SC Chuah |

Salah satu ayat favorit yang sering dikutip untuk membuktikan keilahian Yesus adalah Yohanes 14:6,

Kata Yesus kepadanya, “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui aku.”

Bagaimana ayat ini dapat dipakai untuk membuktikan keilahian Yesus sebenarnya merupakan hal yang sangat aneh. Orang yang memahami Injil dan seluruh maksud pelayanan Yesus akan melihat bahwa ayat ini justru membuktikan kebalikannya, yaitu Yesus bukan Allah Bapa, tetapi jalan kepada Bapa.

Jalan dan destinasi merupakan dua hal yang sangat berbeda. Jalan menuju Jakarta bukan Jakarta. Dengan cara yang sama, Yesus sebagai jalan kepada Bapa bukan Bapa. Tentu saja, Yesus juga menegaskan dirinya sebagai satu-satunya jalan kepada Bapa. Melalui pernyataan ini sebenarnya Yesus telah merangkum seluruh maksud dan sasaran pelayanannya, yaitu untuk membawa kita kepada Bapa, bukan kepada dirinya sendiri. Hal ini ditegaskan oleh rasul Petrus dan Paulus:

Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk dosa-dosa kita, ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya ia membawa kita kepada Allah;  (1 Petrus 3:18)

karena melalui dia (Yesus) kita… beroleh jalan masuk kepada Bapa. (Efesus 2:18)

Dengan menjadikan Yesus Allah, sebenarnya umat trinitarian telah melakukan suatu hal yang sangat serius yang telah mengubah seluruh ciri dari pelayanan Yesus, yaitu untuk membawa kita kepada dirinya sendiri! Dengan kata lain, jalan telah menjadi destinasi. Apakah perubahan ini signifikan? Dalam kenyataannya, trinitarian telah menjadikan Yesus anti-Bapa, atau penghalang kepada Bapa. Yesus yang sebenarnya adalah jalan kepada Allah Bapa, tetapi ketika dianggap sebagai Allah sendiri, telah menutup jalan kepada Allah. Yesus tidak lagi berperan sebagai pengantara antara Allah dan manusia, tetapi antara manusia dengan dirinya sebagai Allah.

Efek dari pengajaran trinitarian ini dapat dilihat seketika kita masuk gereja. Objek yang utama di gereja dalam doa, penyembahan dan khotbah pada umumnya adalah Yesus, dan Bapa pula hanya mendapatkan sedikit penghormatan, itupun hanya di bibir saja. Yesuslah segala-galanya dalam hati dan pikiran orang Kristen. Kristologi semacam ini telah mengesampingkan Bapa sebagai objek utama dari doa dan penyembahan Kristen. Bertentangan dengan ajaran Yesus untuk berdoa kepada Bapa (Mat 6:6,9; Luk 11:2), kebanyakan orang Kristen berdoa kepada Yesus, dan ada juga yang berdoa kepada Roh Kudus! Pengajaran manusia telah mengambilalih praktek dan kebiasaan di gereja.

Kata anti dalam bahasa Yunani menurut BDAG berarti:

1. indicating that one person or thing is, or is to be, replaced by another, instead of, in place of;
2. indicating that one thing is equiv. to another, for, as, in place of

Definisi di atas menunjukkan dengan jelas kata anti berarti “mengambil tempat”. Hal ini dapat dikonfirmasi dengan melihat cara antikristus bekerja melawan Kristus, yaitu dengan cara mengaku sebagai Kristus, dan dengan demikian mengambil tempat Kristus. Antikristus dalam pengajaran Yesus adalah orang-orang yang mengaku sebagai Kristus (Mat 24:5) untuk mengambil tempat Kristus. Dengan demikian, ajaran trinitarian yang menjadikan jalan sebagai destinasi, dalam kenyataannya telah menjadikan Yesus anti-Bapa karena Yesus memang telah menggantikan tempat Bapa dalam hati dan pikiran orang Kristen.

Bagaimana dengan pernyataan Yesus di ayat 9, “Siapa saja yang telah melihat aku, ia telah melihat Bapa”. Banyak trinitarian menarik kesimpulan tak masuk akal dari kalimat ini, mengartikannya sebagai Yesus adalah Bapa! Namun arti kalimat ini dijelaskan tepat di ayat berikutnya, “Tidak percayakah engkau bahwa aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam aku?” Penjelasan ini menunjukkan dengan jelas bahwa Yesus dan Bapa adalah dua pribadi yang berbeda, dan Yesus bukan Bapa. Hubungan Bapa dan Anak sering digambarkan sebagai sebuah keberdiaman timbal balik oleh Yesus dalam Injil Yohanes. (Baca juga “GOD-IN-CHRIST”, BUKAN “GOD-IS-CHRIST”) Tentu saja, jika Bapa ada di dalam Yesus mengerjakan karya keselamatan manusia di dalam dan melalui dia, Yesus akan memancarkan segala kemuliaan Bapa sehingga siapa saja yang telah melihat Yesus akan melihat Bapa.

Melalui pernyataan itu juga, Yesus menegaskan dirinya sebagai “gambar Allah yang tidak kelihatan” (Kol 1:15, 2Kor 4:4). Allah Bapa itu sifatnya tidak kelihatan (Rm 1:20, 1Tim 1:17), tetapi Yesus sebagai “gambar Allah” memperlihatkan Allah yang tidak kelihatan itu. Sebagai “gambar Allah” par excellence, Yesus seyogyanya dapat berkata, “Siapa saja yang telah melihat aku, ia telah melihat Bapa.” Trinitarian harus membuat pilihan yang jelas, apakah Yesus itu gambar Allah atau Allah? Mereka tidak bisa memilih kedua-duanya karena gambar Allah bukan Allah.

Sebagai kesimpulan, Yesus di Yohanes 14:6 menyatakan dengan jelas bahwa dialah jalan menuju Allah. Bagaimana caranya dia menjadi jalan? Dengan memperlihatkan kepada kita seperti apa Bapa itu (ay.9), karena Bapa tinggal di dalam dia dan melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya di dalam dan melalui dia (ay.10). Sebaliknya, kesimpulan Yesus adalah Allah, atau lebih gila lagi Yesus adalah Bapa, sepenuhnya bertentangan dengan maksud dan tujuan pelayanan dan kedatangan Kristus.

 

 

Berikan Komentar Anda: