Ev. Xin Lan | Yusuf (2) |

Tokoh Alkitab yang kita lihat hari ini adalah Yusuf, tokoh yang tidak biasa. Yusuf adalah anak ke-11 dari Yakob. Namun Yusuf mewarisi hak kesulungan, dia mendapat dua bagian dari warisan. Yusuf menduduki dua suku di antara 12 suku Israel.

Yusuf mempunyai pengalaman yang luar biasa. Dia pernah berada di titik terendah dan juga diangkat ke titik tertinggi. Direndahkan menjadi seorang budak dan diturunkan lagi menjadi seorang tahanan. Bukan tahanan untuk alasan yang mulia, tetapi untuk karena difitnah dengan satu tuduhan yang keji. Namun, pengalaman yang pahit ini tidak menghancurkann Yusuf. Akhirnya Allah mengangkat Yusuf menjadi Perdana Menteri Mesir yang merupakan negara terkuat di dunia pada masa itu. Yusuf berada di posisi tertinggi hanya berada di bawah satu orang, yaitu Firaun. Perjalanan hidupnya mendadak berubah setelah mengalami kesukaran yang berat. Allah memakai Yusuf untuk menyelamatkan nenek moyang Israel, dan dari sini keluarganya berkembang menjadi suku Israel.

Yusuf lewat penderitaannya memperoleh kebaikan dan pertolongan dari Allah. Setelah melewati penderitaan yang besar dia memperoleh kemuliaan yang besar juga. Rahasianya adalah “takut akan Allah.” Justru karena dia takut akan Allah, Allah menolong dia dalam segala apa pun yang dia kerjakan. Terakhir kali kita melihat, dalam perjalanannya ke Mesir, Allah melindungi dia. Di rumah Potifar, Allah menjadikan Yusuf berhasil dalam apa pun yang dikerjakan dan dia diangkat menjadi kepala rumah tangga tuannya. Hidup Yusuf yang terlihat nyata penyertaan Tuhan adalah gambaran hidup seorang yang takut akan Allah.


Yusuf tidak Mau Berbuat Jahat Terhadap Allah

Baiklah, mari kita lanjutkan untuk melihat topik ini. Ketika Yusuf berada di rumah Potifar, Allah menyertai Yusuf. Allah menjadikannya berhasil dalam apa pun yang dia kerjakan dan menjadi kepala yang mengurus sebuah keluarga besar. Dia sangat berkuasa di rumah itu. Namun, pada waktu dia sedang berhasil, Yusuf mengalami hal yang mencelakakannya, yang sekali lagi mengubah nasibnya.

Yusuf berwajah tampan dan dengan hikmat yang dimilikinya, istri Potifar menyukainya dan dia memandang Yusuf dengan birahi, dan berkata, “tidurlah denganku”. Yusuf dengan tegas menolak dia dan berkata,

“Tuanku mempercayakan segala sesuatu dalam rumahnya kepadaku. Ia telah memberikan kepadaku tanggung jawab atas segala sesuatu di sini. Tidak seorang pun di rumah ini memiliki wewenang yang lebih besar daripada aku. Tuanku tidak menyayangkan segala miliknya dariku, kecuali kamu karena kamu adalah istrinya. Bagaimana mungkin aku melakukan kejahatan seperti itu dan berdosa terhadap Allah?”

Perhatikan Yusuf tidak berkata bagaimana mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Potifar?” Apa yang Yusuf katakan adalah, “Bagaimanakah mungkin aku melakukan kejahatan yang besar ini dan berbuat dosa terhadap Allah?” Yusuf tidak ingin berdosa terhadap Allah. Dia bertekad untuk tidak berbuat dosa. Di sini kita lihat bahwa Yusuf takut akan Allah. Seorang yang takut akan Allah akan menjauhi yang jahat. Di dalam Alkitab, takut akan Allah sering dihubungkan dengan menghindari yang jahat. Ayub 1:1, mengatakan,

Ada seseorang yang tinggal di negeri Us, namanya Ayub. Orang itu saleh dan benar, takut akan Allah dan berpaling dari kejahatan.

Tepatnya karena Ayub takut akan Allah, maka ia menjauhi kejahatan. Persis seperti Yusuf yang takut akan Allah, maka ia menjauhi kejahatan. Di sisi lain, orang yang tidak takut akan Allah, dia tidak takut untuk berdosa. Dalam Mazmur 10:4 mengatakan,

Orang fasik, dengan membanggakan batang hidungnya, tidak mencari Allah. Seluruh pikirannya adalah, “Tidak ada Allah.”

Orang yang tidak takut akan Allah berpikir, berbuat dosa itu tidak masalah karena tidak ada orang yang tahu. Allah tidak tahu, hantu juga tidak tahu. Seperti situasi Yusuf, jika Yusuf berhubungan dengan istri Potifar, siapa yang tahu? Tidak ada orang yang melihat pada waktu itu. Itulah dosa yang paling banyak dilakukan sekarang ini – perzinahan, perselingkuhan dsb. Yusuf sangat tahu bahwa ia tidak boleh berdosa terhadap Allah karena Allah tahu. Allah bahkan tahu dosa yang tersembunyi begitu dalam yang tidak ada seorang pun yang tahu dan Allah akan menghakimi kita, tidak peduli berapa lama setelah kita berdosa. Pepatah Tionghoa mengatakan, “Tidak ada orang yang dapat luput dari penghakiman surga.” Mungkin sekarang kita tidak melihat penghakiman Allah, jadi kita pikir Allah tidak tahu. Namun, ketika tiba saatnya, Allah akan menghakimi.

Bagaimana kita tahu apakah kita memiliki rasa takut pada Tuhan? Kita akan mengetahuinya dari sikap kita terhadap dosa.


Harga yang dibayar Yusuf karena Takut akan Allah

Yusuf tidak ingin berdosa, tetapi istri Potifar masih berusaha menjerat Yusuf. Setiap hari dia merayu-rayu Yusuf untuk tidur dengan dia. Yusuf bertekad untuk menolak dia dan menjauh darinya. Suatu hari Yusuf masuk ke kamar untuk melakukan pekerjaannya. Tidak ada satu orang pun di rumah. Istri Potifar masuk dan memegangnya lalu berkata, “Tidurlah denganku.” Yusuf segera berbalik dan lari. Namun, perempuan itu memegang bajunya. Yusuf pun meninggalkan pakaiannya di tangan perempuan itu untuk cepat-cepat melarikan diri. Istri Potifar yang malu besar menjadi sangat tersinggung dan marah, lalu wanita jahat itu mengadu dan berkata kepada suaminya,

“Hamba Ibrani yang kaubawa ke sini berusaha mempermainkanku! Akan tetapi, ketika ia datang mendekatiku, aku menjerit. Ia melarikan diri dan meninggalkan pakaiannya.”

Ketika Potifar mendengar semua ini, dia menjadi sangat marah, “Aku sudah memberimu posisi yang penting dan kamu sungguh tidak tahu membedakan mana yang baik, mana yang buruk!” Tanpa mempedulikan siapa yang benar dan siapa yang salah, Potifar memenjarakan Yusuf di tempat di mana tawanan Firaun dikurung. Penjara itu ada di rumah Potifar karena ia adalah kepala pengawal Firaun. Semua yang terkurung di penjara itu adalah tawanan raja. Dalam kata lain, tanpa perintah dari Firaun tidak ada orang yang dapat keluar. Namun, untuk kasus Yusuf, Firaun bahkan tidak tahu ada Yusuf di situ karena bukan Firaun yang memerintahkan Yusuf untuk dipenjarakan. Potifarlah yang menjebloskan Yusuf ke dalam penjara. Jadi, sekali masuk ke dalam penjara itu, Yusuf hampir tidak punya harapan untuk keluar, karena tidak mungkin Potifar akan membebaskan dia. Firaun pula, tidak mungkin akan membebaskan dia karena Firaun bahkan tidak tahu ada Yusuf di situ.

Ini benar-benar kasus orang yang tidak salah diperlakukan dengan semena-mena dan tidak adil! Orang dipenjarakan karena berbuat jahat. Namun, Yusuf dipenjarakan karena ia tidak mau berbuat jahat. Masa depannya hancur dan tidak ada harapan untuk keluar. Di Ibrani 12:4, dikatakan,

“Dalam perjuanganmu melawan dosa, kamu belum sampai menumpahkan darahmu.”

Mengapa melawan dosa sampai ke tahap mencucurkan darah? Dengan melihat pada contoh Yusuf, maka kita akan sedikit memahami kebenaran ini. Yusuf dijebloskan ke penjara, karena dia tidak mau berbuat dosa. Dia dipenjarakan tanpa ada kemungkinan untuk keluar dari situ. Kita tidak berbuat dosa karena takut akan Allah. Relakah kita membayar harga semahal itu? Generasi sekarang tidak takut akan Allah. Berdosa itu suatu hal mudah dan dianggap wajar. Jika kita menolak untuk berdosa, kita yang akan menderita. Dalam situasi ini, akankah kita tetap bersikeras untuk takut akan Allah sampai ke tahap di mana kita tidak takut bahkan untuk mencucurkan darah?


Diperlakukan dengan Jahat Tidak Mengubah Yusuf

Akibat dari takut akan Allah, Yusuf pun dipenjarakan. Namun di dalam penjara, Yusuf masih dan terus mengalami pertolongan Allah. Kejadian 35:21-23

21  YAHWEH menyertai Yusuf dan terus menunjukkan kebaikan-Nya kepada Yusuf, sehingga kepala penjara mulai menyukai Yusuf.
22  Kepala penjara itu mengangkat Yusuf sebagai pengawas semua tawanan. Yusuf bertanggung jawab atas semua hal yang dilakukan di penjara.
23  Kepala penjara mempercayakan segala sesuatu yang ada dalam penjara kepada Yusuf. Hal ini terjadi karena YAHWEH menyertai Yusuf. YAHWEH membuat Yusuf berhasil dalam segala sesuatu yang dilakukannya. 

Di sini, kalimat “YAHWEH menyertai Yusuf” muncul dua kali, dan juga kalimat “melimpahkan kasih”, serta kalimat “membuat Yusuf kesayangan”. Sama seperti ketika Yusuf tiba di rumah Potifar, Allah menolong Yusuf. Dia membuat kepala penjara menyukai dan begitu mempercayai Yusuf, sehingga Yusuf menjadi orang yang mengurus semua tahanan dan mengawasi para tahanan. Yusuf mewakili kepala penjara untuk mengurus penjara. Hal yang perlu diperhatikan adalah Yusuf tetap takut pada Allah sekalipun dia mengalami perlakuan yang tidak adil. Dia dipenjarakan karena kebenaran, tetapi dia tidak mengeluh atau menjadi pahit terhadap Allah. Sikapnya tetap baik dan dia tetap berbuat yang terbaik. Dia masih takut akan Allah. Sikapnya tidak berubah terhadap Allah. Hal ini membuat Allah tetap menyertai, menolong dan memberkatinya.


Allah Mulai Menggenapi RencanaNya Untuk Yusuf

Apa yang terjadi kemudian? Yusuf bertemu dan menolong dua tahanan yang merupakan pelayan anggur raja dan tukang roti di istana Firaun. Pelayan anggur bertanggung jawab mengatur anggur dan juga korban persembahan. Pada zaman kuno, persembahan korban sangat penting. Tukang roti mengatur dapur Firaun dan bertanggung jawab atas makanan dan minuman raja. Kedua orang ini adalah pejabat terdekat Firaun. Orang yang sangat penting. Namun, karena kecerobohan, mereka melakukan kesalahan terhadap Firaun dan karena murka, Firaun menjebloskan mereka ke dalam penjara di rumah Potifar, tempat di mana Yusuf dikurung. Kepala penjara menyerahkan mereka pada Yusuf. Yusuf melayani mereka dan tinggal dengan mereka di penjara untuk beberapa waktu lamanya.

Suatu malam pelayan anggur dan tukang roti sama-sama mendapatkan mimpi yang berbeda. Mereka merenungkan semua itu, tetapi tidak dapat mengartikannya. Paginya ketika Yusuf datang ke sel mereka, dia melihat mereka sedang murung. Maka ia pun bertanya,

“Mengapa kamu tampak begitu khawatir hari ini?”

Jawab mereka kepadanya:

“Tadi malam, kami bermimpi tetapi kami tidak tahu arti mimpi kami itu. Tidak ada seorang pun yang dapat mengartikan atau menerangkan mimpi itu kepada kami.”

Kata Yusuf kepada mereka:

“Hanya Allah yang dapat mengerti dan menerangkan mimpi itu. Tolong katakan mimpimu kepadaku.

Kemudian juru minuman itu menceritakan mimpinya kepada Yusuf, katanya:

“Aku bermimpi melihat pohon anggur. Pohon anggur itu memiliki tiga cabang. Aku melihat cabang-cabang itu berbunga dan kemudian menjadi buah anggur. Aku sedang memegang gelas Firaun. Aku mengambil buah anggur itu dan memerasnya ke dalam gelas. Lalu, aku memberikan gelas itu kepada Firaun.”

Kata Yusuf kepadanya:

“Aku akan menerangkan mimpi itu kepadamu. Tiga cabang maksudnya tiga hari. Dalam tiga hari, Firaun akan mengampunimu dan mengizinkanmu kembali ke pekerjaanmu. Kamu akan melakukan pekerjaan yang sama untuk Firaun seperti yang kaulakukan sebelumnya. Akan tetapi, apabila kamu telah bebas, ingatlah aku. Berbuat baiklah kepadaku dan tolonglah aku. Katakan kepada Firaun tentang aku agar aku dapat keluar dari penjara ini. Karena, aku diculik dan dibawa dari negeriku, Ibrani. Dan di sini, aku sebenarnya tidak melakukan hal yang salah, yang membuat aku dipenjara.”

Setelah dilihat oleh kepala tukang roti, betapa baik arti mimpi itu, dia juga meminta Yusuf untuk menafsirkan mimpinya:

“Aku juga bermimpi. Dalam mimpiku, aku melihat ada tiga keranjang roti di atas kepalaku. Dalam keranjang yang paling atas terdapat semua jenis makanan yang dimasak untuk raja, tetapi burung-burung memakannya.”

Yusuf menjawab:

“Aku akan mengatakan kepadamu arti mimpi itu. Tiga keranjang artinya tiga hari. Dalam tiga hari, raja akan mengeluarkanmu dari penjara dan memenggal kepalamu! Ia akan menggantung tubuhmu pada sebuah tiang, dan burung-burung akan memakan tubuhmu.”

Dan terjadilah pada hari ketiga, pada hari ulang tahun Firaun, Firaun mengadakan perjamuan untuk semua pegawainya. Firaun mengembalikan kepala pelayan anggur pada kedudukannya dan dia memberikan piala ke tangan Firaun; tetapi Firaun menggantung kepala tukang roti, sebagaimana yang sudah ditafsirkan Yusuf kepada mereka. Namun, kepala pelayan anggur itu tidak mengingat Yusuf, dia bahkan melupakannya. Namun, peristiwa ini adalah permulaan dari suatu perubahan dramatis yang akan terjadi di dalam kehidupan Yusuf.


Mimpi Firaun

1  Dua tahun kemudian, Firaun bermimpi bahwa ia berdiri di dekat Sungai Nil.
2  Dalam mimpi itu, tujuh lembu keluar dari sungai dan berdiri di sana memakan rumput. Lembu-lembu itu terlihat sehat dan gemuk.
3  Kemudian, tujuh lembu lain keluar dari sungai dan berdiri di tepi sungai dekat lembu yang sehat itu. Namun, lembu-lembu itu kurus dan tampak sakit.
4  Ketujuh lembu yang sakit itu memakan ketujuh lembu yang sehat. Lalu, Firaun terbangun.
5  Firaun kembali tidur dan ia bermimpi lagi. Kali ini, ia bermimpi melihat tujuh tangkai gandum tumbuh pada satu batang gandum. Tangkai itu sehat dan penuh dengan bulir gandum.
6  Kemudian, ia melihat tujuh tangkai gandum bertunas, tetapi kurus dan layu oleh angin panas.
7  Tangkai gandum yang kurus itu memakan ketujuh tangkai gandum yang baik. Kemudian, Firaun terbangun kembali dan menyadari itu hanyalah mimpi.
8  Besok paginya, Firaun merasa gelisah dengan mimpi-mimpi itu. Jadi, ia memanggil semua ahli tenung dan orang bijak yang ada di Mesir. Firaun menceritakan kepada mereka mimpi itu, tetapi tidak seorang pun dari mereka yang dapat menerangkannya.
9  Kemudian, pelayan anggur teringat akan Yusuf dan berkata kepada Firaun, “Aku teringat akan sesuatu yang terjadi padaku.
10  Engkau pernah marah kepada tukang roti dan kepadaku, dan engkau memenjarakan kami.
11  Satu malam, ia dan aku bermimpi. Masing-masing mimpi kami memiliki artinya sendiri.
12  Ada seorang Ibrani dalam penjara bersama kami. Ia adalah hamba dari kepala pengawal. Kami menceritakan mimpi kami kepadanya dan ia menerangkan artinya kepada kami.
13  Semua yang dikatakannya benar-benar terjadi. Ia mengatakan aku akan bebas dan menerima kembali pekerjaanku yang lama, dan itu terjadi. Ia juga mengatakan kepada tukang roti bahwa ia akan mati, dan itu terjadi!”


Yusuf dipanggil untuk Menafsirkan Mimpi Firaun

Ketika Firaun mendengar semua itu, dia segera mengutus orang untuk memanggil Yusuf dari penjara. Mungkin saat itu Yusuf sedang mengurus hal-hal di penjara seperti biasa. Semuanya masih sama. Tiba-tiba, ada kehebohan dan masuklah satu kelompok pengawal yang dengan nyaring mengumumkan, “Titah raja: Yusuf harus segera ke istana untuk menghadap Firaun.”

Namun, kehidupan bertahun-tahun di penjara membuat pakaiannya telah menjadi robek dan usang. Penampilannnya gondrong dan berjanggut. Bagaimana bisa dia memasuki istana yang indah dan megah bertemu dengan Firaun dalam keadaan seperti itu? Lalu, mereka segera mencukur kepala dan wajah Yusuf, memandikan dan mengganti pakaiannnya. Sekelompok prajurit membawa Yusuf keluar. Ketika Yusuf memasuki istana dan berhadapan dengan firaun, Firaun menatapnya dan berkata,

“Aku bermimpi, dan tidak ada yang dapat menerangkan mimpi itu kepadaku. Aku mendengar bahwa engkau dapat menerangkan mimpi ketika orang menceritakan kepadamu mimpi-mimpi itu.”

Yusuf menjawab Firaun, katanya,

“Aku tidak dapat! Akan tetapi, Allah dapat menerangkannya kepada tuanku Firaun.”

Kemudian Firaun memberitahukan mimpinya kepada Yusuf. Setelah itu, Yusuf berkata kepada Firaun, 

25  Kemudian, Yusuf berkata kepada Firaun, “Kedua mimpi itu memiliki arti yang sama. Allah sedang memberi tahu Tuanku tentang apa yang akan segera terjadi.
26  Tujuh lembu yang baik dan tujuh tangkai gandum yang baik artinya tujuh tahun yang baik.
27  Dan, tujuh lembu yang kurus dan sakit dan tujuh tangkai gandum yang kurus maksudnya akan terjadi tujuh tahun kelaparan di negeri ini. Ketujuh tahun yang buruk akan terjadi setelah tujuh tahun yang baik.
28  Sebagaimana yang hamba katakan kepada Tuanku, Allah telah menunjukkan kepada Tuanku apa yang akan segera terjadi.
29  Selama tujuh tahun akan ada banyak makanan di Mesir.
30  Kemudian, akan terjadi tujuh tahun kelaparan. Orang-orang Mesir bahkan akan lupa betapa banyaknya makanan pada masa lalu. Bahaya kelaparan akan merusak negeri ini.
31  Kelaparan itu akan sangat buruk sampai-sampai orang-orang lupa bagaimana rasanya mempunyai banyak makanan.
32  Tuanku Firaun, engkau mempunyai dua mimpi tentang hal yang sama. Itu berarti, Allah ingin menunjukkan bahwa Ia benar-benar akan membuat hal ini terjadi, dan Ia akan segera mewujudkannya!
33  Jadi, Tuanku Firaun, engkau harus memilih seorang yang bijaksana dan pandai, dan mengangkat dia untuk mengatur negeri ini.
34  Lalu, engkau harus memilih beberapa orang lain untuk mengumpulkan makanan dari rakyat Mesir. Selama tujuh tahun yang baik, orang-orang harus memberikan 1/5 dari semua makanan yang mereka tanam.
35  Dengan cara ini, mereka akan mengumpulkan banyak makanan selama tujuh tahun yang baik dan menyimpannya dalam kota-kota hingga itu diperlukan. Makanan itu akan ada di bawah pengawasan Tuanku.
36  Dengan demikian, selama tujuh tahun masa kelaparan akan ada makanan untuk Mesir. Dan, Mesir tidak akan binasa karena bahaya kelaparan.”

Usul itu dipandang baik oleh Firaun dan oleh semua pegawainya. Sangat jelas, Yusuf mempunyai karunia untuk menafsirkan mimpi, dan dia sendiri juga telah bermimpi dan diberikan penglihatan. Contohnya, ketika ia masih di Kanaan dan masih anak-anak, dia pernah bermimpi dua kali, tentang saudara-saudaranya bersujud di hadapannya. Kenyataannya, kedua mimpi ini pada kemudian hari memang menjadi kenyataan. Yusuf dapat menafsirkan dengan tepat mimpi juru minuman raja, juru roti serta mimpi Firaun.


Kenapa Yusuf Dapat Menafsirkan Mimpi?

Dalam catatan Alkitab, karunia menafsirkan mimpi adalah karunia yang sangat spesial. Saya kira anda tidak dapat menemukan orang lain yang seperti itu. Satu-satunya orang yang bisa saya pikirkan adalah Daniel. Ia menafsirkan mimpi Nebukadnezar. Daniel adalah seorang nabi yang sangat terkemuka dengan kuasa yang besar. Namun, sangatlah jelas bahwa penafsiran mimpi itu terjadi di bawah situasi yang sangat khusus, karena Nebukadnezar akan membunuh semua orang berilmu jika tidak ada seorang pun yang dapat menafsirkan mimpinya. Dalam situasi yang berbahaya ini, Daniel meminta kepada Allah dan memohon kemurahan-Nya. Hasilnya Allah memberitahu Daniel tentang penafsirannya melalui sebuah mimpi. Lalu Daniel memberitahu Nebukadnezar tentang mimpi dan artinya. Semua orang berilmu diselamatkan. Selain kejadian khusus ini, Daniel tidak ada banyak pengalaman dalam menafsirkan mimpi. Saya rasa Yusuf adalah penafsir mimpi yang paling menonjol dalam seluruh Alkitab.      

Kenapa Yusuf memiliki kuasa ini? Perhatikan fakta setelah Yusuf menafsirkan mimpinya, Firaun berkata “Roh Allah ada di dalam dia.” Allah telah memberitahukan semuanya ini kepadamu. Firaun tahu bahwa itu pekerjaan Allah. Yusuf tidak berkata, “Aku dapat menafsirkan mimpi.” Pertama kali dia menafsirkan mimpi pelayan anggur raja dan tukang roti, Yusuf berkata, “Hanya Allah yang dapat mengerti dan menerangkan mimpi.” Kali kedua adalah ketika ia menafsirkan mimpi Firaun. Yusuf berkata “Aku tidak dapat! Akan tetapi, Allah dapat menerangkannya kepada tuanku Firaun.”

Jadi dalam seluruh prosesnya, Yusuf meninggikan Allah. Dia tahu semua ini datang dari Allah. Itu semua adalah wahyu Allah. Kenapa Allah menyatakannya kepada Yusuf? Karena Yusuf takut akan Allah, maka Allah dekat padanya. Mazmur 25:14

Nasihat Allah adalah bagi mereka yang takut akan Dia, dan Ia akan memberitahukan perjanjian-Nya.

Untuk seseorang yang takut akan Allah, Allah akan dekat kepadanya, dan memberitahu dia akan kehendak-Nya. Ada poin lain yang perlu diperhatikan. Ketika Yusuf bertemu Firaun, kita dapati sesuatu yang istimewa tentang Yusuf. Firaun adalah raja Mesir yang paling berkuasa di dunia pada saat itu. Dapat dikatakan dia adalah orang yang kedudukannya paling tinggi, Yusuf pula adalah orang asing, seorang budak dan seorang tahanan yang berposisi paling rendah. Seorang yang berkedudukan sangat rendah bertemu dengan seorang yang berkedudukan tertinggi. Kita dapat bayangkan betapa takutnya rata-rata orang yang berada di dalam situasi seperti itu.


Takut pada Allah, Tidak akan Takut pada Manusia

 Ketika kita melihat pemimpin atau Presiden sebuah negara memanggil seseorang, mereka akan sangat gugup dan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Mereka bukanlah tahanan, sebagian dari mereka adalah orang yang berprestasi yang dipanggil Presiden untuk bertemu. Namun, mereka juga selalunya ketakutan dan cemas. Namun, Yusuf seorang budak, seorang tahanan yang tanpa status sama sekali, terlihat sangat tenang dan tidak ada rasa takut ketika menghadap Firaun. Kenapa dia bisa seperti itu? Jawabannya masih sama, karena Yusuf takut akan Allah. Seorang yang takut akan Allah, tidak takut pada manusia. Sebaliknya orang yang tidak takut pada Allah, akan takut pada manusia. Bagaimana pandangan orang terhadap saya? Apa yang mereka bicarakan tentang saya? Saya takut karena tidak mau membuat orang lain tersinggung dsb. Yusuf takut akan Allah. Hidup atau mati, dia menyerahkan dirinya kepada Allah. Lalu, ada apa yang perlu dia takutkan?


Kesimpulan

Mari kita membuat kesimpulan kecil. Kita sudah mempelajari kualitas hidup Yusuf yang takut akan Allah. Oleh karena dia seorang yang takut akan Allah, ketika istri Potifar menggoda dan ingin berhubungan dengannya, dia tidak mau berdosa terhadap Allah. Yusuf harus membayar harga yang mahal karena hal ini. Dia dijebloskan ke penjara dan tampaknya tidak ada harapan untuk keluar dari situ.

Kita juga melihat, di dalam penjara yang tidak ada harapan untuk bebas, Yusuf tidak menjadi pahit atau marah dengan Tuhan. Dia tetap seperti dirinya sendiri, yang takut akan Allah. Oleh karena itu, Yusuf terus mengalami kepedulian Allah. Allah menjadikan dia berhasil dalam apapun yang ia kerjakan. Allah membuat dia menjadi kesayangan kepala penjara.                                        

Kita juga melihat bahwa Tuhan memberikan kepada Yusuf karunia untuk menafsirkan mimpi. Dalam catatan Alkitab, hal ini sangat menonjol pada diri Yusuf karena Allah berkenan menyatakan kepadanya arti dari mimpi-mimpi itu. Allah sangat berkenan untuk mendekat kepadanya dan menyatakan rencana-Nya kepada orang yang takut akan Dia.

Pada akhirnya kita juga melihat bahwa karena Yusuf takut akan Allah, dia tidak takut bahkan ketika dia mendadak dipanggil untuk pergi bertemu dengan penguasa atau raja tertinggi pada waktu itu. Seorang yang takut Allah tidak akan takut pada manusia. Sebaliknya seorang yang tidak takut akan Allah, segala sesuatu akan membuat dia ketakutan.

 

Berikan Komentar Anda: