SC Chuah | Yohanes 1:4-5 |

Hari ini kita akan membahas Yohanes 1, khususnya ayat 4 and 5. Kita akan membaca dari ayat 1-5.

1 Pada mulanya adalah Firman dan Firman itu [mengacu kepada] Allah dan Firman itu adalah Allah  2 [Yang ini] pada mulanya [mengacu kepada] Allah  3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatu yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan  4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang dunia.  5 Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya.

Jangan begitu cepat menyimpulkan bahwa Firman adalah Yesus dari ayat-ayat ini.  Konteks dari ayat 1-13 merujuk kepada Firman yang disebut di ayat 1. Namun, dari ayat 1 sampai 13, Yesus sama sekali tidak disebut. Sampai sekarang, belum terlihat adanya keterkaitan antara Firman dengan Yesus. Hanya di ayat 14, kita mulai melihat keterkaitannya, bahwa Firman itu menjadi daging dan hanya tiga ayat setelah itu, di ayat 17, nama Yesus Kristus pertama kali muncul. Jangan terlalu cepat menarik kesimpulan bahwa Firman di ayat 1 mengacu pada Yesus. Melihat pada konteksnya, apakah kita diizinkan untuk menarik kesimpulan bahwa Firman itu mengacu pada Yesus?

Sebelum menyimpulkan bahwa Firman adalah Yesus, kita perlu terlebih dahulu meneliti apa artinya Firman itu “menjadi” daging. “Menjadi” di sini berdasarkan konteks dapat dimaknakan bahwa Firman itu datang ke dalam dunia dengan mengambil keberadaan baru di dalam daging. Dalam bahasa yang sederhana, Firman itu hadir di dunia dalam bentuk manusia. Namun itu tidak berarti manusia itu adalah Firman. Lebih tepat, Firman yang adalah Allah itu bersemayam, ataupun tinggal di dalam daging, di dalam seorang manusia yang bernama Yesus Kristus.  Ini terbukti dengan jelas dari kalimat berikutnya, yang berbunyi, “dan diam di antara kita”. Kata “diam” dalam bahasa Yunani merupakan kata yang unik, yaitu bertabernakel atau berkemah. Sama seperti Yahweh Allah tinggal di antara bangsa Israel di dalam sebuah tabernakel/kemah, maka demikian juga Allah tinggal di antara kita di dalam Yesus Kristus. Dari Prolog inilah, kita sekarang memahami mengapa Yesus berulang kali di Injil Yohanes berkata, “Bapa, yang tinggal di dalam aku, dan aku di dalam Bapa”. Hal ini akan kita bahas dengan lebih detail di lain kesempatan.


SEGALA SESUATU DICIPTAKAN OLEH FIRMAN

Pesan yang utama dari ayat 1 sampai 5 sangat  jelas. Allah menciptakan segala sesuatu melalui Firman. Selaras dengan Kejadian 1, segala sesuatu diciptakan Allah melalui Firman-Nya. Firman yang hidup dan yang mengandung energi atau kekuatan yang tak terbayangkan kuasanya. Segala sesuatu yang kita lihat dengan mata diciptakan oleh Firman-Nya.

Menurut ilmu fisika, segala sesuatu yang kita lihat, yang kita sentuh, semua barang materi yang ada hanyalah terdiri dari atom-atom energi yang tidak kelihatan. Jadi memang benar untuk mengatakan bahwa segala sesuatu diciptakan dari nihil atau nothing bahkan dari sudut pandang sains. Setiap obyek yang dilihat mata pada dasarnya terbentuk dari dari atom-atom yang mengandung energi, tenaga atau kekuatan yang luar biasa. Besarnya kekuatan dari atom-atom ini terlihat dari ledakan bom atom yang dijatuhkan di Hiroshima dan Nagasaki.

Semua yang ada tercipta dari Firman, ini berarti kita sebenarnya sedang bersentuhan dengan Firman-Nya setiap waktu. Segala sesuatu yang dilihat mata kita, termasuk kita, telah diciptakan dan dijadikan oleh Firman itu. Tanpa disadari setiap umat manusia, setiap waktu sedang bersentuhan dengan Firman.

Seperti yang tertulis, Terang atau Firman itu telah datang kepada milik-Nya sendiri. Allah, Pencipta langit dan bumi telah datang di antara milik kepunyaan-Nya sendiri tetapi milik kepunyaan-Nya tidak mengenal-Nya. Bukan saja mereka tidak mengenal Dia tetapi bahkan menolak-Nya.


MANUSIA HANYALAH TAMU DI DUNIA YANG TELAH DICIPTAKAN ALLAH

Sesaat kita menyadari bahwa segala sesuatu dijadikan oleh Dia, kita akan sadar bahwa kita hanyalah tamu di dunia yang telah Dia jadikan. Kita hanya seorang tamu di dunia-Nya, di dunia yang telah diciptakan oleh Allah. Sebagai seorang tamu, kalau kita ingin diundang lagi, kita haruslah menjadi seorang tamu yang baik. Tamu yang bagaimana yang akan diundang lagi? Tamu yang menyenangkan yang akan membuat Dia berkata kepada kita, “Aku mempunyai dunia yang lebih baik lagi, silahkan datang dan menetap di sana.” Apa ciri utama seorang tamu yang baik? Tamu yang baik setidaknya adalah tamu yang menghargai apa yang sudah disediakan. Tamu yang berterima kasih dan merasa tidak layak sudah disediakan segala sesuatu yang memungkinkan dia untuk menjalani hidup. Tamu yang tidak baik, pasti tidak akan diundang lagi. Tamu yang  tidak tahu berterima kasih, yang tidak menghargai dan yang banyak mengeluh, tamu yang demikian pasti tidak akan menerima undangan lagi. Hiduplah sebagai tamu yang baik.


BERITA INJIL: ALLAH ADALAH TERANG

Setelah menyatakan bahwa segala sesuatu, tidak ada satu pun di dunia yang tidak dijadikan oleh Firman, langsung di ayat 4 dikatakan, di dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. Dan terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. Hal yang disampaikan di ayat-ayat ini selaras dengan Kejadian 1. Sangat konsisten, hal ini juga selaras dengan tulisan Yohanes yang lainnya, yaitu:

1 Yohanes 1:-5

1 Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup – itulah yang kami tulis kepada mu  2 Hidup itu telah dinyatakan, dan kami telah melihatnya… … …  5 Inilah berita yang telah kami dengar dari Dia dan kami sampaikan kepada kamu: Allah adalah terang dan di dalam Dia sama sekali tidak ada kegelapan.

Manusia harus hidup dari setiap perkataan yang keluar dari mulut Allah. Dan Firman pertama yang keluar dari mulut Allah adalah tentang terang. Sejarah alam semesta mencatat bahwa Firman pertama yang diucapkan Allah adalah,  “Jadilah terang”. Sangat ajaib hal yang hampir sama dinyatakan di 1 Yohanes 1. Pembukaan pada 1 Yohanes 1 adalah, “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar… tentang Firman hidup itu. Hidup itu telah dinyatakan dan kami telah melihatnya.” Kemudian apa yang dikatakan Yohanes di ayat 5?  “Inilah pesan, inilah berita yang telah kami dengar, yang kami sampaikan kepada kamu”.

reach-enlightenmentApa pesan atau berita Injil yang disampaikan sang Mesias, Yesus kepada rasulnya untuk diteruskan  kepada kita? Apa pesan utama itu? Apa berita Injil itu? Berita Injil yang disampaikan adalah, Allah adalah terang. 1 Yohanes adalah kitab tentang kasih, tetapi Yohanes tidak berkata, “Allah adalah kasih”, tetapi, pesan yang perdana adalah – “Allah adalah terang dan di dalam-Nya, tidak ada kegelapan sama sekali”. Pendeknya, itulah pesan Injil. Itulah kabar baik Injil.

Di dalam Dia, sama sekali tidak ada kegelapan. Itulah alasan mengapa kontak kita yang pertama dengan Allah, atau pengalaman pertama kita dengan Allah adalah pencerahan atau enlightenment,  we are enlightened. Kebenaran ini diungkapkan dengan merdunya dalam lagu Amazing Grace, “T’was blind, but now I see”. Aku dulunya buta, tetapi sekarang aku melihat.  Inilah pengalaman saya. Sebagai seorang yang dari latar belakang yang tidak mengenal Tuhan, setelah bertobat,  saya ditanya pendeta, “Waktu berdoa, apa yang saya pikirkan, kepada siapa kamu berdoa? Saya menjawab, “Terang.” Saat berdoa, yang saya gambarkan Allah sebagai terang.


SANG PENCIPTA TERANG AKAN MENYINARI HATI KITA

Hampir setiap ayat di Perjanjian Lama itu ada korelasi atau kesejajaran di Perjanjian Baru.

Sebab Allah yang berfirman, “Dari kegelapan terbitlah terang.” Dia yang telah bersinar di dalam hati kita demi pencerahan pengetahuan tentang kemuliaan Allah yang ada di wajah Yesus Kristus (2 Korintus 4:6)

For God, who said, “Light shall shine out of darkness,” is the One who has shone in our hearts to give the Light of knowledge of the glory of God in the face of Christ (2 Corinthians 4:6)

Ini merupakan ayat yang luarbiasa! Sebab Allah yang berfirman, “Dari kegelapan terbitlah terang” dan Dia inilah, yang telah bersinar di dalam hati kita. Siapa yang telah bersinar di dalam hati kita? The God who said, “Light shall shine out of darkness,” is the one. Allah yang maha kuasa ini, yang berfirman, “Jadilah terang” di Kejadian  – Dialah yang telah bersinar di dalam hati kita. Bayangkan, kalau Dia yang bersinar, sebesar apa sinar terang itu? Jika Dia bersinar di sana, apakah mungkin masih ada kegelapan?

Pertanyaan penting adalah, untuk apa Dia bersinar di dalam hati kita? Demi pencerahan tentang pengetahuan akan kemuliaan Allah yang ada pada wajah Yesus Kristus. Dulu kita buta, sekarang kita melihat, lalu apa  yang kita lihat? Kemuliaan Allah. Kemuliaan Allah yang tampak pada wajah Yesus Kristus. Inilah yang menjadi keprihatinan saya. Apakah kita hanya orang religius saja? Orang yang religius tetapi masih buta atau gagal untuk melihat kemuliaan Allah yang tampak pada wajah Yesus Kristus. Seandainya kita melihat sesuatu yang mulia,hal  ini pasti akan tercermin di mata kita. Mata kita akan bersinar saat kita melihat sesuatu yang mulia, yang indah atau yang sangat hebat. Mata kita akan menjadi hidup. Namun, kalau kita tidak melihat apa-apa, mata kita akan menjadi semakin meredup. Itu sebabnya, rata-rata orang, makin tua, makin loyo and meredup mata mereka.

Namun, kalau kita adalah orang yang selalu melihat kemuliaan-Nya, maka hal itu akan tercermin dari mata dan watak kita. Orang yang melihat kemuliaan Allah menjadi semakin hidup seiring dengan penglihatannya. Itulah worship, itulah penyembahan yang sejati. Orang yang melihat kemuliaan Allah adalah orang yang menjalani hidup dalam kekaguman. Penyembahan yang sejati lahir dari rasa kagum. Mereka hidup in awe and wonders, hidup dalam kekaguman. Rasa kagum dan takjub ini hanya dapat diberikan oleh Allah, dan Dia memberikan kepada kita sepanjang hayat kita. Tanpa melihat kemuliaan Allah, kehidupan kita sekadar rutinitas dan semuanya serba biasa. Hidup menjadi sekadar sesuatu yang harus dijalani dan ditanggung. Namun kalau ada Allah, maka hidup kita menjadi semakin berarti dari hari ke hari.

Keprihatinan yang paling utama bagi seorang gembala adalah jemaat yang tidak melihat kemuliaan Allah. Hal ini khususnya benar bagi yang lahir dalam keluarga Kristen dan walaupun menjalani ibadah, membaca Firman dan mengikuti Persekutan tetapi semuanya terasa bosan dan rutin. Semuanya menjadi tidak menarik dan membosankan karena mereka tidak melihat kemuliaan Allah.

Gods-Heart-Open-My-EyesTerang itu sudah datang dan harapan saya adalah saudara akan dengan sungguh-sungguh berdoa, “Bukalah mataku, untuk melihat kemuliaan Engkau”. Dalam meminta dan menginginkan sesuatu dari Tuhan, kita tidak akan memperolehnya sampai kita benar-benar lapar dan haus akan hal itu. Saudara harus benar-benar menginginkannya. Arahkanlah pandangan saudara pada Yesus, dan pandanglah pada wajahnya yang mulia, dan entah bagaimana saudara akan menemukan bahwa hal-hal duniawi akan memulai memudar.

Namun tragis sekali, bagi beberapa orang bukan saja dunia mulai memudar tetapi Tuhan juga. Kalau kita berada di tahap ini, kita akan kehilangan kemampuan untuk ditakjubkan dan seiring dengan itu, hidup menjadi semakin tidak berarti. Apabila kita tidak lagi punya kemampuan untuk ditakjubkan, saat kita kehilangan “a sense of awe, sense of wonder” terhadap hidup dan terhadap Allah, maka hidup akan menjadi makin tidak berarti. Segalanya menjadi sekadar rutinitas yang harus dijalani sampai kita mati.


APA ITU SURGA DAN NERAKA?

Apa itu surga? Allah adalah terang, dan di dalam-Nya tidak ada kegelapan sama sekali. Surga adalah tempat yang sama sekali tidak ada kegelapan.  Kita membaca di Wahyu 21 bahwa Yerusalem yang baru tidak membutuhkan matahari atau bulan. Mengapa? Karena kemuliaan Allah yang akan menyinari dan menerangi tempat itu – itulah surga. Malam tidak akan ada lagi di sana.

Lalu, bagaimana dengan neraka? Neraka adalah tempat kegelapan yang paling gelap. Di situ ada gertakan gigi dan ratapan. Kegelapan yang begitu pekat sehingga tidak ada yang kelihatan, dan yang kedengaran hanyalah bunyi gertakan gigi dan suara tangisan. Itulah neraka, tempat yang paling gelap. Saya pernah mendaki sebuah bukit melalui sebuah goa yang sangat sempit. Di tengah-tengah goa, tiba-tiba ketua rombangan minta kita semua sama-sama matikan senter. Wow, hanya beberapa detik tetapi pengalaman yang mengerikan di mana kita hanya mendengarkan suara-suara teriakan.


BAGAIMANA DENGAN BUMI?

Lalu, bagaimana dengan bumi? Apakah bumi tempat yang gelap atau terang? Bumi merupakan tempat yang ada gelap dan juga ada terang.  Di bumi, terjadi pertempuran antara kegelapan dan terang.  Alkitab dengan jelas berkata, ada orang-orang yang berjalan di dalam kegelapan, dan ada orang yang berjalan di dalam terang. Ada orang-orang siang, dan orang-orang malam. Jadi terdapat dua tipe orang. Yang berjalan di dalam kegelapan dan yang berjalan di dalam terang. Bumi adalah tempat kita membuat pilihan itu. Kita membuat pilihan untuk berjalan di dalam terang atau berjalan di dalam kegelapan. Pilihan kita di bumilah yang akan menentukan nasib masa depan kita – apakah kita berakhir di surga atau neraka. Bumi adalah tempat pilihan ditentukan dan keputusan dibuat. Kita tidak ada pilihan selain membuat pilihan karena Terang itu sudah datang ke bumi.


TERANG DIPISAHKAN DARI KEGELAPAN

Setelah Allah menciptakan terang. Dia bersabda bahwa terang itu baik. God saw that the light is good. Lalu dipisahkan terang dari kegelapan. Tidak semua pemisahan atau perpecahan itu tidak baik. Tidak semua pemisahan dan perpecahan berasal dari Iblis. Malah tiga tindakan Allah yang pertama di Kejadian adalah tindakan pemisahan. Allah memisahkan terang dari gelap, Dia memisahkan apa yang surgawi dari apa yang duniawi, dan Dia memisahkan siang dari malam.


PENGUDUSAN: PROSES PEMISAHAN DARI KEGELAPAN

Di Perjanjian Baru, kita disebut sebagai orang-orang siang. Kita bukan orang-orang malam. Kita adalah manusia surgawi dan bukannya manusia duniawi. Setelah dipisahkan dari kegelapan, selanjutnya, pertumbuhan rohani merupakan pertumbuhan dalam pemisahan itu. Apa itu proses pengudusan atau santifikasi? Makna dasar dari kata “kudus” adalah terpisah, dipisahkan. Ini berarti, semakin kita bertumbuh secara rohani, semakin kita terpisah dari kegelapan. Itulah hal pertama yang akan Allah lakukan di dalam kehidupan seseorang yang diterangi, yakni pemisahan dari segala sesuatu yang berkaitan dengan kegelapan.


TERANG TIDAK DAPAT BERSEKUTU DENGAN KEGELAPAN

Ayat 2 di Korintus 4 berkata bahwa Allah bersinar di hati kita, dan pasal 6 memberitahu kita bahwa karena Allah adalah terang, janganlah kita dipasangkan dengan orang tidak percaya. Persekutuan apa yang ada di antara terang dan gelap? Bagaimana terang bisa bersekutu dengan kegelapan? Bagaimana seorang percaya bisa bersekutu atau mengikat diri dengan orang tidak percaya? Tidak mungkin karena tidak ada kesamaan sama sekali di antara terang dan kegelapan.

Itulah yang akan Allah lakukan dalam kehidupan kita secara pribadi. Hidup kita akan dipisahkan dari segala sesuatu yang berkaitan dengan kegelapan. Pemisahan ini termasuk dalam hal hubungan sosial kita. Bukannya kita tidak berhubungan lagi dengan orang tidak percaya tetapi kita tidak boleh mengikat diri dengan mereka karena terang tidak ada hubungannya dengan kegelapan.

Saya mau katakan pada orang muda yang masih melajang. Sesusah-susahnya hidup melajang, itu lebih baik dari menikahi orang yang salah. Berdasarkan pengamatan saya sekian lama sebagai pendeta, harus saya akui bahwa hidup melajang memang susah, saya tidak menyangkal itu. Namun, sesusah-susahnya tidak menikah, masih jauh lebih baik dari salah nikah. Semua orang yang sudah berpengalaman dapat mengiyakan hal ini.

Apa alasannnya, saudara memutuskan untuk menikah? Biasanya adalah karena kebaikan atau perhatian dari calon suami atau istri. Namun apakah kita tahu dengan pasti apa yang akan terjadi ke depannya. Pernikahan dengan orang tidak percaya, hanya bisa berhasil saat kita mengesampingkan iman kita. Kita harus mengesampingkan iman kita sepenuhnya saat kita mengikat diri dengan orang tidak percaya. Kita tidak mungkin dapat mempertahankan pernikahan dengan orang tidak seiman, dan di waktu yang bersamaan tetap mengasihi Allah dengan segenap hati kita. Kita terpaksa membuat pilihan, salah satu akan dinomorduakan.

Pernikahan yang sehat adalah pernikahan di mana suami dan istri dapat menceritakan apa saja. Apakah sesuatu yang lucu, yang serius, yang penting dan yang tidak penting. Ada keterbukaan dalam segala hal. Tidak ada yang tidak dapat dibagikan. Terlebih lagi, menyangkut hal yang paling penting dalam hidup, yaitu Allah. Itu sebabnya, pernikahan dengan orang yang tidak seimbang, sekalipun Kristen tetapi tidak memiliki nilai-nilai Kristen, sama saja seperti menikah dengan  orang tidak percaya, bukan suatu pernikahan yang seimbang. Ingatlah pesan ini, lebih baik melajang, sesusah-susahnya melajang, masih jauh lebih baik dari menikah dengan orang yang salah.


MANUSIA LEBIH MENYUKAI KEGELAPAN

Perintah untuk memisahkan diri dari kegelapan adalah perintah yang sangat bagus. Mengapa? Kegelapan sangat menakutkan dan dikaitkan dengan hal-hal yang tidak menyenangkan. Waktu kecil,  saat kami nakal, orang tua menghukum kami dengan mengunci kami di dalam kamar mandi yang terletak jauh di belakang rumah. Kami akan ditinggalkan di dalam kamar mandi, dikunci dan lampu dimatikan. Sebagai anak kecil, saat ditinggalkan di dalam kegelapan, kami menjerit-jerit ketakutan. Setelah dikurung satu kali, saya sudah kapok dan tidak mau lagi. Sejak itu saya berusaha menjadi anak yang baik dan taat :).

hatelightMenelusuri Alkitab, kita akan melihat  terang digambarkan sebagai sesuatu yang baik, yang berhikmat, manis, nasib mujur, penyayang, adil dan seterusnya. Lalu, apa itu kegelapan? Kegelapan diasosiasikan dengan kepahitan, penyesatan, batu sandungan, kekelaman, nasib malang dan hal-hal yang pada umumnya buruk. Jadi, kita harusnya bersuka cita saat diminta untuk memisahkan diri dari kegelapan. Namun, bagi kebanyakan orang, mereka tidak mengerti mengapa harus dipisahkan dari kegelapan. Perintah untuk memisahkan diri dari kegelapan sepertinya sebuah kabar buruk. Mengapa?

Kita sering mengutip ayat indah di Yohanes 3:16 tentang betapa besarnya kasih Allah. Namun kita tidak melihat bahwa tiga ayat setelah itu, di ayat 19 dikatakan bahwa terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan dari terang. Manusia ternyata lebih menyukai kegelapan!

Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi alangkah tragisnya kalau kita melewatkannya. Sebenarnya, tidak ada orang yang melewatkan terang karena menurut Yohanes terang itu menerangi setiap orang, hanya saja tidak semua orang menyukainya. Kita menolak terang.


KEGELAPAN ADALAH WILAYAH IBLIS

Terang adalah wilayahnya Allah. Kegelapan adalah wilayahnya iblis. Terang adalah tempat kita bersekutu dengan Bapa, dengan anak-Nya dan dengan sesama. Berbicara tentang terang, kita berbicara  tentang transparansi. Tranparen atau terbuka dengan sesama, dan dengan Allah. Kita hidup terbuka dengan Allah dan sesama. Kita jujur, kita tulus, kita hidup tanpa rasa curiga terhadap sesama. Tidak ada rahasia. Kadang-kadang manusia terlalu banyak rahasia dan tidak ada keterbukaan yang membuat kita harus saling menebak dan bertanya-tanya, “Apa niatnya, ada apa di balik kata-katanya?”  Anak-anak yang hidup di dalam terang, tidak ada apa-apa yang perlu disembunyikan. Itu sebabnya, saat orang mulai menjadi rumit dan kita harus menebak maksud dari kata-kata dan tindakannya, maka itu berarti kita sudah mulai masuk ke ranah yang semakin gelap.

Ketertutupan adalah bagian dari kegelapan. Itulah sebabnya pekerjaan Allah yang pertama dalam hidup orang percaya adalah menerangi. Orang yang sangat tertutup, yang menyimpan banyak rahasia, tiba-tiba menjadi terbuka. Itulah maksud dari pengakuan dosa. Selama kita menyimpan kegelapan di dalam hidup kita, selama itu kita tidak akan keluar dari dosa. Sejauh kita masih menyimpan dan tidak mengekpos kegelapan dalam hidup kita; sejauh itu juga kita masih berada di dalam genggaman iblis. Kekuatan cengkeraman dosa atas kehidupan kita bergantung kepada ketersembunyiannya. Seketika kita mengeksposnya melalui pengakuan, kekuatan cengkeramannya akan langsung menjadi lemah.


KEGELAPAN TIDAK DAPAT MENGUASAI TERANG

Alkitab memberitahu kita terang itu bercahaya dalam kegelapan dan kegelapan tidak dapat menguasainya. Terang hanya bersinar dalam kegelapan. Saat lagi siang dan terang benderang, kalau lilin dinyalakan tidak akan ada dampaknya. Terang hanya berdampak di dalam kegelapan. Segelap apa pun, sekecil apa pun sumber cahaya itu, terang itu akan menghilangkan atau mengalahkan kegelapan. Ini berarti, lingkungan kita tidak seharusnya mempengaruhi kita. Segelap apa pun kegelapan itu, segelap apa pun lingkungan itu, kita seharusnya tidak dipengaruhi. Banyak orang  yang memberi dalil kenapa mereka tidak dapat menjadi terang kerana buruknya lingkungan mereka.  Kalau kita benar-benar terang, lingkungan tidak mempengaruhi kita sama sekali.

Terang hanya tahu bersinar, tidak tahu berbuat yang lain kecuali bersinar. Lingkungan segelap apa pun tidak akan mempengaruhinya. Dia akan tetap memancarkan sinaran karena itulah jati dirinya.  Di dalam Alkitab, hanya ada satu tempat yang mengeluh tentang kegelapan. Dikatakan, pastikan terang di dalam dirimu itu bukan kegelapan, kalau terang di dalam diri kita adalah kegelapan, betapa besarnya kegelapan itu! Namun, jika apa yang athe-light-of-the-worldda di dalam kita adalah terang, maka segelap apa pun lingkungan kita, tidak akan ada pengaruhnya. Kegelapan tidak mungkin dapat mempengaruhi terang.

Camkanlah hal ini juga. Tidak ada kegelapan di dalam hidup saudara, tidak ada satu pun dosa di dalam hidup saudara yang tidak dapat diatasi oleh terang. Tidak ada satu pun. Tidak kira apa kelemahan saudara, tidak ada satu pun dosa saudara yang tidak bisa diatasi oleh Allah. Inilah patokan hidup kita sebagai anak-anak terang. Terang itu telah datang untuk membawa kita pada hidup yang berkemenangan. Tugas kita hanyalah mengekpos kegelapan itu kepada terang. Itulah aspek yang paling penting dan paling utama dari iman Perjanjian Baru.

Lukisan terkenal William Hunt menggambarkan Yesus berdiri di luar pintu dan membawa lampu penerang. Pintu terkunci dan ditutupi semak duri. Lukisan ini mengundang banyak tanda tanya karena tidak dilukiskan tombol pintu, jadi pintu tidak dapat dibuka dari luar. Pelukis memang sengaja tidak melukiskan tombol pintu karena pintu yang tertutup ini adalah pintu hati manusia, yang hanya bisa dibuka dari dalam. Yesus sudah datang membawa terang dan sedang mengetuk dari luar pintu. Apakah kita akan membuka pintu hati kita dan mengizinkan terang untuk masuk?

Berikan Komentar Anda: