Ev. Xin Lan | Yehuda (1) |

Tokoh Alkitab yang akan kita pelajari hari ini adalah Yehuda. Yehuda adalah anak dari Yakub dan abang Yusuf. Walaupun Yusuf mewarisi gelar sebagai anak sulung dan mendapat warisan dua kali lipat, tetapi Yehuda adalah pemimpin saudara-saudara lainnya. Dari kedua belas suku Israel, suku Yehuda adalah pemimpinnya. Banyak raja-raja berasal dari suku Yehuda. Raja Daud pun berasal dari keturunan Yehuda dan keturunan-keturunan Daud menduduki takhta kerajaan sebelum Allah menghapuskan kerajaan Yehuda. Dari segi silsilah Yesus, Mesias kita pun berasal dari keturunan Yehuda. Maka sangat jelas sekali bahwa suku Yehuda secara luar biasa diberkati oleh Allah.

Kelahiran Yehuda tercatat bagi kita di Kejadian pasal 29. Yehuda merupakan anak laki-laki Yakub yang ke-empat dari Lea, istri Yakub. Lea melahirkan empat orang anak laki-laki secara berurutan. Ketika anak ke-empat dilahirkan, dia berkata Sekarang, aku memuji YAHWEH.” Yehuda artinya adalah “pujian”


Yehuda turut Membenci Yusuf pada masa mudanya

Pada masa awal kehidupannya, Yehuda bersama-sama dengan saudara-saudaranya, turut iri hati terhadap Yusuf, adiknya. Mereka menjual Yusuf sebagai budak tanpa sepengetahuan ayah mereka, Yakub. Peristiwa ini tercatat di Kejadian pasal 37.

Kalau kita membaca di Kejadian 37, kita dapat melihat bahwa saudara-saudara Yusuf mau membunuhnya karena kecemburuan mereka yang telah berkembang menjadi kebencian yang mendalam. Mungkin sudah lama mereka ingin membunuh dia, tetapi baru sekarang mereka menemukan kesempatan itu.

Lalu, Yehuda berkata kepada saudara-saudaranya, “Jika kita membunuh adik kita dan menyembunyikan darahnya, apa untungnya bagi kita? (Kej 37:26)

Sangat jelas sekali Yehudalah yang memimpin saudara-saudaranya dan menjual Yusuf merupakan idenya. Dia berkata “Apakah untungnya kalau kita membunuh adik kita itu dan menyembunyikan darahnya? Marilah kita jual dia kepada orang Ismael ini, tetapi janganlah kita apa-apakan dia, karena ia saudara kita, darah daging kita.”

Meskipun saran Yehuda lebih baik dan lebih ringan daripada langsung membunuh Yusuf di tempat, tetapi tetap saja bukan sesuatu yang sepele. Yehuda hanya tidak secara langsung membunuh Yusuf karena bagaimanapun, dia adalah saudara kandungnya. Hati nuraninya tidak tega. Namun, menjual Yusuf sebagai budak tetap merupakan suatu tindakan yang sangat kejam. Yusuf hanya berumur 17 tahun, dia masih muda belia, anak kesayangan ayahnya. Dia tidak pernah mendapat perlakuan usil dan tiba-tiba harus direndahkan menjadi seorang budak. Tahukah anda apa artinya menjadi budak? Menjadi seorang budak tidak jauh beda dengan seekor hewan. Orang tidak lagi memperlakukan anda sebagai manusia melainkan sebagai hewan yang harus bekerja keras selama hidupnya. “Bebaskan aku atau bunuh saja aku!” Banyak orang lebih memilih mati daripada menjadi budak. Jadi ide Yehuda ini, sekilas pandang merupakan saran yang lebih baik, tetapi sangatlah mencelakakan Yusuf.

Seorang anak muda belia yang terbiasa hidup mewah tiba-tiba menjadi seorang budak dan dibawa ke tempat yang sangat jauh. Tahukah anda seperti apakah pengiriman budak-budak itu? Mereka akan diikat, satu ujung tali akan diikatkan pada seekor kuda atau unta dan satu hujung lagi akan diikat pada semua budak yang mau dijual. Mereka akan ditarik di sepanjang jalan, bagi yang tidak sanggup berjalan lebih jauh, akan diseret sampai mati. Terkadang mereka hanya mendapatkan sisa makanan ternak yang dilempar ke mereka dan minuman juga ala kadarnya sehingga mereka sering kehausan dan kelaparan. Banyak yang tidak kuat melewati penyiksaan ini dan mati dalam perjalanan sebelum sempat dijual.


Sekalipun Membenci, Yehuda tidak Tega Membunuh

Hati nurani Yehuda tidak tega untuk membunuh saudaranya secara langsung, maka dia memakai cara yang lain. Namun, menjual Yusuf sebagai budak sebenarnya tidak jauh berbeda dengan membunuh Yusuf. Dia tahu ada kemungkinan Yusuf tidak akan dapat bertahan dalam perjalanan menuju Mesir dan mungkin akan mati kelelahan.

Yehuda dan saudara-saudaranya membuat Yusuf begitu menderita. Alkitab tidak memberikan gambaran mendetail peristiwa perjalanan dan penjualan Yusuf. Namun, di Kejadian 42:21 ketika mereka mengingat lagi kejadian itu, mereka berkata seorang kepada yang lain: “Betul-betullah kita menanggung akibat dosa kita terhadap adik kita itu: bukankah kita melihat bagaimana sesak hatinya, ketika ia memohon belas kasihan kepada kita, tetapi kita tidak mendengarkan permohonannya.” Kita melihat bahwa Yusuf yang muda memohon dengan sangat pada saudara-saudaranya agar tidak menjual dan memperlakukannya seperti ini karena mereka bersaudara.

Namun, Yehuda dan saudara-saudaranya tidak mau mendengarkannya, mereka tidak ada rasa kasihan. Yusuf tidak hanya mengalami kejahatan dan kekejaman dari saudara-saudaranya, tetapi juga mengalami kerasnya hidup selama 13 tahun sebagai seorang budak dan juga tahanan. Semua ini memberikan Yusuf rasa sakit yang bukan main. Setelah 20 tahun ketika saudara-saudaranya membicarakan peristiwa saat menjual dia, hal ini membuatnya tidak berhenti menangis karena luka yang diakibatkan oleh saudaranya terhadapnya terlalu besar.


Kebencian memimpin pada Pembunuhan

Perjanjian Baru berkata, membenci seseorang sama dengan membunuh dia.

Setiap orang yang membenci saudaranya adalah seorang pembunuh, dan kamu tahu bahwa tidak ada pembunuh yang mempunyai hidup kekal di dalam dirinya.

Masalah Yehuda dan saudara-saudaranya terhadap Yusuf bermula dari hal yang pada dasarnya kecil. Bermula dari ayah mereka yang lebih menyayangi dia dan ditambah oleh sharing oleh Yusuf tentang dua mimpi yang menempatkan Yusuf di atas saudara-saudaranya. Yusuf juga sering diutus ayahnya untuk memantau saudara-saudaranya. Tentu saja Yusuf melaporkan tentang perbuatan-perbuatan mereka kepada ayahnya. Semua hal ini bukanlah masalah serius yang membuat mereka harus membenci Yusuf sampai ke tahap harus membunuhnya. Kita bisa melihat bahwa kebencian adalah tumor yang sangat serius dan mematikan. Kebencian sangat mudah bisa menuntun pada pembunuhan. Kita tidak membunuh mungkin saja karena tidak ada kesempatan, tetapi sangat sering dengan perkataan kita, kita telah membunuh orang lain. Pedang lidah kita menusuk begitu dalam ke dalam hati orang lain. Itu sebabnya Alkitab mengajar kita agar jangan membenci orang lain. Kita harus berurusan dengan dengan emosi buruk ini, kalau tidak, semua ini akan mendorong kita untuk membunuh, merusak orang lain dan diri kita sendiri.

Yehuda pada masa-masa awal kehidupannya, melakukan kejahatan besar. Menjual saudara kandungnya Yusuf dan berbohong kepada ayahnya dengan mengatakan bahwa Yusuf telah diterkam binatang buas. Tindakan Yehuda bukan saja mecelakai Yusuf, tetapi juga melukai ayahnya. Hal itu bukanlah hal yang menyenangkan Allah, karena itu Allah ingin berurusan dengan dosa Yehuda.

Setelah 20 tahun wilayah Timur Tengah menghadapi kelaparan yang besar. Kelaparan begitu parah sampai seisi rumah Yakub menghadapi ancaman kepunahan. Satu-satunya harapan hanya ada di Mesir. Hanya Mesir yang masih mempunyai gandum. Lalu Yakub menyuruh kesepuluh anak laki-lakinya ke Mesir untuk membeli gandum. Namun, mereka tidak tahu bahwa Perdana Menteri yang bertanggung jawab untuk penjualan gandum adalah Yusuf. Setelah 13 tahun melewati masa-masa yang sukar, Allah mengangkat Yusuf sebagai Perdana Menteri Mesir. Dia berada pada posisi yang tinggi dan hanya berada di bawah satu orang saja yaitu Firaun.


Yusuf Menguji Saudara-saudaranya

Tentu saja Yusuf adalah seorang yang takut akan Allah, sudah lama ia telah mengampuni saudara-saudaranya yang telah menyakiti dia. Namun, Allah juga ingin memakai Yusuf untuk untuk berurusan dengan dosa saudara-saudaranya. Allah ingin melihat apakah mereka sudah bertobat atau belum, supaya Allah dapat menyelamatkan mereka. Maka ketika Yehuda dan saudara-saudaranya berlutut di hadapan Yusuf, Yusuf sengaja dengan berpura-pura tidak mengenali mereka dan berbicara dengan kasar. Dia berkata, “Tidak! Kamu datang untuk melihat-lihat di mana negeri ini tidak dijaga.” (Kej 42:9)

Dengan cepat mereka menjawab: “Tidak tuanku! Hanyalah untuk membeli bahan makanan hamba-hambamu ini datang. Kami ini sekalian anak dari satu ayah; kami ini orang jujur; hamba-hambamu ini bukanlah pengintai.” (Kej 42:10)

Yusuf berkata, “Tidak! Kamu datang untuk melihat-lihat di mana negeri ini tidak dijaga.” Lalu jawab mereka: “Hamba-hambamu ini dua belas orang, kami bersaudara, anak dari satu ayah di tanah Kanaan, tetapi yang bungsu sekarang ada pada ayah kami, dan seorang sudah tidak ada lagi.” (Kej 42:13)

Yusuf memasukkan mereka bersama-sama ke dalam tahanan tiga hari lamanya. Pada hari yang ketiga berkatalah Yusuf kepada mereka: “Buatlah begini, maka kamu akan tetap hidup, aku takut akan Allah. Jika kamu orang jujur, biarkanlah dari kamu bersaudara tinggal seorang terkurung dalam rumah tahanan, tetapi pergilah kamu, bawalah gandum untuk meredakan lapar seisi rumahmu. Tetapi saudaramu yang bungsu itu haruslah kamu bawa kepadaku, supaya perkataanmu itu ternyata benar dan kamu jangan mati.” (Kej 42:18-20)

Mereka berkata seorang kepada yang lain: “Betul-betullah kita menanggung akibat dosa kita terhadap adik kita itu: bukankah kita melihat bagaimana sesak hatinya, ketika ia memohon belas kasihan kepada kita, tetapi kita tidak mendengarkan permohonannya. Itulah sebabnya kesesakan ini menimpa kita.

Lalu Ruben, anak sulung, menjawab mereka: “Bukankah dahulu kukatakan kepadamu: Janganlah kamu berbuat dosa terhadap anak itu! Tetapi kamu tidak mendengarkan perkataanku. Sekarang darahnya dituntut dari pada kita.” (Kej 42:21-22)


Yehuda Hidup dengan Rasa Bersalah selama 20 tahun

Dapat kita lihat di sini bahwa setelah Yehuda dan saudara-saudaranya menjual Yusuf, hati nurani mereka menuduh mereka selama 20 tahun. Mereka tahu mereka telah berdosa, tetapi mereka masih belum sungguh-sungguh bertobat. Kali ini Perdana Menteri ini, yang tidak mereka tahu adalah Yusuf, membuat mereka kesulitan. Saat Perdana Menteri Mesir ini keras terhadap mereka, mereka terpikir akan peristiwa penjualan Yusuf. Mereka langsung mengaitkan masalah yang mereka hadapi dengan dosa mereka. Mereka memandang kesusahan yang mereka hadapi sebagai suatu penghukuman. Allah memakai peristiwa ini untuk mengingatkan mereka lagi akan dosa yang mereka lakukan 20 tahun silam. Pada saat itu mereka menyadari dosa mereka dan sangat menyesalinya.

Poin ini sangat penting, Alkitab berkata, “Perbuatlah terhadap orang lain apa yang anda ingin orang lain perbuat padamu.” Sebenarnya Allah ingin menolong kita untuk melihat dosa kita. Kita sering tidak dapat melihat berat atau seriusnya dosa kita. Kita juga tidak melihat parahnya luka yang kita timbulkan karena dosa kita terhadap orang lain. Namun, ketika orang lain melukai kita, kita akan merasakan sakitnya. Allah memakai situasi seperti ini untuk menolong kita menyadari parahnya dosa yang kita perbuat. Saat kita sendiri disakiti, kita teringat akan sakit yang kita akibatkan ke atas orang lain.

Maka, melalui peristiwa ini, Yehuda melihat dosanya dan menyesalinya dengan begitu dalam. Hal ini dapat kita lihat dari sikapnya terhadap Benyamin.


Yehuda lolos dari Ujian

Ketika Yehuda dan saudara-saudaranya membawa Benyamin ke Mesir untuk membeli gandum pada kali yang kedua, Yusuf menyediakan hidangan besar untuk menjamu mereka dan meminta mereka untuk menginap semalam, lalu melepaskan mereka pada hari berikutnya. Namun, Yusuf memakai satu cara untuk menguji mereka. Apakah itu? Seperti kali yang pertama, Yusuf menyuruh kepala rumahnya untuk meletakkan uang yang mereka gunakan untuk membeli gandum di mulut setiap karung mereka. Dia dengan sengaja memerintahkan untuk menaruh piala peraknya di karung Benyamin. Ketika Yehuda dan saudara-saudaranya baru saja meninggalkan kota, Yusuf mengutus kepala rumahnya untuk mengejar mereka dan berkata kepada mereka: “Mengapa kamu membalas yang baik dengan yang jahat?” (Kej 42:4)

Ketika mereka mendengar hal itu, mereka sangat heran, jawab mereka kepadanya: “Mengapa tuanku mengatakan perkataan yang demikian? Jauhlah dari pada hamba-hambamu ini untuk berbuat begitu! Bukankah uang yang kami dapati di dalam mulut karung kami telah kami bawa kembali kepadamu dari tanah Kanaan? Masakan kami mencuri emas atau perak dari rumah tuanmu? Pada siapa dari hamba-hambamu ini kedapatan piala itu, biarlah ia mati, juga kami ini akan menjadi budak tuanku.”

Pengurus rumah Yusuf berkata, “Ya, usulmu itu baik; tetapi pada siapa kedapatan piala itu, hanya dialah yang akan menjadi budakku dan kamu yang lain itu akan bebas dari salah.”

Mereka menurunkan karungnya masing-masing dan membukanya. Lalu kepala pengurus rumah Yusuf mendekat dan memeriksa. Mulai dari yang paling tertua sampai yang paling muda dan piala itu ditemukan pada karung Benyamin. Maka ketakutanlah mereka. Kemudian mengoyak jubah mereka kemudian memuati keledai mereka dan kembali ke kota. (Kej 44:7-13)

Perhatikan apa yang dikatakan oleh pengurus rumah Yusuf, “Pada siapa kedapatan piala itu, hanya dialah yang akan menjadi budakku dan kamu yang lain itu akan bebas dari salah.” Itu berarti yang lain dapat melanjutkan perjalanan mereka. Namun, kali ini Yehuda dan saudara-saudaranya tidak meninggalkan Benyamin. Sebaliknya mereka mengoyakkan jubah mereka dan kembali ke kota bersama-sama. Apabila orang Israel menunjukkan dukacita, mereka akan mengoyakkan jubah mereka. Dukacita mereka adalah: Kenapa ini terjadi pada Benyamin? Mereka tidak rela meninggalkan Benyamin. Dan mereka ingin bahu membahu menanggung akibatnya bersama-sama.

Ketika Yehuda menghadap Yusuf mereka bersujud sampai ke tanah dan Yusuf berkata, “Perbuatan apakah yang kamu lakukan ini? Tidakkah kamu tahu, bahwa seorang yang seperti aku ini pasti dapat menelaah?”

Yehuda berkata, “Jawaban apa yang harus kami berikan kepada Tuanku? Apa yang harus kami katakan? Atau, bagaimana kami dapat menunjukkan bahwa kami tidak bersalah? Allah telah mendapati kesalahan hamba-hambamu ini. Kami adalah hamba-hamba Tuanku, baik kami maupun dia yang kedapatan membawa gelas perak itu.” (Kej 44:16)

Perhatikan, Yehuda tidak berkata, Oh! itu bukan aku, tetapi Benyamin saudara kami yang paling muda. Namun, Yehuda berkata, “Kami telah berdosa, maka kami ini budak tuanku.”

Saat itu Yehuda tidak tahu bahwa Yusuflah yang melakukannya. Dia berpikir Benyamin benar-benar mencuri piala perak itu. Oleh karena Benyamin yang mencuri, maka tidak ada hubungannya dengan Yehuda. Yehuda tidak bersalah, malah dia bisa saja menyalahkan Benyamin. Dia bahkan bisa marah terhadap Benyamin dan berkata, “Lihat, ini jelas tidak ada hubungannya denganku”. Tidakkah kamu sudah melibatkanku? Tidakkah kamu sudah merusak reputasi baikku?

Kita tidak mau disangkut pautkan dengan kesalahan orang lain dan tidak mau dikambinghitamkan. Dalam sebuah keluarga, ketika salah satu anggota keluarga melakukan perbuatan kriminal dan dipenjara, seluruh anggota keluarga selalunya tidak mau menyebutkan namanya di depan orang lain karena itu adalah aib. Kita bahkan ingin memutuskan hubungan dengannya. Jadi ada tahanan yang di penjara, selalu duduk sendirian di selnya saat waktu kunjungan tiba. Tidak ada orang yang datang menemuinya sebab keluarganya telah menolaknya.


Yehuda menanggung dosa Benyamin

Yehuda tidak melakukan hal seperti itu, dia menanggung dosa Benyamin sebagai dosanya sendiri, karena mereka satu keluarga. Makanya ia berkata, “Kami telah berdosa”. Perbuatan Yehuda ini berkenan kepada Allah. Perhatikan keseluruhan Perjanjian Lama, Allah memandang seluruh suku Israel sebagai satu keluarga. Ketika mereka berdoa kepada Allah untuk dosa Israel, mereka akan berkata, “Ya, Allah ampuni kami!”. Mereka tidak berkata, ya Allah ampuni mereka. Para nabi, ketika berdoa kepada Allah demi bangsa Israel, berdoa seolah-olah merekalah yang telah berbuat dosa.

Yehuda rela untuk mengambil perkara Benyamin sebagai perkaranya sendiri karena mereka adalah satu keluarga. Dia rela mengambil alih dosa Benyamin. Jadi pada saat itu, Yehuda dan saudara-saudaranya benar-benar berbeda dari mereka yang sebelumnya. Sebelumnya, mereka menjual saudara mereka yang tidak bersalah. Sekarang, mereka tidak meninggalkan saudara mereka yang ternyata bersalah. Mereka memikul dosa saudara mereka seperti orang bersalah. Mereka bahkan rela menjalani hukuman bagi dosa saudara mereka sebagai sebagai sebuah keluarga. Sebelumnya, Yusuf yang tak bersalah dikeluarkan dari persaudaraan dengan kejam. Sekarang, dengan penuh kasih, mereka menjalani hukuman bersama saudara yang terbukti bersalah. Mereka tidak meninggalkan Benyamin.


Kesimpulan

Hari ini kita telah melihat tentang Yehuda. Yehuda adalah anak dari Yakub, dia adalah abang Yusuf. Di antara keduabelas anak laki-laki Yakub, Yehuda diberkati dengan luar biasa. Suku Yehuda menjadi kepala dari kedua belas suku Isreal. Banyak raja-raja berasal dari suku Yehuda. Bahkan Yesus Kristus berasal dari keturunan Yehuda.

Pada masa-masa awal hidupnya, Yehuda dan saudara-saudaranya menjual Yusuf dan membuat dia menderita selama 13 tahun. Akhirnya Yehuda sungguh-sunggh bertobat dan rela mengambil tanggung jawab untuk melindungi Benyamin. Seluruh kehidupannya benar-benar berubah dibandingkan dengan sebelumnya.

 

Berikan Komentar Anda: