SC Chuah | Yohanes 7:1-10 |

Hari ini kita akan membahas Yohanes 7:1-0.

1   Sesudah itu, Yesus berjalan mengelilingi Galilea. Ia tidak mau berjalan di Yudea sebab orang-orang Yahudi di sana bermaksud untuk membunuh dia.
2  Ketika itu, hari raya orang Yahudi, yaitu hari raya Pondok Daun, sudah dekat.
3  Karena itu, saudara-saudara Yesus berkata kepadanya, “Berangkatlah dari sini ke Yudea supaya murid-muridmu juga akan melihat pekerjaan-pekerjaan yang engkau lakukan.
4  Sebab, tidak ada orang yang melakukan apa pun secara tersembunyi jika ia ingin dikenal secara umum. Jika engkau melakukan hal-hal itu, tunjukkanlah dirimu kepada dunia.”
5  Sebab, saudara-saudara Yesus sendiri pun tidak percaya kepadanya.
6  Yesus berkata kepada mereka, “Waktuku belum tiba, tetapi waktumu akan selalu tersedia.
7  Dunia tidak dapat membenci kamu, tetapi dunia membenci aku karena aku memberi kesaksian tentang dunia, bahwa perbuatan-perbuatannya adalah jahat.
8  Pergilah kalian ke perayaan itu. Aku belum pergi ke perayaan itu karena waktuku belum tiba.”
9  Setelah mengatakan demikian, Yesus tetap tinggal di Galilea.
10  Namun, setelah saudara-saudaranya pergi ke perayaan itu, Yesus juga pergi ke sana, tidak secara terang-terangan, tetapi secara diam-diam.

Sebelum kita membahas Yohanes 7 dengan lebih detail, saya ingin menunjukkan kepada saudara bahwa dalam Injil Yohanes, rasul Yohanes sepertinya sedang mengaitkan kehidupan dan pengajaran Yesus dengan pesta dan hari raya bangsa Israel. Pembaca yang jeli akan melihat bahwa Yohanes sepertinya sedang menarik korespondensi  antara kedua hal itu.


BAYANGAN DARI HAL-HAL YANG AKAN DATANG

Di Yohanes 2, Yesus melakukan tandanya yang pertama di sebuah pesta pernikahan. Ia mengubah air menjadi anggur pada sebuah pesta pernikahan. Di sepanjang Alkitab, pernikahan merupakan salah satu kiasan utama untuk menggambarkan hubungan Israel dengan Allah, dan hubungan kita dengan Kristus. Kemudian di Yohanes 5, Yesus menyembuhkan seorang yang telah lumpuh selama 38 tahun pada hari Sabat. Penting untuk diperhatikan bahwa Yesus tidak melanggar hari Sabat, tetapi dia melanggar aturan buatan manusia untuk hari Sabat. Berikutnya di Yohanes 6, peristiwa Yesus memberi makan 5.000 orang terjadi menjelang  perayaan Paskah. Percakapan Yesus mengenai roti hidup itu disampaikan dalam konteks perjamuan Paskah.

Di Yohanes 7, rasul Yohanes menarik korespondensi antara pelayanan Yesus dengan hari raya Pondok Daun. Hari raya ini juga dikenal sebagai hari raya Tabernakel atau Sukkot. Kata sukkot, merupakan kata jamak dari kata sukkat. Sukkat ialah nama yang diberikan kepada tempat tinggal sementara untuk para petani semasa panen, yang dibuat dari daun-daunan. Hari raya ini juga dimaksudkan untuk mengenang tempat tinggal rapuh yang menjadi kediaman bangsa Israel selama 40 tahun di padang gurun.

Hari raya Pondok Daun dirayakan selama tujuh hari. Dua unsur utama dari ritual hari raya ini adalah air dan terang. Sukkot juga dikenal sebagai A Festival of Water (Perayaan Air). Demikian juga dengan terang, yang melambang Shekinah Allah yang menerangi bangsa Israel melalui tiang api selama di padang gurun. Ritual penyalaan lilin dan obor merupakan bagian penting dari perayaan itu. Itulah sebabnya di Yohanes 7, Yesus berbicara tentang aliran-aliran air hidup. Berikutnya di Yohanes 8, Yesus berbicara tentang dirinya sebagai terang dunia. Semua ini bukanlah kebetulan.  Apa yang selama ini dilambangkan oleh hari-hari raya itu sekarang telah menemukan kegenapannya dalam Kristus.

Besar kemungkinan berdasarkan kenyataan inilah Paulus membuat pernyataan mengejutkan berikut di Kolose 2:

16  Karena itu, jangan biarkan seorang pun menghakimi kamu dengan masalah makanan dan minuman atau hari raya keagamaan, perayaan bulan baru atau hari Sabat.
17  Semuanya itu hanyalah bayangan tentang hal-hal yang akan datang, tetapi wujud yang sesungguhnya adalah Kristus.

Hari-hari raya itu hanyalah bayangan (shadow) dari hal-hal yang akan datang. Seperti yang kita ketahui, bayangan bukanlah sesuatu yang nyata. Bayangan dari sebuah pohon sangat berbeda dari sebuah pohon. Bayangan dari seseorang sangat amat berbeda dari orang itu sendiri. Kita tidak terpesona dengan sebuah bayangan. Kita hanya melihat bentuknya yang gelap dan tidak jelas. Namun, ketika pribadi yang menghasilkan bayangan itu tiba, kita akan segera melupakan bayangan itu. Jadi, Kristus merupakan substansi (the substance of) dari bayangan itu. Sayangnya, masih banyak orang yang masih berkutat dengan perkara-perkara seputar bayangan Kristus.


PERMUSUHAN DAN KEBENCIAN YANG MENINGKAT

Hal yang kedua untuk diperhatikan adalah permusuhan dan kebencian yang meningkat terhadap Yesus. Memasuki pasal 7, kita mengamati konflik yang semakin sengit yang akan berakhir dengan penyaliban.

7:1, … orang-orang orang-orang Yahudi di sana bermaksud untuk membunuh dia.
7:19, Mengapa kamu berusaha untuk membunuh aku?
7:30, Lalu, mereka berusaha menangkap dia…
7:32, … orang-orang Farisi menyuruh para penjaga Bait Allah untuk menangkap dia.
7:44, Beberapa orang dari antara mereka ingin menangkap Yesus …

Kita melihat repetisi dari tema yang sama. Yesus berada di pesta itu selama 7 hari (bdk ayat 2, 14 dan 37). Selama masa perayaan itu, sudah ada beberapa usaha untuk menangkap dia. Namun, karena waktunya belum tiba, mereka tidak dapat menjamahnya.  Kata Yesus, “Dunia membenci aku…”

Jika kita ingin mengikuti Yesus, kita harus menyadari kenyataan ini. Kita mengikuti dia yang dibenci dunia. Siapa saja yang ingin popular di dunia, selalu ingin di-like akan mengalami kesulitan mengikutinya sampai akhir.


YESUS TIDAK TERPENGARUH OPINI PUBLIK

1 Ia tidak mau berjalan di Yudea sebab orang-orang Yahudi di sana bermaksud untuk membunuh dia… 8  Pergilah kalian ke perayaan itu. Aku belum pergi ke perayaan itu karena waktuku belum tiba… 10  Namun, setelah saudara-saudaranya pergi ke perayaan itu, Yesus juga pergi ke sana, tidak secara terang-terangan, tetapi secara diam-diam.

Perhatikan betapa tenang dan percaya dirinya Yesus. Yesus tidak dipengaruhi opini publik dan pendapat orang. Ia tidak berusaha menjaga reputasi. Banyak orang, demi menjadi reputasi, bertindak seperti seorang pahlawan yang tak takut mati. Yesus tidak takut duduk diam ketika semua orang berlari ke kiri kanan, dan berlari ketika semua orang duduk diam. Ia tidak takut disebut penakut. Ia juga tidak takut disebut pembohong. Ia hanya melangkah sesuai dengan jadwal Bapa.   

Ini pelajaran penting bagi para hamba Tuhan. Kita harus belajar begitu tekad dalam melakukan kehendak Bapa sehingga kita tidak terikat, tidak diperbudak, tidak gelisah, tidak serba salah dengan pertanyaan, “Apa kata orang nanti?” Apa bedanya apa kata orang? Apa pentingnya pendapat orang? Orang yang melakukan kehendak Bapa harus belajar bebas. Dalam kisah ini, Yesus tidak khawatir disangka takut mati. Ia juga tidak peduli dianggap pembohong oleh saudara-saudaranya. Apa gunanya memenuhi ekspektasi orang dan berada di luar kehendak Bapa? Seorang hamba Allah akan memilih untuk mengecewakan manusia daripada mengecewakan Allah.

Kita dapat memastikan bahwa Yesus tidak takut mati. Ketika disuruh pergi karena Raja Herodes ingin membunuhnya, ia menjawab, “Pergilah dan katakan kepada rubah itu…” Rubah biasanya dipakai untuk menggambarkan orang licik. Ketika waktunya tiba, ia menyerahkan dirinya ke dalam tangan mereka untuk disalibkan.


SAUDARA-SAUDARA YESUS

3  Karena itu, saudara-saudara Yesus berkata kepadanya, “Berangkatlah dari sini ke Yudea supaya murid-muridmu juga akan melihat pekerjaan-pekerjaan yang engkau lakukan.
4  Sebab, tidak ada orang yang melakukan apa pun secara tersembunyi jika ia ingin dikenal secara umum. Jika engkau melakukan hal-hal itu, tunjukkanlah dirimu kepada dunia.”
5  Sebab, saudara-saudara Yesus sendiri pun tidak percaya kepadanya.

Di sini kita membaca perkataan sinis, skeptis dan menyindir dari saudara-saudara Yesus sendiri. Di Markus 6:3, nama saudara-saudaranya disebut sebagai Yakobus, Yoses, Yudas dan Simon. Saudara-saudara perempuannya tidak disebut di sini karena hanya kaum pria yang diwajibkan ke Yerusalem merayakan Pondok Daun.

“Jika engkau ingin dikenal, inilah waktunya… inilah kesempatannya…” Bentuk kalimatnya mirip dengan pencobaan Iblis yang kedua. Iblis membawa Yesus ke kota suci dan menempatkannya di puncak Bait Allah dan berkata, “Jika engkau Anak Allah, jatuhkanlah dirimu ke bawah…” Semua orang akan memujamu sebagai sang Mesias yang dinanti-nantikan itu. Lakukanlah sesuatu yang spektakuler, dan seketika engkau akan dikenal. Jadi, berhati-hatilah saudara-saudara, saudara bisa saja menjadi penyambung lidah Iblis tanpa saudara menyadarinya sama sekali. Saudara hanya perlu memiliki sikap sinis dan tidak percaya.

Mereka berbuat asumsi tentang karakter Yesus. Mereka berasumsi bahwa Yesus ingin dikenal umum. Yesus tidak punya keinginan untuk dikenal dan tidak akan berbuat apa-apa hanya untuk dikenal. Ia hanya ingin melakukan kehendak Bapa, sesuai waktu Bapa dan cara Bapa. Di Lukas 4:41, Yesus bahkan membentak  setan-setan dan tidak membiarkan mereka berbicara karena mereka tahu bahwa Ia adalah Kristus. Manusia cenderung membacakan karakter mereka sendiri ke dalam karakter orang lain.

Saudara-saudara Yesus tidak dapat memahami seorang yang sama sekali tidak egois, seorang yang tidak memiliki agenda pribadi. Menurut mereka, semua orang itu ada maunya, semua orang ada harganya. Setiap tindakan orang, sebaik apa pun itu, ada tujuan egois dibaliknya. Itulah filsafah Iblis, “Apakah Ayub takut akan Allah tanpa alasan?” Berdasarkan asumsi itu, mereka memberikan masukan kepada Yesus, tanpa menyadari itulah hikmat dunia, yang disebut hikmat dari setan.

Kita tidak menyangkal bahwa Allah ingin Yesus dikenal dunia, tetapi itu bukan caranya. Berikut hikmat Allah:

32  Dan, jika aku ditinggikan dari dunia ini, aku akan menarik semua orang kepadaku.”
33  Yesus mengatakan hal ini untuk menunjukkan dengan kematian seperti apa ia akan mati.

“Ditinggikan dari dunia” merujuk kepada salib. Melalui saliblah Yesus akan dikenal dunia. Itulah caranya, dan itulah hikmat Allah. Jadi, bukan saja masalah timing, tetapi juga masalah cara.


KELUARGA SENDIRI PALING SULIT DIMENANGKAN

Di sini kita melihat bahwa saudara-saudara Yesus sendiri tidak percaya kepadanya. Sering kali keluarga kita sendiri ialah orang yang terakhir yang akan percaya kepada kita. “Kita kenal orang ini, kita besar bersama dia, kita bermain dengan dia!” Kalau kita mengalami kesulitan di rumah setelah melakukan yang terbaik, saya harap saudara terhibur. Yesus juga mengalami kesulitan di rumah! Banyak orang Kristen yang saleh tidak mengalami masa-masa yang gampang di rumah. Di dalam keluarga sendiri, mereka mengalami api perlawanan, permusuhan, skeptisisme dan sinistisme.

Di sisi lain, saya pikir kebanyakan dari kita besar kemungkinan akan lebih bersimpati dengan saudara-saudara Yesus, karena tidak mudah tinggal serumah dengan seorang saudara yang sempurna! Seorang saudara yang mengetahui semua jawaban dan memiliki sikap yang baik dalam segala hal, yang menginsafkan kita akan betapa jahatnya kita setiap hari! (7:7, “Aku memberi kesaksian tentang dunia, bahwa perbuatan-perbuatannya adalah jahat.) Oleh karena itu, ada baiknya kita jangan terlalu cepat menghakimi mereka.


WAKTUKU… WAKTUMU…

Terakhir, kita akan fokus pada ayat 6 di mana Yesus berkata, “Waktuku belum tiba, tetapi waktumu akan selalu tersedia”, yang menjadi tema khotbah ini. Waktuku… waktumu… itu beda. ‘Waktu’ seorang pelaku kehendak Allah dan ‘waktu’ seorang pelaku kehendak diri sendiri sangatlah berbeda.

Waktumu selalu tersedia, selalu ada. Kamu berangkat atau tidak, tidak penting. Kapan mau berangkat juga tidak penting. Kamu hanya melakukan kemauan dirimu sendiri, dan apa pun yang kamu lakukan dengan waktumu, tidak berarti apa-apa. Mau ke sana, mau ke situ, mau libur ke mana, mau bisnes ke situ… silakan, itu tidak mengubah apa pun. Hidup tanpa jadwal, hidup tanpa misi dan tidak memiliki urgensi tentang apa pun. Tidak demikian halnya dengan seorang yang diutus Allah.

Suatu hal yang sangat menonjol tentang Yesus adalah kepekaannya kepada jadwal Bapa.

2:4, Yesus berkata, “Waktuku belum tiba.”
7:6, “Waktuku belum tiba, tetapi waktumu akan selalu tersedia.”
7:8, “Aku belum pergi karena waktu belum tiba.”
7:30, “tak seorang pun dapat menyentuh dia karena waktunya belum tiba.”
8:20, “tetapi tidak ada seorang pun yang menangkap dia karena waktunya belum tiba.”  

Dua ayat terakhir memberitahu kita bahwa bukan saja Yesus menentukan tindakannya berdasarkan jadwal Allah, tetapi juga bahwa tidak ada apa-apa yang akan terjadi kepadanya jika waktunya belum tiba. Tidak ada orang yang dapat menjamahnya. Saya percaya hal ini berlaku juga untuk setiap pelaku kehendak Allah. Tidak ada orang, tidak ada sakit penyakit, tidak ada apa-apa yang akan terjadi pada kita tanpa seizin dari Allah. Mari kita lompat ke Yohanes 12,

12:23, Yesus menjawab mereka, “Waktunya telah tiba bagi Anak Manusia untuk dimuliakan.”
13:1, Sebelum Hari Raya Paskah, Yesus tahu bahwa saatnya telah tiba bahwa ia akan meninggalkan dunia ini kepada Bapa, setelah mengasihi kepunyaannya sendiri di dunia, ia mengasihi mereka sampai akhir.
17:1, “Bapa, saatnya sudah tiba, muliakanlah Anak-Mu…”

Yohanes 13:1 sangat menyentuh hati. Sebelum meninggalkan dunia ini, apakah yang telah Yesus lakukan selama ini? Apakah misi dari Bapanya? Ia telah mengasihi kepunyaannya sendiri di dunia, dan ia mengasihi mereka sampai akhir. Itulah kegiatannya selama ia hidup. Satu kalimat ini merangkum seluruh kehidupan Yesus.

Jadi, Yesus sangat peka kepada waktunya Bapa karena ia adalah pelaku kehendak Bapa yang par excellence. Jadwal dan misi tidak dapat dipisahkan. Orang yang menerima sebuah tugas juga akan menerima sebuah jadwal. Baru-baru ini saya menyerahkan sebuah tugas kepada beberapa rekan sekerja saya dan hal yang pertama mereka minta dari saya ialah batas waktu. Tanpa batas waktu, tidak ada apa-apa yang akan terjadi. Saya memberikan waktu sebulan. Saya dapat bayangkan bahwa dalam satu bulan itu, banyak hal penting yang mereka biasa lakukan harus dikesampingkan hanya untuk menyelesaikan tugas itu, apatah lagi yang tidak penting.


JANGANLAH MEMBUANG WAKTU

Kita semua mungkin tidak sepeka Yesus, Paulus ataupun Petrus terhadap jadwal Bapa. Di dalam Perjanjian Baru, kita menemukan bahwa Paulus dan Petrus juga tahu kapan mereka akan dipanggil Bapa. Namun, ada satu hal yang dapat kita lakukan untuk memulainya: Janganlah lagi membuang waktu.

Pergunakanlah waktu yang ada dengan sebaik-baiknya karena hari-hari ini adalah jahat. (Ef 5:16)

Bersikaplah bijaksana terhadap orang luar dan gunakanlah waktumu dengan sebaik-baiknya. (Kol 4:5) atau,

Hendaklah kamu melakukan dirimu dengan bijaksana kepada orang luar, dengan tiada membuangkan waktu. (Kol 4:5, TL)

Di Yohanes 6, Yesus berkata, “Kumpulkan potongan-potongan yang tersisa supaya tidak ada yang terbuang.” Lebih berharga daripada makanan yang tersisa adalah waktu kita. Saudara dapat menghasilkan lebih banyak uang, tetapi saudara tidak mungkin dapat menghasilkan lebih banyak waktu. Waktu ialah nyawa. Ketika kita memberikan waktu kita pada sesuatu atau seseorang, kita telah memberikan nyawa kita. Waktu yang terbuang tidak akan pernah kembali lagi. Tidak ada hal yang lebih sia-sia daripada berharap untuk memutar waktu kembali. Orang muda akan menjadi tua dan orang tua tidak dapat menjadi muda kembali. Itulah kenyataannya sejak dunia diciptakan. Oleh karena itu, bekerjalah selama masih ada hari ini, bekerjalah selama masih terang. 

Kita semua menerima anugerah yang berbeda-beda dari Tuhan. Talenta kita berbeda, kepribadian kita berbeda, kecerdasan kita juga berbeda. Kepada yang lebih banyak diberikan, lebih banyak akan dituntut. Akan tetapi, ada satu hal yang sama bagi semua orang. Setiap orang diberikan 24 jam/hari. Ada orang yang mencapai sangat banyak dalam 24 jam, ada pula yang tidak berbuat apa-apa.  

Marilah kita belajar menghitung jam-jam kita, supaya kita beroleh hati yang bijaksana (Mzm 90:12). Dari 24 jam itu, 7-8 jam dipakai untuk tidur; 1-2 jam untuk makan dan ke toilet; 8-10 jam lagi untuk bekerja; 1-2 jam untuk berolahraga dan relaksasi; 1-2 bermain dengan anak… pada keseluruhannya kita hanya tinggal 2-4 jam/ hari untuk me time. Waktu 2-4 jam itulah yang sangat menentukan apakah saudara menjadi orang yang rohani atau tidak. Itu sebabnya terkadang saya sangat heran bagaimana mungkin orang Kristen memiliki begitu banyak waktu untuk  bermain game, Facebook dan hal-hal seperti itu padahal Alkitab itu begitu kaya, begitu menarik, begitu banyak hal baru untuk ditemukan.

Baru-baru ini saya diminta pendapat tentang sebuah video sepanjang hampir 1 jam 30 menit. Saya sempat berpikir, ini akan memakan 90 menit dari hidup saya! Jika ditonton, tetapi ternyata tidak layak ditonton, 90 menit dari hidup saya akan dibuang ke dalam tong sampah. Namun, karena video itu berasal dari seorang jemaat dan berisi sebuah pertanyaan penting, saya akhirnya menontonnya. Untung, videonya cukup informatif dan menarik, walaupun saya tidak terlalu percaya dengan pesannya.

Di 1 Korintus 7:29, Paulus berkata, “Waktunya sudah singkat”. Jika waktu sudah singkat, apa yang harus menjadi fokus kita? Waktu yang singkat menuntut prioritas. Di ayat 35, Paulus menyatakan prioritasnya, “supaya pelayananmu kepada Tuhan tidak terganggu” (to secure undivided devotion to the Lord). Apakah itu prioritas paling utama dalam hidup saudara? Untuk “mengamankan pengabdian yang tak terbagi-bagi kepada Tuhan”?  

Akhir sekali, mari kita akan tutup dengan sebuah kabar baik tentang saudara-saudara Yesus.

Mereka semua dengan sehati bertekun dalam doa bersama dengan para wanita dan Maria, ibu Yesus, serta saudara-saudaranya. (Kisah 1:14)

Setelah kebangkitan Yesus, saudara-saudara Yesus akhirnya menjadi percaya. Kita juga mengetahui bahwa dua saudaranya, Yakobus dan Yudas, bahkan berkontribusi pada Perjanjian Baru melalui tulisan mereka.   

 

Berikan Komentar Anda: