Ev. Xin Lan | Firaun (2) |

Hari ini, tokoh Alkitab yang akan kita bahas masih Firaun. Nama ini adalah gelar bagi raja di Mesir, sama seperti gelar “kaisar” di Tiongkok. Jadi, ini bukanlah nama seseorang, ini merupakan gelar bagi raja Mesir. Mesir memiliki banyak Firaun, Alkitab juga menyebutkan adanya beberapa Firaun. Akan tetapi, Firaun yang kita bahas hari ini adalah Firaun yang dicatat dalam kitab Kejadian 41. Dia mendapatkan mimpi,  lalu mengeluarkan Yusuf dari penjara untuk menafsirkan mimpinya. Akhirnya Firaun mengangkat Yusuf sebagai Perdana Menteri di negeri Mesir.

Mengenai Yusuf, sudah banyak kita membahas tokoh ini. Dia dijual oleh para saudaranya sebagai budak ke Mesir, dan di Mesir dia akhirnya menjadi tahanan. Dia menderita selama 13 tahun, sampai akhirnya dia ditinggikan oleh Allah serta menjadi Perdana Menteri di negeri Mesir. Di dalam proses ini, peranan Firaun sangatlah penting. Allah memakai Firaun untuk mengangkat Yusuf. Allah juga memakai Yusuf untuk memberkati Firaun, bukan sekadar memampukan Mesir bertahan melewati masa kelaparan dan menjadi negara terkuat di antara berbagai negara lain di sekitarnya, tetapi juga menyelamatkan negara itu dari kelaparan. Firaun adalah raja Mesir, dia bukanlah umat Allah, tetapi Allah memberkati dia dengan sangat berlimpah.

Dalam pembahasan yang lalu, kita sudah melihat bahwa sesudah Allah memberikan penyataan kepada Firaun melalui mimpi, Firaun tidak mengabaikan mimpi ini. Sebaliknya, rohnya menjadi gelisah dan dia mencari tahu apa makna mimpinya itu. Setiap orang dari kita sudah pernah mendapat pengalaman dari Allah. Ada yang mendapat banyak pengalaman, ada juga yang hanya sedikit. Yang menjadi persoalan adalah apakah kita melanjutkan dengan mencari tahu apa maknanya? Firaun melanjutkan ke tahap mencari tahu arti mimpinya, hasilnya adalah dia mendapatkan Yusuf, yang menolong dia untuk memahami arti mimpi itu.  

Setelah Yusuf menguraikan makna mimpi itu, makna dari kehendak Allah, Firaun langsung menanggapi dengan membuat persiapan menghadapi kegenapan dari nubuatan itu.

Hal yang mengejutkan kita adalah Firaun langsung menempatkan Yusuf dalam jabatan penting, dia menjadikan Yusuf Perdana Menteri negeri Mesir. Di sini kita melihat tindakannya yang berani dan tegas. Firaun ini memiliki kualitas yang unggul, yang membuatnya berbeda dari kebanyakan penguasa.                            


Firaun mengangkat Yusuf berdasarkan Kemampuan

Hari ini, kita akan melanjutkan pembahasan tersebut. Kedudukan Yusuf pada saat dipanggil oleh Firaun sangatlah rendah – seorang dari bani Ibrani, dijual sebagai budak dan sedang berada dalam tahanan. Akan tetapi, Firaun mampu melihat melewati semua kekurangan itu, dan dia mengangkat Yusuf ke jabatan yang tertinggi. Mengapa Firaun mengambil keputusan seperti itu? Dia sama sekali tidak tahu siapa Yusuf itu. Dia baru pertama kali bertemu dengan Yusuf. Dia belum mengenal Yusuf secara akrab. Lalu mengapa dia mengambil keputusan itu? Perhatikanlah ucapan yang disampaikan oleh Firaun, dia berkata kepada para pejabatnya,

“Aku tidak yakin kita dapat menemukan orang yang lebih baik daripada Yusuf untuk mengerjakan hal ini! Roh Allah ada di dalam dia sehingga ia sangat bijaksana!”

Kepada Yusuf, dia berkata,

“Allah telah menunjukkan semua hal ini kepadamu. Jadi, aku rasa tidak ada orang lain yang lebih bijaksana daripada kamu.”

Di sini kita bisa melihat alasan Firaun yang berani mengangkat Yusuf. Yang dia pentingkan adalah kemampuan. Dia mendapati bahwa tak ada orang yang memiliki akal budi dan kebijaksanaan seperti Yusuf. Jadi, memang Yusuf yang pantas menjadi Perdana Menteri Mesir. Ada satu pepatah dalam bahasa Tionghoa, “Mengangkat seseorang harus sesuai dengan kemampuannya.” Pepatah ini menjelaskan sikap Firaun. Dia mendapati bahwa kemampuan adalah unsur yang paling penting untuk melihat apakah seseorang mampu untuk menjalankan suatu tugas atau tidak. Dalam pandangannya, status atau ras bukanlah unsur yang penting.

Jangan memandang remeh kualitas. Jika seorang pemimpin suatu bangsa memiliki kualitas semacam ini, negaranya akan menjadi kuat. Yang sering terjadi adalah kebanyakan pemimpin lebih memilih kerabat dan teman-temannya. Mereka mengangkat kerabat, teman dan rekan satu partai, dan akibatnya adalah keruntuhan bangsa tersebut. Tidak akan ada kebenaran di negara tersebut, rakyat tidak akan mendapat perlakuan yang adil, segala sesuatu dijalankan dengan mengutamakan hubungan pribadi. Kebenaran berarti melakukan sesuatu dengan berdasarkan fakta yang ada serta perlakuan yang adil atas setiap orang. Dalam Amsal 14:34 disebutkan,

Kebenaran meninggikan sebuah bangsa, tetapi dosa adalah noda bagi setiap bangsa.

Jika ada kebenaran di dalam suatu negeri, negeri ini akan menjadi kuat dan makmur. Jika tidak ada kebenaran, negeri itu akan lemah. Kita tahu bahwa kitab Amsal adalah kitab yang berisi kebijaksanaan. Jika kita pelajari dengan tekun, kita akan mendapatkan banyak kebijaksanaan dari sana.

Mengapa kebanyakan pemimpin tidak mau mengangkat orang berdasarkan kemampuan mereka? Dalam aspek tertentu, mereka takut kehilangan kekuasaan mereka. Memakai kerabat dan teman-teman mereka merupakan pilihan yang lebih aman. Akan tetapi, Firaun justru memberi kewenangan yang sangat besar kepada Yusuf, dia berkata,

Aku akan mengangkat kamu untuk mengepalai istanaku. Seluruh rakyatku akan menaati perintahmu. Hanya aku saja satu-satunya orang yang lebih berkuasa darimu.”

Lalu dia menyuruh Yusuf naik ke keretanya yang kedua. Ketika kereta itu berjalan, para pengiring kereta akan berseru kepada rakyat, “Berlutut! Berlutut!”

Selain Firaun, maka orang yang berkuasa di Mesir mulai saat itu adalah Yusuf. Dia menjalankan kekuasaan yang nyata. Bisa kita katakan bahwa Yusuf memiliki peluang untuk memberontak. Banyak kejadian semacam ini terjadi dalam sejarah. Seorang pejabat tinggi memonopoli kekuasaan dan menjadikan kaisar sebagai simbol saja. Dalam sejarah Tiongkok, ada banyak kejadian semacam itu, misalnya Cao Cao (曹操) pada masa akhir dinasti Han (25-220), atau kaisar Zhao Kuang Yin (赵匡胤)) yang mendirikan dinasti Song (960-1279), dan sebagainya. Jadi, saya rasa ini adalah salah satu alasan kuat mengapa banyak pemimpin yang tidak mau mengangkat orang berdasarkan kemampuan mereka. Mereka takut kehilangan kekuasaan. Jadi, Firaun ini memang orang yang spesial.


Firaun Melihat Penyertaan Allah pada Yusuf

Mari kita kembali periksa dua kalimat yang disampaikan oleh Firaun: Perhatikan baik-baik apa yang diucapkan oleh Firaun,

“Aku tidak yakin kita dapat menemukan orang yang lebih baik daripada Yusuf untuk mengerjakan hal ini! Roh Allah ada di dalam dia sehingga ia sangat bijaksana!”

Allah telah menunjukkan semua hal ini kepadamu. Jadi, aku rasa tidak ada orang lain yang lebih bijaksana daripada kamu.”

Di sini Firaun menyebutkan Allah sampai dua kali. Dia dapat melihat bahwa kemampuan Yusuf ini adalah karena Allah menyertai Yusuf. Dengan kata lain, Firaun menempatkan Yusuf dalam kedudukan yang penting karena dia takut akan Allah. Dia adalah raja bangsa asing. Dia tidak memiliki hubungan dengan Allah, tetapi ketika Allah memberi dia penglihatan, dia menjadi takut akan Allah dan menempatkan seorang hamba Allah dalam kedudukan yang penting.

Dalam Kisah Para Rasul 10, dalam Perjanjian Baru, ada juga catatan tentang orang asing yang takut akan Allah. Orang ini bernama Kornelius. Allah memberkati dia dan mengutus rasul Petrus ke rumahnya untuk memberitakan Injil kepadanya. Demikianlah, Petrus menerima kenyataan itu dan berkata,

“Sekarang, aku benar-benar mengerti bahwa Allah tidak menunjukkan keberpihakan. Namun, di setiap bangsa, orang yang takut akan Dia dan melakukan apa yang benar, berkenan kepada-Nya.

Jadi, bukankah justru karena Firaun takut akan Allah maka Allah mengutus Yusuf untuk menolong dia mengelola negeri Mesir, dan memakai Yusuf untuk memberkati dia?

Dalam hubungannya dengan Yusuf, kita juga melihat Firaun mengambil keputusan yang tepat dalam melantik  Yusuf. Setelah menjadi Perdana Menteri negeri Mesir, Yusuf mengumpulkan banyak hasil panen selama masa kelimpahan itu. Begitu banyak gandum yang dia kumpulkan sehingga terlihat seperti pasir di laut, tak terukur lagi. Periode berikutnya adalah tujuh tahun masa kelaparan. Setelah rakyat Mesir kehabisan persediaan pangan mereka, mereka meminta bantuan pangan kepada Firaun. Lalu Firaun berkata kepada mereka,

“Pergilah dan tanyakan kepada Yusuf apa yang harus dilakukan.”

Dapat kita lihat di sini bahwa setelah Firaun menunjuk Yusuf sebagai Perdana Menteri Mesir, pemegang kekuasaan pemerintah di Mesir, dia tidak mengubah keputusannya dan tetap membiarkan Yusuf mengelola Mesir sesuai dengan pertimbangan Yusuf.


Firaun Menangani Yusuf dengan Adil dan Murah Hati

Setelah Yusuf mengungkapkan identitasnya kepada saudara-saudaranya, ketika mereka pergi ke Mesir untuk membeli gandum, berita ini sampai ke istana Firaun. Firaun dan para pejabatnya sangat gembira. Firaun lalu berkata kepada Yusuf,

17 “Katakan kepada saudara-saudaramu untuk mengambil semua makanan yang mereka butuhkan dan kembali ke tanah Kanaan.
18  Katakan kepada mereka untuk membawa ayahmu dan keluarga mereka kemari, kepadaku. Aku akan memberikan tanah yang terbaik di Mesir kepadamu untuk tempat tinggal. Dan, keluargamu bisa makan makanan terbaik yang kita miliki di sini.”
19  “Dan sekarang, aku memerintahkanmu, Yusuf, untuk mengatakan ini kepada mereka: Ambillah beberapa kereta terbaik dari tanah Mesir bagi anak-anak dan bagi istri-istri kalian, dan bawalah ayah kalian kemari.
20  Jangan khawatir dengan barang-barang yang terpaksa mereka tinggalkan, karena yang terbaik di seluruh tanah Mesir akan menjadi milikmu.” (Kej 45)

Setelah seluruh keluarga Yakub sampai di tanah Mesir, Firaun memanggil saudara-saudara Yusuf untuk menghadap. Dia bertanya kepada mereka, “Apakah pekerjaan kalian?” Mereka menjawab,

“Tuan, hamba-hambamu ini adalah para gembala, sama seperti nenek moyang kami.” Mereka berkata kepada Firaun, “Masa kelaparan sangat buruk di Kanaan. Di sana tidak ada ladang yang berumput untuk ternak kami. Jadi, kami datang untuk tinggal di negeri ini. Kami memohon kepada Tuanku, biarlah kami tinggal di Gosyen.”

Lalu Firaun berkata kepada Yusuf,

“Ayah dan saudara-saudaramu telah datang kepadamu. Tanah Mesir terbuka untukmu. Pilihlah tempat terbaik di negeri ini untuk ayah dan saudara-saudaramu. Mereka boleh tinggal di tanah Gosyen. Jika ada di antara mereka yang terampil, mereka boleh menggembalakan ternakku.”

Kemudian, Yusuf memanggil Yakub, ayahnya, untuk masuk menghadap Firaun.

Firaun sangat baik dan murah hati pada keluarga Yusuf. Jangan lupa bahwa itu merupakan masa kelaparan. Orang-orang di negeri Mesir sedang menghadapi masa kelaparan, tetapi Firaun justru menerima rombongan pengungsi. Dari sini kita bisa melihat bahwa Firaun sangat menyayangi dan menghargai Yusuf. Yusuf sudah bekerja dengan sangat baik dalam mengurus negeri Mesir serta melayani Firaun. Jadi wajar jika Firaun sangat murah hati kepada Yusuf. Jangan mengira bahwa keputusan dan tindakan dari Firaun ini adalah hal yang dapat dilakukan oleh semua raja. Tidak semua raja mampu memutuskan penghargaan serta hukuman dengan adil. Sekalipun anda selalu berbuat baik, raja tidak selalu memperlakukan anda dengan baik.

Selang 17 tahun kemudian, Yakub meninggal di tanah Mesir, tetapi sebelumnya dia sudah meminta Yusuf untuk menguburkan jenazahnya di tanah Kanaan. Kemudian Yusuf berkata kepada pejabat istana,

“Jika aku mendapat kemurahanmu, tolong katakan kepada Firaun: ‘Ayahku memintaku bersumpah dengan berkata: “Aku akan segera mati. Karena itu, kuburkanlah aku di kuburan yang telah kugali sendiri di negeri Kanaan. Di sanalah kamu harus menguburkanku.” Sebab itu, izinkanlah aku pergi dan mengubur ayahku, kemudian aku akan kembali.’”

Firaun menyampaikan jawaban,

“Pergilah dan kuburkanlah ayahmu sesuai sumpah yang dimintanya untuk engkau perbuat.”

Kita perlu tahu bahwa mereka yang mengiringi pemakaman jenazah Yakub sangat banyak, ada kemungkinan Yusuf berpikir untuk tidak kembali lagi ke Mesir. Yusuf sudah memiliki banyak pengikut, dia mampu untuk membentuk kerajaannya sendiri. Selain itu, tanah Kanaan adalah tanah kelahiran Yusuf dan masa kelaparan sudah berlalu, jadi mereka bisa saja memutuskan untuk tetap tinggal di Kanaan. Akan tetapi, Firaun tidak memperlihatkan keraguan sedikit pun, dia langsung mengabulkan permintaan Yusuf. Dia adalah raja yang berwawasan luas.

Alkitab tidak menyebutkan berapa lama Yusuf menjadi Perdana Menteri negeri Mesir. Namun setidaknya, pada saat Yakub meninggal, dia masih memegang jabatan tersebut. Hal ini dapat kita lihat dari kemegahan upacara pemakaman Yakub serta kewajiban Yusuf untuk memohon izin berangkat ke tanah Kanaan.  Rombongan yang berangkat untuk pemakaman ini terdiri dari para tetua bani Israel, para pejabat Mesir serta banyak tetua bangsa Mesir, dan mereka diiringi oleh pasukan kereta serta pasukan berkuda dalam jumlah besar. Ini adalah rombongan yang sangat besar. Bahkan orang-orang di tanah Kanaan berkata,

“Ini merupakan perkabungan yang menyedihkan bagi orang-orang Mesir.”

Setelah Yusuf meninggal, Firaun masih sangat menghormati dia. Alkitab mengatakan bahwa jenazah Yusuf dirempah-rempahi dan dimasukkan ke dalam peti jenazah. Perlakuan seperti ini tidak dapat dinikmati oleh masyarakat umum di Mesir. Jadi kita bisa memastikan bahwa Yusuf meninggal dalam jabatan sebagai Perdana Menteri negeri Mesir. Para Firaun selanjutnya memperlakukan orang Israel dengan baik karena rasa hormat mereka kepada Yusuf. Kita bisa melihat hal ini berdasarkan isi pasal pertama kitab Keluaran, di sana disebutkan,

Kemudian, ada raja baru yang memerintah di Mesir. Ia tidak mengenal Yusuf.

Firaun yang ini menindas kaum Israel. Menurut catatan sejarah, raja yang baru ini bukan keturunan dari Firaun pada masa Yusuf. Raja ini berasal dari dinasti yang berbeda, keluarga Firaun yang lama sudah ditumbangkan oleh dinasti yang lain. Demikianlah, dinasti yang memerintah pada zaman Musa berasal dari jalur keluarga bangsawan yang berbeda. Dalam kitab Keluaran disebutkan bahwa Firaun yang ini tidak mengenal Yusuf, jadi dia menindas kaum Israel. Demikianlah, para Firaun dari dinasti yang lama memperlakukan bangsa Israel dengan baik karena mereka menghormati Yusuf.


Allah Mengangkat Orang yang Layak

Dari catatan yang menggambarkan hubungan antara Firaun dengan Yusuf, kita bisa melihat kemampuan Firaun sebagai seorang raja. Dia mampu menghargai dan menghukum orang dengan adil. Yusuf melayani dia, dan dia mampu menghargai pelayanan Yusuf. Yusuf sangat setia kepadanya, dan dia juga sangat setia kepada Yusuf, dia tidak pernah meragukan Yusuf. Secara umum, para raja selalu ingin agar bawahan mereka setia kepada mereka, tetapi mereka lupa bahwa mereka juga harus setia kepada bawahan mereka. Allah adalah Pencipta kita, Dia adalah Raja segala raja, Tuhan segala tuan, tetapi Alkitab selalu mengatakan bahwa Allah setia kepada kita dan kita layak percaya kepada-Nya.

Mari kita lihat isi Mazmur 113:7-8

Ia membangkitkan orang miskin dari debu, dan mengangkat orang melarat dari tumpukan sampah, untuk mendudukkan mereka bersama para penguasa, bersama para penguasa umat-Nya.

Di sini disebutkan bahwa Allah tidak peduli dengan kedudukan seseorang, Dia bisa saja mengangkat orang yang derajatnya paling hina. Tentu saja, Allah tidak mengangkat seseorang berdasarkan rasa suka atau tidak suka. Ayat ini menegaskan prinsip kebenaran. Allah tidak peduli dengan kedudukan kita, selama kita dipandang layak, maka Dia bisa saja mengangkat kita tanpa memedulikan derajat kita yang hina. 

Gambaran ini mengingatkan kita pada Yusuf, dia diangkat dari timbunan debu. Kemudian dia didudukkan sederajat dengan para bangsawan. Yang mengangkat Yusuf adalah Allah. Namun, dari sisi lain, kita juga melihat peranan penting dari Firaun. Demikianlah, Firaun ini memiliki kualitas yang menyenangkan hati Allah. Allah memberkati Firaun ini dengan sangat berlimpah. Mengapa Allah memberinya penglihatan melalui mimpi? Apakah hanya untuk kepentingan Yusuf? Tentu saja tidak. Rencana ini juga ditujukan untuk kebaikan Firaun. Allah memberi dia penglihatan melalui mimpi dan mengatur supaya Yusuf mengelola Mesir bagi kepentingan Firaun, sehingga bangsa Mesir tidak musnah oleh bencana kelaparan. Mesir justru menjadi negara yang kuat dan mampu menyelamatkan bangsa-bangsa di sekitarnya. Dengan kata lain, justru karena kualitas dari Firaun inilah maka Mesir bisa menjadi negara yang kuat sekaligus menikmati kedamaian.

Demikianlah, seorang raja menentukan kebangkitan dan kejatuhan suatu bangsa atau ras. Jika kita lihat isi kitab Raja-raja, tampak bahwa raja yang takut akan Allah akan membawa negaranya pada kedamaian dan kemakmuran; sebaliknya, raja yang menentang Allah, maka negaranya akan mengalami kemerosotan dan rakyatnya akan ikut menjadi jahat.

Kemudian muncul raja yang berbeda di Mesir, yang membawa nasib yang berbeda bagi bangsa Mesir. Di dalam kitab Keluaran, yang merupakan kelanjutan dari kitab Kejadian, kita melihat adanya dua Firaun dicatat di sana. Mereka berdua jauh berbeda dari Firaun yang berkuasa pada masa Yusuf. Kita sudah menjelaskan bahwa mereka berasal dari dinasti yang berbeda.


Fira
un yang Jahat yang Tidak Mengenal Yusuf

Di Keluaran 1, ketika bangsa Israel bertambah banyak, muncullah Firaun yang tidak mengenal Yusuf. Dia tampil memerintah Mesir dan berkata,

“Lihatlah, Bangsa Israel sudah terlalu banyak dan mereka lebih kuat daripada kita! Kita harus membuat rencana supaya orang Israel jangan semakin kuat. Jika terjadi perang, mereka mungkin akan bergabung dengan musuh, melawan kita, dan melarikan diri dari negeri ini.”

Itu sebabnya mereka menyuruh para pengawas kerja rodi untuk menambahkan beban kerja bangsa Israel. Tujuannya adalah untuk mengurangi jumlah orang Israel secara perlahan. Namun, hal itu tidak memiliki dampak, bangsa Israel tetap tumbuh bertambah banyak. Firaun lalu memberi perintah,

“Jika perempuan Ibrani melahirkan bayi perempuan, biarkan anak itu hidup, tetapi jika mereka melahirkan bayi laki-laki, buang anak itu ke Sungai Nil.”

Demikianlah, pertimbangan utama dari Firaun yang ini adalah keamanan takhtanya. Awalnya dia berusaha mengurangi jumlah orang Israel lewat kerja paksa dan berbagai perlakuan buruk. Ketika dia tahu cara ini tidak berhasil, dia memerintahkan agar bayi laki-laki bangsa Israel dibunuh. Seorang raja yang melakukan kejahatan tidak akan berkenan di mata Allah.

Firaun yang ketiga dicatat dalam Keluaran 4-14. Ketika Musa berkata,

“YAHWEH, Allah Israel berkata, ‘Biarkanlah umat-Ku pergi ke padang gurun agar mereka bisa mengadakan pesta untuk memuliakan Aku.’”

Firaun menjawab,

“Siapakah YAHWEH? Mengapa aku harus taat kepada-Nya? Mengapa aku harus membiarkan Israel pergi? Aku bahkan tidak mengenal siapa YAHWEH itu, dan aku tidak mau membiarkan orang Israel pergi.”

Dan pada hari itu juga Firaun memerintahkan para pengawas kerja rodi untuk memperberat beban bangsa Israel dengan berkata,

7  “Kalian selalu memberikan jerami kepada mereka untuk membuat batu bata. Tetapi sekarang, mereka harus pergi dan mencari sendiri jerami untuk membuat batu bata.
8  Dan, mereka harus membuat batu bata sebanyak yang dibuat sebelumnya, kalian tidak boleh menguranginya. Mereka telah mulai malas. Itulah sebabnya mereka memohon kepadaku, ‘Biarkanlah kami pergi dan memberikan persembahan kepada Allah kami’.
9  Jadi, buatlah mereka bekerja lebih berat. Buatlah mereka sibuk. Jadi, mereka tidak akan punya waktu untuk mendengarkan dusta Musa.”

Untuk menunjukkan kepada Firaun bahwa Dia adalah Allah yang sejati, Yahweh memakai Musa untuk mengadakan mukjizat, mengubah tongkat menjadi ular. Akan tetapi, Firaun tidak memedulikan hal itu. Selanjutnya, Allah memakai Musa untuk menimpakan 10 tulah kepada bangsa Mesir. Ketika bencana yang pertama datang, Firaun berkeras mengabaikannya. Ketika bencana yang kedua datang, Firaun mulai meminta Musa untuk memohon kepada Allah agar menyingkirkan bencana itu, dia juga menjanjikan untuk membiarkan bangsa Israel keluar dari Mesir. Namun, ketika Allah menyingkirkan bencana itu, Firaun mengabaikan janjinya dan tetap menahan bangsa Israel di Mesir. Hal ini terus berulang sampai dengan bencana yang ke-10. Tak ada lagi yang bisa dilakukan oleh Firaun selain membiarkan bangsa Israel pergi. Namun, sesudah itu, Firaun menyesali keputusannya dan bergerak untuk mengejar mereka sampai ke tepi laut Merah. Di sini Yahweh membuat mukjizat yang besar. Dia membelah laut Merah dan membuka jalan bagi bangsa Israel untuk menyeberang. Akan tetapi, ketika pasukan Mesir ikut masuk ke jalur laut yang terbuka itu, Allah mengembalikan kedua sisi air itu menyatu kembali dan menenggelamkan pasukan Mesir. Tak ada satupun tentara Mesir yang selamat.

Kita lihat bahwa Firaun yang ini tidak punya hati untuk mencari kebenaran. Tanggapan pertamanya ketika mendengar Firman Allah adalah, “Siapa Yahweh?” Dia mengabaikan Allah. Sungguh mengejutkan, nada bicaranya menunjukkan ketidaktahuan. Orang yang tidak mengasihi kebenaran akan memperlakukan kebenaran sebagai kebohongan dan kebohongan sebagai kebenaran. Jika hatinya keras karena dia tidak mengenal Yahweh, Allah tidak akan menghukum dia. Allah akan membuatnya tahu siapa Yahweh itu. Allah menunjukkan kepadanya banyak mukjizat, tetapi dia tetap tidak mau mengakui, dan juga tidak mau menghormati Allah. Dia juga berulang kali tidak memenuhi apa yang dia janjikan. Pada akhirnya, tidak satu pun dari mereka yang dibiarkan selamat.

Demikianlah, kita melihat adanya dua macam Firaun di sini. Firaun di dalam kitab Keluaran sangat berbeda dengan Firaun yang dicatat dalam kitab Kejadian. Mereka adalah dua jenis raja yang bertolak belakang. Yang satu menjadikan Mesir sebagai negara yang kuat serta diberkati oleh Allah. Allah memakai Yusuf untuk memberkati dia. Perhatikan bahwa Yakub juga mendoakan berkat baginya. Jenis yang satu lagi adalah raja yang dikutuk oleh Allah. Dia membuat Mesir serta rakyatnya mengalami kutukan, dan pasukannya juga binasa. Sayangnya, kebanyakan raja termasuk jenis yang kedua. Demikianlah, mereka menimbulkan kemunduran bagi Mesir.

Di pasal 29 kitab Yehezkiel, Allah menyatakan hukuman-Nya kepada Mesir karena kesombongan Firaun yang tidak takut akan Allah. Allah menjadikan Mesir sebagai negara yang paling hina di antara berbagai negara. Pada zaman sekarang ini, kita melihat penggenapan dari nubuatan tersebut. Mesir tidak lagi merupakan negara yang kuat, tidak memiliki pengaruh di dunia. Sangat sukar bagi kita sekarang ini membayangkan masa lalunya yang gemilang. Sama seperti Inggris yang pernah memiliki semboyan, “Matahari tidak pernah terbenam di wilayah kerajaan Inggris.” Ini karena wilayah jajahannya yang terbentang di semua belahan bumi. Akan tetapi, Inggris zaman sekarang juga telah mengalami kemunduran. Serupa dengan itu, kekuasaan Mesir juga hanya menjadi catatan sejarah karena para Firaunnya tidak takut akan Allah, hal yang mengakibatkan kejatuhan Mesir. Pengaruh dari pemimpin atas suatu bangsa sangatlah besar. Pemimpin akan menentukan apakah suatu bangsa akan mendapatkan berkat atau kutukan dari Allah.


K
esimpulan

Mari kita menarik kesimpulan. Hari ini kita sudah melanjutkan pembahasan kita tentang Firaun yang dicatat di Kejadian 41. Kita melihat bahwa Firaun yang satu mengangkat Yusuf dari kedudukan yang hina. Firaun ini mengangkat seseorang berdasarkan kemampuannya, dia memimpin negerinya berdasarkan kebenaran. Dia mendapati bahwa Yusuf adalah orang yang berbakat, dan dia tidak peduli dengan kedudukan Yusuf saat itu. Dia menempatkan Yusuf dalam kedudukan yang tinggi. Selain itu, karena rasa takutnya akan Allah, Firaun meyakini bahwa Yusuf pasti orang yang paling bijaksana karena Allah menyertai dia.

Setelah Firaun mengangkat Yusuf ke dalam kedudukan yang tinggi, dia juga memperlakukan seluruh keluarga Yusuf dengan baik. Dia mempercayai Yusuf serta setia kepada Yusuf. Yusuf menjadi orang penting di Mesir sampai akhir hayatnya. Dari raja yang satu ini, kita bisa menemukan sedikit gambaran tentang karakter Allah.

Pada akhirnya, kita juga melihat Firaun yang dicatat dalam kitab Keluaran. Mereka tidak mencintai kebenaran dan tidak takut akan Allah. Mereka membuat Mesir terkena kutukan Allah. Demikianlah, pengaruh seorang pemimpin terhadap bangsanya sangatlah besar. Dia menentukan apakah bangsanya akan mendapatkan berkat atau kutuk dari Allah.

 

Berikan Komentar Anda: