SC Chuah | Yohanes 8:12 |

Kemudian, Yesus berkata kepada orang banyak itu, katanya, “Akulah terang dunia. Setiap orang yang mengikut aku tidak akan berjalan dalam kegelapan, tetapi akan mempunyai terang hidup.” (Yoh 8:12)

Dari permulaan Injil Yohanes, di ayat 1:9, rasul Yohanes mengabarkan tentang kedatangan suatu terang, terang surgawi yang disebut “terang yang sesungguhnya” atau “terang yang sejati” (AYT). Injil Yohanes merupakan Injil yang sangat rohani. Dalam Injil ini, apa yang surgawilah yang disebut “nyata”, “sejati” dan “sesungguhnya”. Ini merupakan sebuah kebalikan dari orang-orang dunia. Bagi orang dunia, apa yang kelihatan, seperti kamar ini dan tembok ini, itulah yang nyata. Yang rohani itu jangankan tidak nyata, bahkan tidak ada sama sekali. Akan tetapi, bagi orang yang sudah diterangi, apa yang duniawi hanyalah bayangan dari apa yang surgawi. Yang kelihatan hanyalah turunan dari yang tak kelihatan. Apa yang surgawilah yang merupakan kenyataan atau realita yang sejati. Yang tidak kelihatan itu lebih riil daripada yang kelihatan.


DITERANGI TERANG YANG SEJATI

Terang yang sejati, yang menerangi semua orang, itulah yang sedang datang ke dalam dunia. Pengalaman rohani yang pertama sekaligus yang paling penting ialah pengalaman diterangi, yang disebut enlightened. Dengan mata hati, kita melihat di balik dunia yang fana ini, sebuah dunia yang baru, kenyataan dan realita yang baru. Bagi kita, itulah yang sesungguhnya, yang sejati dan abadi. Itulah permulaan iman, yang berkata, “kami hidup oleh iman, bukan oleh penglihatan” (2Kor 5:7). Itulah sebabnya setiap orang yang telah dilahirkan kembali akan melukiskan pengalaman tersebut seperti orang buta melihat, “satu hal yang aku tahu, sebelumnya aku buta, tetapi sekarang aku melihat” (Yoh 9:25). Itulah yang membedakan orang Kristen sejati dari orang lain: tetap berpijak di bumi, tetapi hidup berdasarkan prinsip dari dunia lain.

Siapa saja yang telah mengalami pengalaman semacam itu, akan sangat mencintai Allah dan juga Yesus, Anak-Nya yang telah membawa terang itu. Yesus akan menjadi cahaya hidup kita, bukan seorang pacar, kekasih, suami, istri atau bahkan anak-anak kita. Saya akan berterus terang kepada saudara, jika saudara seorang Kristen, tetapi cahaya hidup saudara merupakan seseorang selain Yesus, siap-siapkanlah hati saudara untuk dikecewakan. Saya belum terlalu tua, tetapi sudah melihat cukup banyak untuk memberikan nasihat ini dengan yakin: Siapkanlah hati saudara untuk dikecewakan! Di antara manusia, hanya Yesus Kristus tetap sama, kemarin, hari ini, dan sampai selama-lamanya. Anak saudara mungkin sangat lucu sekarang dan saudara mengabdikan seluruh hidup saudara kepadanya, suatu hari nanti mungkin akan menyebut saudara “nenek sihir” hanya karena pacar yang baru dikenalnya selama seminggu berkata demikian. Kiranya Allah menjauhkan hal itu dari kita, tetapi itulah realita hidup. Maaf sekali kalau ada yang tersinggung, saya hanya ingin saudara mempersiapkan hati. Hanya dengan Yesus sebagai cahaya hidup, semua hubungan lain menjadi bermakna, sehat dan tidak posesif. Mintalah Allah membuka mata saudara untuk melihat siapakah Yesus itu (Mat 16:17), dan saudara akan berhenti memberhalakan orang lain.    

Pentingnya hal ini diceritakan secara dramatis dalam kisah Elisa dengan pelayannya (2 Raj 6:14-17). Raja Aram mengutus kuda serta kereta dan tentara yang besar untuk menangkap Elisa. Ketika pelayan abdi Allah bangun pagi-pagi dan pergi ke luar, maka tampaklah suatu tentara dengan kuda dan kereta ada di sekeliling kota itu. Paniklah pelayan itu dan berteriak: “Celaka tuanku! Apa yang akan kita lakukan?” Dengan tenang Elisa menjawab: “Jangan takut, sebab yang bersama dengan kita lebih banyak dari pada yang bersama dengan mereka.” Lalu berdoalah Elisa: “Ya Yahweh: Bukalah kiranya matanya, supaya ia melihat.” Maka Yahweh membuka mata bujang itu, sehingga ia melihat. Tampaklah gunung itu penuh dengan kuda dan kereta berapi sekeliling Elisa. Jika mata kita melihat, kita dapat bersikap sangat tenang sekalipun seluruh dunia berada dalam kepanikan.


KAMULAH TERANG DUNIA!

Akulah terang dunia… (Yoh 8:12)

Selama aku masih di dunia, akulah terang dunia. (Yoh 9:5)

Yesus menjawab mereka, “Tinggal sebentar lagi Terang itu ada bersamamu. Berjalanlah selagi Terang itu masih ada supaya kegelapan tidak akan menguasaimu; sebab orang yang berjalan di dalam kegelapan tidak tahu ke mana ia pergi.  Saat kamu memiliki Terang itu, percayalah kepada Terang itu supaya kamu menjadi anak-anak Terang.” (Yoh 12:35-36)

Yesus menyatakan dirinya sebagai terang dunia di Yohanes 8:12. Sebelumnya di Yohanes 1:4-9 dan 3:19-21, terang itu disebut, tetapi tidak terang-terangan teridentifikasi. Hanya di Yohanes 8:12, siapakah terang itu dinyatakan dengan jelas. Berikutnya, perhatikan baik-baik apa yang dikatakan Yesus di Yohanes 9 dan Yohanes 12 tentang terang itu. Perhatikan sifat sementara dari terang itu. Camkanlah hal ini baik-baik. Saya akan mengatakan sesuatu yang berani, tetapi alkitabiah. Apakah Yesus masih terang dunia ini? Tidak, Yesus tidak lagi menjadi terang dunia. Yesus sudah tidak menjadi terang dunia ini selama dua ribu tahun terakhir. Ia sekarang berada di surga di tangan kanan Bapa. Lalu, siapakah terang dunia sekarang ini? Saudara dan saya! Ini merupakan satu lagi pernyataan yang berani. Tidak ada terang di dunia ini sekarang selain saudara dan saya.

Yesus hanya menjadi terang dunia ini selama 33 tahun, yaitu selama ia berada di dunia. Ia telah “terangkat dan awan membawanya hilang dari pandangan mereka” (Kis 1:9). Akan tetapi, melalui pengajaran, teladan hidup, kematian dan kebangkitannya ia menyalakan “anak-anak terang” yang bercahaya sampai sekarang. Apakah saudara merupakan salah seorang “anak-anak terang”? Yesus telah menyerahkan tongkat estafet sebagai terang kepada saudara dan saya. Implikasi dari kesimpulan ini sangatlah besar. Ini berarti setiap penjuru dunia ini berada dalam kegelapan sehingga kita meneranginya. Nasib dunia ini tidak lagi berada di tangan Yesus, tetapi di tangan saudara dan saya. Kesejahteraan abadi orang-orang di sekeliling kita berada dalam tangan kita, apakah saudara memainkan peran saudara sebagai terang dunia. Jika di kantor saudara, hanya ada seorang Kristen, itu merupakan tempat yang gelap sehingga saudara menerangi tempat itu.  

Pernyataan “Firman itu telah menjadi daging” (Yoh 1:14) bukanlah sebuah pernyataan misterius yang berlaku hanya pada Yesus. Dalam rencana Allah, firman-Nya memang dimaksudkan untuk mendarah daging dalam kehidupan manusia sehingga firman kehidupan-Nya dapat didengar dengan telinga, dilihat dengan mata dan diraba dengan tangan. Itulah sebabnya jemaat dalam Perjanjian Baru disebut “tubuh Kristus”. Melalui jemaatlah, firman kehidupan masih dapat didengar, dilihat dengan mata, dan diraba dengan tangan. Berbeda dengan Perjanjian Lama, dalam Perjanjian Baru Allah tidak lagi menyampaikan firman-Nya melalui loh-loh batu, tetapi melalui sebuah seorang manusia yang mewujudkan firman-Nya.

Itulah perbedaan mencolok antara Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru. Perjanjian Baru membawa kualitas kehidupan yang jauh lebih mendalam. Perintah-perintah tertulis memiliki keterbatasannya. Saudara tidak dapat belajar berenang hanya dengan membaca sebuah buku renang. Buku tersebut bisa saja mengandung instruksi yang sangat mendetail tentang langkah-langkah dan gerakan-gerakan yang tepat. Jika saudara terjun ke dalam laut hanya berbekalkan itu, kemungkinan saudara timbul kembali sangatlah sedikit. Akan tetapi, melalui pribadi dan teladan Yesus, Allah menunjukkan kepada kita suatu cara baru untuk menjadi manusia. Yesus merupakan firman Allah yang dinyatakan (1Yoh 1:2). Selain itu, Allah juga memberikan kepada kita Roh Kudusnya sebagai “penolong”. Kata “penolong” definisinya ialah one called alongside to help (yang dipanggil berdampingan untuk membantu). Itulah definisinya seorang “pelatih”.

Tahukah saudara Firman Allah berupa Alkitab yang ada di dalam tangan saudara ingin mendarah daging dalam pribadi saudara? Tahukah saudara Firman Allah ingin menjadikan saudara inangnya? Salah satu kejahatan manusia yang paling besar ialah memiliki Alkitab yang konon dipercayai sebagai firman Allah, tetapi tidak pernah dibaca. Mengapa menyimpan Alkitab yang tidak pernah saudara baca? Untuk apa memiliki Alkitab yang tidak dipercayai? Beberapa dekade yang lalu, orang Kristen di Tiongkok sangat kekurangan Alkitab, tetapi setiap potongan firman Tuhan yang mereka ketahui mendarah daging dalam kehidupan umat. Akan tetapi, dalam kebanyakan keluarga Kristen sekarang kita memiliki beberapa Alkitab yang tidak pernah dibaca. Ironisnya, kita mengeklaim mempercayainya sebagai firman dari Allah!

Banyak orang tidak membaca Alkitab dengan alasan tidak mengerti. Akan tetapi, jika kita menerima surat warisan sejumlah 10M dengan puluhan halaman penuh bahasa hukum yang tidak kita mengerti, saya percaya kita akan berbuat apa saja untuk mengerti setiap kalimat dalam surat itu. Kita akan bertanya ke sana ke sini, menyewa pengacara jika perlu hanya untuk memahaminya. Di Kisah Para Rasul, ada seorang sida-sida Etiopia sedang membaca kitab Yesaya yang tidak dimengertinya (Kis 8:30-31). Tahukah saudara betapa hati Bapa tergerak oleh sida-sida ini? Dia mengutus Filipus secara khusus untuk menuntunnya. Filipus tidak dipimpin ke orang banyak untuk melakukan KKR, tetapi disebut khusus oleh malaikat “jalan yang sepi”. Melalui Filipus, Allah mengaruniakan kepada sida-sida itu penuntun yang abadi. Marilah kita membaca firman-Nya sekalipun kita tidak mengerti. Hati Allah akan tergerak ke arah kita. Setiap pagi saya membaca apa yang tidak saya mengerti! Beginilah firman Tuhan, “Kepada orang inilah Aku memandang: orang yang tetap membaca firman-Ku sekalipun tidak mengerti!”


MENJADI TERANG ARTINYA MENJADI TELADAN

Terang ialah penuntun dalam kegelapan. Terang ialah sesuatu yang kita ikuti dalam kegelapan. Dalam bahasa paling sederhana, menjadi terang berarti menjadi teladan. Paulus berkata, “Jadilah orang-orang yang menuruti teladanku, seperti aku juga terhadap Kristus.” (1Kor 11:1)  Jika kita ingin menjadi terang, kita harus selalu bertanya pada diri sendiri, “Apakah ada area-area dalam hidup saya yang tidak berani saya jadikan teladan?” Jika saudara seorang orangtua, apakah cara saudara berhubungan dengan orangtua saudara menjadi teladan bagi anak-anak saudara? Jika saudara seorang suami, apakah cara saudara berkomunikasi dengan istri menjadi teladan bagi anak-anak laki-laki saudara? Jika saudara seorang istri, apakah cara saudara berbicara dengan suami menjadi teladan bagi anak-anak perempuan saudara? Apakah perilaku kita di dunia maya juga menjadi teladan? Apakah saudara akan mendorong orang lain untuk membaca apa yang saudara baca, dan menonton apa yang saudara nonton di internet? Apakah cara saudara memakai waktu saudara juga menjadi teladan? Lebih penting lagi, apakah isi hati dan isi pikiran saudara juga dapat dijadikan teladan?

Berikutnya, kita akan membahas menjadi terang dalam menurut Roma 8:28. Roma 8:28 sering diterjemahkan seperti berikut:

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Terjemahan ini sebenarnya kurang tepat, sekalipun secara keseluruhan ada benarnya. Dari kesaksian Alkitab secara keseluruhan, memang segala sesuatu mendatangkan kebaikan bagi orang yang mengasihi Dia. Jika saudara mempercayai ayat ini, ini berarti suadara percaya tidak ada apa-apa yang dapat melukai kita. Segala sesuatu yang terjadi kepada kita hanya akan membawa kebaikan kepada kita pada akhirnya. Artinya, jika dokter membuat kesalahan atas diri saudara, tidak usah salahkan dokter dan tidak usah marah-marah kepada dokter. Semuanya akan mendatangkan kebaikan! Jika ayat ini benar, maka tidak ada berita buruk, hanya ada berita baik. Saudara akan menanggapi setiap berita, apakah baik atau buruk, sebagai berita baik. Percayakah saudara kepada ayat ini?

Namun, ada satu cara yang lebih tepat untuk menerjemahkan Roma 8:28, yang lebih sesuai dengan konteks Roma 8 dan juga sejalan dengan pesan hari ini.  

Kita tahu sekarang, bahwa dalam segala sesuatu Allah bekerja dengan mereka yang mengasihi Dia untuk mendatangkan kebaikan, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah.

Ini terjemahan yang sangat berbeda dengan implikasi yang amat besar! Yang sebenarnya dikatakan Paulus ialah Allah bekerja bersama dengan orang-orang yang mengasihinya untuk membawa kebaikan. Allah mendatangkan kebaikan melalui umatnya. Terjemahan ini lebih sejalan dengan isi Alkitab secara keseluruhan. Allah tidak mengerjakan apa-apa selain melalui umat pilihan-Nya. Kebaikan Allah itu diperlihatkan melalui saudara dan saya. Maksud dan tujuan-Nya dicapai oleh Allah melalui kita. Dengan kata lain, kita adalah mitra Allah!

Terjemahan yang tradisional tadi, sebenarnya tidak terlalu tepat dari segi bahasa dan juga tidak sejalan dengan konteks. Terjemahan itu memberikan makna yang inferior. Semuanya terjadi demi kebaikan kita, tidakkah terkesan agak egois? Terjemahan ini juga mengajar kita untuk pasrah kepada nasib, bersabar dan beriman bahwa segala situasi pada akhirnya akan mendatangkan kebaikan. Terjemahan ini sifatnya pasif, menjadikan kita umat yang pasif. Misalnya, dalam situasi pandemi sekarang ini, kita cukup bersabar menanggungnya karena pada akhirnya Allah akan mendatangkan kepada kita. Namun, konteks Roma 8 tidak menggambarkan umat Allah yang pasif.

Terjemahan yang kedua bersifat aktif. Kebaikan yang dimaksud bukanlah untuk kita, tetapi sesuatu yang Allah kerjakan melalui kita demi orang lain. Kita bekerja sama dengan Allah untuk membawa kebaikan kepada dunia ini. Pandemi justru memicu orang-orang yang mengasihi-Nya untuk menjadi lebih giat lagi. “Kamulah terang dunia”, kata Yesus, “hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di surga.”


ALLAH ADALAH TERANG, ALLAH ADALAH KASIH

Allah adalah terang… (1Yoh 1:5)

Allah adalah kasih… (1Yoh 4:8)

Mari kita tutup dengan satu kalimat singkat yang mudah diingat.

Biarlah semua yang kamu kerjakan, dilakukan dalam kasih. (1Kor 16:14)

Untuk menolong kita mengingat, mungkin ayat ini harus diframe dan digantung pada setiap tembok rumah. Biarkan kalimat firman ini terukir dan terpahat dalam pikiran dan hati. Biarlah ayat ini menjadi prinsip yang menjiwai setiap tindakan kita. Hal ini akan membawa surga di bumi. Tidak ada lagi kebencian di dalam rumah saudara!

Sifat kasih itu sangat intens. Kita akan mengerja segala sesuatu dengan intens dan penuh passion. Itu sebabnya, orang yang sifatnya santai-santai itu sulit jadi rohani. Allah itu kasih, oleh karena itu seperti terang, Allah memiliki kepribadian yang sangat intens, penuh perasaan, tidak setengah hati. Alkitab itu sendiri bahasanya sangat intens, penuh perasaan, penuh feeling. Demikian pula, orang yang hanyut dalam Allah dan firman-Nya akan menjadi orang yang sangat intens juga. Itulah sifat dari kasih. Itulah sifat terang, yang menghanguskan. Marilah kita mengasihi Allah dan mengasihi sesama manusia seperti Yesus, yaitu sampai hangus!

 

Berikan Komentar Anda: