new-header-renungan
new-header-renungan
previous arrow
next arrow

 

Apri Radja | Surabaya | Desember 2018 |

Satu hal yang jelas yang dinyatakan dalam firman Tuhan bahwa menjelang kedatangan Tuhan, di waktu-waktu menjelang kedatangannya akan terjadi suatu pemberontakan terhadap Allah, bahkan pemberontakan-pemberontakan itu akan terjadi secara besar-besaran. Bukan hanya terjadi dalam dunia tetapi hal ini juga tidak akan meluputkan gereja. Sebagaimana dikatakan oleh Yesus: Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin. (Mat 24:12). Tidak sedikit orang di dalam gereja akan memberontak terhadap Tuhan dan karena itu lebih banyak lagi yang kasihnya akan semakin dingin terhadap Tuhan dan sesama. Cukup sering saya mendapati di mana orang-orang yang dulunya begitu menyala-nyala dalam pengabdiannya kepada Tuhan, semakin lama kualitas rohaninya tidak makin baik dan menonjol, malahan merosot dengan begitu parahnya. Memang kehidupan dan keadaan makin sukar tetapi itu tidak berarti kehidupan rohani kita secara  bersamaan akan makin buruk.

Hal ini sangat disayangkan karena berkenaan dengan perayaan Natal ini, saya mendapati adanya suatu sikap yang sangat berbahaya di dalam gereja, yang jika kita tidak tangani dengan serius, maka gereja tidak akan bertahan dan tidak ada harapan. Hal yang menakutkan saya adalah, terdapat begitu banyak Herodes di dalam gereja

Matius pasal 2 berbicara tentang kelahiran Yesus. Di situ diceritakan bahwa setelah Yesus lahir, ada orang majus yang datang untuk bertemu dengan bayi ini dan dikatakan bahwa mereka datang untuk mencari raja orang Yahudi yang baru lahir. Hal yang mengejutkan Herodes dan seluruh Yerusalem. Dikatakan di Matius 2:2 – “dan bertanya-tanya: “Di manakah dia, raja orang Yahudi yang baru dilahirkan itu? Kami telah melihat bintangnya di Timur dan kami datang untuk menyembah dia”. Kemudian dikatakan di ayat yang ke 3 “Ketika raja Herodes mendengar hal itu terkejutlah ia beserta seluruh Yerusalem”.

Perhatikan: kabar tentang Mesias mengejutkan Herodes dan seluruh Yerusalem. Apa yang dilakukan Herodes ketika dia mendengar kabar berita ini? Di ayat 4 diberitahukan bahwa “Maka dikumpulkannya semua imam kepala dan ahli Taurat bangsa Yahudi, lalu dimintanya keterangan dari mereka, di mana Mesias akan dilahirkan”. Perhatikan kasus ini.

SIKAP HERODES TERHADAP KEBENARAN FIRMAN

Ketika Herodes mendengar tentang lahirnya Mesias, dia mengumpulkan imam-imam kepala dan juga ahli-ahli Taurat. Apa kesan saudara jika seseorang itu mengumpulkan para pemuka agama dan orang-orang yang dianggap memahami Kitab Suci? Sebenarnya sangat menyenangkan melihat ada orang-orang datang berkumpul dan belajar untuk menyimak baik-baik firman Tuhan. Sepertinya itu yang dilakukan Herodes, bukan? Setelah dia mendengar kabar itu maka dia mulai mencari tahu di mana Mesias itu akan dilahirkan berdasarkan Kitab Suci. Setelah diberitakan tentang nubuatan mengenai di mana Mesias akan dilahirkan, dia secara diam-diam memanggil orang majus itu dan dengan teliti bertanya kepada mereka kapan bintang itu nampak. Ia bahkan menunjukkan bahwa dirinya juga mau untuk datang menyembah anak itu. Banyak di antara kita seperti Herodes. Jika kita mendengar tentang satu hal dari firman, kita ingin mengetahuinya. Lalu apa yang biasanya kita lakukan? Ya, duduk bersama dan membahas firman Tuhan, seperti orang yang serius akan firman. Namun kemudian setelah kita mengetahui apa yang dikatakan oleh firman Tuhan, apa yang kita lakukan?

Dalam kasus Herodes, ia hanya sekadar ingin menyelamatkan posisinya. Saya sering mendapati dalam pelayanan, ketika orang-orang berkumpul bersama menyelidiki firman Tuhan, ada kalanya orang-orang ini datang bukan dengan maksud bahwa mereka benar-benar mau serius menghidupi firman Tuhan; mereka hanya sekadar mau tahu, dan setelah mereka tahu banyak firman Tuhan, mereka kemudian mempunyai banyak alasan untuk membenarkan apa yang telah mereka lakukan.

Ada yang di antara kita, ketika diberitahukan kondisi kerohanian kita, kita berkata “orang yang sangat mengasihi Allah saja seperti Daud bisa gagal.  Lihatlah Raja Daud, seorang Raja yang mengasihi Allah tetapi bisa jatuh dalam dosa yang sangat serius. Ini artinya ya semua orang bisa berdosa, itu wajar. Jadi, kita mengambil satu kejadian dalam Alkitab untuk membenarkan sikap kita yang tidak serius akan kekudusan, bukankah begitu? Sekalipun Daud jatuh ke dalam dosa tetapi itu bukanlah alasan untuk kita gagal atau memandang itu perkara yang lumrah, atau wajar jika terjadi.

Jangan menggunakan hal ini untuk membenarkan kondisi kita dan meneruskan sikap kita yang salah. Jika tidak, kita sama seperti Herodes. Saudara tahu apa yang dilakukan oleh Herodes ketika dia mengetahui tentang kelahiran Mesias? Ya, ia sepertinya memiliki minat yang baik akan kelahiran Mesias. Ia menunjukkan kepada orang majus ini bahwa dia memiliki sikap hati yang sama seperti mereka. Ia berkata kepada para majus : pergilah, cari tahu di mana ia lahir dan beritahukan kepada saya supaya saya datang menyembah dia. Namun apakah benar itu yang ingin ia lakukan? Tidak, karena diberitahukan di ayat-ayat berikutnya bahwa dia berencana untuk membunuh Yesus.

Ini benar-benar sangat disayangkan karena ada banyak orang di gereja yang sekalipun telah lama beribadah tetapi mentalitasnya masih sama, seperti Herodes ini. Mengapa Herodes sangat terkejut dengan kelahiran Yesus dan mengapa ia kemudian memikirkan bagaimana caranya untuk membunuh bayi ini? Karena yang dilahirkan adalah Mesias, raja Israel dari Yahweh dan itu mengancam posisinya sehingga dia memikirkan caranya bagaimana untuk membunuh bayi ini.

ORANG YANG BERWATAKKAN HERODES TIDAK LAYAK MENYAMBUT NATAL

Mari lihat kisah ini dan berlakukan pada kita yang hidup di waktu ini. Banyak orang di gereja sebenarnya tidak layak menyambut Natal. Mengapa? Karena mereka mempunyai watak seperti Herodes. Watak yang tidak ingin Allah menjadi Raja dalam hidup kita, berkuasa atas seluruh hidup kita, atas apapun yang ada dalam diri kita. Saya mau tegaskan bahwa Natal itu tidak ada artinya sampai saudara benar-benar mau menjadikan Yahweh menjadi Raja dalam kehidupan saudara.

Apa arti Natal bagi kita? Saat kita mengerti arti Natal, saya yakin banyak dari antara kita yang mungkin tidak akan menyukai Natal. Mengapa? Ya, karena Natal itu berhubungan dengan lahirnya Mesias, Raja yang diutus Yahweh dan itu berarti datangnya pemerintahan Yahweh yang mutlak atas hidup kita. Hal yang tidak disukai banyak orang. Mengapa? Karena mereka masih menginginkan dirinya yang menjadi Raja dalam kehidupan mereka. Bagaimana kita mengetahuinya? Kita bisa mengetahuinya dari cara kita mengatur kehidupan kita setiap hari. Ada banyak orang yang melakukan segala sesuatu menurut caranya sendiri, yang melakukan apapun yang mereka inginkan. Banyak orang yang tidak mau Allah itu menjadi Raja dalam kehidupan mereka, mereka tidak mau Allah berkuasa atas seluruh bagian dalam kehidupan mereka.

Kita sudah terlalu sering merayakan Natal. Namun pertanyaannya adalah apakah sampai hari ini, seluruh hidup saudara takluk kepada Allah? Apakah seluruh hidup kita tunduk kepada Allah? Bahkan sampai bagian yang tersembunyi dari hidup kita sekalipun? Atau kita masih mau melakukan dengan cara kita?.

Banyak orang yang sebenarnya merayakan Natal tetapi yang mereka sukai adalah hal-hal yang dangkal. Yang mereka sukai adalah perayaan-perayaan, kesibukan-kesibukan dan hal-hal yang lainnya. Kita menyukai Natal karena saat Natal, itu juga berarti memperoleh tunjangan hari raya (THR), berarti lebih banyak uang. Siapa yang tidak suka menjelang tanggal 25 jika pada waktu itu saudara diberikan gaji plus uang tunjangan Hari Raya. Siapa yang tidak suka? Namun adakah yang memandang Natal sebagai suatu hal yang mengingatkan kita bahwa hidup saya harus sepenuhnya dan senantiasa tunduk kepada Tuhan, kepada setiap kehendak-Nya; bahwa tidak ada satupun dari bagian hidup kita yang tidak takluk kepada Allah.

Jika benar kita ini adalah hamba-Nya, apakah kita benar-benar serius terhadap perkataan-Nya sampai hari ini? Bukankah penundukan kita kepada Allah dapat dilihat dari sikap kita terhadap firman-Nya? Dan bukankah menaati firman tertentu dan tidak pada bagian yang lain itu sama saja dengan ketidaktaatan? Dan bukankah ketidaktaatan itu adalah dosa? Jadi, berapa banyak dari antara kita yang merayakan Natal, yang menyanyikan bahwa Allah adalah Raja dalam kehidupan kita tetapi tidak taat kepada Allah? Untuk hal tertentu, ya kita taat, tetapi untuk bagian yang lain dari firman, kita tidak mau taat. Ini bukan hidup yang menyenangkan Tuhan.

Hal yang perlu dipahami adalah, saudara mungkin saja taat dalam banyak hal tetapi jika ada bagian tertentu dari firman, yang saudara tidak mau taat, itu sama saja dengan ketidaktaatan di hadapan Allah. Dengan demikian, Allah belum lagi menjadi Raja dalam hidup saudara. Hal yang memang kedengaran tidak menyenangkan, seperti bukan bagian dari sukacita Natal. Namun saya ingin saudara mengerti hal ini, Natal memang tidak akan menjadi hal yang menyenangkan bagi Herodes-Herodes di gereja, bagi orang yang tidak mau turun dari takhtanya, dari hidup yang berpusatkan pada diri mereka sendiri, bagi orang yang masih mau untuk mengatur kehidupannya sendiri.

ALLAH HARUS BERTAKHTA ATAS HIDUP KITA

Saya ingin kita benar-benar merenungkan hal ini saat perayaan Natal kali ini: adakah kegentaran dalam hati kita terhadap Allah? Apakah kesabaran-Nya, kasih-Nya kepada kita sampai hari ini membuat kita menganggap sepele tentang apa yang sudah Ia lakukan bagi kita? Ini satu keadaan yang menyedihkan sebenarnya, sama seperti yang dikatakan oleh firman Tuhan bahwa dengan mulut mereka mengakui Aku tetapi dengan hatinya mereka menjauh daripada-Ku. Sebenarnya kita tidak mau Allah itu menjadi penguasa dalam hidup kita. Kita masih mau melakukan segala cara menurut kemauan kita.

Saudara lihat, Herodes itu hanya pura-pura saja ketika dia mendengar firman. Dia cari tahu di mana Mesias itu akan dilahirkan dan dia mengatakan, oke kalian pergi dan lihat ya, pastikan dengan seksama, nanti beritahu saya, saya mau juga pergi menyembah dia, padahal itu semua adalah kepura-puraan. Sebenarnya ia berencana untuk membunuh bayi itu.

Saudaraku, bagaimana sikap kita terhadap Tuhan? Berhati-hatilah kalau sampai hari ini saudara tidak benar-benar tunduk terhadap Allah. Akan tiba waktunya semua yang di tempat ini akan menjadi seorang pembunuh, benar-benar akan menjadi pembunuh. Bukankah Rasul Yohanes pernah mengatakan barangsiapa yang membenci saudaranya adalah pembunuh manusia? Dan bahwa tidak ada seorang pembunuh yang tetap memiliki hidup kekal di dalam dirinya (1 Yohanes 3:15)? Mengapa kita membenci seseorang? Bukankah Yesus mengatakan dalam Matius 5:22 “Tetapi aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.”

Perhatikan: Barangsiapa yang marah terhadap saudaranya akan dihukum! Jadi, mengapa kita mudah sekali untuk marah? Bukankah kata-kata ini dapat membunuh? Banyak sekali kekacauan itu diakibatkan oleh mulut yang kecil ini tetapi kita menggemakannya begitu saja. Kita mengatakan apa saja yang mau kita katakan. Sekali lagi, di perayaan Natal ini, kita mau menilai apakah benar kita adalah seorang hamba Allah atau kita sebenarnya adalah seorang Herodes; bahwa sampai hari ini kita masih  tetap bersikukuh untuk mengatur segala sesuatu yang berurusan dengan kita dengan cara kita sendiri atau kita mau belajar menyerahkan semuanya kepada Allah. Jika tidak, lupakan saja Natal. Tidak ada artinya kita merayakan Natal. Jadi ini pesan yang pertama adalah marilah kita semua menjadikan Allah itu raja, tunduklah sepenuhnya kepada Dia, takutlah pada Dia dalam apapun yang kita lakukan.

BERWASPADALAH TERHADAP RAGI HERODES

Hal kedua, saya yakin saudara pernah mengetahui bahwa Yesus memperingatkan murid-muridnya akan ragi Herodes. Saudara bisa melihat itu di Markus 8:15, “Lalu Yesus memperingatkan mereka, katanya:”Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes.” Dia mengatakan awaslah terhadap ragi Herodes. Apa ini ragi Herodes? Tentu dia tidak merujuk ragi roti. Ia merujuk kepada mentalitas yang ada pada Herodes. Herodes ini merupakan seorang oportunis. Dari sejarah saudara akan mendapati bahwa bangsa mana saja yang menjajah Palestina dan bisa tetap menjadikan dia sebagai raja, maka ia akan berpihak kepada bangsa itu. Lihat, asalkan dia “tetap menjadi raja”, maka dia bisa berkawan dengan siapa saja.

Bagaimana dengan kita? Banyak dari antara kita sebenarnya punya mentalitas seperti ini. Kita tak ada pendirian. Asalkan itu menguntungkan kita, maka kita akan berpihak kepada hal itu. Ini dikarenakan kita tetap mau menjadi raja atas hidup kita. kita bahkan tidak berani membuat pendirian yang jelas di hadapan Tuhan karena kita takut resikonya. Ada banyak orang seperti ini, hatinya mendua, mereka tidak berani menyerahkan segala sesuatu, mereka khawatir dengan banyak hal. Dalam beberapa waktu melayani dan membantu beberapa saudara untuk datang dan berkomitmen kepada Tuhan, saya melihat banyak orang sangat dikuasai kekuatiran. Mereka berdalih; bagaimana kalau saya menyerahkan seluruh hidup saya, apa yang akan terjadi dengan hidup saya? Saya harus punya cadangan dalam hidup ini. Bukankah Yesus berulangkali mengingatkan kita dalam firman Tuhan, Allah tidak berkenan dengan orang yang mendua hati?.

Bahkan dalam suatu nats dikatakan Allah akan memuntahkan yang suam-suam kuku. Ya, bisa kita lihat Wahyu 3:15-16, “Aku tahu segala pekerjaanmu: engkau tidak dingin dan tidak panas. Alangkah baiknya jika engkau dingin atau panas! Jadi karena engkau suam-suam kuku, dan tidak dingin atau panas, Aku akan memuntahkan engkau dari mulut-Ku.” Perhatikan ini!. Sebenarnya kita banyak melihat ayat-ayat yang seperti ini di dalam Alkitab tapi kita tetap saja berlaku dengan cara yang sama, kita tidak mau memberikan semuanya pada Tuhan, sekali dan seterusnya, apapun resikonya.

JADILAH SEPERTI YUSUF DAN MARIA

Berbanding dengan Herodes, dalam perayaan Natal, ada tokoh yang sangat penting yaitu Maria dan Yusuf, yang mau untuk mengambil resiko demi melaksanakan kehendak Allah. Maria mengatakan bahwa ia hanyalah hamba, jadilah padanya menurut apa yang dikehendaki Allah (Lukas 1:38). Maria tahu sebenarnya jika dia menerima firman Tuhan dan benar-benar menghidupinya, apa yang dia akan alami. Apakah saudara tahu apa yang akan terjadi jika ada seorang perempuan hamil tanpa menikah di waktu itu? Ini bukan perkara mudah tapi meresikokan nyawa dan banyak kesukaran. Demikian juga bagi Yusuf. Untuk Yusuf mengambil seorang perempuan yang hamil itu besar resikonya tetapi ia tetap mengambil keputusan ini. Namun, bagaimana dengan kita? Banyak dari kita tidak mau, kita takut apa yang akan terjadi kalau kita sungguh-sungguh terhadap firman Tuhan. Untuk alasan inilah banyak dari antara kita yang tidak pernah mengalami Tuhan dan tidak mengalami pemeliharaan Tuhan.

Ya, lebih mudah untuk kita tetap menaruh dua kaki di dunia ini, di satu sisi tetap mempertahankan segala sesuatu yang kita punya, di dunia ini, dan di waktu bersamaan tetap melayani Tuhan. Sepertinya itu lebih masuk akal; sepertinya akan sangat sukar jika kita sepenuhnya mengasihi Tuhan. Namun saya beritahu kepada saudara, sama seperti Yusuf dan Maria, apapun yang terjadi kepada mereka, mereka yakin Allah sanggup memelihara mereka. Mereka yakin bahwa Allah sanggup untuk menyelamatkan mereka, dengan semua resiko yang mereka hadapi.

Janganlah takut untuk membuat suatu keputusan yang jelas apapun resikonya, teristimewa yang berhubungan dengan iman kita. Jika saudara rela, apapun resikonya, saudara akan melihat apakah Allah itu sanggup menyelamatkan saudara, memelihara saudara atau tidak. Waktu ke depan akan semakin sulit dan kita hanya mungkin terpelihara dalam kasih karunia Tuhan jika kita benar-benar menjadikah Allah itu Raja dalam hidup kita dan berhenti menjadi orang yang mendua hati. Semoga Allah berbelas kasihan kepada kita semua dan biarlah kita semua bisa bertahan sampai pada akhirnya. Amin