Pastor Boo | Wahyu 1:1-6 |

Kita akan mendalami kitab Wahyu. Kita semua tahu bahwa kitab ini termasuk sukar dipahami dan rahasia yang dikandungnya sangat dalam. Kitab ini sering disalahpahami. Ada satu cendekiawan menyatakan seperti berikut:

“Walaupun Rasul Yohanes melihat berbagai jenis monster di dalam penglihatannya, tak ada satu pun dari semua binatang itu yang lebih liar daripada pembahasan para penafsirnya.” G.K. Chesterton

Tentu saja, kita tidak ingin berada dalam keadaan seperti itu. Penjelasan kita bisa saja terdengar lebih aneh daripada berbagai binatang yang disebutkan dalam kitab Wahyu. Salah satu hal yang ingin saya hindari adalah membuat pernyataan tentang hal-hal yang akan terjadi pada masa depan. Ini merupakan kecenderungan yang sering terjadi dalam lingkungan Prostestan. Anda bisa bisa lihat hal ini dalam slide yang berikutnya:

1) Dispensionalisme: Gagasan bahwa Yohanes menuliskan penglihatan yang mendetail, dengan kronologi langkah-demi-langkah yang rinci dari skenario geopolitik futuristik. Pandangan ini sudah melenceng dari sasaran serta mengabaikan pesan nubuatan penting bagi gereja. Iblis senang jika kita menghindari teguran yang keras dari Yohanes dalam kitab ini. Jika kita memakai Firman Allah sebagai alat ukur modern bagi fantasi akhir zaman versi kita, Iblis akan bersukacita. Sebagai contoh, ada yang menghubungkan nama Ronald Wildon Reagan dengan angka 666. (Webster, Douglas D.. Follow the Lamb: A Pastoral Approach to The Revelation.)

Nama yang dijadikan contoh tadi termasuk nama yang panjang. Nama presiden ini dikaitkan dengan sejarah akhir zaman. Itu adalah salah satu upaya dari orang-orang yang berusaha mencari tahu siapa Antikristus, atau Binatang yang dari laut itu, bangsa-bangsa mana saja yang akan menjadi pendukungnya, sang nabi palsu, dua saksi akhir zaman dan sebagainya. Penulis buku itu memperingatkan kita bahwa kita akan melenceng dari sasaran dan mengabaikan pesan nubuatan di dalam kitab Wahyu jika kita melakukan upaya tebak-tebakan tersebut. Jadi, kita perlu menghindari kekeliruan tersebut. Sebaliknya, kita akan lihat hal-hal apa yang akan berguna bagi kesehatan rohani kita. Hal apakah yang disampaikan oleh kitab Wahyu ini dalam kaitannya dengan hubungan kita dengan Allah?

Penulis buku ini memberi contoh tentang tebakan seseorang bahwa Ronald Reagan adalah 666, Antikristus. Bagaimana orang itu bisa sampai pada kesimpulan macam ini? Kata “Ronald” terdiri dari enam huruf, “Wilson” ada enam huruf, dan kata “Reagan” juga enam huruf. Berdasarkan hal ini, Ronald Reagan disimpulkan sebagai 666. Seperti inilah tindakan orang yang secara tidak sadar sudah menyalahgunakan Firman Allah. Kita tidak boleh melakukan hal semacam itu.

Kerangka pikir yang berikut berkaitan dengan upaya melakukan pendekatan akademik atau skolastik/ilmiah terhadap kitab Wahyu.

2) Skolastik/ilmiah: Orang bisa saja membaca ribuan halaman buku tafsiran kitab Wahyu tanpa mendapatkan petunjuk apa pun tentang hubungan antara isi kitab itu dengan gereja abad-21. Namun jika isi kitab itu hanya menyampaikan hal-hal yang terkait dengan masa abad pertama saja, dan tampaknya tak ada orang yang mendapat dorongan dari Roh untuk menjelaskan maknanya kepada gereja masa kini dan budaya kontemporer, bagaimana orang percaya bisa mendapat manfaat dari pesan-pesan alkitabiah di dalamnya?

Justru di sinilah letak perkaranya: Apa gunanya mempelajari semua rincian teknis yang ada sambil mengabaikan pesan nubuatan yang terkandung di dalamnya, yaitu pesan alkitabiah yang ditujukan kepada kita? Yang utama adalah bagaimana semua pengetahuan itu bisa diterapkan dalam hidup kita.

Demikianlah, jika anda ikuti berbagai kerangka pikiran tersebut, termasuk pendekatan akademik juga, Iblis akan senang sekali, karena anda tidak akan mendapatkan pesan yang sejati dari kitab Wahyu.


WAHYU ITU BERASAL DARI ALLAH SENDIRI

Mari kita lihat kitab Wahyu dengan hati yang terbuka. Kita akan memulai dari

1  Penyataan dari Yesus Kristus, yang diberikan Allah kepada-Nya untuk ditunjukkan kepada hamba-hamba-Nya tentang hal-hal yang segera harus terjadi. Yesus Kristus memberikan penyataan ini melalui malaikat-Nya untuk disampaikan kepada Yohanes, hamba-Nya.
2  Yohanes telah menjadi saksi firman Allah dan juga Yesus Kristus, atas segala sesuatu yang telah dilihatnya.
3  Diberkatilah orang yang membaca dengan suara keras firman nubuatan ini dan diberkatilah juga mereka yang mendengarkannya dan melakukan apa yang tertulis di dalamnya, karena waktunya sudah dekat. (Wahyu 1:1-3)

Jika anda perhatikan berbagai buku tafsiran kitab Wahyu, hal yang mereka persoalkan adalah, “Apakah ini wahyu mengenai Yesus” atau “wahyu dari Yesus”? Sebenarnya, cukup dengan melihat uraian dalam ayat pertama saja anda sudah bisa memahami jawabannya. Wahyu ini bukan dari Yesus. Isi kitab ini dengan tegas menyatakannya. Wahyu ini berasal dari Allah. Allah memberitahu Yesus. Sangatlah penting untuk memahami bahwa doktrin yang kita anut bisa menghalangi pemahaman kita akan kitab Wahyu ini. Bagaimana mungkin kita dapat menganggap bahwa wahyu ini berasal dari Yesus jika bukan karena doktrin yang kita anut mengatakan bahwa dia juga adalah Allah?

Ayat yang pertama sudah dengan jelas menyatakan bahwa sumber dari wahyu ini adalah Allah sendiri. Allah memberikan kepada Yesus wahyu tentang dirinya (Yesus). Dengan kata lain, ini merupakan hal yang ingin dicapai Allah di dunia melalui Yesus. Dalam kitab ini kita temukan seluruh rencana keselamatan dari Allah sejak zaman purba sampai sekarang, dan rencana ini akan digenapi dalam diri Yesus. Jadi, Dia memberi Yesus wahyu ini, dan Yesus menyatakannya dengan jalan mengutus malaikatnya kepada hambanya, Yohanes. Hal ini dinyatakan dengan jelas dalam ayat pertama. Lalu dari Yohanes, wahyu ini kemudian disebarkan kepada setiap orang, yaitu mereka yang merupakan milik-Nya.

5b Bagi Dia, yang mengasihi kita dan melepaskan kita dari dosa-dosa kita dengan darah-Nya, 6  dan telah menjadikan kita menjadi satu kerajaan, imam-imam bagi Allah dan Bapa-Nya, bagi Dialah kemuliaan dan kekuasaan sampai selama-lamanya! Amin.  (Wahyu 1:5b,6)

Di sini disebutkan bahwa dia mengasihi kita (kata “dia” mengacu pada Yesus) dan telah melepaskan kita dari dosa-dosa kita. Dia menjadikan kita suatu kerajaan, menjadi imam-imam bagi Allah dan Bapa. Yesus memiliki Allah, dan Allahnya adalah Allah Bapa. Jadi, sumber dari wahyu ini adalah Allah.


ALLAH DAN BAPA DARI YESUS ADALAH ALLAH DAN BAPA KITA JUGA

Yesus berkata kepadanya, “Janganlah kamu memegang Aku karena Aku belum pergi kepada Bapa. Akan tetapi, pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakan kepada mereka, ‘Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu.’” (Yoh 20:17)

Dalam ayat ini Yesus berkata kepada Maria Magdalena, “Aku akan pergi kepada Bapaku dan Bapamu, Allahku dan Allahmu.” Dengan kata lain, Allah dari Yesus dan Allah kita adalah Allah yang sama.

27  Kemudian, Ia berkata kepada Tomas, “Ulurkanlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku; dan ulurkanlah tanganmu ke sini dan letakkan di lambung-Ku. Jangan tidak percaya, tetapi percayalah!”
28  Tomas menjawab Yesus, “Ya, Tuhanku dan Allahku!” (Yoh 20:27,28)

Jika anda telusuri lebih jauh pasal 20 ini, anda akan lihat bagaimana Tomas melihat Kristus yang telah bangkit dan dia juga sudah menjamah bekas-bekas luka di tubuh Kristus. Tomas lalu berseru, “Ya Tuanku dan Allahku!” Apa maksud seruan Tomas ini? Seperti yang bisa kita lihat dari konteksnya, yang dimaksudkan oleh Tomas adalah Allah dan Bapa dari Yesus.

Saya akan membahas makna penting dari ayat ini nanti. Pokok yang sedang kita amati di sini adalah bahwa Allah telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati. Yesus tidak membangkitkan dirinya dari kematian. Allah bukan sekadar membangkitkan dia dari maut, Allah Bapa juga sekarang berdiam di dalam Yesus. Kepenuhan hadirat Allah sedemikian kuatnya sehingga Tomas mampu melihat kemuliaan Allah Israel berdiam dalam diri Yesus.

Ayat ini sangat penting bagi kita karena memberitahu kita bahwa setiap kali kita berjumpa dengan Yesus, kita juga akan berjumpa dengan Allah. Ini bukan karena Yesus adalah Allah. Arti sebenarnya adalah bahwa Allah berkenan berdiam di dalam Yesus. Allah menjadi satu dengan Yesus sama seperti Yesus yang juga menyatu dengan Dia.


KITAB WAHYU MENYAMPAIKAN SATU VISI TUNGGAL

Kita kembali ke Wahyu 1:1, ayat ini dimulai dengan pernyataan mengenai wahyu tentang Yesus Kristus. Maksud dari pernyataan ini ialah bahwa kitab Wahyu ini berbicara tentang Yesus karena Allah memang berniat seperti itu. Kitab ini berbicara tentang rencana keselamatan-Nya. Lebih dari itu, kata “Wahyu” ini, dalam bahasa sumbernya, memakai bentuk tunggal. Jadi, hanya ada satu visi dalam kitab ini. Wahyu ini disampaikan kepada Yohanes, yang di ayat 2 disebutkan, “Yohanes telah menjadi saksi firman Allah dan juga Yesus Kristus”.

Sebenarnya, Firman Allah dan kesaksian Yesus merupakan hal yang sama karena keduanya mengacu pada Wahyu yang tunggal itu. Jika anda kembali ke zaman abad pertama, lalu anda tanyakan orang-orang zaman itu, “Apakah Firman Allah itu?” Mereka akan menunjukkan Perjanjian Lama sebagai jawabannya. Lalu, apakah kesaksian Yesus itu? Segala hal yang terkait dengan kehidupan dan ajarannya. Adakah perbedaannya? Kita tahu bahwa kehidupan dan segala ajaran Yesus adalah penggenapan dari Perjanjian Lama. Bahkan segenap jalan hidup dan ajarannya berakar di dalam Perjanjian Lama. Dengan demikian kita melihat adanya Wahyu yang tunggal dari Allah, yang menjangkau periode sejak awal mula sampai dengan titik akhirnya. Ini adalah rencana keselamatan yang utuh dari Allah.


MENDENGARKAN DAN MELAKUKAN

Selanjutnya, Wahyu 1:3 menyatakan,

Diberkatilah orang yang membaca dengan suara keras firman nubuatan ini dan diberkatilah juga mereka yang mendengarkannya dan melakukan apa yang tertulis di dalamnya, karena waktunya sudah dekat.

Seperti itulah pentingnya kitab Wahyu. Kita diharuskan untuk membacanya. Kita diharapkan untuk mendengarkan pesan nubuatan yang disampaikan serta menuruti apa yang tertulis di dalamnya. Hal ini akan menyingkirkan berbagai macam spekulasi tentang makna dari banyak bagian dalam kitab ini. Jika anda ingin mencari tahu siapa itu Antikristus, bangsa apa melakukan hal apa, dan jika anda ingin mencari tahu siapa itu pelacur besar, adakah gunanya  mengetahui semua itu? Semua itu hanya akan memuaskan rasa ingin tahu kita. Yang perlu kita cari adalah prinsip-prinsip rohani dari dalam kitab Wahyu yang harus kita turuti supaya kita bisa menjalani hidup ini dengan cara yang menyenangkan hati Yahweh.

Ingatlah bahwa wahyu ini berkaitan dengan Yesus, jadi segenap perhatian perlu kita tujukan kepada Yesus. Seperti yang saya uraikan saat membahas Yohanes 20, jika kita bersentuhan dengan Yesus, berarti kita juga bersentuhan dengan Allah karena Allah diam di dalam Yesus.


KITAB WAHYU BERAKAR PADA PERJANJIAN LAMA

Menurut buku Biblical Eschatolgy yang disusun oleh Menn, berbagai lambang dalam kitab Wahyu berakar dari Perjanjian Lama. Jika anda tidak memiliki pemahaman yang mendalam akan Perjanjian Lama, anda akan sangat terhambat dalam memahaminya dan akan mulai membuat berbagai tebakan serta terjerumus ke dalam berbagai spekulasi. Akibatnya, anda tidak akan mampu memahami isi kitab Wahyu ini. Menurut Menn, kitab Wahyu berisi sekitar 630 rujukan terhadap Perjanjian Lama. Ini jumlah yang banyak. Bahkan ayat pertama dari kitab Wahyu ini berakar dari kitab Daniel pasal 2. Demikianlah, sejak dari awalnya, kitab Wahyu ini sudah mengacu pada Perjanjian Lama.

Jika kita tidak berakar dalam Firman Allah, bagaimana Allah akan berbicara kepada kita? Bagaimana Allah akan menyampaikan kebenaran Firman-Nya? Kita memang mendapat kesempatan istimewa dan perlu bersyukur karena memiliki Perjanjian Lama dan Baru. Perjanjian Baru merupakan penjelasan terhadap Perjanjian Lama, membantu kita untuk memahami bagaimana Perjanjian Lama digenapi dalam diri Mesias dari Allah, yakni Yesus sendiri. Oleh karenanya kita sangat memerlukan pengalaman menerima wahyu dari Allah, jika kita memang milik-Nya. Dengan kata lain, sekalipun kitab Wahyu dibacakan di gereja, para pendengarnya sendiri memerlukan pewahyuan dari Allah supaya pesan yang disampaikan oleh Allah bisa menyala di dalam hati mereka. “Barangsiapa memiliki telinga, kiranya dia mendengarkan apa yang disampaikan oleh Roh kepada jemaat.”


ORANG-ORANG IRAN MENDAPAT PENGLIHATAN AKAN YESUS

Saya ingin menyampaikan hal-hal ajaib yang berlangsung di Iran sekarang ini. Selama seminggu ini, saya menyaksikan berbagai video dan menelusuri berbagai website. Tampaknya ada satu hal unik yang sedang berlangsung di Iran. Saat saya periksa tanggal penyajian video dan website tersebut, semua kejadian ini berlangsung dalam kisaran waktu sekitar sepuluh tahun terakhir. Dengan kata lain, ini semua merupakan kejadian yang masih baru. Belakangan ini, Iran memang menghadapi berbagai kesukaran baik secara politik mau pun ekonomi, dan masalah ekonominya sangat memburuk akibat wabah COVID dan sanksi ekonomi dari AS. Selain itu, ada juga wabah kelaparan dan gempa bumi. Jadi, orang-orang di Iran menghadapi berbagai tekanan dari segala sisi kehidupan mereka. Akibatnya banyak warga Iran yang jatuh miskin. Mereka hanya bisa sekadar bertahan hidup saja. Secara alami, ada banyak gejala pembangkangan di sana, rakyat mulai berbicara menentang pemerintah mereka. Tentu saja, banyak orang yang ditahan sebagai tahanan politik akibat pembangkangan mereka. Seperti inilah sisi gelap dari gambaran tentang negeri itu.

Namun, ternyata ada juga sisi terang dari semua masalah itu: banyak orang Iran, terutama kalangan perempuannya, yang mendapatkan mimpi dan penglihatan tentang Yesus. Ini sangat unik. Akibatnya, mereka berpaling kepada Yesus, dan mulai membangun hubungan dengan Allah dalam bentuk yang tidak pernah mereka alami sebelumnya. Saya perlu menguraikan gejala ini lebih jauh, berdasarkan uraian tentang Yohanes pasal 20 dan Wahyu pasal 1. Orang-orang ini menghadapi berbagai masa yang sukar, dan jika mereka berusaha mencari jalan keluar, tampaknya tidak ada harapan bagi mereka. Akhirnya mereka jadi giat berdoa kepada Allah.


KESAKSIAN SEORANG PEREMPUAN IRAN YANG MENGALAMI YESUS

Saya beri anda salah satu contohnya. Ada seorang perempuan Iran yang mengalami pelecehan seksual sejak usia sekitar lima atau enam tahun. Pelecehan ini dilakukan oleh rekan bisnis ayahnya. Perempuan ini lalu mengadu kepada ibunya. Ketika ibunya mengajukan protes kepada ayahnya, ayahnya justru memukuli sang ibu di depan rekan bisnisnya, sambil berkata, “Kamu hanya merusak bisnisku.” Hal ini membuat rekan bisnis tersebut jadi semakin berani untuk terus melakukan pelecehan seksual itu kepada anak ini. Ini memang bukan pengalaman yang baik buatnya, dan tentu saja dia tidak mendapatkan kasih sayang dari ayahnya. Sang ayah lebih memikirkan urusan mencari uang. Ketika anak ini tumbuh dewasa, singkat cerita, dia mengalami semua perlakuan sampai pada perkosaan dan semacamnya. Tampaknya, di Iran, kedudukan perempuan tidak dianggap penting. Mereka cenderung dikesampingkan.

Perempuan ini tumbuh dewasa tanpa memiliki kepercayaan terhadap kaum pria. Dia bahkan tidak ingin bersentuhan dengan laki-laki. Secara kejiwaan, dia mengalami kehancuran mental. Dia bercerita bahwa selama masa mudanya, dia selalu berdoa kepada Allah selama bertahun-tahun, tetapi tidak ada jawaban sama sekali. Akhirnya dia mulai merasa ragu, “Apakah Allah itu ada?” Dia mengalami depresi berat dan mulai berpikir tentang hal bunuh diri. Dia mengunci pintu kamarnya, lalu membuat tali gantungan dengan memakai kabel. Sebelum dia gantung diri, dia membuat satu doa terakhir dan berkata, “Jika Engkau memang nyata, tunjukkanlah hal itu kepadaku.” Ini adalah doa yang dilandasi oleh keputusasaan, dan memang pada saat itu dia sudah kehilangan harapan. Lalu, dia menggantung dirinya.

Dalam beberapa detik, dia mendapati dirinya sedang bersandar seperti bayi di bahu seseorang. Hal ini memang menjadi kebiasaan anak kecil: mereka gemar menyenderkan kepala mereka di bahu orangtuanya. Saat itu dia sangat terkejut oleh pengalaman ini karena, seperti yang sudah dia sebutkan, dia tidak pernah mau ada laki-laki yang bersentuhan dengannya. Kemudian dia mendapat tahu bahwa orang itu adalah Yesus.

Lalu, Yesus mengucapkan perkataan yang diambil dari Mazmur 91. Namun, saat itu dia masih belum tahu apa-apa tentang Alkitab. Dia mendengar firman dari Mazmur 91, uraian tentang kepedulian dan perlindungan dari Allah. Dia sangat tersentuh oleh kutipan yang disampaikan oleh Yesus kepadanya. Setelah mendengarkan mazmur ini, dia terbangun dan mendapati dirinya berada di atas ranjang. Awalnya dia mengira bahwa semua itu hanya mimpi. Namun, ketika dia memeriksa pintu kamarnya, pintu itu terkunci. Ketika dia menatap ke lantai, kabel yang dijadikan tali gantungan itu ada di sana. Jeratnya sudah dilonggarkan dan kabel itu tergeletak di lantai. Ketika dia menatap ke arah cermin, tanda bekas jerat dilehernya terlihat jelas. Dia langsung menyadari bahwa Yesus sudah menolongnya. Setelah menyadari hal itu, dia lalu menangis sampai sekitar tiga jam. Tiga jam adalah waktu yang lama bagi kita. Akan tetapi, itu adalah air mata kesembuhan! Semua beban di hatinya sudah terangkat. Dia mengalami kemerdekaan dan sukacita di dalam Yesus!

Arti penting dari kesaksian ini adalah bahwa ini dilandasi oleh pengalaman nyata. Yang ada adalah suatu kebutuhan emosional dan rohani yang mendalam. Lalu, dia mengalami Yesus. Yesus memenuhi kebutuhannya dan memerdekakan dia. Ini hanya salah satu contoh; ada banyak kesaksian yang muncul dari Iran. Yang kita bicarakan bukan pengalaman dari ribuan orang, melainkan ratusan ribu orang yang mengalami realitas Yesus dalam beberapa tahun terakhir di Iran. Ini hal yang sangat luar biasa. Namun, tentu saja, di Iran mereka tidak bisa membicarakan hal ini secara terbuka. Iran bukanlah negara barat. Hal semacam ini tidak akan diizinkan untuk dibicarakan secara terbuka; akan tetapi, banyak perempuan dan beberapa laki-laki di sana mengalami realitas Yesus secara pribadi.

Saat saya membaca isi doa perempuan tadi, hal ini mengingatkan saya pada doa yang sama yang pernah saya sampaikan kepada Allah ketika saya berusia sekitar 17 tahun. Jadi, saya bisa memahami perasaan perempuan ini. Sama seperti dia yang mendapatkan realitas pengalaman bersama Yesus, saya juga mengalami dia, meskipun dalam wujud yang berbeda. Namun, satu hal yang pasti ialah bahwa dampak dari pengalaman ini adalah suatu kemerdekaan dari dosa! Yesus mengembalikan banyak orang kepada Allah. Entah mengapa, Yesus cenderung memilih untuk menyatakan dirinya kepada orang-orang yang terpinggirkan.


YESUS MENYATAKAN DIRINYA KEPADA ORANG-ORANG IRAN

Ada lagi perempuan lain yang mengalami kesembuhan oleh Yesus. Itu sebabnya mengapa dia memilih untuk mengikut Yesus. Dia bercerita bahwa ketika dia mencoba untuk menceritakan pengalamannya kepada beberapa perempuan lain di Teheran, tanggapan yang didapatnya sungguh luar biasa. Orang-orang yang dia jangkau bukan berasal dari kalangan orang kaya. Mereka merupakan pelacur dan orang-orang miskin, dan mereka memberi tanggapan pada kesaksiannya.

Saat saya membaca berbagai kesaksian ini, saya merasa sangat tergugah, tetapi juga prihatin pada orang-orang Iran ini. Yesus memilih untuk menyatakan diri kepada mereka. Orang-orang Iran kebanyakan juga berdoa kepada Allah. Saya rasa, pesan yang disampaikan oleh Allah kepada mereka adalah: kalau kamu mengenal Yesus, berarti kamu juga mengenal-Ku.


YESUS, SAKSI YANG SETIA

4  Dari Yohanes, kepada ketujuh jemaat yang ada di Asia. Anugerah dan damai sejahtera untukmu dari Dia Yang Ada, Yang sudah Ada, dan Yang akan Datang; serta dari ketujuh roh yang ada di hadapan takhta-Nya,
5  dan dari Kristus Yesus, Saksi yang setia, yang pertama kali bangkit dari antara orang mati dan Penguasa atas raja-raja di bumi. Bagi Dia, yang mengasihi kita dan melepaskan kita dari dosa-dosa kita dengan darah-Nya,
6  dan telah menjadikan kita menjadi satu kerajaan, imam-imam bagi Allah dan Bapa-Nya, bagi Dialah kemuliaan dan kekuasaan sampai selama-lamanya! Amin. (Wahyu 1)

Di sini anda melihat ada salam yang disampaikan dari Allah, lalu dari ketujuh roh, dan kemudian dari Yesus. Perhatikan kata-kata yang saya tebalkan. Inilah hal yang baru saja saya uraikan, dan dituliskan dalam ayat 5, “yang mengasihi kita dan melepaskan kita dari dosa-dosa kita dengan darah-Nya.” Kita melihat bahwa orang-orang Iran ini kebanyakan tergolong miskin dan terpinggirkan. Sekalipun ada juga yang tidak miskin, tetapi mereka masuk kelompok yang terpinggirkan, seperti beberapa perempuan yang menyampaikan kesaksian tadi. Mereka mengalami kemerdekaan dari kuasa dosa. Saat mereka mengalami realitas Yesus, dia memerdekakan mereka dengan darahnya. Mengapa? Karena di dalam keputusasaan mereka, mereka berseru kepada nama Yesus.

Hal yang ingin saya tekankan adalah: “Saksi yang setia.” Sangat mudah untuk melihat hubungannya: seberapa setiakah Yesus ini? Dia setia sampai mati, dan itu sebabnya Allah membangkitkan dia dari antara orang mati, karena dia sudah membuktikan komitmennya sampai ke titik akhir. Dia lalu menjadi yang pertama bangkit dari antara orang mati, suatu kebangkitan jasmani, dan Allah menjadikan dia penguasa atas dunia. Dengan kata lain, tak ada pemerintah atau rejim di dunia ini yang memiliki kekuasaan tertinggi itu. Kekuasaan itu sudah menjadi milik Yesus karena Allah yang memberi dia kekuasaan itu.

10  Jangan takut terhadap apa yang akan kamu derita. Lihatlah, setan akan melemparkan beberapa dari kamu ke penjara supaya kamu diuji, dan kamu akan mengalami penganiayaan selama sepuluh hari. Setialah sampai mati, dan Aku akan memberikan kepadamu mahkota kehidupan.

13  Aku tahu di mana kamu tinggal, di tempat takhta Iblis berada; tetapi kamu berpegang pada nama-Ku dan tidak menyangkal iman-Ku bahkan pada zaman Antipas, saksi-Ku yang setia yang dibunuh di antaramu, tempat Iblis tinggal. (Wahyu 2:10,13)

Di sini Yesus berkata kepada jemaat di Smirna, “Setialah sampai mati, dan Aku akan memberikan kepadamu mahkota kehidupan.” Di ayat 13 dikatakan, “Aku tahu di mana kamu tinggal, di tempat takhta Iblis berada; tetapi kamu berpegang pada nama-Ku dan tidak menyangkal iman-Ku.” Dengan kata lain, mereka meniru iman Yesus sebagai saksi yang setia. Yesus menyebutkan nama salah satu muridnya, Antipas, yang dibunuh di hadapan mereka di tempat kediaman iblis.


ORANG-ORANG PERCAYA IRAN MENANGGUNG PENDERITAAN

Hal ini membawa kita kembali pada pengalaman orang-orang Iran ini. Banyak dari mereka yang mengalami realitas Yesus ini kemudian mendapatkan kesukaran. Karena kebanyakan dari mereka adalah perempuan, anda dapat bayangkan hal apa yang terjadi pada diri mereka. Berbagai penganiayaan harus mereka lalui; mulai dari kondisi penjara yang berat, pemukulan, ruang tahanan isolasi, dan tahanan perempuan sering mengalami perkosaan. Mereka diperlakukan seperti sampah. Bagaimana mereka bisa menahan semua penderitaan ini? Jika anda tidak mengalami realitas Yesus, belum mendapatkan pencerahan tentang kebenaran, anda tidak akan bisa menempuh semua penderitaan itu. Banyak dari mereka yang memberi kesaksian tentang bagaimana Yesus mendampingi mereka. Berbagai tuduhan diajukan kepada mereka selama proses interogasi, tetapi mereka bergeming karena Yesus memang nyata bagi mereka.

Ada salah satu saudara seiman dari sana yang berkata, “Sekalipun saya tidak punya apa-apa lagi, dan sekalipun saya harus tidur di pinggir jalan, saya tetap merasa bahagia. Selama Yesus mendampingi saya, saya sangat bahagia.”


GELAR YESUS YANG PERTAMA: SAKSI YANG SETIA

Referensi pertama pada Yesus, gelar pertama yang disebutkan bagi Yesus di dalam kitab Wahyu adalah Saksi yang setia. Ini bukan gelar yang megah. Tahukah anda hal apa yang disampaikan oleh orang-orang Iran ini kepada jemaat di negara-negara Barat? “Berdoalah bagi kami. Namun, tidak usah mendoakan supaya penganiayaan ini berhenti.” Oleh karena penderitaan ini, bertambah banyak orang yang mengalami realitas Yesus dan dimerdekakan dari kuasa dosa. Mereka tidak akan menjadi teguh jika anda berdoa kepada Allah supaya penderitaan mereka disingkirkan. Mereka menerima penderitaan secara apa adanya. Ada salah satu saudara seiman dari sana, yang cukup kaya, yang menyatakan kasihnya kepada Yesus. Jika pihak pemerintah datang dan menyita semua hartanya, dia tidak akan berusaha mempertahankan apa pun. Dia sama sekali tidak keberatan.

Berdasarkan pengalaman mereka tentang Yesus dan Firman, mereka siap untuk tetap teguh menanggung penderitaan demi kebenaran. Mereka mendapatkan arah hidup yang baru.

Saya akan bagikan satu kutipan dari seorang imam Katolik, yang juga seorang cendekiawan. Buku audionya berjudul “Proclaiming the Risen Christ: The Book of Revelation.”

Orang-orang yang tersisih secara politik, sosial dan religi, akan memahami kitab ini dengan paling baik. Sementara mereka yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi, justru seringkali tidak tahu apa-apa, karena kitab ini berkenaan dengan orang-orang yang mengalami penganiayaan, mereka yang menaruh harapannya bukan pada masa kini melainkan pada masa depan, bukan pada lembaga-lembaga duniawi melainkan pada Allah. Ini adalah jenis pola pikir yang sangat cocok dengan mereka yang terpinggirkan dan mungkin juga bagi masyarakat kelas bawah.

Jika anda dipandang sebagai orang berderajat rendah karena anda mengikut Yesus, anda akan bisa lebih mudah memahami isi kitab Wahyu.

Kutipan tadi mengakhiri khotbah hari ini. Saya harap kita semua bisa memahaminya dengan jelas. Sangatlah indah jika bisa mendapatkan pengalaman realitas Allah. Sangatlah indah saat menerima visi yang baru. Akan tetapi, ada harga yang harus dibayar untuk itu: kita bisa saja mengalami penganiayaan tanpa akhir. Namun, hal yang memotivasi dan menjaga kita agar terus melanjutkan di jalan ini adalah hadirat Allah di dalam diri Yesus. Yesus adalah saksi yang setia. Kita juga bisa menjadi saksi yang setia oleh anugerah Allah.

 

Berikan Komentar Anda: