SC Chuah | Yohanes 1:6-13 |

Tema khotbah hari ini adalah, “Seorang yang Diutus Allah”.

Siapakah seorang utusan dari Allah itu? Berdasarkan seri khotbah di Injil Yohanes ini, utusan dari Allah yang dimaksud adalah Yohanes Pembaptis (Yoh 1:6).

Kita akan membaca sekilas ayat 1-5 untuk melihat konteknya.

Pada mulanya adalah Firman. Firman itu [mengacu kepada] Allah dan Firman itu adalah Allah. Ia pada mulanya [mengacu kepada] Allah. Segala sesuatu dijadikan Dia dan tanpa Dia tidak ada sesuatu apa pun yang telah jadi dari segala sesuatu yang telah dijadikan. Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Dan terang itu bercahaya di dalam kegelapan, dan kegelapan itu tidak menguasainya.

Dalam konteks inilah datangnya seorang utusan Allah yang bernama Yohanes. Jadi kita bisa melihat bahwa konteks Yohanes Pembaptis diutus adalah berkaitan dengan Firman. Firman itu dikatakan mengacu kepada Allah, ataupun, Firman itu mempunyai referensi kepada Allah, yakni merujuk kepada Allah. Dan melalui Firman ini, Allah menciptakan segala sesuatu. Jadi semua diciptakan oleh Dia.


YANG TRANSENDEN TELAH MENJADI IMANEN

Beberapa ayat ini menunjukkan bahwa Firman adalah sesuatu yang transenden, berarti sesuatu yang berada di atas, sesuatu yang melampaui segala yang lain. Firman ini berada sangat jauh di atas dan melalui Firman itu segala sesuatu dijadikan.

Mulai dari ayat 5, Firman yang adalah terang manusia itu, mulai menjadi imanen. Imanen berarti turun ke bawah, membumi. Langsung ayat 5 memberitahu kita bahwa terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. Kegelapan itu berada di bawah. Kegelapan berada di dunia. Dan Firman yang transenden, yang berada di atas, telah turun menjadi imanen, berada di bawah. Firman itu turun dan bersinar di dalam kegelapan itu. Jadi, dari sini kita sudah mulai melihat bahwa adanya pergerakan dari atas ke bawah.

Kita sering mencari Allah di tempat yang salah. Kita selalu mencarinya ke atas. Padahal Allah yang adalah Firman itu telah turun ke bawah. Firman itu telah turun ke tempat yang paling gelap, ke dalam kegelapan dunia. Banyak orang yang mencari Tuhan, tetapi mereka tidak menemukan Tuhan. Mengapa? Karena mereka tidak turun cukup rendah mencari-Nya. Mereka belum bersujud ke bawah mencari-Nya di sana. Kita mencarinya ke mana-mana, padahal Dia berada di bawah. Demikianlah, orang majus tidak menemukan sang Mesias di istana Israel, tetapi di tempat tak terduga, di kandang hewan!

Seorang rabi ditanya orang, “Mengapa orang zaman sekarang ini tidak bisa menemukan Allah dibandingkan dengan zaman dulu. Di zaman dulu, di Perjanjian Lama, orang berbicara dengan Allah, mereka mendengarkan dan melihat Allah. Namun, zaman sekarang kenapa kita tidak bisa melihat Allah sama sekali?” Rabi itu menjawab, “Karena di zaman sekarang, di zaman modern, orang tidak lagi membungkuk cukup rendah untuk menemukan Dia.” Orang tidak sujud cukup rendah untuk dapat menemukan Dia.

Kebenaran yang luar biasa ini menjadi lebih nyata dan benar saat kita berbicara tentang pesan Perjanjian Baru. Pesan Perjanjian Baru bisa dirangkum dalam satu kalimat, “Terang itu bercahaya di dalam kegelapan”. Terang yang transenden itu telah turun ke bawah, ke dunia, ke bagian yang paling gelap untuk menerangi dunia yang di bawah ini.


KONTAK DENGAN ALLAH ADALAH PENGALAMAN DITERANGI

Pengalaman atau kontak kita yang pertama dengan Allah atau dengan Firman adalah pengalaman “diterangi” dan biasanya pada titik-titik paling gelap dalam kehidupan kita. Kita akan mengalami penerangan seketika terjadi kontak dengan Dia. Demikian pula, seluruh kehidupan Kristen adalah sebuah kehidupan yang dijalankan di dalam terang. Hal ini dinyatakan dengan indah oleh lagu Amazing Grace, “T’was blind but now I see.” (“Dulu aku buta, tetapi kini aku melihat”)

Lagipula, pengalaman sebagai seorang Kristen adalah suatu pengalaman yang bisa digambarkan sebagai “dibakar”. Roh Kudus disimbolkan dengan api. Itu sebabnya, 1 Tesalonika 5:19 menghimbau kita, “Janganlah padamkan Roh”. “Padam” adalah kata yang dipakai untuk memadamkan api. Orang yang mengalami kepenuhan Roh adalah orang yang sedang terbakar. Dia terbakar, bercahaya dan bersinar oleh Roh yang membakar dalam dirinya. Itulah pengalaman kehidupan sebagai seorang Kristen, seorang yang passionate (bersemangat) dan tidak dingin tanpa perasaan. Itulah terang yang akan datang. Dalam konteks inilah seorang yang bernama Yohanes datang, untuk mempersiapkan jalan supaya manusia menerima terang itu.


PELAYANAN YOHANES PEMBAPTIS YANG SINGKAT

Saya akan bacakan dari ayat 6-13:

Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; ia datang sebagai saksi untuk bersaksi tentang terang itu, supaya melalui dia semua orang menjadi percaya. Ia bukan terang itu, tetapi ia harus bersaksi tentang terang itu. Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap  orang, sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan melalui Dia, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik-Nya tetapi milik-Nya tidak menerima-Nya. Namun semua orang yang menerima-Nya diberinya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; orang-orang yang dilahirkan bukan dari darah atau dari keinginan jasmani, bukan pula oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.

headPerikop yang sangat luar biasa dan indah. Banyak hal dapat kita bahas tentang Yohanes Pembaptis, tetapi kita akan membatasinya pada ayat-ayat ini. Pelayanan Yohanes Pembaptis hanya berlangsung selama beberapa bulan. Rentang waktu dari masa dia pertama kali tampil sampai dia mati dengan kepala terpenggal dan tersaji di atas nampan hanya beberapa bulan. Untuk pelayanan yang berlangsung hanya beberapa bulan, Yohanes telah dipersiapkan sejak dari kelahirannya. Pelayanannya sangat singkat tetapi mendapatkan pengakuan yang luar biasa dari Yesus. Yesus berkata, “Di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan tidak pernah tampil seorang yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis!” Ini berarti, sejak Hawa mulai melahirkan sampai masa Yesus, tidak ada seorang pun yang dilahirkan perempuan yang lebih besar dari Yohanes Pembaptis. Pengesahan dari Yesus ini memberitahu kita bahwa Abraham, Nuh, Musa, Elia, Elisa, Ayub dan semua tokoh-tokoh besar yang lahir dari perempuan, tidak seorang pun yang lebih besar dari Yohanes Pembaptis. Ini merupakan sebuah pernyataan yang sangat amat mengherankan, mengingat pelayanannya yang begitu singkat, dan adanya begitu banyak raksaksa-raksaksa rohani di sepanjang sejarah Perjanjian Lama.


YOHANES PEMBAPTIS TIDAK MELAKUKAN MUKJIZAT

Bukan saja pelayanannya singkat, khotbah Yohanes Pembaptis juga sangat sederhana. Saya sempat berpikir, khotbah saya jauh lebih rumit dan sofis daripada dia. Yohanes Pembaptis juga tidak pernah melakukan satu mukjizat pun, tetapi di pandangan Allah, dia adalah seorang yang besar. Hal yang lebih mengganggu dan yang membingungkan kita adalah, dikatakan bahwa yang paling kecil di dalam Kerajaan Allah adalah lebih besar daripada dia. Inilah tantangan besar dari Yesus kepada kita. Sebesar-besarnya Yohanes Pembaptis, setiap dari kita di zaman Roh Kudus bisa menjadi lebih besar dari dia. Yesus mengharapkan supaya kita menjadi lebih besar dari Yohanes Pembaptis! Namun, hal ini tidak akan kita bicarakan hari ini. Kita akan melanjutkan untuk melihat kebesaran Yohanes Pembaptis.

Kalimat terakhir di kitab Yohanes tentang Yohanes Pembaptis ada di Yohanes 10:41. Banyak orang datang kepadanya, mereka berkata, “Yohanes tidak melakukan satu keajaiban pun.” Waktu saya membaca ayat ini, seolah-olah ini pertama kali saya membacanya. Saya lagi membaca semua ayat di dalam Alkitab yang berbicara tentang Yohanes Pembaptis. Dan ayat ini seolah-olah “menari-nari” di depan mata saya, “Yohanes tidak pernah melakukan keajaiban”.

Tertulis di situ, “Yohanes memang tidak membuat satu tanda mukjizat pun, tetapi semua yang pernah dikatakan Yohanes tentang orang ini (Yesus) memang benar.” Sejujurnya, saya sangat mudah terkesan dengan mukjizat. Kalau saya mendengar tentang seseorang melakukan mukjizat, saya akan berpikir, “Wow, ini pasti hamba Tuhan sejati, saya akan lebih mendengarkan dia.” Saya cenderung mempunyai pemikiran bahwa seorang yang melakukan mukjizat pasti diberkati dan besar di mata Allah. Namun di sini, Yohanes Pembaptis, yang tidak melakukan satu mukjizat pun dan pesan-pesan yang disampaikan juga sangat sederhana, tetapi di mata Allah, di antara semua manusia tidak ada yang sebesar Yohanes Pembaptis. Kebesaran di mata Allah sepertinya tidak ada kaitannya dengan mukjizat sama sekali.

Cara Allah menilai benar-benar berbeda dengan kita. Kalau kita melakukan sebuah survei di antara semua orang Kristen untuk menamakan hamba Tuhan yang besar, saya yakin 80-90 % akan menamakan seseorang yang pernah melakukan mukjizat. Namun, itu bukan caranya Allah menilai. Itulah sebabnya, khususnya di akhir zaman ini, kita harus benar-benar mengubah mindset kita. Kita harus berhati-hati dengan cara kita menilai.


PESAN YOHANES PEMBAPTIS, “BERTOBATLAH!”

Yohanes Pembaptis besar karena ada suatu kualitas khusus di dalam dirinya. Ada satu kualitas di dalam dirinya yang menonjol yang membedakannya dari yang lain, yaitu kerendahan hatinya. Akan tetapi kita tidak membahas hal ini di pesan ini. Dan kedua, pelayanannya mengubah orang. Pesan Yohanes Pembaptis sangat sederhana, “Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat!” Ini satu-satunya pesan dia, dan pesan yang sama ini diulang-ulangnya terus dengan berbagai cara. Pesan yang sederhana tetapi radikal itu mengubah kehidupan banyak orang.

John-the-Baptist-preachingHerannya, orang berduyun-duyun keluar dari zona nyaman mereka ke padang belantara untuk mendengarkan pesannya ini! Sekarang ini, gereja menyediakan segala macam fasilitas, kursi empuk, AC, makanan, hiburan, entertainment musik, stand-up komedian dan segala macam fasilitas untuk menarik jemaat. Gereja yang tidak menyediakan fasilitas seperti ini jangan harap dapat bersaing. Baru-baru ini saya menghadiri sebuah seminar selama beberapa hari di sebuah gereja yang belum pernah saya kunjungi sebelumnya. Melihat fasilitas yang disediakan saja, kami bercanda bahwa kami sudah tertarik untuk menjadi anggota jemaat ini tanpa pernah mendengarkan apa yang dikhotbahkan! Yohanes Pembaptis berkhotbah di padang gurun, tetapi semua orang berduyun-duyun ke padang gurun mencari dia. Semua orang jauh-jauh ke padang gurun mencari dia padahal khotbahnya sederhana sekali.


PELAJARAN DARI BANGSA ISRAEL DI PADANG GURUN

Ada sekitar dua juta orang Israel melewati padang gurun dalam perjalanan ke tanah perjanjian. Kalau kita pilih salah satu dari mereka secara acak dan dibawa ke zaman kita, orang ini pasti akan menjadi selebriti gereja di zaman kita. Mengapa saya berkata demikian? Kalau kita mengalami sebuah mukjizat yang luar biasa, satu hari saja, atau bahkan satu peristiwa saja, kita sudah dipanggil bersaksi ke mana-mana, ke semua gereja. Kita akan menjadi sensasi dan viral di medsos. Akan tetapi, salah satu orang Israel yang kita transportasi ke sini, kesaksiannya akan membuat kita kagum ternganga; dan tentu saja kesaksiannya benar dan tidak dilebih-lebihkan, hal  yang tidak dapat kita katakan untuk banyak kesaksian yang kita dengar sekarang. Orang ini akan bersaksi, “Kami makan makanan yang diturunkan dari surga setiap hari selama 40 tahun. Setiap hari, kami minum air yang keluar secara berlimpahan dari batu di tengah padang gurun yang gersang dan kering itu. Kami dipimpin Allah oleh tiang awan di siang hari dan tiang api di malam hari. Hal ini kami alami setiap hari, jadi biasa-biasa sajalah…” Salah satu saja akan menjadi selebriti di zaman ini. Mereka akan menyaksikan bahwa selama 40 tahun mereka berjalan di padang gurun, pakaian dan sandal mereka tidak ada satu pun yang rusak. Sepatu dan sandal bermerek dan berteknologi yang kita beli mahal-mahal sekarang ini, adakah yang bisa bertahan tiga tahun kalau dipakai setiap hari? Merek apa sandal orang Israel itu? Puluhan tahun tidak rusak-rusak. Orang ini bisa bersaksi dan kita akan terkagum-kagum tanpa mengetahui bahwa Allah sebenarnya tidak berkenan kepada dia. Allah sama sekali tidak senang dengan dia. Kita tidak bakal sadar bahwa dia telah ditetapkan oleh Allah untuk binasa (1Kor 10:1-5). Allah tidak berkenan kepada dia dan seluruh bangsa itu. Mindset kita benar-benar harus diubahkan khususnya di akhir zaman ini, zaman antikristus. Mengalami mukjizat, dan bahkan berbuat mukjizat (Mat 7:22-23) tidak berarti apa-apa di mata Tuhan jika hidup kita tidak benar.


SEMUA YANG DIKATAKAN YOHANES TENTANG YESUS ADALAH BENAR

Kalimat yang berikut yang benar-benar menyentuh hati saya adalah, “semua yang dikatakan oleh Yohanes tentang Yesus adalah benar.” Saya sempat berangan-angan saat membaca kalimat ini, saya benar-benar berharap bahwa semua yang saya katakan tentang Yesus dari mimbar ini, akan terbukti benar. Tidak ada yang berlebihan dan tidak ada yang kurang. Saya harap saudara yang akan menyaksikan sendiri bahwa segala sesuatu yang saya pernah katakan tentang Yesus itu benar dan menjadi percaya (10:42). Setelah saya mati nanti, saya harap itu yang akan orang katakan tentang saya, bukan sekarang. Itu kesimpulan yang ditarik orang lain. Akan tetapi biar saya yang mati dulu, jangan sampai kalian yang mati duluan dan baru sadar apa yang saya katakan tentang Yesus itu benar! Waktu itu sudah terlambat! 🙂

Saya sebenarnya cukup yakin, berdasarkan apa yang saya khotbahkan pada saudara, saya tidak terlalu menyimpang dari kebenaran. Saya usahakan di hadapan Bapa untuk tidak menjanjikan lebih daripada yang telah dijanjikan Yesus supaya tidak ada yang menjadi kecewa. Saya usahakan untuk tidak menjadi seorang “salesman” rohani. Saya juga usahakan untuk tidak menjanjikan kurang daripada yang telah dijanjikan supaya kita tidak menjalani kehidupan Kristen yang di bawah standar, dengan demikian tidak memenuhi potensi kita yang sebenarnya.


DIUTUS DARI SISI ALLAH

Dikatakan, di ayat 6, “datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes”. Dari terjemahan Bahasa Indonesia, ada satu kata yang tidak diterjemahkan di sini; datanglah seorang yang diutus “dari sisi” Allah, atau “dari samping” Allah. Kata Yunaninya, para teou, berasal dari sisi Allah, diutus dari sisi Allah. Kata para itu adalah kata Bahasa Inggris dan Bahasa Indonesia yang diterjemahkan sebagai “paralel”. Seorang yang berjalan selalu di samping Allah, berada di sisinya, atau berjalan paralel bersama-Nya. Hal ini sangat-sangat penting karena jika kita mau dipakai dan diutus oleh Allah, saudara harus menghabiskan waktu yang cukup lama untuk selalu berjalan di sisi Allah.  Dan satu-satunya hal yang kita takuti dalam hidup kita adalah, berjalan tidak paralel dengan Dia, atau  “out of tune” dengan Dia. Orang yang berada di sisi Dia, itulah orang yang Allah utus. Pelayanan Yohanes hanya beberapa bulan tetapi waktu bergaulnya, seumur hidup. Musa diutus Allah tetapi proses pembentukannya dimulai 40 tahun sebelumnya. Musa baru diutus pada usia 80 tahun. Yesus juga demikian, selama 30 tahun pertama dari hidupnya, diam. Pada waktunya tiba-tiba, secara mendadak dia muncul. Kalau kita bukan tipe orang yang berjalan bergaul dengan Dia, kita akan cenderung mengutus diri kita sendiri. Dan kita cenderung akan melakukan hal-hal yang di luar program Allah, dan dengan cara yang tidak sesuai kehendak Allah.


KARAKTER YOHANES PEMBAPTIS

Ada beberapa hal tentang Yohanes yang harus kita pelajari. Orangnya tidak peduli pada pandangan orang. Saya tidak tahu sebenarnya bagaimana untuk menggambarkan dia. Kalau dia ada di sini di tengah-tengah kita, saya pikir, saya sendiri tidak dapat mengenal dia sebagai seorang manusia Allah. Karena dia memang tidak cocok dengan acuan yang kita pakai untuk mengukur seorang hamba Allah. Kita memakai pakaian dari kain yang halus, yang nyaman, jas atau batik yang keren. Namun Yesus bertanya, “Untuk apakah kami pergi ke padang gurun? Melihat orang yang berpakaian halus?” Tidak. Pakaiannya seperti karung goni yang tidak pernah diseterika.  Kita mungkin akan berkata kepada dia, “Ganti pakaian dulu sebelum naik mimbar!”

Seorang yang bahkan lebih dari seorang nabi. Orang datang untuk dibaptis, dan ini caranya dia menyambut mereka, “ular beludak, kenapa kamu datang untuk dibaptis?” Ini bukan caranya untuk menyambut orang apa lagi orang-orang besar! Bayangkan kalau ada yang datang dan penyambut tamu menyambut dengan berkata, “hei kamu ular beludak, kenapa kamu datang ke sini?!” Penyambut tamu itu akan saya langsung pecat! Kalau Yohanes Pembaptis ada di sini, saya kurang yakin saya dapat mengenalnya sebagai seorang manusia Allah, seorang nabi. Mungkin saya akan mengusirnya. Dan saya justru akan mengusir seorang Yohanes Pembaptis. Itulah Yohanes Pembaptis, dia tidak memilih kata-kata yang tidak menyinggung perasaan orang. Kita sebagai “hamba-hamba Tuhan”, selalu memilih kata-kata untuk menjaga perasaan orang. Dengan demikian, kita berakhir sebagai “hamba manusia”.

Dia tidak mempunyai kutipan-kutipan indah saat dia berkhotbah. Khotbahnya hanyalah, “Bertobatlah, bertobatlah! Berhenti melakukan apa yang salah!” Itu saja pesannya. Sangat sederhana dan tudepoin. Pesannya sederhana, berhenti melakukan apa yang salah, dan mulai melakukan apa yang benar. Itulah cara kamu mempersiapkan dirimu untuk menerima kedatangan Mesias itu. Stop apa yang salah dan buat apa yang benar, itulah cara kamu mempersiapkan dirimu, hatimu untuk menyambut sang Mesias.


MAKNA NAMA “YOHANES”

“Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes.” Ini juga penting karena saudara harus juga tahu bahwa nama Yohanes adalah nama yang diberikan oleh Allah secara langsung bahkan sebelum dia lahir. Hal ini tidak lazim terjadi, yakni Allah menetapkan nama seseorang bahkan sebelum kelahirannya. Dia diberikan nama oleh Allah dan Allah sepertinya sengaja melanggar tradisi saat Dia menamakannya Yohanes. Proses penamaan Yohanes menimbulkan gejolak yang besar, semua keluarga besar protes. “Gila kamu! Kenapa dikasi nama john-the-baptist-is-named-largeYohanes? Di dalam keluarga kita mana ada yang bernama Yohanes.” Mereka protes ke istrinya. Mereka tidak puas dan langsung bertanya kepada Zakharia yang lagi bisu pada waktu itu. Melalui bahasa isyarat, ditanyakan apa nama yang mau diberikan kepada bayinya yang baru lahir itu. Zakharia meminta batu tulis, bukan kertas, karena di zaman itu masih belum ada kertas. Jadi dibawakan batu tulis dan Zakaria mengukir, namanya adalah “Yochanan”. Lalu, Allah melakukan satu mukjizat lagi dan Zakharia mulai berbicara lagi. Dari saat itu, baru semua orang menerima bahwa nama bayi yang baru lahir itu adalah Yohanes.  Jadi nama Yohanes tidak diberikan secara sembarangan. Itu nama yang lahir dari benak Allah. Lalu, apa maknanya nama itu? Yohanes adalah versi Yunani, dalam bahasa Ibrani, namanya adalah “Yochanan” yang berarti, “Yahweh is gracious”, Yahweh itu penuh rahmat, penuh anugerah, itulah maknanya nama Yohanes. Yahweh is gracious, Yahweh yang penuh anugerah membuka jalan untuk kedatangan “Yahweh adalah keselamatan” (Yeshua). Yeshua berarti Yahweh adalah keselamatan. Jadi Yohanes and Yesus, Yochanan dan Yeshua, “Yahweh penuh rahmat” mempersiapkan jalan bagi “Yahweh penuh keselamatan”.


SUPAYA SEMUA ORANG MENJADI PERCAYA

Dan kalimat berikut yang benar-benar berbicara kepada saya adalah, dia diutus supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. Saya benar-benar berharap bahwa pelayanan Yohanes Pembaptis ini juga menjadi pelayanan kita semua. Setelah membaca ayat ini, saya sempat berdoa kepada Allah, “Bapa, jadikanlah kehidupanku, jadikanlah pelayananku, sehingga semua orang yang berurusan dengan saya, yang kontak dengan saya, menjadi percaya.” Karena siapa saja yang menjadi percaya, akan diberi hak, diberi kuasa untuk menjadi anak-anak Allah. Menjadi anak, pada dasarnya berarti menjadi spesial. Menjadi orang yang sangat spesial dan unik di mata Allah. Kita memiliki akses kepada Allah yang tidak dimiliki oleh orang lain. Tentu saja orang yang memiliki Allah sebagai Bapa akan sangat amat berbeda daripada orang yang tidak memiliki Allah sebagai Bapa. Di tingkat jasmani saja, orang yang memiliki ayah yang baik, dan orang yang tidak memiliki ayah atau seperti tidak memiliki ayah akan bertumbuh menjadi dua orang yang sangat berbeda. Apatah lagi jika kita memiliki Allah sebagai Bapa, betapa jauh lagi perbedaannya!

Jadi, saya berharap, kita dapat menjadikan tujuan hidup kita itu untuk membuat semua orang menjadi percaya. Itu kira-kira seperti orang yang menemukan air di tengah-tengah orang yang kehausan. Kalau kita semua lagi kehausan dan saudara ketemu air, apa hal pertama yang akan saudara lakukan? Apa hal wajar yang saudara harus lakukan? Kalau semua lagi di padang gurun dan kehausan dan saudara menemukan air, saya pikir tindakan yang wajar adalah untuk saudara menceritakan kepada kami, “saya menemukan air!” Percaya atau tidak terserah kami. Kalau saudara sembuh dari suatu penyakit parah yang tidak ada obatnya, tetapi saudara menemukan obat itu dan setelah saudara minum, ternyata sembuh. Apa yang akan saudara lakukan? Saudara pasti akan merekomendasikan obat itu kepada orang. Percaya tidak percaya terserah mereka. Mereka bisa saja menyebut kita gila. Namun itulah, pelayanan kita. Saya benar-benar berdoa kepada Bapa, saya benar-benar berharap banyak orang menjadi percaya karena kehidupan kita.

Saya akan memberikan sekilas skenario dari hari penghakiman itu. Bukan untuk menakut-nakuti, tetapi agar saudara tahu saja ayat-ayat ini. Wahyu 20, ini skenarionya pada hari terakhir nanti:

11 Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapan-Nya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya. 12 Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. 13 Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. 14 Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. 15 Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.  (Wahyu 20:11-15)

Saya pikir tidak ada hal yang lebih penting dari memastikan nama kita ada di kitab kehidupan itu. Disebutkan juga di sini bahwa ada kitab-kitab lain, yang mengandung semua perbuatan kita. Setiap perbuatan kita ada konsekuensinya di dunia dan di akhirat. Semuanya dicatat. Saya bertanya-tanya seberapa tebalnya kitab yang mencatat perbuatan saya, dan apa saja yang dicatat di sini. Saya juga percaya perbuatan tidak baik yang telah tercatat di sana bisa dihapus oleh pertobatan dan pengampunan. Karena itulah Yesus datang. Isi kitab itu bisa dihapus selama masih ada kesempatan, selama kita masih hidup dan dapat bertobat. Harapan saya, yang tinggal hanya perbuatan-perbuatan baik, kalau ada.

Saya kadang membayangkan hari itu seperti ini: beberapa minggu yang lalu, ada tukang kerja di rumah saya selama dua minggu. Dia melihat ada tanda salib di rumah saya, ini pasti orang Kristen. Pada hari itu Allah akan tanya kepada dia, “Kenapa kamu tidak mau percaya pada anak-Ku Yesus?” Dia jawab, “Saya kemarin kerja dua minggu di rumah orang ini, rumah orang Kristen dan pendeta lagi. Mereka suami-istri bertengkar terus, saya lihat cara mereka berbicara dengan sesama, saya melihat cara mereka memperlakukan aku, aku pikir agama mereka itu pasti palsu.” Apa yang bisa Tuhan katakan? Atau mungkin saudara punya pembantu yang tinggal bersama saudara. Hari itu saat ditanya kenapa dia tidak percaya, apakah dia akan berkata, “Saya tinggal bersama mereka, saya melihat cara mereka hidup, cara mereka memperlakukan aku, agama mereka tidak mungkin benar.” Siapa yang akan Tuhan hukum? Bagaimana dengan karyawan saudara? Bagaimana dengan bos saudara? Itu yang menjadi pertanyaan. Pada hari itu, saya benar-benar berharap nama saya tidak muncul di bibir orang tidak percaya.

Saya benar-benar berharap melalui kehidupan kita, cara kita berbicara dan memperlakukan semua orang, benih iman sedikit banyak ditaburkan dalam hati banyak orang. Kehidupan kita menimbulkan kesan. Kehidupan kita mengingatkan orang akan Allah dan makna kehidupan itu sendiri. Mereka mungkin tidak segera percaya dan bertobat, tetapi benihnya sudah ditaburkan untuk pekerjaan Allah yang berikutnya. Itulah pesan yang ingin saya sampaikan pada saudara.

Dua kalimat ini benar-benar berbicara kepada saya: Pertama, semua yang dia katakan tentang Yesus, semuanya benar. Kedua, supaya semua orang menjadi percaya.


TERANG YANG SESUNGGUHNYA

Terakhir, dikatakan di ayat 9, terang itu adalah terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang sudah datang. Terang itu sudah datang ke dalam dunia. Terang yang sesungguhnya. Kenapa ditambah kata “sesungguhnya”? Itu berarti terang yang sejati. The genuine one, the real one. Yang sejati, yang asli. Inilah terang yang asli. Ada banyak terang yang palsu. Saya percaya tidak ada orang yang suka yang tidak asli. Siapa suka uang palsu? Permata palsu? Tidak ada yang mau. Kita semua menginginkan yang asli.

Seperti uang palsu, yang asli dan yang palsu susah dibedakan sekarang. Namun saya percaya tidak ada orang yang suka barang palsu. Semua orang yang mendapatkan barang palsu disebut “korban”. Memang ada juga orang yang suka beli barang bermerek yang palsu. Itu namanya “orang miskin yang suka pamer”.  Banyak juga orang Kristen yang suka pamer rohani walaupun tidak memiliki substansi. Dalam hal agama, kehidupan, hal kerohanian, saya harap saudara tidak akan pernah puas sehingga saudara menemukan yang asli. Yang palsu berasal dari si jahat dan tidak akan pernah berakhir dengan baik. Hal-hal seperti kepenuhan Roh Kudus, temukanlah yang asli. Dalam hal berbicara tentang bahasa lidah atau hal-hal seperti itu, pastikan saudara menemukan yang asli. Segala sesuatu yang dijanjikan oleh Allah, pastikan yang ada pada saudara itu yang asli. Jangan puas sampai menemukan yang asli. Di zaman sekarang ini, jangan pernah puas dengan yang palsu. Injil kemakmuran saja yang jelas-jelas palsu banyak orang lugu yang terima. Semua terima tanpa berpikir panjang.

Terang yang sesungguhnya telah datang untuk menerangi setiap orang, dan saya benar-benar berharap, saudara salah satu orang yang benar-benar diterangi. Terang yang sesungguhnya akan mendatangkan pertobatan yang menyeluruh dan total karena tidak ada lagi tersembunyi. Yesus berkata: “Akulah terang dunia; barangsiapa mengikut aku, ia tidak akan berjalan dalam kegelapan, melainkan ia akan mempunyai terang hidup.” (Yoh. 8:12)

Berikan Komentar Anda: