adanya. Tak ada kebutuhan untuk berterimakasih. Dia juga bisa mengembalikan Yusuf ke dalam penjara, sama seperti juru minuman itu tidak menghargainya sekalipun Yusuf telah menafsirkan mimpinya dengan tepat. Dapat dikatakan bahwa Yusuf sudah memberikan jasa besar, menafsirkan makna mimpinya, seperti yang dilakukannya untuk Firaun. Akan tetapi, pada akhirnya kepala juru minuman ini tidak berterimakasih dan bahkan melupakannya. Ini merupakan hal yang lazim terjadi.

Tindakan luar biasa lainnya yang ditunjukkan oleh Firaun adalah dia menjadikan Yusuf memerintah atas negeri Mesir. Seorang asing, dari kaum Ibrani yang dipandang hina oleh orang Mesir  – belakangan, di pasal 43, ketika Yusuf mengadakan jamuan makan, dia harus menyiapkan dua meja perjamuan, satu untuk dia dan saudara-saudaranya, dan satu lagi untuk orang-orang Mesir yang ikut perjamuan makan itu. Alkitab berkata,

“Orang Mesir tidak boleh makan bersama-sama dengan orang Ibrani, karena hal itu suatu kekejian bagi orang Mesir.”

Walaupun Yusuf sudah menjadi Perdana Menteri Mesir, aturan yang berlaku bagi orang Mesir tetap tidak boleh dilanggar. Kita bisa melihat bahwa status orang Ibrani sangatlah rendah di mata orang Mesir. Bukan hanya itu, Yusuf juga pernah menjadi budak serta tahanan di Mesir. Sebagai orang dengan latar belakang yang begitu rendah, merupakan suatu anugerah yang luar biasa Yusuf diangkat Firaun langsung ke posisi  sebagai Perdana Menteri Mesir dalam waktu sehari! Yusuf mengalami peningkatan kedudukan yang sangat drastis  dalam waktu yang sangat singkat. Allah dapat mengubah nasib seseorang dalam waktu sehari!

Ada yang menilai bahwa hal ini bisa saja terjadi karena Firaun sendiri sebenarnya bukan orang Mesir, dia berasal dari bangsa lain. Akan tetapi, bangsa ini sudah lama menaklukkan bangsa Mesir sehingga orang Mesir tidak keberatan ada orang asing lainnya menjadi pemerintah. Saya tidak sependapat dengan pandangan ini. Hal itu hanya merupakan upaya penyederhanaan yang terlalu dangkal, mengabaikan kualitas pribadi Firaun. Sekalipun Firaun yang ini tidak berasal dari bangsa Mesir, dan bangsa Mesir saat itu sudah lama menjadi bangsa jajahan, tetapi dia tetap ada dalam tatanan penguasaan yang membuatnya sulit untuk mengizinkan orang asing memegang kekuasaan.

Sebagai contoh, pada masa kekuasaan dinasti Ching. Dalam periode dinasti Ching, bangsa Mongol menjajah bangsa Han. Jadi, status bangsa Mongol berada di atas bangsa Han. Saya pernah menonton film berjudul The Emperor Kang Xi (Kaisar Kang Xi, 康熙大帝)). Ada sebuah adegan yang menggambarkan guru kaisar Kang Xi. Sang guru adalah seorang berbangsa Han. Ketika Kang Xi naik takhta, dia menunjuk gurunya sebagai pemimpin upacara penobatan. Posisi ini menjadikan guru kaisar sebagai orang yang akan meneriakkan semua perintah dalam upacara penobatan, termasuk perintah untuk menghormati kaisar. Seorang bangsawan dari bangsa Mongol keberatan dengan penunjukan ini dan berbicara kepada ibunda kaisar, “Bagaimana mungkin kita menjadikan seorang dari bangsa Han sebagai orang yang akan meneriakkan perintah-perintah dalam upacara bangsa Mongol?” Dia meremehkan bangsa Han. Pada akhirnya, ibunda kaisar terpaksa mengganti guru ini dengan pejabat lain dari bangsa Mongol.

Demikianlah, kebanyakan penjajah cenderung memandang rendah bangsa yang mereka jajah. Firaun ini, sebagai bagian dari bangsa yang menjajah Mesir, mungkin memiliki kecenderungan itu. Lalu bagaimana pandangan Firaun terhadap seorang Ibrani yang dipandang rendah oleh bangsa Mesir? Mengangkat orang yang berasal dari kedudukan yang sangat hina untuk mengisi kedudukan yang sangat penting merupakan hal yang tidak akan diizinkan oleh aturan sosial di negeri Mesir. Bahkan pada zaman sekarang ini, ketika kita sudah terbiasa dengan berbagai slogan tentang hak asasi manusia, walaupun tak ada orang yang mau menyatakannya dengan terus terang, tetapi hanya orang asli dari setiap negeri yang berhak memegang kekuasaan. Hanya orang pribumi yang boleh menjalankan kekuasaan. Orang asing yang ingin ikut serta dalam urusan pemerintahan akan menghadapi hambatan luar biasa. Sekalipun mereka diizinkan berpartisipasi, mereka akan dibatasi untuk memegang posisi yang tidak esensi. Dia tidak akan bisa menjadi Presiden ataupun Perdana Menteri. Hal ini bisa dilihat dari jajaran pimpinan resmi dalam sebuah negara.

Saya pernah menyaksikan sebuah wawancara di TV. Wawancara ini melibatkan seorang Chinese yang terkenal di luar negeri. Dia merupakan seorang warga resmi di sebuah negara.  Latar belakang keluarganya, dan juga prestasinya sangatlah luar biasa. Lalu dia dinominasikan oleh Presiden di negara itu untuk menjabat di sebuah posisi, jabatan Menteri Urusan Wanita.  Jabatan ini masih belum termasuk posisi yang utama dalam pemerintahan, jauh dari posisi Perdana Menteri. Namun demikian, tindakan Presiden ini sudah termasuk langkah yang berani. Dia harus menghadapi banyak tekanan dari bangsanya sendiri yang menolak nominasi itu dengan alasan, “Tidak dapatkah kita menangani sendiri urusan perempuan bangsa kita? Mengapa harus ada orang Chinese yang memerintah kita di sini?” Orang asing yang ikut serta dalam pemerintahan serta kehidupan politik dalam suatu negara tetap ditolak oleh orang pribumi bahkan sampai ke hari ini.

Demikianlah, Firaun ini bukanlah tokoh biasa. Caranya menangani suatu urusan sangat berbeda dengan raja-raja yang lain, sangat berani dan tidak seperti lazimnya. Tindakannya bisa menimbulkan ketidakpuasan di kalangan pejabatnya, bahkan bisa saja memunculkan pemberontakan bagi yang tidak puas dengan keputusannya. Seorang raja juga bisa ketakutan menghadapi rakyat, jadi kadang-kadang seorang raja terpaksa mengikuti kemauan rakyat. Contohnya Pilatus di dalam Perjanjian Baru. Pilatus adalah pemerintah dari Roma untuk wilayah Israel, dia memiliki kekuasaan yang absolut. Ketika Yesus dibawa ke hadapannya, Pilatus tidak berniat menghukum mati Yesus karena dia tidak menemukan adanya kesalahan pada diri Yesus. Akan tetapi, ketika rakyat mulai berteriak-teriak menekan dia untuk menghukum mati Yesus, dia menjadi ketakutan. Anda mungkin merasa heran dengan kejadian ini. Dia adalah komandan tertinggi di wilayah itu, hal apa yang perlu dia takuti? Kenyataannya, dia sangat ketakutan. Dia tidak berani menolak tekanan dari rakyat. Akibatnya, dia tunduk pada tuntutan orang banyak dan  menghukum mati Yesus.

Demikianlah, kita sekarang bisa memahami bahwa tindakan Firaun mengangkat Yusuf sebagai Perdana Menteri bukanlah hal yang sederhana. Orang ini jelas memiliki kualitas yang berbeda dari seorang pemimpin yang unggul.


Kesimpulan

Mari kita menarik suatu kesimpulan. Dalam pesan ini, kita membahas tokoh Firaun. Alkitab menyebutkan tentang beberapa Firaun. Ini karena Firaun bukanlah nama orang melainkan gelar dari raja Mesir. Sama seperti gelar “kaisar” di China. Firaun yang kita bahas hari ini adalah Firaun yang dicatat dalam kitab Kejadian pasal 41, yang menaikkan derajat Yusuf.

Kita bisa melihat bahwa ketika Allah memberinya penglihatan dalam mimpi, dia tidak mengabaikannya. Sebaliknya, rohnya menjadi sangat gelisah dan dia sangat ingin tahu makna dari mimpinya. Setiap dari kita akan atau pernah mengalami Allah, ada yang mengalami lebih dan ada yang hanya sedikit. Masalahnya adalah apakah kita berusaha mencari tahu makna di balik pengalaman itu. Dalam kegigihannya mencari tahu tentang makna dari mimpinya itu, Firaun menemukan Yusuf dan mendapatkan tafsiran dari mimpi itu melalui Yusuf.

Setelah Yusuf menafsirkan makna mimpi itu, yang merupakan penafsiran dari Allah, Firaun cepat menanggapi penafsiran itu dan melakukan persiapan untuk menerapkan semua saran dan usul Yusuf.

Hal yang lebih mengagumkan lagi adalah bahwa Firaun menempatkan Yusuf dalam jabatan penting, menjadikannya sebagai Perdana Menteri negeri Mesir. Kita bisa melihat keberanian serta keteguhan Firaun dalam membuat serta menjalankan keputusan. Firaun yang ini jelas memiliki kualitas yang unggul, yang berbeda dari kebanyakan raja atau penguasa yang lain.

                                                            

Berikan Komentar Anda: