SC Chuah | Natal 2021 |

Sebab, semua janji Allah adalah “ya” di dalam Kristus. Itulah sebabnya, melalui dia, kami mengucapkan “Amin” kami untuk kemuliaan Allah.

Ini merupakan sebuah pernyataan yang menakjubkan. Paulus menyatakan dengan jelas bahwa semua janji Allah adalah “ya” di dalam Kristus. Apa artinya? Ini berarti semua janji Allah menemukan kegenapannya dalam Kristus. Kedatangan Kristus menggenapi setiap janji yang pernah Allah ucapkan kepada bangsa Israel dan umat manusia. Siapa saja yang berada di dalam Kristus, Allah mengiyakan semua janji-Nya. Di pihak kita, untuk mengeklaim semua janji itu, kita mengucapkan “Amin” melalui Kristus. “Amin” merupakan ekspresi iman dari hati kita terhadap kepastian janji Allah, bukan kata sakti untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. “Ya” dari Allah dan “Amin” dari kita ketika dijodohkan membawa kemuliaan untuk Allah, bukan diri kita sendiri. Sebagaimana dalam sebuah perjanjian, Allah memberikan tandatangan-Nya “ya”, dan kita memberikan tandatangan kita, “Amin”.

Rasul Petrus menyebut janji-janji Allah sebagai janji yang “amat besar dan berharga” (2Ptr 1:4). Paulus dalam suratnya kepada Titus menggambarkan janji-janji Allah sebagai “yang dijanjikan sebelum permulaan zaman oleh Allah yang tidak pernah berdusta”. Oleh karena itu, tragedi yang paling besar dalam kehidupan seseorang ialah melewatkan janji itu entah apa alasannya. Dapatkah saudara memikirkan tragedi yang lebih besar?

Jika seorang paman yang tidak pernah berdusta menjanjikan 1M rupiah kepada saudara dan entah mengapa saudara melewatkannya, bukankah itu sebuah tragedi? Saudara mengalami kerugian besar dan akan digosipin sebagai orang bodoh dan sial. Dalam kenyataannya, kesalahan semacam ini walaupun tragis, tidaklah terlalu tragis dibandingkan orang yang melewatkan janji Allah. Kita berbicara tentang kehilangan kekal dan kebodohan kekal. Ini merupakan tragedi abadi.       

Ayat ini membuat saya penasaran. Ada berapa janji Allah di dalam Alkitab? Saya menanyakan hal ini kepada mister Google dan ternyata mister Google memang serba tahu. Menurut mister Google, di dalam seluruh Alkitab, Allah telah memberikan 7,487 janji! Bayangkan semua janji itu menjadi “ya” dalam Kristus!

Jadi, apakah maknanya Natal? Natal adalah “ya” dari Allah yang tidak pernah berdusta, yang sedang menantikan “Amin” dari kita. Apakah kehidupan saudara dicirikan oleh “ya” dan “amin”? Dalam pergaulan saudara dengan Allah, apakah saudara selalu mendengarkan “yes, yes, yes…”, atau “no, no, no…”? Apakah ucapan dari mulut kita kepada Allah, “amin, amin, amin…”, atau lebih banyak suara keluhannya? Ini merupakan tanda jelas apakah saudara ada “di dalam Kristus” atau “di luar Kristus”.  


Yesaya 12

Pada Natal tahun 2021 ini, mari kita merayakannya dengan merenungkan Yesaya 12, secara khusus bagaimana kedatangan Yesus sang Mesias menjadikan setiap kalimat dalam nyanyian itu menjadi kenyataan. Pesan ini agak personal bagi saya pribadi karena itulah pasal yang dibacakan oleh Pastor Eric untuk menguatkan kami yang baru dibaptis pada Kem Natal tahun 1989.  Seluruh pasal ini merupakan sebuah janji purba kepada bangsa Israel yang telah digenapi oleh kedatangan sang Mesias, Yesus. Ayat 1, 3 dan 4, dimulai dengan “kamu akan…”.

1  Pada waktu itu, kamu akan berkata, “Aku hendak bersyukur kepada Engkau, Ya YAHWEH! Sebab, meskipun Engkau telah murka kepadaku, murka-Mu telah reda dan Engkau menghibur aku.
2  Sesungguhnya, Allah adalah keselamatanku. Aku akan percaya dan aku tidak takut karena Tuhan YAHWEH adalah kekuatanku dan puji-pujianku. Ia telah menjadi keselamatanku.”
3  Kamu akan menimba air dari mata air keselamatan dengan sukacita.
4  Pada waktu itu, kamu akan berkata, “Bersyukurlah kepada YAHWEH, serukanlah nama-Nya! Beritahukanlah perbuatan-Nya di antara bangsa-bangsa, nyatakanlah bahwa nama-Nya ditinggikan.”
5  Nyanyikan puji bagi YAHWEH karena Dia telah melakukan hal-hal yang sangat baik; biarlah ini diberitahukan ke seluruh bumi.
6  Berteriak dan bersorak-sorailah, hai penduduk Sion, karena yang agung di tengah-tengahmu adalah Yang Kudus dari Israel.


MURKA-MU TELAH REDA

Saya tidak terlalu suka dengan terjemahan “reda” karena menimbulkan pertanyaan, “berapa banyak yang masih tersisa?” Reda maknanya “mulai berkurang”. Terjemahan bahasa Inggris rata-rata menerjemahkannya sebagai “Your anger is turned away”. Allah berpaling dari murka-Nya, bukan hanya berkurang. Tidak ada lagi amarah yang tersisa, sebaliknya amarah berubah menjadi berkenan.

Itulah titik balik yang paling penting dalam hidup seseorang, yaitu ketika Allah berpaling dari murka-Nya menjadi berkenan. Saya tidak dapat memikirkan hari yang lebih penting daripada hari ini dalam hidup seseorang. Hari-hari kita penuh dengan suka duka di sepanjang hayat kita. Ada hari-hari tertentu, umpamanya hari pernikahan, yang mengubah segalanya. Akan tetapi, inilah hari yang paling berbahagia dan paling penting. Nasib kita akan berubah sepenuhnya.

Kita tahu nasib kita di dunia ini sangat dipengaruhi oleh siapa ayah kita dan apakah dia senang atau tidak dengan kita. Jika seorang anak mendekati ayahnya ingin meminta sesuatu, sebelum anak membuka mulut jawabannya sudah dapat kita ramalkan. Seorang anak yang berkenan kepada ayahnya dapat meminta apa saja, jawabannya “ya”. Sebaliknya, seorang ayah yang murka akan menjawab “tidak” bahkan sebelum anaknya membuka mulut.

Banyak orang tidak sadar bahwa murka Allah merupakan wujud dari kasih-Nya terhadap kita. Perilaku kita mempengaruhi Allah dengan cara yang tak terbayangkan oleh kita. Sama seperti banyak anak zaman sekarang yang tidak peka terhadap duka orangtuanya yang mengasihi mereka. Sekarang ini, saya melihat murka Allah sebagai ekspresi dari kasih sayang-Nya. Saya lebih rela merasakan kemarahan-Nya daripada kecuekan atau ketidakacuhan-Nya. Kita boleh bersyukur karena Allah tidak pernah “cuek” atau bersikap “acuh tak acuh” terhadap siapa pun.

Semakin saudara merenungkan apa yang dilakukan Allah dan sang Mesias untuk menjamin pengampunan kita, semakin dalam rasa syukur di dalam hati kita. Kita menerima pengampunan yang tidak pantas kita terima. Kita tidak lagi menjalani hidup di bawah bayangan wajah marah. Saudara akan mempersembahkan hidup saudara untuk melayani Dia sebagai wujud nyata dari rasa terima kasih kepada-Nya. Walaupun kita sebagai orang percaya tidak takut mati, kita juga bukanlah tipe yang ingin cepat-cepat mati dan “masuk surga”. Kita ingin mempersembahkan hidup kita untuk melayani-Nya sebanyak dan selama yang mungkin sebagai sebuah ucapan terima kasih.

 

YAHWEH ADALAH KESELAMATAN

Itulah maknanya nama “Yesus”. Nama “Yesus” dalam bahasa Ibrani ialah “Yeshua”. Makna “Yeshua” adalah “Yahweh menyelamatkan” atau “Yahweh adalah keselamatan”. Melalui Yesus, Yahweh menjadi keselamatan kita.

Ia akan melahirkan seorang anak laki-laki dan engkau akan menyebut namanya Yesus (“Yeshua” = “Yahweh menyelamatkan”) karena ia akan menyelamatkan umatnya dari dosa-dosa mereka. (Mat 1:21)

Ayat ini memberitahu kita bahwa masalah utama umat manusia adalah dosa, bukan kemiskinan dan sakit penyakit. Keselamatan adalah keselamatan dari dosa. Kemiskinan dan sakit penyakit (ke tingkat tertentu) dapat diatasi oleh manusia sendiri. Manusia dapat mengatasi banyak hal kecuali masalah dosa dan kematian. Manusia tidak berdaya mengatasi masalah dosa.

Baru-baru ini saya membaca sesuatu yang berbunyi seperti berikut:

Pandemi ini menunjukkan kepada kita dengan jelas apa yang dapat dilakukan sains dan apa yang tidak dapat dilakukannya. Para ilmuwan dan dokter telah melakukan hal-hal yang luar biasa di sepanjang pandemi ini—mengenali virus, mengobati penyakitnya dan mengembangkan vaksin yang aman dan efektif. Akan tetapi, pada masa yang terpolarisasi ini, sains tidak dapat mengurangi amarah, memberikan pengampunan dosa, membangun rasa saling menghormati dan memenuhi hati kita dengan belas kasihan untuk orang lain.

Kita hidup di zaman yang sangat tidak menentu. Sebagai orang percaya, kita tidak perlu takut menghadapi masa depan. Oleh karena Allah adalah keselamatan kita, kita dapat menjalani kehidupan dengan yakin. Satu-satunya hal yang perlu kita takuti adalah dosa. Itulah satu-satunya hal yang merusak segalanya bagi kita secara pribadi dan umat manusia secara keseluruhan. Itulah satu-satunya hal yang memisahkan kita dari Allah. Kemiskinan dan sakit penyakit mungkin mempengaruhi pendapat manusia terhadap kita, tetapi sama sekali tidak mempengaruhi pendapat dan pandangan Allah.    


MENIMBA AIR KESELAMATAN DENGAN SUKACITA

Air keselamatan mengacu kepada Roh Kudus. Di dalam Perjanjian Baru, khususnya dalam tulisan Lukas, Roh Kudus disebut hanya sebagai “janji Bapa”.

Ketahuilah, aku mengirimkan janji Bapaku kepadamu. Akan tetapi, tinggallah di Kota Yerusalem sampai kamu diperlengkapi dengan kuasa dari tempat tinggi. (Luk 24:49)

Kita lihat hal yang sama di Kisah 1:4. Roh Kudus hanya disebut sebagai “janji Bapa”. Ini berarti pemberian Roh Kudus merupakan inti dari segala janji Allah. Sama seperti Roh Kudus merupakan inti dari segala janji Allah, Roh Kudus juga merupakan inti dari segala pemberian Allah yang baik.

Jika kamu yang jahat tahu bagaimana memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di surga. Ia akan memberikan Roh Kudus kepada orang-orang yang meminta kepada-Nya.

Roh Kudus merupakan anugerah yang terbesar yang Allah berikan kepada kita. Melalui Roh Kuduslah transformasi yang luar biasa terjadi di dalam kehidupan kita. Roh Kuduslah agen transformasi. Sudahkah saudara menerimanya?

… sampai Roh dicurahkan kepada kita dari atas, dan padang belantara berubah menjadi ladang yang subur, dan ladang yang subur itu dilihat sebagai hutan…

Bagaimana saudara menggambarkan kehidupan saudara? Padang belantara, atau ladang yang subur? Roh Kudus melakukan banyak hal dalam kehidupan kita. Alkitab dengan kaya menggambarkan kepada kita karya Roh Kudus dengan pelbagai kiasan seperti merpati, api, minyak, angin, air dll. “Menimba air keselamatan dengan sukacita.” Hal yang paling mendasar dari dampak pencurahan Roh atas kehidupan kita ialah kepuasan, kekayaan dan kelimpahan batin yang mendalam. Itulah salah satu hal yang seharusnya membedakan orang percaya dari orang dunia. Orang dunia sedang haus mencari-cari dan entah apa yang dicari. Orang dunia hidup dalam kegelisahan dan tidak pernah tenang.

Akan tetapi, mengapa begitu banyak orang percaya yang mendapati dunia begitu menarik, menawan dan memikat? Mengapa begitu banyak orang Kristen yang sekalipun telah bertahun-tahun beribadah di gereja, tetapi tidak banyak berubah? Mengapa banyak yang kering dan gersang? Pertanyaan ialah, sudahkah saudara menerima janji Bapa itu? Pernahkah saudara, seperti para rasul, menantikan janji Bapa dengan sungguh-sungguh?  Alangkah jauh lebih baiknya jika saudara menghentikan segala kegiatan dan menantikan daripada saudara sibuk ke sana sini tetapi tidak ke mana-mana.


SERUKANLAH NAMANYA

Ayat 4 berbunyi, “Bersyukurlah kepada YAHWEH, serukanlah nama-Nya! Ayat ini mengingatkan kita akan Roma 10:12-13,

Sebab tidak ada perbedaan antara orang Yahudi dan orang Yunani, karena Tuhan yang sama atas semua orang, adalah kaya bagi semua orang yang berseru kepada-Nya. Sebab setiap orang yang berseru kepada Nama Tuhan, dia akan diselamatkan.

Ayat ini memberitahu kita bahwa “diselamatkan” berarti “dilimpahi kekayaan” surgawi. Adakah di antara kita yang ingin menjadi kaya secara rohani? Bagaimana kita akan memperoleh kekayaan itu? Berserulah kepada nama-Nya!

Tahun depan kita akan belajar berseru kepada nama-Nya. Kita dalam proses menerbitkan buku yang berjudul “Keselamatan dalam Nama Yahweh” yang ditulis oleh Pastor Rosablanca Suen. Tuhan izinkan, kita akan menerbitkan buku tersebut bulan Januari tahun depan (2022). Marilah kita belajar untuk berseru kepada nama-Nya sehingga Allah melimpahkan kekayaan-Nya atas kehidupan kita. Saudara tidak akan kering, kosong dan selalu akan memiliki sesuatu untuk memberkati orang-orang di sekeliling kita, apakah secara rohani atau jasmani.


BERITAHUKAN PERBUATANNYA

9  Namun, kamu adalah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri supaya kamu dapat memberitakan kebaikan-kebaikan-Nya, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan menuju kepada terang-Nya yang ajaib.
10  “Dahulu, kamu bukanlah umat Allah, tetapi sekarang kamu adalah umat Allah. Dahulu, kamu tidak menerima belas kasihan, tetapi sekarang kamu telah menerima belas kasihan Allah.” (1Pet 2:9-10)

Ayat ini menjelaskan betapa spesialnya umat Allah di mata Allah. Bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri! Semua kata adjektif yang menunjukkan keistimewaan.  Kita mungkin bukan siapa-siapa di mata dunia. Saudara mungkin tidak dianggap oleh orang-orang di sekitar saudara. Jangan khawatir tentang itu! Mengapa begitu memperhatikan pandangan orang? Setiap orang yang berada di dalam Kristus tidak akan terlalu menghiraukan pandangan orang terhadapnya. Ia tahu dirinya spesial di mata Allah dan itu sudah cukup. Ia tidak membutuhkan pengakuan dan peneguhan dari orang lain.  

Mengapa Allah menjadikan kita begitu spesial? Supaya kamu dapat memberitakan kebaikan-kebaikan-Nya. Banyak orang yang merasa malu untuk bersaksi bagi Allah. Itu besar kemungkinan karena kita belum pernah mengalami kebaikan-Nya. Saya berani menyatakan bahwa orang yang telah mengalami kebaikan Allah tidak dapat menutup mulutnya sekalipun dia disuruh tutup mulut.

Hal ini dapat kita lihat di sepanjang Injil. Dalam beberapa kesempatan, Yesus sendiri memberi peringatan keras agar tidak memberitahukan hal yang dialami orang itu kepada siapa pun. Namun, orang itu justru menyebarkannya ke mana-mana. Kita dapat bersimpati dengan orang itu. Bagaimana saudara dapat menahan diri dan menutup mulut setelah mengalami kebaikan yang demikian besar?

Jika saudara mengalami kebaikan Allah, saya jamin saudara tidak dapat menutup mulut saudara sekalipun saudara dilarang membuka mulut (Kisah 4:17-20).


YANG KUDUS DARI ISRAEL ADA DI TENGAH-TENGAH KITA

Itulah pesan sentral dari Kitab Suci, itulah tujuan ilahi yang meluncurkan seluruh proyek penciptaan, yaitu Allah ingin hidup di tengah-tengah manusia. Hal ini akan menemukan kegenapan penuhnya pada penyempurnaan rencana Allah, yang digambarkan di Wahyu 21, ketika Yerusalem yang baru turun dari surga sehingga

“kemah Allah ada di tengah-tengah manusia. Ia akan tinggal di antara mereka dan mereka akan menjadi umat-Nya. Allah sendiri akan ada di antara mereka dan menjadi Allah mereka.” (Why 21:3)

Itulah janji-Nya sejak dulu (Im 26:11, Yeh 37:27) yang mulai digenapi dalam Kristus. Yesuslah bait Allah bukan buatan tangan manusia yang membawa hadirat Allah kepada umat manusia secara universal.  Setelah kematian, kebangkitan dan kenaikannya, ia mencurahkan janji Bapa kepada kita, dengan demikian menjadikan kita bait Allah juga sehingga Yang Kudus dari Israel ada di tengah-tengah kita. Adakah yang dapat menahan kita dari berteriak dan bersorak-sorai? Keselamatan yang dibawa Yesus memicu perayaan. Bersyukur (ay.1, 4), puji-pujian (ay.2), sukacita (ay.3), berseru (ay.4), bernyanyi (ay.5), berteriak dan bersorak-sorai (ay.6) menjadi buah bibir kita.  

Tahukah saudara selain Matius 1:23 yang menerapkan nama “Imanuel” kepada Yesus, Yesus tidak pernah disebut dengan nama “Imanuel” di tempat lain? Itulah satu-satunya tempat Yesus disebut bernama “Imanuel,” yang artinya: “Allah beserta kita”. Malah, setelah menyatakan bahwa namanya akan disebut “Imanuel”, dua ayat kemudian dia diberikan nama Yesus! Ini menunjukkan bahwa Imanuel bukanlah sebuah nama diri, tetapi sebuah nama fungsional. Pribadinya membawa penyertaan Allah kepada kita.   

Kiranya mulai Natal tahun ini, kehidupan saudara akan menggemakan sebuah “Amin” yang menjangkau sampai ke hadirat Bapa di surga.

 

Berikan Komentar Anda: