Pastor Jeremiah C | Yakobus 5:7-11 |
Hari ini kita akan membahas Yakobus 5:7-11. Pernahkah Anda perhatikan bahwa ayat 7-11 ini punya tema yang jelas? Kalau Anda baca dengan cermat, Anda akan lihat bahwa kata ‘kesabaran atau sabar (endurance)’ ini muncul samapi enam kali. Dalam satu perikop singkat, yakni 5 ayat, kata ‘sabar’ ini muncul sampai enam kali, jadi tema perikop ini pasti berkaitan dengan hal kesabaran.
Di dalam Pendalaman Alkitab yang lalu mengenai kitab Yakobus ini, kita telah melihat bahwa fokus dari Yakobus pasal 5 adalah penghakiman Allah. Tentu saja, kesabaran sangat erat kaitannya dengan kedatangan serta penghakiman Tuhan, ini karena ujian yang dihadapi oleh orang-orang Kristen di akhir zaman ini sangat berat dan sukar. Oleh karenanya, Yesus juga mengingatkan kita di dalam Matius 24:13 bahwa kita harus bertahan sampai pada kesudahannya untuk bisa diselamatkan. Di satu sisi, rasul Yakobus berkata bahwa penghakiman Allah sudah dekat; di sisi lain, dia mendorong kita untuk bersabar sampai pada akhirnya, supaya kita bisa berdiri tegak pada hari kedatangan Tuhan. Ini adalah pokok pertama yang bisa kita lihat dari isi Yakobus 5:7-11.
Pokok kedua yang perlu kita perhatikan adalah, sekalipun kata ‘sabar’ ini muncul sebanyak enam kali. Dalam keenam penampilannya itu menggunakan dua kata Yunani yang berbeda. Sebagai contoh, kata sabar di ayat 11 berbeda dengan kata sabar di ayat 7-10. Sekalipun makna dasarnya sama, yaitu sabar, namun ada sedikit perbedaan makna di sana. Kata sabar di dalam ayat 11 berkaitan dengan kesabaran dalam menanggung penderitaan yang sukar dan menyakitkan. Akan tetapi, kata sabar di ayat 7-10 tidak selalu terkait dengan penderitaan jasmani. Malahan, kata sabar di ayat 7-10 itu lebih berkaitan dengan kesabaran dalam hal menunggu. Sekalipun makna utamanya sama saja, namun ada perbedaan dalam perinciannya. Ini adalah pokok kedua yang perlu untuk dicermati.
Pokok ketiga yang bisa kita lihat adalah: Dalam perikop yang singkat ini, rasul Yakobus memakai tiga perumpamaan untuk mengajar kita tentang arti penting kesabaran. Di ayat 7-9, dia menggambarkan kesabaran seorang petani sebagai perumpamaan pertama. Di ayat 10, dia memakai kesabaran seorang nabi sebagai perumpamaan yang kedua. Di ayat 11, dia memakai kesabaran Ayub sebagai perumpamaannya. Ketiga ini punya kesamaan tetapi juga ada perbedaannya.
Itulah tiga pokok yang bisa kita tarik dari perikop ini.
Pertama, mari kita amati perumpamaan tentang petani di ayat 7. Jika Anda dibesarkan di wilayah pedesaan, Anda akan bisa memahami pesan yang disampaikan di sini. Menjadi seorang petani menuntut banyak kesabaran, dan kesabaran yang harus ditempuh oleh petani itu tidak terkait dengan penderitaan jasmani, melainkan penantian hujan musim semi dan hujan musim gugur, serta penantian hasil panen. Seringkali, saat kita menjadi tidak sabar, kita cenderung untuk memakai cara kita sendiri dengan mencampuri pekerjaan alam. Bagi mereka yang tinggal di perkotaan, kesabaran bukanlah hal yang mudah untuk dipelajari. Mereka yang tinggal di kota-kota sangat mengutamakan efisiensi dan kecepatan. Kita tidak punya kesabaran seperti yang dimiliki oleh para petani.
Kesabaran yang dibahas oleh Yakobus di sini adalah kesabaran dalam hal menunggu. Kesabaran jenis ini berkaitan dengan iman. Iman kita perlu dilengkapi dengan kesabaran sebelum bisa dikatakan utuh. Bahkan orang-orang yang tidak percaya tahu bahwa cita-cita membutuhkan kesabaran untuk bisa diwujudkan. Ibarat niat yang kita canangkan di setiap awal tahun, yang mungkin mencakup keinginan untuk meninggalkan kebiasaan-kebiasaan buruk serta membangun hal-hal yang berguna. Semua cita-cita itu sangat baik, akan tetapi banyak orang yang gagal mewujudkan dan berhenti setelah berjalan sekitar beberapa minggu atau bulan karena kurangnya kesabaran. Cita-cita yang tidak didukung oleh kesabaran adalah omong kosong. Hal yang sama berlaku juga dalam kehidupan rohani. Iman kita kepada Allah harus dipertahankan. Untuk mempertahankan iman, dibutuhkan kesabaran dan ketekunan. Sama seperti yang disebutkan dalam perumpamaan tentang penabur benih, mengenai banyaknya orang menjadi Kristen hanya karena mengikuti perasaan. Ketika berhadapan dengan ujian, mereka akan menyerah. Dari sini, kita bisa melihat bahwa iman mereka tidak disertai dengan kesabaran dan tidak akan memberi hasil.
Mari bersama-sama kita baca Ibrani 6:12. Kata ‘kesabaran’ di sini berasal dari kata Yunani yang sama dengan Yakobus 5:7-8. Penulis kitab Ibrani mengingatkan kita bahwa kita harus meniru para pendahulu rohani yang telah mewarisi janji dalam iman dan kesabaran. Mereka telah menunjukkan kepada kita bahwa iman harus dilengkapi dengan kesabaran. Iman tanpa kesabaran adalah omong kosong. Mereka yang bisa mewarisi janji Allah adalah mereka yang imannya bisa melewati ujian waktu. Inilah dasar yang dipakai oleh Yakobus dalam menyajikan perumpamaan tentang petani. Petani harus percaya bahwa Allah pasti akan memberikan hujan musim semi dan musim gugur pada saat yang tepat untuk menolong mereka menikmati panen. Karena itulah maka mereka harus sabar menanti. Hanya petani yang sabar menanti yang akan memanen hasil.
Mari kita baca Ibrani 6:15. Ayat ini menunjukkan bahwa karena kesabaran Abraham, maka dia menerima pemenuhan janji itu. Ungkapan ‘menanti dengan sabar’ berasal dari kata Yunani yang sama dengan yang tertulis di dalam Yakobus 5:7-8. Di sini kita melihat bahwa kesabaran dikaitkan dengan pewarisan janji. Penulis kitab Ibrani memakai contoh Abraham untuk mengingatkan kita bahwa iman harus dibarengi dengan kesabaran, tanpa kesabaran maka iman tidak akan memberi hasil. Karakteristik dari kata ‘sabar’ di dalam ayat ini adalah ‘tekun’. Jadi, sabar yang dimaksud bukanlah kesabaran yang ditujukan untuk menghadapi satu peristiwa saja, melainkan kesabaran yang tekun menanti dalam jangka waktu yang lama. Dan justru itulah karakteristik Abraham. Dia harus menunggu dengan sabar selama 25 tahun untuk bisa melihat awal dari pemenuhan janji Allah. Penantian Abraham ini adalah semacam ujian iman baginya yang diberikan oleh Allah. Dan, sama halnya dengan Abraham, Allah ingin agar setiap orang Kristen belajar dari teladan kesabaran Abraham.
Mengapa rasul Yakobus mendadak memakai perumpamaan tentang petani untuk mengingatkan orang-orang percaya tentang hal kesabaran? Apa kaitannya dengan ayat-ayat yang sebelumnya? Dalam Pendalaman Alkitab mengenai kitab Yakobus yang lalu, saya telah menunjukkan melalui 2 Timotius 3:1-2 bahwa karakteristik akhir zaman adalah individualisme dan kecintaan akan uang yang melanda masyarakat. Karakteristik ini tidak dikhususkan pada orang yang tidak percaya, tentu saja kecintaan pada uang dan keegoisan bukanlah hal yang asing bagi mereka. Pada zaman akhir, akan banyak orang Kristen yang hatinya berpaling kepada dunia, mengejar kenikmatan duniawi. Melibatkan diri dalam pesta pora dan kesenangan itu membutuhkan uang dan dan secara alamiah mereka akan mencintai uang untuk bisa meraih semua itu. Inilah karakteristik akhir zaman. Jika Anda hidup di tengah keadaan semacam ini, saat Anda melihat semua orang di gereja mengejar kekayaan, dan mereka mengumbar kesenangan dan kekuasaan dari kekayaan itu, bagaimana reaksi Anda? Apakah Anda akan tetap memelihara iman Anda kepada Tuhan? Apakah Anda akan tetapi tinggal di dalam ajaran Yesus dan tidak menimbun harta duniawi?
Banyak tempat yang sedang mengalami dampak dari reformasi ekonomi. Setiap orang ingin menjadi pengusaha, ingin berbisnis dan menjadi kaya. Sekarang ini orang bisa memberi produk-produk canggih buatan asing di seluruh pelosok negeri, dan barang-barang berteknologi tinggi sudah tersedia di mana-mana. Selama Anda punya uang, Anda bebas menikmati barang-barang mainan dan semua kesenangan itu. Orang-orang kaya tidak sekadar bisa menikmati pesta pora, mereka juga punya kuasa untuk berdiri di atas hukum dan menindas orang-orang miskin sesuka hati. Seeprti yang disampaikan dalam Yakobus 5:6, orang kaya bisa menelikung hukum dan menindas orang benar, bahkan membunuh mereka. Jika Anda adalah pendatang yang bekeja di negara asing, bagaimana reaksi Anda melihat situasi ini? Bisakah Anda bertahan dalam iman dan tidak larut dalam trend mengejar kesenangan? Mungkin Anda harus menghadapi celaan dan hinaan dari orang-orang kaya. Apakah Anda akan membalas kejahatan dengan kejahatan pula? Bisakah Anda tetap bertahan dalam ajaran Tuhan? Ini adalah ujian iman yang harus dihadapi oleh setiap orang Krsiten pada akhir zaman ini.
Saya tekankan sekali lagi: Kesabaran yang dibahas di dalam Yakobus 5:7-8 tidak bisa secara khusus mengacu pada kesabaran dalam menghadapi masa kesukaran besar. Yang ditekankan di sini adalah kesabaran dalam menahan godaan dari dunia dan menolak pengaruh cemar dari dunia. Kesabaran jenis ini ditujukan untuk menantikan janji Allah. Saat kita hidup di akhir zaman, kita akan menghadapi segala macam godaan. Akankah iman kita kepada Tuan goyah karena semua cobaan ini? Bisakah kita mempertahankan iman dan kepercayaan kita kepada Tuhan dengan kasih karunia Tuhan? Di ayat 8, rasul Yakobus meminta kita untuk bersikap proaktif dalam menghadpi ujian di hadapan kita dan bahwa kita harus memperkuat iman kita. Dia juga memberi kita harapan di ayat 8 ini karena hari Tuhan sudah dekat dan hanya mereka yang bertahan sampai pada akhirnya yang boleh menerima janji Allah dan tidak menjadi malu.
Bagaimana cara kita menguatkan hati kita dan juga para saudara seiman? Mari kita baca 2 Petrus 1:12. Petrus memberitahu kita bahwa Firman Tuhan bisa menguatkan hati kita. Jadi, kita perlu berdiam diri dalam ajaran Tuhan dan tidak berkompromi dengan dunia akibat pengalaman kenikmatan yang membuai. Kita harus membiarkan firman Allah menjadi pelita bagi kaki kita dan membiarkan firman itu menguatkan hati kita setiap hari, mengingatkan kita untuk tidak menyimpang dari kehendak-Nya. Orang Kristen yang tinggal dalam kehendak Firman Allah akan dipandang sebagai orang bodoh di akhir zaman. Oleh karenanya, yang terutama adalah bahwa kita harus memelihara ajaran Yesus.
Mari kita beralih ke 1 Tesalonika 3:12-13. Rasul Paulus mengingatkan jemaat di ayat ini untuk meningkatkan kasih supaya ketika Yesus dan orang-orang kudusnya kembali nanti, maka hati kita dikuatkan dan didapati tanpa cela. Rasul Paulus mendorong jemaat untuk bersiap menyambut kedatangan Kristus dengan membangun kasih satu sama lain. Ini karena Yesus sudah mengingatkan kita di dalam Matius 24:12 bahwa kedurhakaan akan bertambah di akhir zaman dan kasih orang-orang Kristen akan menjadi dingin. Firman Tuhan Yesus ini perlu untuk kita camkan. Kita bukan hanya perlu saling menguatkan, kita perlu mewujudkannya lewat tindakan yang nyata. Rasul Yakobus mengingatkan kita di dalam Yakobus 5:9 untuk tidak saling bersungut-sungut agar kita tidak dihukum. Saling bersungut-sungut adalah kebalikan dari saling mengasihi. Kedatangan Kristus yang kedua kali itu memberi harapan dan kemuliaan kekal bagi orang-orang percaya. Kalau kita tidak bisa bertahan sampai pada akhirnya, kalau kita tidak saling menguatkan, maka kedatangan kembali Kristus akan menjadi kutuk buat kita. Dengan demikian, pokok kedua yang harus kita pegang adalah bahwa kita harus giat saling mengasihi, saling menguatkan satu sama lain.
Mari kita baca 1 Petrus 5:10 untuk mengetahui pokok pegangan yang ketiga. Sekalipun kita akan menghadapi ujian yang berbeda-beda, janganlah lupa bahwa Allah sangat berkenan menganugerahkan kita kasih karunia-Nya untuk menguatkan hati kita. Kita tidak akan mampu mempertahankan iman kita dengan kekuatan kita sendiri. Rasul Petrus mengingatkan kita bahwa Allah akan mengizinkan kita untuk menghadapi penderitaan dan ujian untuk sementara waktu. Saat kita menghadapi ujian, janganlah menyerah, karena Petrus memberitahu kita bahwa ujian itu hanya sementara saja. Setelah kita menjalaninya, Allah akan lebih menguatkan hati kita. Dengan demikian kita harus bersikap lebih positif dalam menghadapi setiap ujian, karena kita tahu bahwa Allah memakai semua ujian itu untuk memurnikan iman kita dan memperkuat kita.
Karena keterbatasan waktu, kita hanya bisa berfokus pada perumpamaan tentang petani di dalam Yakobus 5:7-9 hari ini. Perumpamaan ini dipakai untuk menolong kita memahami hubungan antara iman dengan kesabaran. Saya harap setiap orang bisa memahami arti penting dari kesabaran. Perlu kita camkan bahwa kesabaran di sini tidak harus dikaitkan dengan penderitaan jasmani. Mungkin akan ada banyak orang yang punya keberanian duniawi untuk menanggung penderitaan jasmani buat Tuhan. Akan tetapi mereka gagal mewaspadai ragam ujian yang lain dari dunia – uang dan kenikmatan – yakni jenis ujian yang dihadapi oleh tanah jenis ketiga dalam perumpamaan tentang penabur benih. Sebelum penderitaan jasmani tiba, sudah banyak orang yang jatuh oleh godaan keduniawian dan uang. Mereka sudah tak mampu bertahan dalam iman dan berkompromi dengan dunia.
Mari kita saling mengingatkan bahwa hari Tuhan sudah dekat. Kita tidak boleh saling memprovokasi satu sama lain atau mengeluh tentang sesama. Ingat akan isi firman dalam Alkitab: Mereka yang bertahan sampai pada kesudahannya pasti akan menerima janji Allah.