Ev. Xin Lan | Yosua (1) |

Tokoh Alkitab yang akan kita bahas hari ini adalah Yosua. Dia adalah asisten dan penerus Musa. Sebelum meninggal, Musa melantik Josua sebagai penggantinya, untuk menjadi pemimpin Israel, memimpin umat Israel masuk ke tanah yang dijanjikan oleh Allah. Yosua mampu untuk menjalankan misi ini, dia dengan setia memimpin umat Israel masuk ke tanah perjanjian. Dia menaklukkan bangsa-bangsa penghuni tanah Kanaan, membagikan tanah itu kepada suku-suku Israel dan memimpin segenap umat hidup tenteram dan damai. Dapat dikatakan bahwa Allah memakai Yosua untuk menggenapi janji-Nya kepada bangsa Israel: menguasai tanah Kanaan, dan menetap di negeri yang berlimpahan dengan susu dan madu ini.


Yosua Menerima Pelatihan dari Tuhan lewat Musa

Jika kita mengamati seluruh hidup Yosua, kita bisa membagi masa hidupnya ke dalam dua bagian. Tahap pertama adalah sebelum dia memasuki tanah perjanjian. Dia ikut menggembara di padang gurun mengikuti Musa sebagai asisten Musa. Tahap yang kedua adalah sesudah kematian Musa. Yosua menjadi pemimpin bangsa Israel. Dia sendirian memikul tugas berat memimpin bangsa Israel untuk berperang di berbagai tempat dan masuk ke tanah perjanjian.

Jelas, di tahap pertama dalam kehidupan Yosua ini adalah masa Allah melatih dia. Bangsa Israel mengembara di padang gurun selama 40 tahun, maka Tuhan juga melatih Yosua selama 40 tahun. Inilah prinsip Tuhan dalam melakukan sesuatu. Sebelum Tuhan menggunakan seseorang, Dia pasti akan menggunakan banyak waktu untuk melatih dan membentuknya. Allah akan melatih dia sampai dia siap dipakai. Tuhan melatih Musa selama 40 tahun dan membiarkan dia menggembalakan ternak di Midian. Tentu saja, Musa pasti sudah dilatih oleh Tuhan sejak dia lahir. Tuhan tidak hanya menyelamatkan hidupnya, tetapi juga membiarkan dia tumbuh di istana Firaun, mempelajari segala macam pengetahuan dari orang Mesir. Jadi, tepatnya, Tuhan telah melatih Musa selama 80 tahun, lalu Tuhan memakainya dengan luar biasa.

Lalu bagaimana cara Allah melatih Yosua? Musa dipakai untuk melatih Yosua, Musa adalah guru bagi Yosua. Saat Allah melatih Musa, tentu saja, Dia memakai lingkungan, situasi dan orang-orang di sekitarnya untuk melatih Musa. Musa tidak memiliki orang yang secara khusus melatihnya, tak ada guru yang mengajar dan memimpin dia dalam kehidupan rohani. Sedangkan ketika Allah melatih Yosua, Allah memakai Musa untuk menjadi guru bagi Yosua, untuk mengajar dan melatih Yosua.

Dapat kita lihat bahwa cara Allah melatih seseorang bisa berbeda-beda. Ada orang-orang tertentu yang secara langsung dilatih oleh Allah sendiri. Ada juga orang-orang yang mendapat pelatihan melalui para hamba Allah. Cara yang kedua ini merupakan cara yang paling sering kita temui. Jadi, kita tidak boleh menjadi arogan, mengira bahwa tak ada orang yang mampu melatih kita, bahwa hanya Allah yang akan secara langsung melatih kita. Pandangan ini kedengarannya rohani, sama seperti ketika kakak Musa, Miriam, yang berkata, “Sungguhkah YAHWEH berfirman dengan perantaraan Musa saja? Bukankah dengan perantaraan kita juga Ia berfirman?” Bagaimana cara Allah melatih seseorang adalah keputusan Allah sendiri, kita harus tunduk pada pengaturan dari Allah. Tidak semua orang mendapat pelatihan langsung dari Allah. Pelatihan yang dijalani oleh Musa tidak pernah terjadi sebelumnya, dan tidak akan pernah ada lagi. Satu-satunya tokoh yang dapat dibandingkan dengan Musa dan yang melebihinya adalah Yesus. Demikianlah, Ulangan 34:10 menyebutkan, “Seperti Musa yang dikenal YAHWEH dengan berhadapan muka, tidak ada seorang pun nabi yang muncul di antara orang Israel.”

Tuhan secara pribadi melatih Musa dan Tuhan menempatkan semua orang Israel di bawah otoritas Musa. Melalui Musa, mereka menerima pelatihan mreka. Siapa pun yang tunduk pada pengaturan Tuhan akan diberkati, misalnya Harun dan Yosua. Siapa pun yang tidak tunduk pada pengaturan ini dan memberontak terhadap Musa, maka Tuhan akan mengutuk orang itu dan bahkan akan memusnahkannya. Misalnya, di Bilangan pasal 12, Miriam berbicara menentang Musa, lalu dia dikutuk dan mendapat penyakit kusa. Dan juga di Bilangan 16, tercatat bahwa Korah, Datan dan Abiram serta 250 pemimpin memberontak menentang Musa, lalu Tuhan membunuh mereka. Jadi, kita harus memahami kehendak Tuhan, yang menginginkan kita untuk tunduk pada pengaturan Tuhan dan tunduk pada pemimpin spiritual yang Tuhan berikan kepada kita. Dengan demikian, kita mendapatkan pelatihan dari Tuhan dan berkat-Nya. Pada akhirnya, kita akan dapat dipalai oleh Tuhan secara luar biasa, sama seperti Yosua.

Yosua mengikuti Musa dalam pengembaraan di padang gurun selama 40 tahun dan menerima pelatihan dari Musa. Alkitab menyebutkan bahwa Yosua adalah hamba Musa, sebagai contoh, di Keluaran 24:13

Lalu bangunlah Musa dengan Yosua, abdinya, maka naiklah Musa ke atas gunung Allah itu.

Yosua adalah abdi Musa. Yosua melayani Musa seperti seorang hamba melayani tuannya. Dia juga seperti Harun, yang memanggil Musa sebagai “Tuan”. Misalnya, di Bilangan 11:28, Yosua berkata kepada Musa, “Musa tuanku, larang mereka!” Yosua memanggil Musa sebagai Tuan. Ke mana pun Musa pergi, dia mengikutinya, tidak meninggalkan Musa. Ketika Musa pergi ke Gunung Sinai untuk menerima perintah dari Allah, Yosua juga naik ke gunung dan mendampingi Musa. Di Ulangan 1:38, Tuhan berkata kepada Musa,

Yosua anak Nun yang berdiri di hadapanmu, dialah yang akan masuk ke sana. Engkau harus menguatkan dia karena dialah yang akan membuat Israel mewarisi negeri itu (ILT).

Di sini, Alkitab mengatakan bahwa Yosua berdiri di depan Musa.


Yosua Bisa Menerima Teguran dari Mentornya

Mari kita beralih ke Bilangan 13:16

Itulah nama orang-orang yang disuruh Musa untuk mengintai negeri itu; dan Musa menamai Hosea bin Nun itu Yosua.

Di sini kita melihat bahwa nama asli Yosua adalah Hosea. Kemudian Musa memberi dia nama Yosua. Biasanya, jika anda memiliki hubungan akrab dengan seseorang, anda cenderung memanggil orang itu dengan panggilan yang berbeda, panggilan yang lebih akrab. Di dalam Alkitab hal ini sering terjadi. Jika Allah memberi nama baru kepada seseorang, ini berarti Allah memiliki hubungan yang akrab dengan individu tersebut. Sebagai contoh, Allah mengubah nama Abram menjadi Abraham, dan nama Yakub menjadi Israel. Jadi, kita bisa melihat bahwa Musa memiliki hubungan yang sangat akrab dengan Yosua. Di satu sisi, Yosua melayani Musa seperti seorang hamba yang melayani majikannya, dia menunggu di dekat Musa untuk siap menerima perintah kapan pun diperlukan; di sisi lain, Musa sangat akrab dengan Yosua di mana hubungan mereka seperti ayah dan anak. Ini adalah bentuk hubungan antara seorang guru dan muridnya. Yosua tinggal bersama Musa, dengan dengan cara itu Yosua menerima pelatihan dari Musa.

Mari kita beralih ke pasal 11 kitab Bilangan untuk melihat contoh bagaimana Musa mengajar Yosua. Pasal 11 kitab Bilangan menyebutkan bahwa bangsa Israel menggerutu melawan Musa. Lalu, Musa melampiaskan keluhannya kepada Allah Yahweh.

“Mengapa Kauperlakukan hamba-Mu ini dengan buruk dan mengapa aku tidak mendapat kasih karunia di mata-Mu, sehingga Engkau membebankan kepadaku tanggung jawab atas seluruh bangsa ini? … Aku seorang diri tidak dapat memikul tanggung jawab atas seluruh bangsa ini, sebab terlalu berat bagiku. Jika Engkau berlaku demikian kepadaku, sebaiknya Engkau membunuh aku saja, jika aku mendapat kasih karunia di mata-Mu, supaya aku tidak harus melihat celakaku.” Lalu berfirmanlah YAHWEH kepada Musa: “Kumpulkanlah di hadapan-Ku dari antara para tua-tua Israel tujuh puluh orang, yang kauketahui menjadi tua-tua bangsa dan pengatur pasukannya, kemudian bawalah mereka ke Kemah Pertemuan, supaya mereka berdiri di sana bersama-sama dengan engkau. Maka Aku akan turun dan berbicara dengan engkau di sana, lalu sebagian dari Roh yang hinggap padamu itu akan Kuambil dan Kutaruh atas mereka, maka mereka bersama-sama dengan engkau akan memikul tanggung jawab atas bangsa itu, jadi tidak usah lagi engkau seorang diri memikulnya.”

Selanjutnya, Bilangan 11:24-30 mencatat:

Setelah Musa datang ke luar, disampaikannya firman YAHWEH itu kepada bangsa itu. Ia mengumpulkan tujuh puluh orang dari para tua-tua bangsa itu dan menyuruh mereka berdiri di sekeliling kemah. Lalu turunlah YAHWEH dalam awan dan berbicara kepada Musa, kemudian diambil-Nya sebagian dari Roh yang hinggap padanya, dan ditaruh-Nya atas ketujuh puluh tua-tua itu; ketika Roh itu hinggap pada mereka, kepenuhanlah mereka seperti nabi, tetapi sesudah itu tidak lagi. Masih ada dua orang tinggal di tempat perkemahan; yang seorang bernama Eldad, yang lain bernama Medad. Ketika Roh itu hinggap pada mereka mereka itu termasuk orang-orang yang dicatat, tetapi tidak turut pergi ke kemah maka kepenuhanlah mereka seperti nabi di tempat perkemahan. Lalu berlarilah seorang muda memberitahukan kepada Musa: “Eldad dan Medad kepenuhan seperti nabi di tempat perkemahan.” Maka menjawablah Yosua bin Nun, yang sejak mudanya menjadi abdi Musa: “Tuanku Musa, cegahlah mereka!” Tetapi Musa berkata kepadanya: “Apakah engkau begitu giat mendukung diriku? Ah, kalau seluruh umat YAHWEH menjadi nabi, oleh karena YAHWEH memberi Roh-Nya hinggap kepada mereka!” Kemudian kembalilah Musa ke tempat perkemahan, dia dan para tua-tua Israel.

Hal apa yang bisa kita amati dari perikop ini? Yosua tentu saja setia dan hormat kepada Musa, tetapi semangat itu mendorongnya sampai berusaha mencegah orang lain dari bernubuat. Dia khawatir hal ini bisa mengancam kepemimpinan gurunya. Ini cara pikir orang duniawi, dan Yosua tidak luput dari masalah ini. Kita bisa melihat bahwa dia masih belum dewasa saat itu. Akan tetapi, hal yang penting di sini adalah dia memiliki guru rohani yang mampu mengoreksi pandangannya. Musa berkata, “Apakah kamu giat mendukungku? Namun, aku sama sekali tidak keberatan dengan mereka. Aku justru berharap agar semua umat Allah digerakkan oleh Roh Allah dan dipakai secara luar biasa oleh Allah!” Seperti inilah isi hati orang yang benar-benar rohani dan hamba Allah yang sejati. Dia tidak terancam dengan orang lain. Dia benar-benar bebas dari keegoisan, tak heran Allah bisa memakai Musa secara luar biasa.

Perhatikan bahwa Yosua tidak menjadi kecewa atau bahkan memusuhi Musa setelah mendapat teguran dari Musa. Yosua tidak berkata, “Engkau menilai buruk usulanku. Aku berbuat seperti itu demi kepentinganmu, mengapa engkau berkata seperti itu kepadaku?” Yosua tidak berpikir seperti itu. Dia menerima koreksi dari gurunya dan tetap setia mengikuti Musa.

Alasan mengapa kita membutuhkan guru rohani adalah karena kita belum dewasa secara rohani. Kita membutuhkan pimpinan dan koreksi dari guru rohani, jika tidak, maka kita akan membuat banyak kesalahan. Namun,  seringkali kita tidak sanggup menerima koreksi dari guru kita. Lalu kita menjadi kecewa. Kadang kala, kekecewaan itu mendorong kita untuk memusuhi guru kita. Kita memang harus bercermin pada diri sendiri dan berdoa kepada Allah agar kita dijadikan orang yang bisa menerima koreksi. Ketidakmampuan untuk menerima tindakan pembenahan akan menghalangi kita dalam pertumbuhan rohani dan menghalangi kita dari berkat Allah. Akan tetapi, Yosua bukan orang seperti itu, dia bisa menerima tindakan koreksi dari Musa. Dalam masa 40 tahun pengembaraan di padang gurun, dia mengikuti Musa dengan setia dan menerima pelatihan darinya. Pada akhirnya, dia menjadi semakin dewasa dan menjadi penerus dari tugas Musa.


Yosua Memiliki Spirit yang Berbeda dari yang lain

Saat Yosua masih mengikuti Musa, Alkitab tidak banyak mencatat tentang dia. Akan tetapi, Alkitab menyebutkan bahwa Yosua memiliki kualitas khusus di tengah angkatan bangsa Israel yang mengikuti Musa untuk keluar dari Mesir. Yosua merupakan salah satu dari dua orang yang diperbolehkan masuk ke tanah perjanjian. Generasi yang berangkat keluar dari Mesir ini – menurut catatan Alkitab – berjumlah sekitar 600 ribu orang. Itulah perkiraan jumlah mereka yang berangkat keluar dari Mesir. Dari 600 ribu orang dewasa yang berangkat keluar dari Mesir, hanya dua orang yang boleh masuk ke tanah perjanjian. Salah satu di antaranya adalah Kaleb dan yang satu lagi adalah Yosua.

Seluruh kejadian ini tercatat di kitab Bilangan pasal 13 dan 14. Saat itu bangsa Israel sudah mendekati tanah Kanaan. Allah mengizinkan Musa untuk mengirim beberapa orang memata-matai tanah Kanaan. Dari setiap suku dipilih satu orang, jadi total mereka yang berangkat mengintip tanah Kanaan ada 12 orang. Yosua dan Kaleb termasuk dalam 12 orang yang berangkat mengintai tanah perjanjian. Para mata-mata ini menyelidiki tanah Kanaan selama 40 hari dan mereka kemudian pulang membawa laporan hasil pengintaian mereka. Semua yang diutus sepakat bahwa tanah yang dituju memang merupakan daerah subur, penuh dengan madu dan susu. Akan tetapi, 10 orang mata-mata memberi kesimpulan sebagai berikut, “Kita tidak akan mampu mengalahkan penghuni negeri itu karena mereka jauh lebih kuat daripada kita. Orang-orang yang kami lihat mendiami negeri itu terlihat sangat besar dan kuat. Kami melihat para raksasa (orang Enak, bangsa raksasa) tinggal di sana; kita akan terlihat seperti belalang di hadapan mereka.” Akibatnya, segenap bangsa Israel mengeluh keras. Mari kita baca Bilangan 14:1-10

Lalu segenap umat itu mengeluarkan suara nyaring dan bangsa itu menangis pada malam itu. Bersungut-sungutlah semua orang Israel kepada Musa dan Harun; dan segenap umat itu berkata kepada mereka: “Ah, sekiranya kami mati di tanah Mesir, atau di padang gurun ini! Mengapakah YAHWEH membawa kami ke negeri ini, supaya kami tewas oleh pedang, dan isteri serta anak-anak kami menjadi tawanan? Bukankah lebih baik kami pulang ke Mesir?” Dan mereka berkata seorang kepada yang lain: “Baiklah kita mengangkat seorang pemimpin, lalu pulang ke Mesir.”

Lalu sujudlah Musa dan Harun di depan mata seluruh jemaah Israel yang berkumpul di situ. Tetapi Yosua bin Nun dan Kaleb bin Yefune, yang termasuk orang-orang yang telah mengintai negeri itu, mengoyakkan pakaiannya, dan berkata kepada segenap umat Israel: “Negeri yang kami lalui untuk diintai itu adalah luar biasa baiknya. Jika YAHWEH berkenan kepada kita, maka Ia akan membawa kita masuk ke negeri itu dan akan memberikannya kepada kita, suatu negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya. Hanya, janganlah memberontak kepada YAHWEH, dan janganlah takut kepada bangsa negeri itu, sebab mereka akan kita telan habis. Yang melindungi mereka sudah meninggalkan mereka, sedang YAHWEH menyertai kita; janganlah takut kepada mereka.” Lalu segenap umat itu mengancam hendak melontari kedua orang itu dengan batu. Tetapi tampaklah kemuliaan YAHWEH di Kemah Pertemuan kepada semua orang Israel.

Yosua, Kaleb dan sepuluh mata-mata yang lain berangkat mengintai tanah Kanaan. Mereka menemukan hal yang sama, tetapi kesimpulan mereka sangat berbeda. Di manakah perbedaan kunci di antara mereka? Perhatikan bahwa ucapan Yosua menyebutkan “YAHWEH” sebanyak tiga kali. Dia berkata, “Sekalipun kita lemah dan musuh terlihat sangat kuat, tetapi kita percaya kepada Allah, Yahweh.” Dari sini kita bisa melihat kualitas iman Yosua. Kita lanjutkan membaca Bilangan 14:26-31

Lagi berfirmanlah YAHWEH kepada Musa dan Harun: “Berapa lama lagi umat yang jahat ini akan bersungut-sungut kepada-Ku? Segala sesuatu yang disungut-sungutkan orang Israel kepada-Ku telah Kudengar. Katakanlah kepada mereka: Demi Aku yang hidup, demikianlah firman YAHWEH, bahwasanya seperti yang kamu katakan di hadapan-Ku, demikianlah akan Kulakukan kepadamu. Di padang gurun ini bangkai-bangkaimu akan berhantaran, yakni semua orang di antara kamu yang dicatat, semua tanpa terkecuali yang berumur dua puluh tahun ke atas, karena kamu telah bersungut-sungut kepada-Ku. Bahwasanya kamu ini tidak akan masuk ke negeri yang dengan mengangkat sumpah telah Kujanjikan akan Kuberi kamu diami, kecuali Kaleb bin Yefune dan Yosua bin Nun! Tentang anak-anakmu yang telah kamu katakan: Mereka akan menjadi tawanan, merekalah yang akan Kubawa masuk, supaya mereka mengenal negeri yang telah kamu hinakan itu.

Justru karena 10 orang mata-mata yang lain memberi kesimpulan yang menakutkan, segenap umat Israel jadi bersungut-sungut. Akibatnya, Allah tidak mengizinkan mereka masuk ke tanah perjanjian, semua kecuali Yosua dan Kaleb. Yosua dan Kaleb sangat berbeda dengan orang Israel lainnya, Allah secara khusus memuji mereka. Mari kita lihat Bilangan 32:11-12

Bahwasanya orang-orang yang telah berjalan dari Mesir, yang berumur dua puluh tahun ke atas, tidak akan melihat negeri yang Kujanjikan dengan bersumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub, oleh karena mereka tidak mengikut Aku dengan sepenuh hatinya, kecuali Kaleb bin Yefune, orang Kenas itu, dan Yosua bin Nun, sebab keduanya mengikut YAHWEH dengan sepenuh hatinya.

Allah memuji Yosua dengan mengatakan bahwa dia mengikut Allah dengan sepenuh hati. Yosua mengikut Allah dengan segenap hati atau sepenuhnya, dia tidak mendua hati. Persoalan yang menghantui bangsa Israel adalah kecenderungan mereka untuk mendua hati. Demikianlah, setiap kali menghadapi kesukaran, mereka tidak memohon kepada Allah untuk diberikan jalan. Mereka cenderung mengandalkan kemampuan sendiri, atau berpikir untuk kembali ke Mesir. Akan tetapi, bagi mereka yang memiliki iman, mereka bergantung sepenuhnya kepada Allah setiap kali berhadapan dengan kesukaran. Mereka tahu bahwa hanya Allah yang bisa mengatasi persoalan yang dihadapi. Yang perlu kita lakukan adalah tunduk pada pengaturan Allah. Tak heran jika Musa memilih Yosua sebagai abdinya. Pada akhirnya, Allah juga memilih Yosua untuk menggantikan Musa. Di tengah angkatan bangsa Israel saat itu, Yosua memiliki kualitas kerohanian yang luar biasa.


Yosua, Pemimpin yang Ditunjuk Langsung oleh Allah

Mari kita beralih ke Bilangan 27:12-23:

YAHWEH berfirman kepada Musa: “Naiklah ke gunung Abarim ini, dan pandanglah negeri yang Kuberikan kepada orang Israel. Sesudah engkau memandangnya, maka engkaupun juga akan dikumpulkan kepada kaum leluhurmu, sama seperti Harun, abangmu, dahulu. Karena pada waktu pembantahan umat itu di padang gurun Zin, kamu berdua telah memberontak terhadap titah-Ku untuk menyatakan kekudusan-Ku di depan mata mereka dengan air itu.” Itulah mata air Meriba dekat Kadesh di padang gurun Zin. Lalu berkatalah Musa kepada YAHWEH: “Biarlah YAHWEH, Allah dari roh segala makhluk, mengangkat atas umat ini seorang yang mengepalai mereka waktu keluar dan masuk, dan membawa mereka keluar dan masuk, supaya umat YAHWEH jangan hendaknya seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala.” Lalu YAHWEH berfirman kepada Musa: “Ambillah Yosua bin Nun, seorang yang penuh roh, letakkanlah tanganmu atasnya, suruhlah ia berdiri di depan imam Eleazar dan di depan segenap umat, lalu berikanlah kepadanya perintahmu di depan mata mereka itu dan berilah dia ebagian dari kewibawaanmu, supaya segenap umat Israel mendengarkan dia. Ia harus berdiri di depan imam Eleazar, supaya Eleazar menanyakan keputusan Urim bagi dia di hadapan YAHWEH; atas titahnya mereka akan keluar dan atas titahnya mereka akan masuk, ia beserta semua orang Israel, segenap umat itu.” Maka Musa melakukan seperti yang diperintahkan YAHWEH kepadanya. Ia memanggil Yosua dan menyuruh dia berdiri di depan imam Eleazar dan di depan segenap umat itu, lalu ia meletakkan tangannya atas Yosua dan memberikan kepadanya perintahnya, seperti yang difirmankan YAHWEH dengan perantaraan Musa.

Dari kutipan ini kita bisa melihat bahwa pemimpin umat Allah ditunjuk langsung oleh Allah. Posisi pimpinan bukan hasil dari pilihan demokratis. Alkitab tidak mengenal demokrasi, hanya Allah yang adalah Tuhan karena Allah tahu isi hati manusia. Tentu saja, jemaat bisa mengajukan usulan, tetapi mereka harus berdoa kepada Allah dan menaati keputusan Allah. Allah secara pribadi memilih Yosua untuk menggantikan kepemimpinan Musa. Perhatikan bahwa Musa tidak berinisiatif menetapkan Yosua sebagai penggantinya walaupun Yosua adalah murid yang sudah lama mengikut dia. Musa bertanya kepada Allah untuk urusan ini.

Biarlah YAHWEH, Allah dari roh segala makhluk, mengangkat atas umat ini seorang yang mengepalai mereka waktu keluar dan masuk, dan membawa mereka keluar dan masuk, supaya umat YAHWEH jangan hendaknya seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala.”

Demikianlah, Allah lalu menyuruh Musa untuk melantik Yosua. Lalu bagaimana cara Allah melantik Yosua? Allah menyuruh Musa untuk menampilkan Yosua di depan segenap jemaat, lalu Musa menumpang tangannya atas Yosua di hadapan imam Eleazar, para imam lainnya, dan segenap umat Israel. Selanjutnya, Yosua siap menjadi penerus Musa. Kita bisa melihat bahwa seorang hamba Allah yang sejati akan menanyakan kepada Allah atas segala urusan dan akan menaati pimpinan Allah dalam segala hal; dan Allah juga akan melakukan berbagai hal melalui para hamba-Nya. Suatu gambaran yang sangat indah!

 

Berikan Komentar Anda: