Pastor Eric Chang | Matius 5:3-12 |

Hari ini kita melanjutkan pelajaran kita dalam Firman Allah seraya kita mempelajari Ucapan Bahagia, yaitu, ucapan-ucapan berkat yang kita baca dari permulaan Khotbah di Bukit. Kalimat-kalimat yang diawali oleh kata-kata “Berbahagialah orang yang…” – semua ucapan-ucapan berkat itu disebut Ucapan Bahagia.

Kita telah mempelajari ke-9 Ucapan Bahagia itu, namun hari ini kita harus menanyakan apakah terdapat semacam susunan, apakah terdapat semacam urutan, atau apakah terdapat suatu arah tertentu dalam ucapan-ucapan tersebut. Tujuan kita tidak semata mempelajari ucapan-ucapan tersebut secara individu dan satu demi satu, namun supaya kita juga memahami apakah terdapat semacam hubungan di antara ucapan-ucapan tersebut, apakah mereka membentuk semacam kesatuan; suatu kesatuan yang menyeluruh. Beberapa saran telah diusulkan tentang bagaimana setiap ucapan itu berkaitan dengan yang lain. Setelah meneliti semua saran itu, saya harus mengaku bahwa mereka tidak memuaskan saya. Mereka tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan saya dan saya mendapati  bahwa secara eksegese mereka tidak cukup mantap. Lalu, apakah unsur yang menyatukan ucapan-ucapan tersebut?

Jadi saya terus mengamati ucapan-ucapan bahagia ini, untuk melihat apakah terdapat semacam penghubung tertentu yang tidak dangkal dan mantap secara eksegese. Itu berarti ia harus berdasarkan eksposisi yang tepat akan ajaran Tuhan dan tidak melangkahi bagian manapun. Dengan kata lain, ia merupakan satu penjelasan yang tidak hanya mempertimbangkan bagaimana 2 atau 3 ucapan bahagia berhubungan dengan 2 atau 3 yang lain, tetapi satu yang menyatukan keseluruhannya. Bagaimana kita dapat menemukan, bagaimana kita dapat memahami ke-9 ucapan bahagia ini? Saya harus mengatakan bahwa, makin saya merenungkan firman Tuhan, makin saya takjub akan keindahan yang terkandung di dalamnya.


Tugas yang Berat: Menyampaikan Apa yang Dilihat

Namun saya merasa menyesal karena seringkali saya merasa tidak mampu menyampaikan atau menjelaskan dengan baik apa yang saya lihat. Dengan kata lain, melihat sesuatu tidak berarti Anda mampu menjelaskan dengan kata-kata apa yang Anda lihat. Itulah sebabnya mengapa saat kita datang pada, misalnya, kitab Wahyu, kita lihat bahwa Yohanes berusaha untuk menjelaskan penglihatan surgawinya,  dan kita juga merasakan bahwa Yohanes benar-benar mengalami kesukaran. Ia mengalami kesulitan menggambarkan apa yang dia lihat. Jadi saat seorang pembaca membacanya, semua yang dia lihat adalah binatang-binatang aneh yang keluar dari laut, atau masuk ke dalam laut dan melakukan hal-hal yang aneh. Makin Anda membaca, makin Anda bertanya-tanya apa sebenarnya yang ingin disampaikan oleh Yohanes. Kelihatannya hampir seperti sebuah zoo gaib yang mengandungi pelbagai macam binatang yang aneh merangkak keluar masuk dari laut dan atas darat, dan hal-hal seperti itu. Tetapi, jika Anda merenungkan lebih dalam, Anda menyadari bahwa Yohanes sedang berusaha untuk menggambarkan sesuatu yang paling sulit untuk dijelaskan dengan bahasa manusia, atau untuk menyampaikan penglihatan rohani yang telah dilihatnya.

Saya tidak berniat untuk menyatakan bahwa saya telah mencapai kebesaran rohani Yohanes. Dia berada jauh di atas sana, sedangkan saya masih melayang-layang di suatu tempat yang jauh lebih dekat dengan tanah (dan saya berdoa agar oleh anugerah Allah saya akan semakin maju dengan bergulirnya waktu). Namun saya masih juga merasakan masalah yang sama, bahwa, meskipun saya melihat sesuatu – saya melihatnya – namun saya merasa sangat sulit untuk menyampaikannya dengan jelas dan sederhana, dalam bentuk yang mudah dimengerti. Jadi oleh pertolongan Allah, saya akan berusaha untuk melukiskan satu pandangan panorama, semacam visi spiritual  bagi ucapan-ucapan bahagia ini. Saya mengaku banyak kali saat saya, bahkan dalam beberapa minggu yang terakhir selama saya berkhotbah tentang Ucapan Bahagia, saya merasa sangat kecil hati karena saya merasa saya tidak benar-benar berhasil dalam menyampaikan apa yang saya lihat. Tapi saya berdoa agar Anda tidak bergantung sepenuhnya pada kata-kata saya untuk mendapatkan visi itu, tapi Roh Allah akan menolong Anda seraya Anda mendengarkan eksposisi firman Allah untuk mengetahui apa yang ingin Tuhan katakan secara langsung kepada Anda. Dengan demikian, mungkin Roh akan melengkapkan, sebenarnya lebih dari melengkapkan, apa saja kekurangan atau keterbatasan dalam ekspresi pada pihak saya.


9 Ucapan Bahagia dan 9 Buah Roh

Di sini ada 9 ucapan bahagia. Apakah yang menyatukan ke-9 ucapan tersebut? Saya sudah banyak kali mengatakan bahwa Paulus adalah penafsir ajaran Yesus yang tiada tandingannya, seorang penafsir ajaran Yesus yang luar biasa. Dengan kata lain, apa yang kita miliki dalam Perjanjian Baru adalah teks yang terdiri dari ajaran Yesus, dan tafsiran yang merupakan eksposisi dan aplikasi Paulus akan ajaran Yesus. Saya telah mendapati berulang kali ketika saya mengalami kesulitan untuk memahami ajaran Yesus dengan tepat, saya akan menemukan pada suatu tempat di dalam pengajaran Paulus hal tersebut dijelaskan dengan baik, jauh lebih jelas daripada yang dapat kita lakukan sendiri. Jadi, terdapat 9 ucapan bahagia, dan saya mencari-cari apakah Paulus mengatakan sesuatu di tempat lain yang mempunyai aplikasi rangkap-9. Saya pasti saat saya menyebut rangkap-9, sesuatu timbul di pikiran Anda dengan segera. Dengan segera banyak di antara saudara akan mengingat bahwa buah Roh pada Galatia 5:22-23 terdiri dari rangkap-9. Apakah satu kebetulan terdapat 9 ucapan bahagia? Tidak di manapun juga yang saya tahu dalam tulisan Paulus terdapat urutan rangkap-9 seperti yang terdapat pada buah Roh dalam Galatia 5.

Apabila Anda menempatkan Ucapan Bahagia, ke-9 ucapan itu di satu sisi, dan buah Roh, semuanya di sisi yang lain, Anda mungkin berkata, “Tidak, aku tidak melihat adanya persesuaian. Satu dimulai dengan ‘Berbahagialah orang yang miskin‘ dan yang satu lagi, ‘Buah Roh adalah kasih‘.” Nah, jangan begitu cepat, jangan begitu cepat, karena Paulus, tentu saja, adalah seorang penafsir. Ingat bahwa sebagai seorang penafsir, dia tidak akan semata-mata mengulangi Ucapan Bahagia begitu saja. Dia akan menjelaskan artinya. Ini adalah satu hal yang sama sekali berbeda.


Apakah itu Satu Kebetulan?

Pertama, mari kita mempertimbangkan apakah terdapatnya 9 butir dalam setiap daftar merupakan satu kebetulan. Kita tidak perlu pergi terlalu jauh untuk menemukan suatu jawaban karena di Galatia 5, di fasal yang sama, beberapa ayat sebelumnya, rasul Paulus berbicara tentang perbuatan-perbuatan daging. Mungkin kita membaca bersama ayat tersebut, Galatia 5:19 berbunyi demikian: 

“Perbuatan daging telah nyata, yaitu: percabulan, kecemaran, hawa nafsu, penyembahan berhala, sihir, perseteruan, perselisihan, iri hati, amarah, kepentingan diri sendiri, percideraan, roh pemecah, kedengkian, kemabukan, pesta pora dan sebagainya.”  

Paulus melanjutkan untuk berkata,

“Terhadap semuanya itu kuperingatkan kamu – seperti yang telah kubuat dahulu – bahwa barangsiapa melakukan hal-hal yang demikian, ia tidak akan mendapat bagian dalam Kerajaan Allah.” 

Tidak kira kekristenan model apa yang dianuti Anda, tidak kira berapa kerap Anda pergi ke gereja, tidak kira Alkitab sebesar apa yang Anda bawa, orang-orang seperti ini, rasul Paulus mengatakan, tidak akan mendapat bagian di dalam kerajaan Allah; artinya, mereka tidak akan mewarisi hidup yang kekal. Sekarang saya mau Anda mencatatkan bahwa pokok di sini adalah tentang kerajaan Allah, sama persis seperti di dalam Ucapan Bahagia. Ucapan bahagia yang pertama mengatakan, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah empunya kerajaan Allah” dan ucapan bahagia yang kedelapan juga mengatakan, “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah empunya kerajaan Allah.”

Ketika saya membacakan daftar perbuatan-perbuatan daging sebentar tadi, saya bertanya-tanya apakah Anda menghitungnya. Berapa banyak yang disebutkan Paulus? Ia menyebutkan 15 kategori perbuatan daging. 15 kategori! Nah, sekali lagi saya berminat untuk mengetahui apakah Paulus membuat-buat 15 kategori itu sendiri, hanya dari pikirannya sendiri atau apakah 15 kategori itu juga didasarkan pada suatu tempat dalam pengajaran Yesus. Tentu saja, dengan segera firman Tuhan di Matius dan Markus muncul di pikiran saya dan saya melihat ke dalam ajaran Yesus di Markus 7:21-22 di mana Anda akan menemukan satu daftar yang mengatakan,

“sebab dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, hujat, kesombongan, kebebalan.”

Berapa banyak menurut perhitungan Anda? 13. “Aha!” Anda berkata, “13! Paulus ada 15. Kurang 2!”

Jangan begitu cepat karena, tentu saja, kita memiliki apa yang disebut ‘kesejajaran sinoptis’. Pesan yang sama ini juga tercatat dalam Injil Matius dan cukup menarik, dengan 2 perbedaan, dan jika Anda menambahkan kedua perbedaan dari perikop sejajar dari Matius ini, berapa yang Anda dapat? 15. Ah! Saya begitu kaget setelah membandingkan kedua daftar itu dan menghitung mereka! Paulus adalah seorang yang sangat teliti. Dia tak akan melalaikan apa-apa. Apakah 2 hal tersebut dalam Matius yang tidak disebut dalam Markus? Nah, dari daftar yang terdapat di Matius (Matius 15:18-19) yang lebih singkat dari Markus, Anda akan menemukan dua butir yang tidak disebut oleh Markus. Salah satunya ada di ayat 19 yaitu ‘sumpah palsu’. Istilah ‘sumpah palsu’ tidak muncul di daftar Markus.

Untuk perbedaan yang kedua, jika Anda mengandalkan terjemahan bahasa Inggeris, Anda tidak akan menemukannya. Itulah sebabnya saya berulang kali mengatakan kepada tim pelatihan, “kamu harus belajar untuk berfungsi dalam bahasa Yunani” dan saat ini mereka sangat tekun mempelajari bahasa Yunani. Jika Anda hanya bergantung kepada terjemahan bahasa Inggeris, Anda tidak dapat melihat perbedaannya. Terjemahan Inggeris telah melenyapkan satu perbedaan yang penting melalui terjemahannya. Perhatikan bahwa di Matius 15:18 kata untuk ‘pikiran jahat’ adalah ‘dialogismoi poneroi‘, yang berarti, pikiran mereka jahat, tapi di Markus kata yang dipakai adalah kata yang berbeda dalam bahasa Yunani. Kata itu bukan ‘poneros‘ tapi ‘kakos‘, satu kata yang berbeda. Namun begitu, jika Anda menyemak Alkitab terjemahan RSV, Anda akan mendapati keduanya diterjemahkan sebagai ‘pikiran jahat’ seolah-olah teks yang asli mempunyai kata yang sama. Itulah sebabnya mengapa tidak ada penafsir Alkitab, tidak ada ekspositor Alkitab, bisa bergantung pada bahasa Inggeris untuk menjelaskan Alkitab karena perbedaan-perbedaan yang penting telah dihapuskan, tanpa mempertimbangkan perbedaan kata-kata itu.

Perbedaannya tidak hanya pada perbedaan kata; tapi juga pada kenyataan bahwa satu mempunyai kata sandang dan yang satu lagi tidak mempunyai kata sandang. Di Matius, kata tersebut muncul tanpa kata sandang, dan sebaliknya di Markus, kata sandang dipakai di bagian ini. Jadi terdapat dua perbedaan yang penting, namun begitu Anda tidak dapat memperhatikan perbedaan tersebut dari Alkitab bahasa Inggeris sama sekali. Siapa saja yang mempunyai sedikit pengetahuan akan bahasa Yunani tahu bahwa terdapat perbedaan antara ‘poneros’ dan ‘kakos’, yakni,  kedua kata tersebut tidak mempunyai arti yang sama. Kata-kata tersebut digunakan dengan berbeda.

Saya ingin membagikan dengan Anda apa yang disimpulkan oleh Uskup Besar Trent dalam penelitiannya akan sinonim-sinonim dalam PB. Ia menyatakan bahwa perbedaan antara kata ‘kakos‘ dalam Markus dan kata ‘poneros‘ dalam Matius dapat disimpulkan dengan demikian: kata ‘kakos‘ bermakna ‘buruk’ [tapi kata ‘poneros‘ berarti ‘jahat’]. Seorang yang ‘buruk’ atau ‘tidak baik’ mungkin merasa puas jika dia binasa sendiri karena kejahatannya sendiri, tapi seorang yang ‘jahat’ tidak puas melainkan dia juga merusakkan orang lain dan menarik mereka ke dalam kebinasaan yang sama seperti dia. Jadi kata ‘kakos’ dalam Markus menggambarkan seorang yang ‘buruk/tidak baik’. Ia puas merusakkan dirinya sendiri atau mengizinkan dirinya dirusakkan. Tapi dalam Matius, yang dipakai adalah kata ‘jahat’, yaitu, berbeda dengan orang yang buruk, dia tidak hanya merusakkan dirinya sendiri tapi dia ingin juga merusakkan orang lain. Ia ingin menarik orang lain untuk berbuat berdosa. Itu satu perbedaan yang besar. Anda tidak bisa, seperti terjemahan Inggeris, menterjemahkan dua kata yang berbeda dengan kata yang sama – “pikiran jahat”. Itu tidak bisa diizinkan.

Dari sini kita melihat bahwa kedua daftar itu mempunyai jumlah butir yang sama. Daftar Paulus mempunyai 15 butir. Daftar Matius dan Markus tergabung  (karena mereka sejajar) pada kenyataannya juga mengandungi jumlah-bersih 15 butir. Apakah mungkin itu satu kebetulan? Jadi buah Roh dan Ucapan Bahagia masing-masing mengandungi 9 butir, dan perbuatan-perbuatan daging masing-masing mempunyai 15 butir dalam kedua daftar. Saya percaya Anda mulai menyadari bahwa ini tidak mungkin satu kebetulan semata-mata. Tentu saja sebagaimana telah kita perhatikan, buah Roh dan Ucapan Bahagia keduanya merujuk kepada Kerajaan Allah. Hal ini menjadi lebih signifikan mengingat kata “Kerajaan Allah” jarang dipakai oleh Paulus, hanya sebanyak 14 kali dalam tulisan Paulus. Setelah menegakkan poin ini, mari kita kembali ke Ucapan Bahagia untuk mencari suatu unsur yang mempersatukan, suatu unsur spiritual yang mengaitkan ke-9 ucapan bahagia itu. Apakah unsur itu?


Perbuatan-perbuatan Daging adalah Akibat dari Pikiran-pikiran dalam Hati

Baik, kita sudah perhatikan tadi bahwa ketika kita meletakkan kedua daftar itu bersebelahan, kita tidak melihat adanya persesuaian antara mereka. Mengapa? Ini sangat penting. Bila Anda mempelajari Alkitab, perhatikan dengan teliti kata-katanya. Kedua daftar itu berbeda dari satu sama lain. Maksud saya, ajaran Yesus dan Paulus mempunyai satu hubungan internal, namun berbeda dari satu sama lain dalam satu cara yang sangat penting. Apakah cara itu? Nah, kalau Anda melihat daftar kejahatan itu, apakah yang Anda perhatikan? Yesus berkata, “sebab dari dalam, dari hati orang” – dari hati Anda sebagai manusia duniawi keluar 15 jenis kejahatan itu. Semua ini tidak semata 15 jenis kejahatan; mereka adalah kategori. Terdapat 15 kategori yang termasuk semua jenis kejahatan yang berbeda di bawah nama yang sama. Sebab dari dalam, dari hati orang – Yesus sedang berbicara tentang sikap hati – namun itu bukan yang dibicarakan oleh Paulus. Paulus berkata, “Perbuatan daging adalah…“, dan diikuti oleh 15 kategori kejahatan. Apakah Anda mengikut apa yang terjadi? Perhatikan bahwa yang dibicarakan oleh Yesus adalah pikiran-pikiran di dalam, namun Paulus sebagai seorang penafsir sedang menjelaskan apakah akibat/konsekwensi dari pikiran-pikiran jahat itu. Oleh karena itu, tentu saja, Anda tidak mengharapkan kedua daftar itu persis bersesuaian karena satu berbicara tentang pikiran Anda, yaitu, sikap hati Anda sebelum lahir baru, ketika Allah belum masuk ke dalam kehidupan Anda dan mengubah Anda; sedangkan Paulus berbicara tentang apa yang terjadi saat pikiran-pikiran itu menghasilkan buah dalam tindakan, ketika pikiran menjadi perbuatan daging. Ingatlah perbedaan yang penting ini dengan baik.

Yesus berbicara tentang sikap dalam hati. Paulus berbicara tentang akibat dari sikap tersebut. Saat kita kembali ke Ucapan Bahagia, kita melihat hal yang persis sama, ucapan-ucapan bahagia berbicara tentang sikap hati. Berbahagialah orang yang miskin di mana? Dalam roh. Berbahagialah orang yang suci hatinya… sekali lagi Yesus berbicara tentang sikap hati; Ia berbicara tentang sikap batiniah seseorang secara rohani. Namun Paulus bukan berbicara tentang itu. Ia berbicara tentang buah Roh, sebagai imbangan kepada perbuatan daging. Di sini, Anda akan mendapati bahwa buah adalah sesuatu yang dihasilkan dari sebatang pohon. Buah tidak berada di dalam pohon itu; ia dihasilkan diluar. Buah adalah manifestasi dari kehidupan dalam pohon itu. Ia adalah sesuatu yang dapat diambil dari pohon tanpa mempengaruhi pohon itu sama sekali. Anda tidak dapat mengambil sikap hati dari seseorang – pikirannya, perasaannya, sikapnya – namun Anda bisa menikmati perbuatannya, yakni buahnya. Kedua hal ini amatlah penting. Dalam setiap kasus, Yesus berbicara tentang sikap hati, dan saya menekankan hal ini sekali lagi, dan dalam kasus Paulus dia sedang menjelaskan apa yang akan terjadi jika Anda mempunyai sikap hati itu. Jika Anda mempunyai sikap hati yang berdosa, maka Anda akan menghasilkan perbuatan-perbuatan daging yang digambarkan oleh 15 butir itu.

Jadi, seorang penafsir tidak hanya mengulangi apa yang dikatakan oleh Yesus. Saya tidak menjelaskan Alkitab kepada Anda jika saya hanya membacakan ucapan-ucapan bahagia itu kepada Anda, karena Anda bisa membacanya sendiri. Paulus tidak mengulangi Ucapan Bahagia begitu saja. Ia mengira para pendengarnya, yang terdiri dari orang-orang Kristen, telah diajarkan ajaran Tuhan sebelumnya. Ia sedang menjelaskan kepada mereka apa yang akan terjadi – apakah perbuatan yang muncul dari pikiran jahat seperti itu dan apakah buah yang dihasilkan dari pikiran-pikiran yang suci. Ini sangat penting untuk dimengerti.

Sekarang kita sadar bahwa Paulus sedang menerapkan dan menjelaskan apa yang dikatakan oleh Yesus. Yesus tidak menekankan aspek perbuatan daging atau buah Roh karena satu sebab yang sangat sederhana: karena Ia tahu jika Anda memiliki pikiran-pikiran ini, pikiran-pikiran yang suci ini (pikiran-pikiran yang membawa kebahagiaan ini), maka Anda akan menghasilkan buah Roh. Bagian ini adalah pekerjaan Roh. Anda tidak dapat melakukan hal-hal itu. Anda tidak dapat menghasilkan buah itu. Menurut definisi mereka adalah buah dari Roh. Tidak ada apa-apa yang dapat Anda lakukan. Yesus memberitahu kita apa yang harus kita lakukan supaya Allah dapat melakukan sesuatu di dalam diri kita. Jadi Ia meninggalkan bagian itu kepada pekerjaan Roh. Ataupun perbuatan daging, Ia tahu bahwa jika Anda mempunyai pikiran-pikiran jahat itu, apa yang akan terjadi pada waktunya adalah pikiran-pikiran jahat itu akan mengungkapkan dirinya dalam perbuatan-perbuatan daging tersebut. Jadi setelah mengatakan bagian yang pertama, bagian yang kedua akan mengikuti, tapi Paulus sebagai seorang penafsir mempunyai tugas untuk menjelaskan dengan eksplisit apakah hal-hal yang akan mengikuti apakah dalam kasus pikiran suci atau pikiran jahat. Saat Anda memahami semua ini, saya pikir Anda akan mulai melihat bahwa dari semua ini sesuatu yang sangat menakjubkan terjadi.


Miskin di Hadapan Allah dan Kasih adalah Fondasi

Mari kita menelusuri pemerhatian kita dan menguji apakah pemerhatian kita benar. Ucapan bahagia yang pertama mengatakan, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena mereka adalah empunya Kerajaan Sorga”  dan buah Roh yang pertama adalah kasih. Pertama-tama, saya ingin Anda perhatikan bahwa ucapan bahagia yang pertama adalah pernyataan fondasi, yang terkandung dalamnya delapan ucapan bahagia yang berikut. Hal yang sama berlaku juga untuk buah Roh. Buah Roh yang pertama ‘kasih’ adalah buah yang mengandungi kedelapan buah yang lain dalam dirinya. Itulah sebabnya  Paulus tidak berkata, “buah-buah Roh” (dalam bentuk jamak). Ia berkata, “buah Roh”, (bentuk tunggal), satu buah yang mempunyai manifestasi rangkap-9, seperti setandan buah anggur. Hanya setandan, tapi mengandungi 9 buah anggur padanya. Mereka semua adalah bagian dari satu hal yang sama. Terdapat satu penyatuan yang internal. Jadi miskin di hadapan Allah adalah pernyataan fondasi dari mana semua ucapan bahagia yang lain berasal, dan kasih adalah buah fondasi dari mana delapan yang lain mengikut. Jika Anda tidak ada kasih, Anda juga tidak ada sukacita, tidak ada damai sejahtera. Tak satupun yang akan mengikut. Jika Anda tidak miskin di hadapan Allah, Anda juga tidak berdukacita karena dosa, Anda juga tidak haus dan lapar akan kebenaran, Anda juga tidak murah hati – semua ini berasal dari unsur fondasi itu.

Pandanglah hal ini seperti ini: apabila Anda mempelajari ajaran Yesus, janganlah terburu-buru mengeluarkan buku tafsiran dan mempelajari buku tafsiran. Cara yang tepat untuk mempelajari Alkitab adalah menanyakan diri Anda satu pertanyaan. Dan alasan mengapa Paulus dapat menjadi penafsir yang begitu baik, begitu dalam pengertiannya akan firman Allah adalah karena ketika dia mempelajari Alkitab, dia tidak berkata, “Apa yang dikatakan oleh Profesor ini dan Profesor itu?” Atau  “Apa yang dikatakan oleh pendeta ini dan pendeta itu?” Apa yang dia lakukan adalah dia melihat firman itu, dan menerapkan firman itu pada dirinya dan lihat apa terjadi. Saat Anda mempelajari Alkitab, belajarlah dengan cara ini: Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah empunya kerajaan Surga”, dan saya berkata pada diri saya, “Tuhan, tolonglah aku supaya menjadi miskin di hadapan Allah. Tuhan, oleh anugerah-Mu, aku akan menjadi miskin di hadapan Engkau. Aku akan berusaha menjadi miskin.” Apa yang akan terjadi pada saya saat saya menjadi miskin dalam roh? Jawabnya akan datang. Jika Anda datang pada Dia dan datang dalam kemiskinan, Anda akan tahu dari pengalaman apa yang akan dilakukan Allah pada Anda. Anda tahu apa yang akan dilakukan Allah pada Anda saat Anda datang pada-Nya dengan penuh ketergantungan: “Aku datang pada Engkau dalam kemiskinan”, berarti, “aku datang pada-Mu, Tuhan, seperti pengemis rohani. Aku tidak memiliki apa-apa dalam diriku. Kasihanilah aku seperti Engkau mengasihi seorang pengemis, karena seperti itulah aku dalam roh, aku hanya seorang pengemis.”

Tahukah Anda apa yang akan dilakukan Allah? Ia akan mencurahkan kebaikan-Nya dan kasih-Nya ke atas diri Anda. Itulah yang akan Dia lakukan. Dan Anda akan mengalami-Nya! Anda tidak perlu buku tafsiran untuk memahami arti ayat itu. Anda akan mengalami curahan kasih-Nya dalam kehidupan Anda. Kemudian Anda mengerti, “Ah, menjadi miskin di hadapan Allah berarti kasih Allah akan dicurahkan ke dalam hati-ku!” Itulah sebabnya Paulus mengatakan itu, persis kata-kata itu di Roma 5:5 bahwa, “kasih Allah telah dicurahkan di dalam hati kita oleh Roh Kudus.”  Paulus berbicara tentang pengalaman. Ia berkata, “Aku mengetahuinya karena Ia telah mencurahkan kasih-Nya ke dalam hatiku oleh Roh Kudus.” Jika Anda datang pada-Nya sebagai seorang pengemis rohani, Anda akan mengalami kemurahan-Nya, kasih-setia-Nya dan rahmat rohani yang dicurahkan-Nya ke atas diri Anda.


Berdukacita dan Bersukacita

Jika Anda mempelajari firman Tuhan dengan cara ini, bukan secara akademik namun secara rohani, kita akan melihat bahwa kesimpulan yang dibuat Paulus lahir dari pengalaman. Hal yang sama berlaku untuk seluruh ucapan bahagia. Apa terjadi kepada mereka yang berdukacita, yang berdukacita karena dosa mereka, yang berdukacita karena dosa orang lain, yang berdukacita karena dosa gereja seperti Ezra dan Nehemia berdukacita karena dosa Israel? Apabila  Ezra berkata, “Tuhan, kami telah berdosa. Kami, umat-Mu telah berdosa. Kasihanilah kami.” Apa yang terjadi? Apa akan terjadi saat Anda berdukacita karena dosa? Nah, Tuhan akan mencurahkan pengampunan-Nya ke atas diri Anda. Dan apa terjadi saat Anda diampuni? Anda akan dipenuhi dengan sukacita. Justru itulah yang dikatakan di ayat yang sejajar dalam Injil Lukas. Di Lukas 6:21 (ayat yang sejajar kepada ayat di Matius), ucapan bahagia yang kedua mengatakan ini, “Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa.” Anda akan tertawa. Anda akan dipenuhi dengan sukacita.

Dapatkah Anda melihat apa yang sedang dilakukan Paulus? Ia sedang menjelaskan akibat dari menerapkan ucapan-ucapan bahagia ke dalam kehidupan Anda. Jika Anda berdukacita karena dosa, karena dosa orang lain,  dan karena dosa gereja – maka seperti yang dikatakan juga oleh Yesus di Lukas 6:21, “Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis, karena kamu akan tertawa“, yang berarti, Anda akan dipenuhi dengan sukacita. Di sini kita mendapati buah Roh yang kedua bersesuaian dengan sikap hati seorang murid yang bersukacita. Anda berdukacita karena dosa – itu bagian yang perlu Anda lakukan – dan Allah akan, di pihak-Nya oleh Roh, memenuhi Anda dengan sukacita. Dapatkah Anda melihat betapa mudahnya untuk dimengerti? Sangat mudah untuk dimengerti.


Lemah Lembut dan Damai Sejahtera

Kita melanjutkan ke ucapan bahagia ketiga. “Berbahagialah orang yang lemah lembut…”  Daripada mempelajari ayat ini secara akademis, bertanyalah kepada diri Anda, “Apa akan terjadi padaku jika aku menjadi lembah lembut, jika sikapku yang sombong ditiadakan dari diriku?” Jika Anda menjadi lemah lembut, menjadi rendah hati, Anda akan mengalami damai Allah dicurahkan ke dalam hati Anda. Anda akan mengalami suatu damai sejahtera yang tidak pernah Anda alami selama ini. Tentu saja, itulah yang dikatakan oleh Yesus di Matius 11:28-29:

“Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat…belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.” 

Inilah akibat dari kelemahlembutan: ketenangan dalam jiwa. Paulus tidak lalai untuk memperhatikan hubungan antara kelemahlembutan dan damai sejahtera dalam ajaran Yesus sendiri. Lagi pula, pengalamannya sendiri memperkuat hubungan ini.


Haus dan Lapar akan Kebenaran dan Kesabaran

Dan selanjutnya, apa terjadi jika Anda haus dan lapar akan kebenaran? Apa terjadi jika Anda lapar dan haus akan Allah ? Perhatikan bentuk kata kerja yang berterusan – “terus menerus lapar dan haus”. Anda terus menerus haus dan lapar akan kebenaran – apa yang akan terjadi pada Anda? Itu akan membangunkan di dalam diri Anda kesabaran rohani, yang terkadang diterjemahkan sebagai ketabahan, terkadang ketahanan, dan terkadang saya lebih senang menerjemahkan sebagai ‘pantang mundur’ – orang yang pantang mundur. Pantang mundur – inilah yang diperlukan oleh setiap orang Kristen.

Saya mendapati begitu banyak orang Kristen yang mudah mundur. Mereka mengalami sedikit kesulitan dan dengan segera bendera putih dikibarkan. Mereka berkata kepada Iblis, “Okay, okay, aku menyerah. Jangan bunuh aku. Aku menyerah.” Ada begitu banyak orang Kristen yang menyerah. Mereka belum pernah mengalami apa yang dikatakan Paulus mengenai kehidupan dalam Kristus bahwa, “Kristus, yang selalu membawa kami di jalan kemenangan-Nya.” Paulus adalah orang yang tak mengenal apa itu kekalahan rohani karena ia menerapkan prinsip-prinsip rohani itu ke dalam hidupnya dan karena itu sentiasa memperoleh kemenangan. Okay, terkadang kita dirobohkan namun itu bukan berarti kekalahan. Dalam gelanggang tinju, Anda tidak menang hanya dengan menjatuhkan orang itu; Anda harus meng-‘KO’-kan orang itu. Paulus berkata, “aku dihempaskan, namun tidak binasa.” Dia dirobohkan, namun dia bangun kembali dan mengalahkan lawannya. Itulah caranya. Kita sering dirobohkan, namun tidak dikalahkan! Tidak, tidak, karena Kristus sentiasa memberikan kemenangan kepada kita. Ditinggalkan seorang diri, Iblis dengan mudah dapat menghapuskan kita. Kita menjadi kosek kakinya, diinjak-injak olehnya. Tapi melalui Kristus, kita sentiasa memperoleh kemenangan.

Jadi, apa terjadi kepada mereka yang lapar dan haus akan kebenaran? Mereka belajar ketabahan. Apa lagi yang melatih kita dalam hal ketabahan rohani selain dari belajar untuk mempertahankan sikap haus dan lapar akan kebenaran di sepanjang kehidupan rohani kita? Kita tidak harus merasa puas, atau merasa cukup, dan jangan sekali-kali berkata, “Aku sudah mengetahui segala yang perlu diketahui. Aku sudah mempelajari Alkitab selama 20 tahun. Sudah cukup untuk sekarang. Aku tahu segalanya. Aku mengetahui lebih banyak dari kebanyakan orang.” Jangan sekali-kali merasa puas sehingga kita berpikir, “Nah, aku sudah mencapai kedewasaan rohani. Aku tidak perlu mengejar lagi.” Tidak, tidak. Anda harus terus mengejar karena melaluinya Anda memperoleh ketabahan rohani. Mereka yang tidak terus mengejar adalah mereka yang telah menyerah.


Murah hati dan Kemurahan

Mari kita lihat poin selanjutnya – murah hati. Ucapan bahagia mengatakan, “Berbahagialah orang yang murah hatinya” dan buah Roh yang sepadan dengan murah hati adalah kemurahan.  Kedua kata ini mempunyai arti yang begitu dekat sehingga hampir tidak perlu kita menarik suatu hubungan. Sebenarnya kata ‘murah hati’ dan ‘kemurahan’ sentiasa dihubungkan dalam Perjanjian Baru. Sebagai contoh Titus 3:4 di mana terdapat kata ‘kemurahan’ seperti yang ditemukan dalam buah Roh, dan di ayat 5 terdapat kata ‘murah hati’ (yang diterjemahkan sebagai ‘rahmat’). Murah hati dan kemurahan – yang satu adalah akibat dari yang lain. Yang satu begitu berhubungan dengan yang lain sehingga tidak membutuhkan penjelasan lebih lanjut. Murah hati dan kemurahan sentiasa dihubungkan. Di 1 Petrus 2:3 Anda melihat kata ‘kemurahan’ (‘kebaikan’ menurut terjemahan Indonesia) dan di ayat 10 Anda menemukan kata ‘murah hati’ (belas kasihan menurut terjemahan Indonesia).


Hati yang Suci dan Kebaikan

Dalam ucapan bahagia yang keenam, “Berbahagialah orang yang suci hatinya”, kita melihat kata yang sepadan dengan buah Roh adalah kebaikan. Hubungannya begitu jelas hampir tidak ada apa-apa yang perlu dikatakan. Hubungan ini bahkan dinyatakan juga secara eksplisit, misalnya, di 1 Timotius 1:5 di mana Anda menemukan kata ‘suci’ seperti yang terdapat dalam Khotbah di Bukit, dihubungkan secara langsung dengan kata ‘baik’ seperti yang terdapat dalam buah Roh – hati yang suci, hati nurani yang baik (murni menurut terjemahan Indonesia). Suci dan baik, keduanya adalah istilah yang sinonim.


Membawa Damai dan Kesetiaan

Kita datang ke butir yang ketujuh, “Berbahagialah orang yang membawa damai”, buah Roh yang bersesuaian adalah kesetiaan. Orang yang membawa damai dapat dikatakan sebagai orang yang setia karena ia berjalan dengan setia mengikut jejak Tuannya. Mengapa Yesus memikul salib-Nya? Untuk membawa damai – untuk memperdamaikan kita dengan-Nya. Mengapa kita memikul salib kita? Mengapa Yesus memanggil kita untuk memikul salib? Nah, kita sudah melihatnya ketika kita mempelajari ucapan bahagia tersebut! Kerana kita juga telah dipercayakan “pelayanan pendamaian”. Jadi jika kita mengikut jejak-Nya, melakukan apa yang Ia lakukan, menjadi pembawa damai, semua itu menjadi ujian kesetiaan. Dan sebenarnya, kata ‘kesetiaan’, ‘iman’ dan ‘damai’ dihubungkan bersama-sama di 2Timotius 2:22.  Kata-kata tersebut sekali lagi dikaitkan di situ.


Penganiayaan dan Kelemahlembutan

Kita melanjutkan ke ucapan bahagia ke delapan, “dianiaya oleh sebab kebenaran.” Apakah buah Roh yang bersesuaian? Buah yang bersesuaian adalah kelemahlembutan. Dianiaya oleh sebab kebenaran – kelemahlembutan. Hubungannya sangat jelas. Mengapa? Bagaimanakah reaksi seorang Kristen ketika dia dianiaya? Apakah dia berteriak kembali? Apakah dia mencaci maki kembali? Apakah dia membalas dengan kelakuan yang agresif? Tidak. Sikapnya adalah sikap yang lemah lembut. Seperti kata Petrus di 1Petrus 2:23, ketika Yesus dicaci maki Ia tidak membalas dengan mencaci maki. Ketika Ia dipukul, ditertawakan dan dihina, Ia tidak membalas dalam bentuk apapun. Ia lemah lembut. Ia tidak melawan. Itulah artinya lemah lembut – Anda tidak melawan. Ketika Ia dicaci maki, Ia tidak membalas dengan caci maki. Petrus menasihati orang-orang Kristen supaya meneladani Kristus. Saat Anda ditertawakan, saat Anda dihina, saat Anda diinjak-injak, Anda tidak membalas dengan caci maki. Anda tidak berteriak kembali; Anda tidak menjawab dengan kasar. Anda menjadi seperti Dia: lemah lembut dan tidak melawan. Itulah sebabnya Paulus berbicara tentang Kristus yang lemah lembut dan ramah di 2 Korintus 10:1. Inilah pola kehidupan Paulus di bawah penganiayaan. Kita dapat melihat reaksi Paulus terhadap penganiayaan di 1 Korintus 4:12. Dari ayat ini, saya mendapati Paulus begitu serupa dengan Kristus. Saya ingin membacakan perikop ini kepada Anda mulai dari ayat 11,

“Sampai pada saat ini kami lapar, haus, telanjang, dipukul dan hidup mengembara, kami melakukan pekerjaan tangan yang berat. Kalau kami dimaki, kami memberkati; kalau kami dianiaya, kami sabar; kalau kami difitnah, kami tetap menjawab dengan ramah; (yaitu, membawa damai) kami telah menjadi sama dengan sampah dunia, sama dengan kotoran dari segala sesuatu, sampai pada saat ini.” 

Kami diperlakukan seperti sampah dan kami menerimanya dengan lemah lembut, dengan ramah. Saya mendapati hal ini sangat indah.

Di sini kita melihat sekali lagi kesejajaran antara Ucapan Bahagia dan buah Roh. “Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran” dan kemudian buah Roh yang dihasilkan. Apakah berkat yang dihasilkan? Berkat rohani itu wujud dalam kualitas kelemah-lembutan, dan kemudian dalam bentuk mewarisi kerajaan Allah.  Buah yang muncul adalah kelemahlembutan. Buah Roh adalah kelemahlembutan dalam penganiayaan. Di mana dapat kita melihat kelemahlembutan yang sejati dari seseorang? Hanya di saat penganiayaan. Kita semua bisa tersenyum ramah pada waktu-waktu yang menyenangkan. Siapa diri kita yang sesungguhnya akan tampak ketika kita menghadapi waktu-waktu yang sulit.


Penganiayaan dan Penguasaan Diri

Apakah ucapan bahagia yang terakhir? “Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.” Anda difitnah; cerita-cerita yang palsu disebarkan tentang Anda; segala macam dusta dikatakan tentang Anda. Tidak ada sedikitpun kebenaran yang dikatakan dan reputasi Anda dihancurkan begitu saja. Nama Anda dinodai; dan Anda diperlakukan dengan tidak benar seperti itu, bagaimana harus Anda menunjukkan reaksi? Anda lihat apa buah Roh yang sepadan? Kapan lagi kita lebih membutuhkan buah Roh penguasaan diri selain dari saat-saat seperti itu? Betapa mudahnya kita melawan kembali pada saat dituduh dengan palsu. Kita siap menerima penderitaan jika kita menderita karena kebenaran. Kita masih dapat berlemah lembut karena kita merasa bahwa kita menderita demi kebenaran. Kita ingin menderita seperti ini – agak menyenangkan mempunyai perasaan seperti seorang martir. Saat kita menderita demi Kristus, kita masih dapat menerimanya dengan ramah. Namun satu-satunya saat kita tidak dapat menerima adalah saat orang memfitnah kita dan mengatakan hal-hal yang palsu tentang kita. Kemudian kemarahan kita pun bangkitlah; dan kita siap untuk melawan kembali, karena kita merasa, “Ini tidak benar! Ini tidak betul! Aku tidak melakukannya dan kamu tidak berhak berbicara seperti itu tentang aku.” Namun Paulus berkata, “Tidak, tidak. Jangan bimbang. Buah Roh ketika Anda difitnah adalah penguasaan diri.” Dalam keadaan seperti inilah Anda paling membutuhkan buah Roh penguasaan diri itu supaya Anda tidak mengizinkan diri Anda menjadi marah, atau meledak dalam kemarahan. Semua ini tidak akan memuliakan Allah. Sebaliknya, kuasailah dirimu. Izinkanlah Roh Allah menolong Anda untuk memperlihatkan keindahan Kristus dalam kehidupan Anda.


Yang Mana Datang Dulu – Ucapan Bahagia atau Buah Roh?

Saya percaya Anda dapat melihat dengan jelas sekarang hubungan antara buah Roh, di satu sisi, dan Ucapan Bahagia. Kita telah melihat hubungan internal yang menyatukan setiap ucapan, namun kita tidak bisa berhenti di sini jika kita ingin memahami hal ini dengan tepat. Kita sudah perhatikan sejauh ini bahwa Ucapan Bahagia bersangkutan dengan sikap hati kita sedangkan buah Roh adalah sesuatu yang dilakukan Allah di dalam diri kita. Di sini terdapat satu kesalahan rohani yang serius yang dilakukan oleh banyak orang Kristen. Kesalahan rohani tersebut adalah seperti ini: kita berkata kepada diri kita, “Baik, satu hari nanti setelah Allah melakukan pekerjaan-Nya yang ajaib di dalam diri kita, kita akan menjadi orang ideal yang digambarkan oleh Paulus. Aku harus menanti dengan sabar sehingga Roh Kudus mengubah kehidupanku supaya aku bisa memperoleh  semua buah Roh itu. Kemudian aku bisa menjadi miskin di hadapan Allah, aku bisa lemah lembut, aku bisa berdukacita karena dosa, dan aku bisa melakukan semua itu. Namun karena Roh Kudus masih belum mengubah aku, maka aku berkata, ‘Maaf, Yesus, aku tidak miskin di hadapan Allah, karena lihat, persoalan yang sebenarnya, jika Kau tidak keberatan aku berterus terang, adalah karena Engkau masih belum mengubah aku. Jadi sebenarnya kesalahan itu terletak, jika Kau tidak keberatan aku mengatakannya, pada Kau. Aku mengatakan ini dengan penuh rasa hormat dan respek.'”

Dengan kata lain, kita melemparkan kesalahan kembali kepada Allah atas kegagalan rohani kita. Anda berkata, “Aku bukan seorang Paulus karena Engkau tidak menjadikan aku seorang Paulus. Ingat? Paulus adalah Paulus, aku adalah aku. Dan aku sangat orisinal. Aku tidak seperti Paulus. Jadi, jika Engkau ingin aku menjadi manusia rohani, Engkau harus melakukannya. Buat sementara waktu aku akan melanjutkan  urusanku sehingga Engkau mengubah aku. Kemudian aku akan menjadi manusia rohani. Namun pada hari itu ketika aku berdiri di hadapan takhta penghakiman, jangan Engkau berkata, ‘Mengapa kamu tidak setaraf dengan Paulus?’ Nah, kerana Engkau tidak menjadikan aku seorang Paulus. Aku tidak ditentukan untuk menjadi seorang Paulus. Aku hanyalah ‘aku’ yang rendah ini.” Izinkan saya untuk mengatakan, bahwa Yesus tidak akan menerima percakapan semacam ini. Tidak, tidak, Ia tidak akan mengizinkan ini. Kita tidak dapat melemparkan kesalahan kembali kepada-Nya dan berkata, “Nah, semuanya salah Kau bahwa aku dalam keadaan begini.” Mari kita catatkan perbedaan ini. Khotbah di Bukit berbicara tentang sikap di dalam hati kita dan buah Roh adalah apa yang dihasilkan oleh Roh Allah di dalam diri kita, tapi yang mana datang dulu? Kita ingin berkata, “Buah Roh datang dulu dan kemudian kita akan menjadi miskin di hadapan Allah, kita akan melakukan ini dan melakukan itu, setelah Allah melakukan semua itu di dalam diri kita. Namun karena Ia belum melakukan semua itu di dalam diri kita, maka lihatlah kami sebagai sebuah gereja – kami semua adalah pengemis-pengemis rohani yang menyedihkan. Apa yang dapat kami lakukan karena Allah sendiri belum melakukan apa-apa?” Sampai di sini kedengaran masuk akal. Biarkan saya katakan kepada Anda: jika Anda tidak memahami teksnya, bacalah tafsirannya, yaitu, bacalah apa yang dikatakan Paulus.


Kita akan Menuai Apa yang Kita Tabur!

Mari kita lihat apa yang dikatakan Paulus tentang hal ini, sambil kita kembali ke surat Galatia sekali lagi. Dalam suratnya kepada Jemaat di Galatia Paulus meneruskan penjelasannya akan buah Roh dan perbuatan daging. Inilah yang dikatakannya di Gal.6:7.

“Jangan sesat! Allah tidak membiarkan diri-Nya dipermainkan. Karena apa yang ditabur orang, itu juga yang akan dituainya.”

Apa yang akan dituai Anda? Tergantung pada apa yang ditabur Anda! Ini sangat jelas. Anda tidak perlu memiliki kepandaian luar biasa untuk memahami ini. Anda ingin menuai buah Roh? Maka Anda harus menabur dalam Roh. Inginkah Anda menjadi seorang yang dipakai Tuhan? Itu bergantung kepada apa yang Anda tabur dalam Roh. Itulah yang dikatakan Paulus di ayat yang berikut, ayat 8,

“sebab barangsiapa menabur dalam dagingnya, ia akan menuai kebinasaan dari dagingnya, tetapi barangsiapa menabur dalam Roh, ia akan menuai hidup yang kekal dari Roh itu.” 

Hidup yang kekal adalah sesuatu untuk dituai. Tapi untuk menuai, Anda harus menaburkan sesuatu, karena Anda tidak akan menuai apa-apa jika Anda tidak menaburkan apa-apa. Jika Anda menabur hal yang salah, Anda akan menuai hal yang salah. Jika Anda menabur dalam daging, Anda akan menuai kebinasaan dan maut. Jika Anda menabur dalam Roh, Anda akan menuai hidup yang kekal. Semuanya bergantung pada apa yang ditabur Anda. Jangan melemparkan kesalahan kembali kepada Allah.

Anda tidak dapat maju menjadi seorang yang rohani jika Anda terus menabur dalam daging. Semua yang akan Anda tuai dari menabur dalam daging adalah kebinasaan dan maut. Makanya di ayat 9 Paulus melanjutkan untuk berkata,

“Janganlah kita jemu-jemu berbuat baik, karena apabila datang waktunya, kita akan menuai, jika kita tidak menjadi lemah.”

Jadi di sini kita melihat unsur kesabaran. Anda terus menerus lapar dan haus akan kebenaran, Anda akan memperoleh kesabaran. Anda tidak menjadi jemu.

“Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman.”

Sekarang saya berharap Anda dapat melihat yang mana datang dulu. Hasil tuaian atau penaburan? Buah Roh adalah manifestasi lahiriah dari apa yang dilakukan oleh Allah di dalam diri kita, namun untuk mendapatkan buah itu, Anda harus menaburkan sesuatu; buah adalah tuaian itu. Anda tidak akan mendapat tuaian apapun jika Anda tidak menabur. Jadi Paulus melanjutkan untuk berkata, “jika Anda menabur dalam Roh, Anda akan menuai buahnya. Jika Anda tidak menaburkan apa-apa, Anda tidak mendapat apa-apa. Jika Anda menabur dalam daging, Anda akan menuai kebinasaan.” “Orang yang menabur sedikit,”  dia mengatakan di tempat lain, “akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.” Apakah Anda mendapat tuaian yang besar atau kecil bergantung juga pada apa yang ditabur dan berapa banyak yang ditabur. Dengan kata lain, kita melihat bahwa Paulus melemparkan tanggung jawab itu kembali kepada Anda, kembali kepada saya. Ia tidak mengizinkan kita untuk berkata, “Tuhan, aku tidak mendapat hasil tuaian yang besar karena Engkau tidak melakukan banyak pekerjaan dalam diriku.” Ini merupakan satu penghinaan terhadap Allah. Kuasa Allah cukup besar untuk menghasilkan tuaian yang besar dan tersedia dengan sepenuhnya untuk semua orang. Semuanya bergantung pada apa yang ditaburkan Anda.


Belajarlah dari Paulus – Kejarlah Hal-hal yang Rohani!

Apa artinya menabur? Apa artinya menabur dalam Roh? Dengan kata lain, apakah input rohani Anda? Tuaian adalah output. Apa yang dituai adalah output. Apakah input Anda dan di mana Anda menaburkan input tersebut? Menabur adalah sesuatu yang kita lakukan. Ini sangat jelas jika kita ingin menuai apa-apa. Ini adalah sesuatu yang harus kita kerjakan. Terdapat satu kata yang digunakan Paulus berulang kali – yaitu kata ‘kejar’. Kebesaran Paulus bukanlah suatu kebetulan, dan juga bukan karena sesuatu yang disebut predestinasi. Kata Yunani, ‘dioko‘ berarti mengejar. Kata ini mengungkapkan suatu intensitas, misalnya, ketika Anda mengejar seseorang, umpamanya, dalam peperangan. Anda sedang mengejar, atau memburu musuh. Misalnya lagi, ketika Anda memburu seekor binatang. Anda mengejar, berlari begitu kencang supaya Anda tidak kehilangan binatang itu – kalau tidak, Anda tidak makan malam, dan karena itu Anda mengejar. Ia mengungkapkan suatu ketegangan pada setiap urat syaraf untuk mendapatkan hadiah itu. Kata ini digunakan banyak kali, setidak-tidaknya 8 kali di dalam surat-surat Paulus, misalnya, Roma 12:13; atau Roma 14:19; atau 1 Korintus 14:1 untuk mengejar kasih, menjadikan kasih sasaran hidup Anda; atau Filipi 3:12 yang menunjukkan sifat khas Paulus. “Aku mengejarnya…aku mengejar menuju garis akhir.”  Terdapat satu intensitas! Itulah inputnya. Alasan mengapa kita memiliki satu angkatan umat Kristen yang lemah karena tidak adanya input. Saya melihat orang-orang Kristen yang tidak memiliki motivasi, yang tidak terarah, yang tidak mengejar apa-apa, yang tidak berusaha. Tidak berbuat apa-apa! Mereka duduk dan menunggu tuaian sedangkan mereka tidak menaburkan suatu apapun. Tidak heran mereka menjalankan kehidupan tanpa mencapai apa-apa. Bagaimana mungkin saya berharap pada Allah untuk memberikan tuaian sedangkan saya tidak menaburkan apa-apa? Saya merayu kepada Anda supaya memikirkan hal ini dengan mendalam.

Oleh karena itu, Ucapan Bahagia harus datang dulu! Itulah inputnya. Itulah yang kita tabur. Jika Anda berkata, seperti Paulus, “Aku akan menjadikan tujuan hidupku, gol rohani aku; untuk mengejar dengan kebulatan tekad yang tak terbagi-bagi supaya menjadi miskin di hadapan Allah. Yaitu, aku datang padanya sebagai seorang yang bergantung sepenuhnya pada Dia. Aku akan datang pada Tuhan sebagai seorang yang berkomitmen total pada-Nya, sebagai seorang yang menyerah sepenuhnya, yang sama sekali terbuka pada-Nya seperti seorang pengemis rohani, agar Dia memenuhi aku dengan kepenuhan-Nya.” Jika Anda datang dengan sikap seperti itu, Anda akan dipenuhi dengan kepenuhan Allah. “Ia akan mencurahkan kasih-Nya ke dalam hati saya dalam ukuran yang berkelimpahan oleh Roh Kudus-Nya karena sekarang hati saya terbuka luas kepada-Nya. Saya telah menaburkan satu sikap rohani yang memungkinkan Dia memberi satu tuaian rohani kepada saya. Jika aku belajar untuk berdukacita atas dosa, atas dosa saya sendiri dan juga dosa orang lain, maka Allah akan memenuhi saya dengan sukacita.  Jika aku berusaha untuk menjadi lemah lembut oleh anugerah Allah, maka jalannya terbuka untuk Allah memenuhi saya dengan damai sejahtera. Dan sekalipun saya belum begitu mencintai kebenaran, namun saya menjadikan sasaran saya untuk haus dan lapar akan kebenaran, maka Dia akan menghasilkan buah Roh di dalam diri saya.”


Bagian Allah dan Bagian kita

Inilah yang diajarkan Yesus kepada kita di Khotbah di Bukit: apa yang harus kita tabur, apa tujuan rohani kita, apa yang harus kita kejar, apa arah panggilan kita yang harus kita kejar. Paulus tidak berkata, “Panggilan kita adalah satu panggilan yang surgawi yang tinggi, dan aku menanti untuk di angkat ke atas. Aku sedang menanti Allah untuk mengikatkan jet pengerak di belakangku supaya aku bisa ditembak ke atas untuk mencapai panggilan yang tinggi itu.” Tidak, dia berkata, “Aku mengejarnya, aku berlari-lari ke depan.” Inilah yang saya lakukan juga. Saya sedang berlari-lari ke depan supaya Allah, oleh anugerah-Nya, memberi kuasa supaya saya bergerak ke depan. Allah tidak dapat melakukan apa-apa untuk Anda kecuali Anda mempunyai sikap yang benar. Saya percaya sebagai seorang Kristen, Anda sudah mengetahui hal ini. Anda harus mempunyai sikap yang benar. Sebagai contoh, jika Anda tidak bertobat, Ia tidak dapat mengampuni Anda. Pengampunan-Nya ada di situ ibarat lautan yang luas siap untuk mengampuni  dosa-dosa Anda. Namun begitu, jika Anda tidak bertobat, sikap tak menyesal itu ibarat satu  pematang yang menahan lautan pengampunan-Nya. Lautan pengampunan itu tidak dapat memasuki kehidupan Anda. Air itu tidak dapat menyuburkan ladang-ladang kehidupan Anda karena kurangnya sikap menyesal di pihak Anda menahan keseluruhan anugerah Allah daripada memasuki hidup Anda. Jika Anda dapat memahami prinsip ini dalam hal pertobatan, betapa mudahnya untuk memahami hal ini di tingkat apapun.


Berusahalah Menjadi Orang yang Dapat Diberkati Allah!

Prinsip yang sama berlaku. Allah tidak dapat melakukan apa-apa untuk Anda sehingga Anda membuka hati Anda kepada-Nya. Sebagai contoh, dikatakan bahwa tepat pada awal pelayanan Yesus, Yesus tidak dapat melakukan banyak mujizat di Nazaret karena ketidakpercayaan mereka. Ketidakpercayaan mereka menahan anugerah Allah. Hal yang sama berlaku di sepanjang kehidupan rohani kita. Ucapan-ucapan bahagia ini, saudara-saudara, Anda harus mengerti, adalah apa yang dikatakan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya, “Berbahagialah orang yang seperti ini”. Sekarang Anda berusahalah untuk menjadi orang seperti ini yang diberkati Allah. Ia berkata kepada murid-murid-Nya, “Kamu jadikan orang seperti ini sasaran/tujuan  kehidupan kamu. Jadilah orang semacam ini, karena orang macam ini diberkati oleh Allah.” Itu seharusnya menjadi gol setiap murid. Saya harap sampai di sini seluruh ajaran Tuhan tentang Ucapan Bahagia menjadi jelas kepada Anda. Ucapan-ucapan ini tidak bisa dianalisa secara intelektual.  Ucapan-ucapan itu harus diterapkan dalam kehidupan kita sebagai satu gol dan arah yang harus dikejar. Kemudian kita akan mengalami kuasa Allah dalam kehidupan kita dengan cara yang tidak pernah kita alami sebelumnya, dengan cara yang tidak pernah kita mimpikan. Datanglah kepada Allah dalam segala keterbukaan dan segala kemiskinan, agar Ia memenuhi kita dengan segala kepenuhan-Nya. Saya berdoa agar Allah menolong Anda untuk memahami firman Tuhan yang memberi hidup ini.

 

Berikan Komentar Anda: