Pastor Eric Chang | Matius 25:1-13 |

Mari kita melanjutkan pengajaran Yesus dalam Matius 25 mulai dari ayat 1. Sebelumnya perlu diketahui bahwa ayat-ayat terakhir yang terdapat dalam pasal 24 memiliki kaitan dengan pasal 25. Dalam pasal ini, kita akan memusatkan perhatian pada “Perumpamaan Tentang Gadis Yang Bodoh Dan Yang Bijaksana”, atau dalam bahasa Inggris diterjemahkan sebagai “Perumpamaan Tentang Sepuluh Perawan”.


HIDUP MENURUT DAGING VS HIDUP MENURUT ROH

Sebagai pengenalan akan perumpamaan ini, mari kita melihat Roma 8:5-6 di mana Rasul Paulus berbicara tentang perbedaan antara keinginan daging dan keinginan Roh:

“5 Sebab mereka yang hidup menurut daging, memikirkan hal-hal yang bersifat daging, tetapi mereka yang hidup menurut Roh, memikirkan hal-hal yang bersifat Roh.
6 Sebab pikiran yang diarahkan kepada daging adalah maut, tetapi pikiran yang diarahkan kepada Roh adalah hidup dan damai sejahtera.”

Di ayat 5, kata “memikirkan” adalah dalam tensa masa kini (present tense) atau sesuatu sedang berlangsung (present continuous tense);  ini memberikan arti “sedang terus-menerus dipikirkan”. Rasul Paulus berkata barangsiapa yang hidup menurut daging, maka pikiran mereka akan terus-menerus dipenuhi oleh hal-hal yang bersifat kedagingan, yaitu sesuatu yang berasal dari dunia ini. Akan tetapi, barangsiapa yang hidup sesuai dengan keinginan Roh, maka pikirannya akan dipenuhi dengan hal-hal yang bersifat rohani. Pokok ini berhubungan dengan perumpamaan yang akan kita bahas di bawah ini.

Anda mungkin menemukan kesulitan di sini. Bagaimana kita dapat memikirkan sesuatu yang rohani seandainya kita sedang sibuk oleh pekerjaan yang lain? Mustahil rasanya untuk memikirkan hal-hal rohani kala kita sedang menekuni suatu pelajaran atau pekerjaan. Rasul Paulus menekankan pentingnya untuk mengerti hal ini. Namun, kita berkata, “Sulit sekali melaksanakan hal ini. Mana mungkin saya bisa memikirkan hal-hal rohani sepanjang hari sedangkan saya sendiri juga memiliki kesibukan lainnya.” Namun, bukankah pikiran kita dapat berfungsi di tahap yang berbeda-beda,  terdapat hal yang kita pikirkan secara aktif dan pada waktu yang bersamaan terdapat sesuatu di balik pemikiran kita.

Untuk lebih mudahnya, mari kita ambil contoh saat kita sedang mabuk cinta. Saat itu kita akan selalu memikirkan sang kekasih kita. Di sini, kita tidak selalu secara aktif memikirkan sang kekasih.  “Dia” memang sering kita pikirkan, tetapi di balik pemikiran kita, yaitu di latar belakang. Kesimpulannya, saat ada sesuatu di balik pemikiran kita, hal itu akan tetap ada walaupun kita sedang sibuk. Oleh sebab itu, jika kita sedang mabuk cinta, pikiran tentang sang kekasih akan selalu berada di benak kita. Tak peduli apakah kita sedang serius memusatkan mata Anda dalam mikroskop di laboratorium atau sedang asyiknya membaca buku di ruang baca. Aktivitas apa pun yang kita lakukan dengan konsentrasi penuh di otak Anda, si dia tidak akan terlepas dari benak kita.

Inilah yang Rasul Paulus hendak sampaikan kepada kita. Contohnya, seorang yang rohani boleh saja membaca buku-buku yang berkaitan dengan ilmu teknik, hukum, atau ekonomi di perpustakaan, tetapi seluruh dasar pemikirannya akan terpusat pada hal-hal yang bersifat rohani. Dengan kata lain, hal-hal yang rohani tetap ada di balik pemikiran seorang yang rohani tidak kira apa yang sedang dikerjakan pada saat itu. Sangat penting saya menjelaskan hal ini, atau kita kembali beralasan, “Mana mungkin saya memikirkan dua hal yang berbeda sekaligus.” Tentu saja, tidak mungkin kita memikirkan dua hal yang berbeda pada waktu yang sama. Sungguh sesuatu yang mustahil Anda dapat berkonsentrasi memikirkan dua hal yang berbeda sekaligus pada waktu yang bersamaan. Akan tetapi, seorang yang rohani, pikirannya akan selalu disibukkan oleh nilai-nilai rohani. Nilai-nilai tersebut akan menjadi latar belakang pikirannya setiap saat walaupun ia sedang secara aktif mengerjakan dan memikirkan sesuatu pada saat yang bersamaan.


PERUMPAMAAN TENTANG PENGHAKIMAN

Dengan pengertian dasar ini, marilah kita berpindah ke perumpamaaan yang bersangkutan. Perhatikan kata “Kemudian” pada pembukaan Matius 25:1: “Kemudian, Kerajaan Surga akan…” Kata “Kemudian” menghubungkan ayat 1 dengan ayat sebelumnya di Matius 24:50-51. Ayat ini berkata:

50 tuan dari hamba itu akan datang pada hari ketika ia tidak mengharapkannya dan pada waktu yang tidak ia ketahui,
51 dan akan memenggalnya, dan menempatkan ia bersama-sama orang-orang munafik. Di tempat itu, akan ada tangisan dan kertak gigi.

Kemanakah orang-orang munafik pada akhirnya? Dari Matius 24 kita ketahui bahwa mereka akan diadili di Gehenna, sebuah nama untuk neraka. Kita diberitahu bahwa “di sanalah akan terdapat ratapan dan kertak gigi.” Oleh sebab itu, kata “Kemudian” pengacu pada masa Penghakiman seperti yang dijelaskan dalam ayat-ayat sebelumnya.

1 “Kemudian, Kerajaan Surga akan diumpamakan dengan sepuluh gadis yang membawa pelita-pelitanya dan pergi untuk bertemu mempelai laki-laki.
2 Lima di antara mereka bodoh, dan lima yang lainnya bijaksana.
3 Ketika yang bodoh itu membawa pelita-pelitanya, mereka tidak membawa minyak bersamanya.
4 Namun, yang bijaksana membawa minyak dalam guci kecil bersama dengan pelita-pelita mereka.
5 Sekarang, ketika mempelai laki-laki itu menunda kedatangannya, mereka semua mengantuk dan tidur.
6 Namun, pada tengah malam ada teriakan, ‘Lihat, mempelai laki-laki datang! Keluarlah untuk menyambutnya!’
7 Kemudian, semua gadis itu bangun dan merapikan pelita-pelita mereka.
8 Dan, yang bodoh berkata kepada yang bijaksana, ‘Berilah kepada kami sedikit minyakmu karena pelita-pelita kami hampir padam.’
9 Akan tetapi, yang bijaksana menjawab, ‘Tidak, tidak akan cukup untuk kami dan kamu. Lebih baik, pergilah kepada yang menjual minyak dan belilah untuk dirimu sendiri.’
10 Sementara mereka pergi untuk membeli, mempelai laki-laki itu datang, dan mereka yang siap, masuk bersama-sama dengan dia ke perjamuan kawin, dan pintu ditutup.
11 Setelah itu, datang pula gadis-gadis yang lainnya dan berkata, ‘Tuan, tuan! Bukakanlah bagi kami.’
12 Akan tetapi, ia menjawab, ‘Sesungguhnya, aku berkata kepadamu, aku tidak mengenalmu.’
13 Oleh karena itu, berjaga-jagalah karena kamu tidak tahu hari atau waktunya.”

Saya rasa semua yang pernah ke Sekolah Minggu telah mengenal perumpamaan ini dengan baik. Apakah maksud dari perumpamaan ini? Telah disebutkan sebelumnya bahwa perumpamaan ini berhubungan dengan Penghakiman yang akan datang. Kerajaan Allah yang akan datang ini dikaitkan dengan kesepuluh gadis. Apakah yang dilambangkan oleh gadis-gadis itu? Mereka melambangkan orang-orang Kristen.


ORANG KRISTEN DILAMBANGKAN OLEH PERAWAN SUCI

Sebagai contoh, Rasul Paulus melambangkan jemaat di Korintus seperti seorang perawan suci:

“Sebab, aku merasa cemburu kepada kamu dengan kecemburuan ilahi karena aku sudah menunangkan kamu dengan satu suami, yaitu mempersembahkanmu sebagai perawan yang suci kepada Kristus.” (2Kor 11:2).

Dalam bahasa Yunani aslinya, kata yang diterjemahkan sebagai “perawan” juga dipakai di Matius 25:1. Secara literal, kata sesungguhnya adalah “gadis”. Kata “gadis” itu sendiri adalah “perawan suci”. Di Wahyu 14:4, ke-144.000 pengikut Kristus yang saleh ini disebut sebagai perawan suci. Jadi, mudah untuk mengerti kata “perawan suci” dalam Alkitab karena memberikan gambaran yang sesungguhnya tentang orang Kristen. Jadi secara Alkitabiah, kesepuluh gadis tersebut semuanya adalah orang-orang Kristen. 

Semua gadis tersebut mempunyai pelita yang menyala. Perbedaan yang utama terletak pada siapa yang membawa persediaan minyak dan siapa yang tidak. Gadis-gadis yang bijaksana membawa persediaan minyak sedangkan yang bodoh tidak. Membawa persediaan minyak berarti menambah biaya. Lebih dari itu, mereka membebani diri karena tangan yang satu membawa pelita sedangkan tangan yang lain membawa persediaan minyak. Di lain pihak, gadis-gadis yang bodoh mempunyai satu tangan yang tidak terpakai — artinya, tangan tersebut bebas untuk melakukan pekerjaan apa saja — karena mereka berpikir tidak perlu membawa minyak lebih.

Seringkali, sekelompok orang Kristen mengerjakan sesuatu yang menurut kelompok Kristen lainnya dianggap berlebihan atau tidak perlu. “Kita sudah punya pelita dan minyak. Untuk apa lagi mesti bersusah-susah membawa persediaan? Bukankah itu akan menambah beban dan biaya? Belum lagi repotnya!” Berapa kali pikiran tersebut terlintas dalam benak kita waktu melihat orang lain melakukan sesuatu yang lebih ketimbang kita? Mungkin kita berpikir, “Perlukah itu?” Di sini kita akan mempelajari perlukah mengambil langkah tambahan dalam hidup kekristenan kita


KEDATANGAN KRISTUS MUNGKIN TERTUNDA

Di sini dikatakan juga bahwa pengantin pria terlambat datang. Seandainya ia tidak terlambat, para gadis yang bodoh tersebut tidak akan kekurangan minyak. Mereka sama sekali tidak memikirkan kemungkinan ini. Sangat menarik Yesus memberikan indikasi bahwa kedatangannya akan tertunda. Kata “tidak datang-datang” juga dipakai dalam pasal sebelumnya (Mat 24:48): “Tuanku menunda datang.” Sekali lagi, Yesus memberikan indikasi bahwa mungkin kedatangannya akan tertunda. Lalu, pada waktu tengah malam, terdengar teriakan tentang kedatangan mempelai.

Sebelum mempelai itu datang, para gadis dalam keadaan mengantuk. Dalam bahasa Inggris terjemahannya menggunakan kata “tidur.” Sebenarnya kata dalam bahasa Yunani jauh lebih deskriptif daripada itu. Kata yang diterjemahkan sebagai “tidur” ini secara harfiah berarti orang yang hampir tertidur. Kita sering melihat orang di bis atau keretapi yang kepalanya terkantuk-kantuk, tetapi mencoba untuk tetap tidak tertidur. Kesepuluh gadis dalam perumpamaan ini dalam keadaan terkantuk-kantuk — yaitu mereka di tahap pra-tidur, sebelum mereka betul-betul tertidur.

Mengapa semua gadis tersebut akhirnya tertidur, tetapi lima di antaranya masih dianggap bijaksana? Sepertinya mereka semua bersalah karena Yesus sudah mengingatkan agar tidak jatuh tertidur. Haruskah kita ganti perumpamaan ini dengan judul Sepuluh Gadis Yang Bodoh?

Apakah artinya “tidur”? Mengapa kelima gadis tersebut tetap dianggap bijaksana walaupun mereka ikut tertidur seperti yang lainnya? Mari kita mempelajari dua arti kata “tidur” yang dipakai dalam kitab Perjanjian Baru. Tidur rohani dan tidur jasmani, yang secara harfiah berarti “mati”.


“TIDUR” BERARTI “MENINGGAL DUNIA”

Ketika kita mempelajari perumpamaan ini secara lebih mendalam, kita menemukan kata “tidur” di sini diartikan dengan kematian jasmani. Kesepuluh gadis tersebut sudah mati. Pada waktu kedatangan Yesus tertunda, secara jasmani mereka telah mati. Mereka ikut mati bersama-sama dengan orang-orang Kristen lainnya selama masa 2.000 tahun ini. Kedatangan Yesus belum tiba semasa hidup mereka. Mereka menunggu kedatangannya, tetapi belum tergenapi karena kedatangannya tertunda.

Di 1 Tesalonika 4:13, kita akan menemukan kesinambungan yang luar biasa antara pasal ini dengan perumpamaan yang dibahas bahkan sampai pemakaian kata-katanya. Pasal ini berbunyi:

13 Saudara-saudara, kami tidak mau kamu tidak mengetahui tentang orang-orang yang sudah tertidur* supaya kamu tidak berdukacita seperti orang-orang yang tidak memiliki pengharapan.
14 Sebab, jika kita percaya bahwa Yesus telah mati dan bangkit kembali, kita juga percaya bahwa Allah akan mengumpulkan mereka yang tertidur* di dalam Yesus bersama-sama dengan Dia.
15 Kami mengatakan hal ini kepadamu dengan firman Tuhan, bahwa kita yang masih hidup, yang masih ada hingga kedatangan Tuhan, tidak akan mendahului mereka yang sudah tertidur.
16 Tuhan sendiri akan turun dari surga dengan seruan, suara dari penghulu malaikat, dan dengan suara trompet Allah, dan orang-orang yang mati dalam Kristus akan bangkit lebih dahulu.
17 Kemudian, kita yang masih hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dalam awan-awan dengan mereka untuk bertemu dengan Tuhan di udara, dan demikianlah kita akan selalu bersama Tuhan.
18 Karena itu, hiburlah satu dengan yang lain dengan perkataan-perkataan ini.

Terlepas dari kata “tidur”, ada dua hal lain yang perlu diperhatikan. Pertama, “seruan, suara dari penghulu malaikat” berseru di 1 Tesalonika 4:16 dan kedua, kata “bangkit” (ay 16) dan “bertemu” (ay 17). Gagasan yang disampaikan oleh kata-kata ini juga dapat ditemukan di dalam perumpamaan ini. Kesepuluh gadis tersebut telah jatuh tertidur (Mat 25:5) dan pada waktu tengah malam datanglah penghulu malaikat berseru (Mat 25:6). Suara malaikatlah yang telah membuat mereka terbangun.

Lalu, perhatikan kata “bangkit” di 1 Tesalonika 4:16 — “orang-orang yang mati dalam Kristus akan bangkit lebih dahulu.” Kata “bangkit” di sini memiliki arti yang sama seperti yang digunakan dalam perumpamaan ini. Pada waktu tengah malam dan semua gadis terbangun (Mat 25:7). Dalam Alkitab, kata “bangkit” seringkali digunakan untuk dua pengertian: bangun dari tidur atau bangun dari kematian. Jadi, terdapat seruan yang membuat semuanya terbangun. Hal ini persis sama dengan yang tertulis dalam 1 Tesalonika 4:16-17, dimana yang telah mati bangun dari kematiannya ketika mereka mendengar suara dari penghulu malaikat dan bertemu dengan Tuhan. Dalam suratnya kepada jemaat di Tesalonika, Rasul Paulus seakan-akan dengan sengaja merujuk kepada Perumpamaan Tentang Sepuluh Perawan ini. Anda dapat melihat kemiripan dalam pemakaian kata di antara kedua perikop ini. Di 1 Tesalonika 4:15 Paulus menjelaskan bahwa tulisannya dikutip dari “firman Tuhan”. Bagian firman Tuhan manakah yang dimaksud oleh Paulus? Tiada yang lain lagi, yaitu Perumpamaan Tentang Sepuluh Gadis ini.

Setelah kita mengerti hal ini, dengan mudah kita dapat menangkap arti dari perumpamaan ini.

Perumpamaan ini berkaitan dengan orang-orang Kristen yang telah mati waktu kedatangan Yesus tiba. Suara penghulu malaikatlah yang membangunkan mereka. Sebelumnya mereka tertidur, tetapi terbangun pada kedatangan Yesus. Pada saat itu, yang mati akan bangkit.


BERSIAPLAH UNTUK KEDATANGANNYA YANG KEDUA KALI

Kita harus memiliki kesiapan waktu Yesus datang.

“Karena itu, berjaga-jagalah karena kamu tidak tahu pada hari apa Tuhanmu akan datang.” (Mat 24:42).

Bagaimana Anda melakukannya? Kita tidak dapat berjaga-jaga kalau kita tertidur, tetapi Anda dapat berjaga-jaga dengan selalu dalam keadaan siap. Perumpamaan ini juga mengatakan bahwa hanya mereka yang telah siap sedia yang diperbolehkan masuk ke perjamuan kawin (Mat 25:10). Para gadis yang bijaksana telah siap bukan dengan tidak tertidur, tetapi mereka siap karena mempunyai persediaan minyak yang ekstra.

Sekarang, segala sesuatunya bergantung pada apakah yang dilambangkan sebagai persediaan minyak di sini. Menurut saya, banyak komentator, kalau boleh saya simpulkan, telah keluar dari jalur kebenaran pada saat melambangkan arti minyak sebagai Roh Kudus.  Banyak orang yang telah membaca buku-buku tentang lambang-lambang Roh Kudus akan dengan begitu saja membuat asumsi bahwa minyak di sini menunjuk pada Roh Kudus. Sebagai contoh, Watchman Nee mendasari eksposisi tentang perumpamaan ini dengan melambangkan minyak sebagai Roh Kudus. Pada akhirnya, kesimpulannya menjadi jauh menyimpang dari arti sesungguhnya.


MINYAK PELITA BUKAN LAMBANG ROH KUDUS

Mengapa minyak di sini tidak menunjuk kepada Roh Kudus? Pertama-tama, bilamana minyak digunakan untuk melambangkan Roh Kudus dalam Perjanjian Baru, minyak itu tidak pernah minyak yang dipakai untuk pelita, tetapi minyak urapan. Kesalahan ini terjadi pada waktu Watchman Nee yang mengikuti para komentator dari negara barat, telah sepenuhnya menyimpang dari arti yang sebenarnya. Referensi kepada Roh Kudus, umpamanya yang terdapat dalam 1 Yohanes 2:27, disebut sebagai “pengurapan” yang menunjuk kepada minyak urapan. Minyak ini adalah sejenis wewangian yang dipersiapkan untuk upacara pengurapan; bukan yang digunakan untuk menyalakan pelita.

Referensi yang mungkin kepada Roh Kudus terdapat di Ibrani 1:9 di mana Yesus disebutkan telah diurapi dengan minyak sukacita oleh Allah.

“…Allahmu, telah mengurapi Engkau dengan minyak sukacita”

Sekali lagi kita mempelajari bahwa jika minyak dilambangkan sebagai Roh Kudus, pemakaiannya selalu untuk urapan dan bukan minyak untuk pelita.

Kedua, minyak ini tidak memiliki hubungan sama sekali dengan lambang atau kepenuhan Roh Kudus. Bukan para gadis yang dipenuhi dengan minyak, tetapi pelita merekalah yang dipenuhi dengan minyak. Jika kita berbicara tentang dipenuhi Roh Kudus dalam pengertian minyak di sini, maka akan timbul kesalahpengertian menyeluruh dari perumpamaan ini. Yang dipenuhi minyak di sini adalah pelita mereka dan bukanlah para gadis itu. Jadi, bagaimana pengertian dipenuhi Roh Kudus dapat diterapkan ke dalam perumpamaan ini?

Ketiga, hal penting di sini bukanlah bahwa pelita-pelita itu dipenuhi minyak.  Itu bukan pokok dari perumpamaan ini. Yang penting adalah persediaan minyak yang dibawa, hal ini tidak ada hubungannya sama sekali dengan pemenuhan pelita. Tidak masuk akal jika kita mengatakan persediaan minyak ini diartikan sebagai Roh Kudus.

Penting untuk mengetahui bagaimana cara kerja pelita pada zaman dahulu. Umumnya, sebuah pelita berbentuk seperti tongkat di mana di atasnya terpasang sebuah mangkuk yang terbuat dari perunggu atau besi. Di dalam mangkuk ini ada sepotong kain atau tali panjang yang berfungsi sebagai sumbu. Sebagian dari sumbu ini dicelupkan ke dalam minyak yang ditampung di dalam mangkuk tersebut dan kita menyalakannya seperti pelita minyak. Pada saat api mulai dinyalakan, ujung sumbu tersebut akan terbakar karena minyak yang disalurkan melalui batang tali atau kain tersebut. Jika terang pelita mulai meredup, bagian sumbu yang hangus terbakar harus dipotong sehingga bagian yang baru dapat menghasilkan cahaya yang lebih terang.

Ketika para gadis yang bodoh mulai memotong sumbu yang hangus tersebut, mereka sadar bahwa minyak di dalam pelitanya mulai menipis. Mereka memang  belum kehabisan minyak. Namun, pas pada waktu itu mereka mulai kehabisan minyak. Struktur tata bahasa dari kata-kata itu penting sekali. Pelita mereka terus menyala saat mereka tertidur dan juga sebelumnya. Waktu mereka terbangun karena mendengar suara malaikat, mereka bersiap-siap membuat agar pelitanya menyala lebih terang. Pada waktu itu barulah mereka menyadari bahwa minyak di pelita sudah hampir habis.


LAMBANG PELITA MENURUT ALKITAB

Bagaimana kita menerjemahkan semuanya ini? Kita telah melihat bahwa kesepuluh gadis ini mewakili orang-orang Kristen yang telah mati. Pelita mereka telah menyala semasa hidup mereka di dunia. Andaikata kesepuluh gadis ini mewakili Anda dan saya, sebagai orang Kristen maka pelita kita telah menyala. Seperti yang dikatakan Yesus, tidak ada seorang pun yang menyalakan pelita dan meletakkannya di bawah gantang (Mat 5:15). Jika Anda menyalakan pelita, pelita tersebut harus bercahaya. Di dalam Alkitab, pelita seringkali dijadikan sebagai lambang keselamatan. Yesaya 62:1 berbicara tentang pelita keselamatan yang menyala dan keselamatan bangsa Israel itu seperti sebuah pelita yang bercahaya.

Pelita juga dipakai untuk melambangkan firman dari Tuhan. Dalam Mazmur 119:105, firman dari Tuhan dibandingkan dengan pelita. Di Amsal 6:23, perintah dan ajaran Tuhan adalah seperti pelita yang menyala. Bagaimana caranya kita menerima keselamatan? Melalui iman yang datang dari pendengaran akan firman Tuhan. Dengan demikian, firman Tuhan dan keselamatan adalah dua unsur yang tidak dapat dipisahkan.

Di dalam perumpamaan ini, terang rohani atau keselamatan dilambangkan sebagai sebuah pelita yang telah dinyalakan. Amsal 13:9 dengan persis berbicara tentang hal ini:

Terang orang benar bercahaya gemilang, sedangkan pelita orang fasik akan padam.

Pelita itu tidak padam sekarang (perhatikan ketepatan kata-katanya); ia akan padam.

Sekarang kita telah memperoleh gada api keselamatan yang telah dinyalakan dan sedang menyala. Semasa hidup kita api ini akan terus menyala sampai kita mati, jika kedatangan Yesus belum tiba. Lalu, pada hari Penghakiman ketika Yesus datang, akan ada suara dari penghulu malaikat yang membangunkan kita. Kita akan bangun dan bangkit dari kematian — dan dihadapkan pada penghakiman Kristus. Apakah yang terjadi jika pelita kita mendadak kehabisan minyak pada hari yang sangat penting tersebut? Kita akan menghadapi situasi yang gawat dan pada waktu tersebut akan terlambat jika berkata, “Celaka! Aku tidak memiliki minyak yang cukup!”

Lukas 16:8 mengatakan: “Anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya daripada anak-anak terang”. Ini berarti anak-anak dunia — non-Kristen — akan lebih bijaksana dalam mempersiapkan masa depan mereka daripada anak-anak terang, yang memiliki cahaya. Sesungguhnya, merekalah yang paling tidak siap dengan masa depannya. Orang-orang non-Kristen akan lebih bijaksana dalam mengumpulkan uang mereka untuk memastikan agar masa depan mereka terjamin.


GADIS BODOH HIDUP HANYA UNTUK ZAMAN SEKARANG

Bagaimanakah sikap orang-orang Kristen dalam hal ini? Sebagian besar dari mereka hanya peduli dengan masa sekarang ini. Di dalam perumpamaan, para gadis yang bodoh itu hanya cukup mempedulikan pelitanya menyala untuk  masa sekarang saja. Mereka tidak peduli apa yang akan terjadi jika kedatangan Yesus tertunda, dan minyak mereka jadi tidak cukup. Mereka tidak pernah khawatir atau berusaha sama sekali. Minyak yang mereka miliki memang cukup untuk masa sekarang ini (waktu mereka hidup), tetapi persediaan ini tidak akan cukup bagi zaman yang akan datang. Inilah maksud dari perumpamaan ini.


GADIS BIJAKSANA HIDUP UNTUK ZAMAN AKAN DATANG

Orang bijaksana adalah mereka yang mempunyai persiapan untuk hari yang akan datang. Orang yang bodoh, sebaliknya, tidak mempedulikan hal itu. Mereka cukup puas dengan keadaan mereka sekarang ini. “Aku cukup menjadi orang Kristen yang biasa-biasa saja; selama hidupku cukup baik, pergi ke gereja…” Yang dipikirkan hanyalah masa sekarang ini. Mereka hidup untuk zaman ini dan belum mempelajari untuk hidup bagi zaman yang akan datang. Bagaimana dengan Anda sendiri?

Di sini kita melihat perbedaan antara orang yang berpikiran rohani dan orang yang berpikiran duniawi. Menurut Rasul Paulus, orang yang berpikiran rohani, karena imannya, mengetahui bahwa zaman yang akan datanglah kenyataan hidup yang sebenarnya. Di lain pihak, orang yang berpikiran duniawi hanya tertarik untuk memikirkan masa hidup yang sekarang ini walaupun mereka mengakui dirinya juga sebagai orang Kristen. Baginya, zaman yang akan datang merupakan bayangan yang kabur dan tidak realistis. Di sinilah iman kita yang sebenarnya mulai terlihat. Sudahkah Anda memiliki masa depan itu atau belum? Atau, mautkah yang menjadi pengakhiran Anda nanti?

Banyak orang Kristen tidak begitu peduli dengan hidup setelah kematian. Mereka menyerahkan seluruh perkara ini kepada Tuhan. “Semoga Tuhan akan membawaku naik ke Surga — di mana pun saja — tidak apa-apa. Tugas saya sekarang hanyalah mengurus hal-hal zaman ini. Menjadi orang Kristen itu baik untuk moral saya. Sangatlah baik membawa anak-anak saya mengikuti Sekolah Minggu supaya mereka tumbuh menjadi orang-orang yang bertanggung jawab. Menjadi orang Kristen itu baik karena semua orang yang saya temui di gereja adalah orang-orang yang baik semuanya. Saya juga tahu jika ada  kesulitan, mereka akan membantu saya.

Kelihatannya semua pemikiran kita berpusat pada hidup untuk masa sekarang ini. Masa yang akan datang itu terletak jauh dari kenyataan hidup sekarang ini. Masa depan di mana kita akan bangkit dari kematian — saat kita memasuki kekekalan — semuanya ini masih terlalu jauh untuk dipikirkan. Saya ragu banyak orang Kristen yang sungguh-sungguh memikirkan hal ini. Apakah kita memikirkan hal-hal itu? Jika kita hanyalah orang Kristen biasa-biasa saja, kita tidak akan memikirkan hal-hal tersebut. Semua yang kita pikirkan adalah hal-hal yang berhubungan dengan masa sekarang ini. Kita bermegah bahwa kita adalah orang Kristen yang realistis.

Andaikata kita adalah orang Kristen duniawi yang sama sekali tidak membuat persiapan untuk hari esok. Lalu, apa yang akan terkumpul nanti? Dapatkah kita menyisakan sesuatu pada hari itu nanti?  Atau, kita hanya cukup hidup sebagai orang Kristen yang biasa-biasa saja pada masa sekarang ini? Ketika Yesus berkata, “Jangan kumpulkan harta di dunia ini tetapi kumpulkanlah harat di surga”, dia menunjuk kepada hal ini. Lalu pertanyaan kita adalah: berapa pentingkah mengumpulkan harta bagi zaman yang akan datang? Bagi kita itu hal yang tidak wajib. “Kita tidak perlu mengumpulkan apa-apa sekarang ini karena kita hanya hidup untuk hari ini.” Jika kita berpikir seperti ini, kita akan mendapat kesulitan. Di sinilah perbedaan antara orang Kristen yang duniawi dengan orang Kristen yang rohani.

Orang Kristen rohani hidup untuk mendapatkan kekekalan. Dia memiliki masa depan yang sangat baik sekali. Terlebih lagi, dia memiliki hidup yang kekal. Pikirannya akan selalu tertuju kepada masa akan datang. Sayang sekali banyak orang Kristen yang belum memiliki masa depan. Bagi mereka, masa depan merupakan sesuatu yang kabur dan tidak memiliki kepastian. Beberapa ahli filsafat mengatakan hidup yang kita miliki hanya ada pada masa sekarang ini. Mereka menambahkan pula untuk menikmati hidup ini sebaik-baiknya seakan-akan tiada hari esok lagi karena mereka sendiri tidak tahu dengan pasti.

Namun, sebagai orang yang beriman, kita bukan saja tahu masa depan, tetapi kita juga siap untuk menghadapinya. Di sinilah letak perbedaan manusia Allah. Yesus berkata betapa pentingnya mengumpulkan kekayaan di Surga. Dari mana kita tahu apakah kita ada masa depan atau tidak? Semuanya itu tergantung pada kerohanian Anda. Dengan kata lain, Alkitab berkata jika seorang Kristen meninggal, hasil pekerjaannya akan mengikuti mereka. Sama seperti persediaan minyak yang dibawa itu tidak dipakai pada masa sekarang. Mereka belum memerlukannya karena mereka masih memiliki minyak yang cukup. Persediaan itu baru digunakan waktu mereka terbangun dari tidurnya saat kedatangan Tuhan tiba. Pada waktu itu, persediaan minyak sudah tersedia.


PERSIAPAN UNTUK MENYAMBUT MASA DEPAN

Pesan yang terkandung dalam perumpamaan ini menjadi unik karena berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan yang tidak terjawab di pengajaran Yesus yang lainnya. Perumpamaan ini bukan satu lagi perumpamaan tentang selalu berjaga-jaga, jangan tertidur; pada kenyataannya sepuluh gadis tersebut semuanya tertidur. Perumpamaan ini juga bukan hanya mengajarkan kita untuk berhati-hati dan berjaga-jaga. Perumpamaan ini mengajarkan kita tentang perintah yang jelas dan tepat bahwa hanya mereka yang telah membuat persiapan untuk masa yang akan datang yang diperbolehkan masuk dalam perjamuan kawin.

Persiapan apakah yang telah kita buat untuk menyambut masa depan? Apakah kita sudah menyiapkan sesuatu? Bagaimana saldo rekening rohani Anda saat Anda tiba di seberang sana nanti? Apakah yang akan kita bawa saat kita menyeberang perbatasan untuk masuk ke Kerajaan Surga nanti? Pentingkah kita mempunyai rekening di sana? Jika kita adalah warganegara surgawi, seperti kata Rasul Paulus, maka sudahkah kita mempunyai rekening di sana? Apakah kita akan menjadi orang bangkrut setibanya di sana? Banyak orang Kristen berpandangan bahwa asalkan masuk ke Kerajaan Surga sudah bagus walaupun dalam keadaan tanpa uang sepeser pun tidak apa-apa. Pokoknya yang penting sudah masuk ke Surga.

Yesus tahu bahwa banyak orang hanya peduli untuk masuk Surga saja. Melalui perumpamaan ini, Yesus berusaha menjelaskan bahwa kita tidak akan dapat masuk Kerajaan Allah tanpa memiliki persediaan minyak! Kita tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan-Nya, jika pada waktu hidup kita tidak membuat persiapan untuk zaman yang akan datang. Dengan kata lain, hanya orang rohani yang akan diselamatkan pada akhirnya, bukan orang yang masih hidup dalam daging. Kita harus menjadi orang Kristen yang rohani untuk bisa diselamatkan. Pokok yang dimaksudkan oleh Yesus sesungguhnya sangat menantang kita.


PELITA GADIS BODOH MENYALA SAMPAI MEREKA MATI

Mari kita teliti dengan lebih mendalam para gadis yang bodoh itu. Pelita mereka tetap menyala sampai titik yang tertentu. Kemudian mereka menemukan bahwa mereka sudah mulai kehabisan minyak. Setelah itu, pelita mereka mulai padam. Bayangkan jika kita dapat mempertahankan keselamatan kita hingga ke kebangkitan, tetapi tiba-tiba menyadari bahwa kita tidak memiliki iman yang dapat membawa kita ke dalam Kerajaan Allah. Tidakkah ini hal yang sangat tragis!

Para gadis yang bodoh itu merupakan contoh dari mereka yang mengalami nasib yang seperti itu. Ketika mereka akan memasuki perjamuan kawin, mereka menemukan bahwa pintunya telah tertutup. Pintu sudah terkunci dan mereka berada di luar. Mereka berteriak-teriak sambil menggedor pintu keras-keras, “Tuanku, Tuanku, bukakan kami pintu!” (Mat 25:11). Perhatikan mereka tetap memanggil Dia “Tuan.” Seorang yang bukan Kristen tidak akan memanggil Yesus “Tuan.” Namun, jawaban Tuannya sungguh menakutkan.

“Sesungguhnya, aku berkata kepadamu, aku tidak mengenalmu.” (Mat 25:12).

Inilah pernyataan penolakan. Para gadis yang bodoh itu tidak dapat masuk ke dalam perjamuan kawin, yang melambangkan Kerajaan Allah (Mat 7:23).

Perumpamaan ini sangat mirip dengan pengajaran Yesus yang terdapat di dalam Lukas 13:23-29. Bahkan pasal ini dapat dikatakan sebagai cara lain untuk menyampaikan pesan yang sama. Lukas 13:23-29 berkata:

23 Lalu, seseorang bertanya kepada-Nya, “Tuan, apakah hanya sedikit orang yang diselamatkan?” Yesus berkata kepada mereka semua,
24 “Berjuanglah untuk dapat masuk melalui pintu yang sempit; sebab Aku berkata kepadamu, banyak orang akan berusaha masuk ke sana, tetapi mereka tidak akan bisa.
25 Jika tuan rumah berdiri dan menutup pintu rumahnya, sedangkan kamu berdiri di luar dan mengetuk pintu sambil berkata, ‘Tuan, tolong bukakanlah bagi kami.’ Ia akan menjawab, ‘Aku tidak tahu dari mana kamu berasal.’
26 Lalu, kamu akan menjawab, ‘Kami telah makan dan minum bersama Engkau. Engkau telah mengajar di jalan-jalan kota kami.’
27 Namun, Ia akan menjawab, ‘Aku tidak mengenalmu dan tidak tahu dari mana kamu berasal. Pergilah dari hadapanku, kalian semua pelaku kejahatan!’
28 Akan terdapat tangisan dan kertakan gigi ketika kamu melihat Abraham, Ishak, dan Yakub, beserta semua nabi berada di dalam Kerajaan Allah sementara kamu dilemparkan ke luar.
29 Kemudian, orang-orang akan datang dari timur dan barat, dan juga dari utara dan selatan. Mereka akan duduk dan makan di dalam Kerajaan Allah.


PENTINGNYA TABUNGAN ROHANI

Kita tidak boleh berkata bahwa selama kita adalah orang Kristen itu sudah cukup. Sudah selesai urusan kita. Menurut ajaran Alkitab, “pembenaran” tidak bisa dipisahkan dari “pengudusan” dalam kehidupan kita seharian. Dalam pengertian teologisnya, keselamatan tidak dapat dipisahkan dari cara kita berpikir, cara kita menjalankan hidup, dan siapa diri kita. Sangat sulit untuk membedakan di antara kesepuluh gadis tersebut. Semuanya memiliki pelita dan kelihatannya hampir tidak ada perbedaannya. Mereka juga semuanya masih perawan suci. Saat yang menentukan adalah saat Yesus duduk di kursi penghakimannya. Pada saat itu, suara penghulu akan terdengar, kelima gadis tersebut juga akan bangun. Seperti Paulus katakan, kita semua — termasuk dirinya sendiri — akan berdiri menghadapi kursi penghakiman. Pada waktu tersebut, para gadis yang bodoh tidak kuat untuk menghadapi Penghakiman. Saat itulah iman mereka terbukti tidak cukup. Minyak mereka telah habis pada saat-saat yang genting dan mereka tidak dapat mempertahankannya karena mereka tidak memiliki persediaan minyak yang cukup.

Dalam perumpamaan ini, Yesus mengingatkan kita. Bukan saja penting untuk menyimpan kekayaan surgawi, tetapi penting pula untuk mempunyai simpanan lebih. Penting sekali untuk menjalankan hidup kita pada masa sekarang sedemikian rupa sehingga kita hidup dengan kekekalan di dalam pikiran kita. Lima gadis yang bodoh itu tidak hidup dengan memikirkan tentang kekekalan. Mereka telah menjadi orang Kristen yang berkecukupan untuk melewati hidup di dalam dunia ini. Namun, cukup itu sendiri sebenarnya tidaklah cukup. Kita harus hidup — baik di dalam pekerjaan atau studi kita — dengan tujuan memperoleh kekekalan dalam pikiran kita.

Apakah kita sungguh-sungguh telah hidup dengan mempertimbangkan kekekalan? Inilah ujian buat kita, apakah kita memiliki iman dan percaya bahwa Allah kita adalah Allah yang hidup? Apa pun yang kita katakan, cara hidup kita akan menunjukkan apakah kita hidup seperti orang yang percaya kepada Allah yang kekal, yaitu Allah yang hidup yang telah memberikan kita masa depan yang sedang kita persiapkan dari sekarang. Akhirnya kita akan mengkreditkan — harta milik dan jerih payah kita — ke dunia yang baru. Hanya melalui anugerah dari Allah, kita dapat memperoleh minyak yang lebih daripada yang kita butuhkan.

Berikan Komentar Anda: