Ev. Xin Lan | Yusuf (3) |

Kita sampai pada Yusuf bagian tiga. Kita sudah melihat bahwa Yusuf mempunyai pengalaman yang luar biasa. Dia mengalami pengalaman berada di titik terendah dan juga di titik tertinggi. Pengalaman direndahkan menjadi budak, bahkan menjadi tahanan, tidak menghancurkan Yusuf. Akhirnya Allah mengangkat Yusuf menjadi Perdana Menteri Mesir yang merupakan negara terkuat di dunia pada masa itu. Dia berada di posisi tertinggi hanya di bawah satu orang, yaitu Firaun.  Status Yusuf berubah secara mendadak. Lewat serangkaian peristiwa yang terjadi, Allah sedang mempersiapkan Yusuf untuk dipakai sebagai penyelamat bagi nenek moyang Israel yang darinya berkembang menjadi bangsa Israel.

Lewat apa yang dilewatinya, Yusuf mengalami banyak kebaikan dan pertolongan Allah. Setelah melewati penderitaan yang besar, Yusuf mengalami kemuliaan yang besar juga. Kita telah melihat bahwa rahasia besar Yusuf adalah “takut akan Allah.” Tepatnya karena dia takut akan Allah, Allah menolong dia dalam apa pun yang dia kerjakan. Dalam perjalanannya ke Mesir, Allah melindungi dia. Di rumah Potifar, Allah menjadikannya berhasil dalam apa pun yang dikerjakan dan dia diangkat menjadi pengawas rumah tuannya. Hidup Yusuf adalah hidup yang dicirikan oleh takut akan Allah.

Yusuf menolak godaan istri Potifar karena dia seorang yang takut akan Allah, dia tidak mau berdosa terhadap Allah. Demi berbuat apa yang benar, Yusuf membayar harga yang mahal. Dia dijebloskan ke penjara tanpa ada harapan untuk keluar dari situ.

Namun, sekalipun berada di dalam situasi yang tanpa harapan, Yusuf tetap mengalami kepedulian Allah. Allah menjadikan dia berhasil sekali lagi di penjara. Allah membuat dia menjadi kesayangan kepala penjara.

Di dalam Alkitab, Yusuf memiliki karunia yang menonjol, yakni karunia menafsirkan mimpi. Yusuf bisa menafsirkan mimpi karena Allah berkenan untuk menyingkapkan arti mimpi kepada Yusuf. Allah sangat berkenan untuk mendekat dan menyingkapkan rencana-Nya kepada orang yang takut akan Dia.

Ketika Yusuf pergi bertemu dengan Firaun, penguasa tertinggi pada waktu itu, dia tidak takut. Seorang yang takut Allah tidak akan takut pada manusia. Sebaliknya seorang yang tidak takut akan Allah, akan takut pada segala sesuatu.                                        


Yusuf Diangkat Firaun                                                                                                             

Pokok-pokok di atas sudah kita lihat di dua pesan yang lalu. Hari ini kita akan melanjutkan tentang dua mimpi yang ditafsirkan oleh Yusuf ketika dia dipanggil ke istana oleh Firaun. Kedua mimpi itu memiliki makna yang sama. Kedua mimpi itu memperlihatkan bahwa akan datang tujuh tahun kelimpahan di seluruh tanah Mesir yang akan diikuti oleh tujuh tahun kelaparan. Kelaparan yang terjadi itu sangatlah parah yang akan membinasakan seluruh tanah Mesir. Nasihat Yusuf kepada Firaun adalah untuk mengangkat seorang yang berakal budi dan bijaksana untuk berkuasa atas tanah Mesir. Selama tujuh tahun kelimpahan itu, dikumpulkanlah segala bahan makanan untuk persiapan menghadapi tahun-tahun kelaparan yang akan menyusul.

37  Tampaknya, hal ini merupakan pemikiran yang sangat baik bagi Firaun, dan semua pejabatnya setuju.
38  Firaun berkata kepada para pejabatnya, “Aku tidak yakin kita dapat menemukan orang yang lebih baik daripada Yusuf untuk mengerjakan hal ini! Roh Allah ada di dalam dia sehingga ia sangat bijaksana!”
39  Maka, Firaun berkata kepada Yusuf, “Allah telah menunjukkan semua hal ini kepadamu. Jadi, aku rasa tidak ada orang lain yang lebih bijaksana daripada kamu.
40  Aku akan mengangkat kamu untuk mengepalai istanaku. Seluruh rakyatku akan menaati perintahmu. Hanya aku saja satu-satunya orang yang lebih berkuasa darimu.”
41  Firaun berkata kepada Yusuf, “Sekarang, aku mengangkatmu menjadi gubernur atas seluruh Mesir.”
42  Kemudian, Firaun melepaskan cincin di jarinya dan memakaikan cincin itu pada jari Yusuf. Meterai kerajaan ada pada cincin itu. Firaun juga memberikan kepada Yusuf pakaian halus dan memakaikan kalung emas ke lehernya.
43  Lalu, Firaun memberikan kepada Yusuf kereta kerajaan yang kedua sebagai kendaraannya. Para pengawal kehormatan raja berjalan di depan kereta itu sambil berseru-seru, “Berlutut! Berlutut!” Demikianlah Yusuf diangkat menjadi gubernur atas seluruh Mesir.
44  Lalu Firaun berkata kepadanya, “Akulah Firaun, raja atas setiap orang di Mesir, tetapi tidak ada seorang pun di Mesir yang dapat mengangkat tangan atau menggerakkan kaki kecuali engkau mengizinkannya.”
45  Kemudian Firaun memberikan kepada Yusuf nama lain, Zafnat-Paaneah. Ia juga memberikan kepada Yusuf seorang istri bernama Asnat. Dia anak Potifera, imam di Kota On. Yusuf pun menjadi gubernur di seluruh negeri Mesir.

Sejak saat itu Yusuf memulai tahap kehidupannya yang keempat, dia di angkat ke tempat yang tertinggi.


Melewati Penderitaan 13 tahun, Yusuf tetap Setia

Ketika Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya ke Mesir, dia masih berumur 17 tahun. Ketika dia bertemu Firaun, dia berumur 30 tahun. Jadi Yusuf telah menderita selama 13 tahun. Tiga belas tahun bukanlah waktu yang singkat, apalagi jika itu dalam masa penderitaan. Masa di antara 17 dan 30 tahun adalah masa keemasan dalam pertumbuhan seseorang. Namun, Yusuf melewati masa keemasannya di dalam penderitaan yang besar, sesuatu yang tentunya disayangkan oleh banyak orang.

Berbicara tentang takut akan Allah, tidaklah sulit untuk takut dengan Allah jika seseorang dalam situasi yang menyenangkan. Namun, jika kita dalam penderitaan selama 13 tahun, masihkah kita punya rasa takut akan Allah? Saya kira respon pertama rata-rata orang adalah: Di manakah Allah? Kalau Allah ada, kenapa Allah tidak melindungiku?

Saat kita melihat Allah senantiasa menyertai Yusuf di dalam penderitaannya, kita mengira kehidupan Yusuf pastinya enak dan tidak ada pergumulan sama sekali. Mungkin kita mengira bahwa Yusuf tahu bahwa penderitaannya hanya sementara, dan setelah itu Tuhan akan mengangkatnya. Tidaklah demikian. Yusuf sendiri pada saat dia menjalaninya, dia tidak tahu bahwa Allah sedang menggenapi rencananya lewat Yusuf dan penyertaan Allah tetap bersamanya. Kenapa saya berkata demikian? Perhatikan apa yang dikatakan oleh Yusuf saat dia menafsirkan mimpi juru minum Firaun. Kata Yusuf,

“14  Akan tetapi, apabila kamu telah bebas, ingatlah aku. Berbuat baiklah kepadaku dan tolonglah aku. Katakan kepada Firaun tentang aku agar aku dapat keluar dari penjara ini.
15  Karena, aku diculik dan dibawa dari negeriku, Ibrani. Dan di sini, aku sebenarnya tidak melakukan hal yang salah, yang membuat aku dipenjara.”


Yusuf tidak tahu kapan Penderitaannya Berakhir

Di sini, kita melihat Yusuf berharap juru minuman raja bisa menolong dia keluar dari penjara. Mungkin Yusuf berpikir Allah akan menyelamatkan dia melalui juru minuman itu. Namun, di kemudian hari, juru minuman itu justru melupakan dia dan tidak memberikan pertolongan apapun. Sangat jelas ini bukanlah cara Allah, Allah punya rencana yang lebih besar. Jadi, Yusuf sendiri tidak mengetahui bagaimana Allah akan menyelamatkan dia. Dia juga mencoba menggunakan berbagai cara untuk keluar dari penjara. Tiga belas tahun ini, bukanlah periode yang Yusuf jalani tanpa penderitaan dan kesusahan. Dia tidak tahu kapan penderitaannya akan berakhir dan bagaimana Tuhan akan menolong dia. Pada momen dia melewati semua itu, Yusuf bisa saja tidak menyadari bahwa penyertaan Allah tidak pernah meninggalkan dia.

Jika anda pernah mengalami penderitaan, anda akan tahu bahwa sering kali di tengah-tengah penderitaan itu, kita tidak merasa bahwa Allah sedang menolong kita. Kita berasa berada di dalam kegelapan dan merasa seolah-olah tidak ada jalan keluar. Kita tidak tahu kapan pertolongan itu akan datang. Namun, saat kita tetap tidak menyerah, tetap berseru kepada Tuhan dan tetap takut akan Dia. Saat kita setia melakukan itu, kita akan melihat pada akhirnya, setelah semuanya berlalu, bahwa setiap langkah kita sebenarnya dibantu oleh Tuhan. Jadi, hal yang terpenting yang perlu kita tanyakan adalah, apakah kita akan tetap takut dan menyanjung tinggi Allah di tengah-tengah kegelapan maupun penderitaan yang kita alami? Inilah yang dilakukan oleh Yusuf. Dia tetap takut dan menyanjung tinggi Tuhan di dalam kehidupannya sekalipun dia hidup di tengah-tengah penderitaannya yang tak terkata itu. Dengan demikian, setelah Yusuf melewati semua penderitaan itu, dia diangkat oleh Allah untuk memulai fase keempat kehidupannya.


Fase keempat Kehidupan Yusuf

Pada hari-hari berikutnya, Yusuf memimpin di seluruh tanah Mesir. Selama tujuh tahun masa kelimpahan, Yusuf menimbun makanan dari seluruh tanah Mesir, seperti pasir di laut, sangat banyak sehingga orang berhenti menghitungnya, karena memang tidak terhitung. Pada masa inilah, lahirnya dua orang anak laki-laki bagi Yusuf. Yusuf memberi nama Manasye kepada anak sulungnya itu, yang artinya: “membuat aku lupa,” sebab katanya, “Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku.” Dan kepada anaknya yang kedua diberinya nama Efraim, yang artinya “membuat aku berhasil”. Sebab katanya “Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku”. Setelah diangkat ke tempat yang tertinggi, Yusuf tidak melupakan Allah. Dia tahu, Allah yang membuat dia memperoleh semua ini.

Setelah lewat tujuh tahun kelimpahan yang ada di tanah Mesir itu, mulailah tujuh tahun kelaparan, seperti yang telah dikatakan Yusuf; di setiap tempat kelaparan melanda, tetapi di seluruh negeri Mesir masih ada roti. Waktu rakyat Mesir akhirnya menderita kelaparan, dan berteriak meminta roti kepada Firaun, berkatalah Firaun kepada semua orang Mesir: “Pergilah kepada Yusuf, perbuatlah apa yang akan dikatakannya kepadamu.” Kelaparan itu merajalela di seluruh bumi. Maka Yusuf membuka segala lumbung dan menjual gandum kepada orang Mesir. Orang-orang dari seluruh bumi juga datang ke Mesir untuk membeli gandum dari Yusuf.

Pada saat itu, kelaparan juga terjadi di Kanaan. Setelah Yakub mendapat kabar bahwa ada gandum di Mesir, berkatalah ia kepada anak-anaknya: “Mengapa kamu berpandang-pandangan saja?” Lagi katanya, “Telah kudengar, bahwa ada gandum di Mesir; pergilah ke sana dan belilah gandum di sana untuk kita, supaya kita tetap hidup dan jangan mati.”

Lalu pergilah sepuluh orang saudara Yusuf untuk membeli gandum di Mesir. Namun, Yakub tidak membiarkan Benyamin, adik Yusuf, pergi bersama-sama dengan saudara-saudaranya, sebab pikirnya: “Jangan-jangan ia ditimpa kecelakaan nanti.”

Jadi saudara-saudara Yusuf datang, dan sujud kepadanya dengan mukanya tertunduk sampai ke tanah. Ketika Yusuf melihat saudara-saudaranya, dia segera mengenal mereka, tetapi mereka tidak mengenal Yusuf. Saat terakhir mereka melihat Yusuf, Yusuf hanyalah anak muda berusia 17 tahun, dan sekarang Yusuf seorang pria dewasa yang punya kekuasaan. Seorang Perdana Menteri di sebuah negeri yang maju. Tidak terbayangkan di benak mereka bahwa pria dengan kekuasaan dan kedudukan yang tinggi ini adalah saudara kandung mereka.

7  Yusuf melihat saudara-saudaranya dan mengenali mereka, tetapi ia berlaku seolah-olah tidak mengenal mereka. Ia bersikap kasar ketika berbicara kepada mereka. Katanya, “Dari mana kamu datang?” Mereka menjawab, “Kami datang dari tanah Kanaan. Kami datang kemari untuk membeli makanan.”
8  Yusuf mengenali saudara-saudaranya, tetapi mereka tidak tahu siapa dia.
9  Kemudian, Yusuf teringat akan mimpi-mimpi yang ia alami tentang saudara-saudaranya. Yusuf berkata kepada mereka, “Kamu datang bukan untuk membeli makanan! Kamu adalah mata-mata. Kamu datang untuk mencari tahu kelemahan kami.”
10  Akan tetapi, saudara-saudaranya berkata kepadanya, “Tidak, Tuan, kami datang selaku hambamu. Kami datang hanya untuk membeli makanan.
11  Kami semua bersaudara — kami semua anak dari ayah yang sama. Kami orang jujur dan datang hanya untuk membeli makanan.”
12  Namun, Yusuf berkata kepada mereka, “Tidak, kamu datang untuk memata-matai kami!”
13  Mereka berkata, “Tidak Tuan, kami datang selaku hamba dari Kanaan. Kami semua bersaudara, anak dari ayah yang sama. Kami 12 bersaudara. Saudara kami yang termuda masih tinggal bersama ayah kami, dan saudara yang lain telah lama mati.”
14  Akan tetapi, Yusuf berkata kepada mereka, “Tidak! Aku dapat melihat bahwa aku benar. Kalian adalah mata-mata.
15  Namun, aku akan membiarkanmu membuktikan kebenaran ucapanmu. Demi Firaun, aku bersumpah bahwa aku tidak membiarkan kalian pergi sebelum saudara bungsumu datang kemari.
16  Seorang dari kamu harus pulang kembali untuk menjemput saudara bungsumu, sedangkan yang lainnya tinggal di sini di dalam penjara. Dengan begitu, kami dapat membuktikan apakah kalian mengatakan hal yang benar atau tidak. Jika kalian berbohong, demi Firaun, aku bersumpah bahwa kalian adalah mata-mata.”
17  Kemudian, Yusuf memasukkan mereka semua ke dalam penjara selama tiga hari.
18  Setelah tiga hari, Yusuf berkata kepada mereka, “Aku ini seorang yang takut akan Allah. Lakukanlah ini, dan aku akan membiarkan kalian hidup.
19  Jika kalian adalah orang-orang jujur, seorang dari antaramu dapat tinggal di dalam penjara, dan yang lain dapat pergi dan membawa gandum kembali kepada keluargamu.
20  Namun, kalian harus membawa saudara bungsu kalian kemari kepadaku. Maka, aku akan tahu bahwa kalian mengatakan hal yang benar, dan tidak harus mati.” Mereka menyetujuinya.
21  Mereka berkata satu sama lain, “Kita dihukum atas perbuatan kita yang jahat terhadap saudara kita, Yusuf. Kita melihatnya dalam kesulitan. Ia meminta kita untuk menyelamatkannya, tetapi kita tidak mau mendengarnya. Jadi, sekarang kita dalam kesulitan.”
22  Lalu, Ruben berkata kepada mereka, “Aku telah berkata kepadamu jangan melakukan sesuatu yang jahat kepada anak itu, tetapi kamu tidak mau mendengarkan aku. Sekarang, kita kena hukuman atas kematiannya.”
23  Mereka tidak tahu bahwa Yusuf mengerti pembicaraan mereka karena Yusuf memakai seorang penerjemah untuk berbicara kepada mereka.
24  Yusuf mengerti segala sesuatu yang mereka perbincangkan, dan itu membuatnya hampir menangis. Jadi, ia berbalik dan meninggalkan ruangan itu. Ketika Yusuf kembali, ia mengambil Simeon dan mengikatnya sementara saudaranya yang lain memperhatikan.
25  Yusuf mengatakan kepada hamba-hambanya untuk mengisi karung mereka dengan gandum. Saudara-saudaranya telah memberikan uang kepada Yusuf untuk membeli gandum, tetapi ia tidak mengambil uang itu. Ia memasukkannya ke dalam karung gandum mereka. Ia juga memberikan perbekalan yang dibutuhkan dalam perjalanan kepada mereka.
26  Maka, mereka menaikkan gandum ke atas keledai dan berangkat.
27  Malam itu, mereka berhenti di suatu tempat untuk bermalam. Seorang dari mereka membuka karung dan mengambil gandum untuk keledainya. Namun, di dalam karung itu, ia melihat uangnya!
28  Ia berkata kepada saudara-saudaranya, “Lihatlah! Di sini ada uang untuk membayar gandum. Seseorang memasukkan uang itu kembali ke dalam karungku.” Mereka itu sangat takut. Mereka berkata satu sama lain, “Apa yang akan Allah lakukan terhadap kita?”

Mendengar kisah yang terjadi, apa perasaan anda? Bayangkan orang-orang yang membuat anda menderita selama 13 tahun, sekarang berada di depan anda dan mereka bersujud di depan anda. Apa yang akan menjadi respon kita saat ini terjadi kepada kita? Seperti pepatah orang Tionghoa, sepuluh tahun tidaklah terlalu lama untuk menunggu momen yang tepat untuk membalas dendam! Lihatlah bagaimana aku akan membalas karena kalian berada di bawah daerah penguasaan aku sekarang!


Respon Fan Sui yang Mengalami Hal yang sama dengan Yusuf

Bagi kebanyakan orang, membalas adalah respon yang wajar. Malahan di dalam sejarah Tiongkok, hal yang sama terjadi pada zaman peperangan di Tiongkok (475-221 SM). Ada seorang pejabat kerajaan Wei (魏), namanya Fan Sui (范睢). Suatu kali Fan Sui diutus untuk misi diplomasi bersama-sama dengan pejabat senior dari kerajaan Qi (齐). Di istana, raja Qi (齐) menanyakan pejabat senior beberapa pertanyaan yang sangat sulit untuk dijawab. Pejabat senior tidak mampu memberikan jawaban, lalu situasi berubah menjadi sangat memalukan bagi dia. Fan Sui, yang melihat hal itu, lalu berinisiatif menolong untuk menjawab. Dia menjawab dengan lancar dan raja Qi (齐) kagum padanya.

Setelah kembali ke Kerajaan Wei (魏), pejabat senior yang dibantu ini malah melaporkan seluruh keadaan kepada Perdana Menteri Wei (魏). Mereka merasa terancam dan iri akan kemampuan Fan Sui. Mereka menjadi khawatir bahwa suatu hari nanti, Fan Sui akan mendapat kedudukan yang lebih tinggi daripada mereka. Jadi, Fan Sui bukan hanya tidak mendapat penghargaan, tetapi juga ditangkap dan dipukul dan dipermalukan. Istrinya juga dipermalukan. Akhirnya Fan Sui dipukul sampai tidak sadarkan diri. Mereka pikir dia sudah mati dan meninggalkannya di bagian luar kota. Namun, teman Fan Sui menyelamatkan dia dan mengirimnya secara rahasia ke Kerajaan Qin (秦).

Tidak lama kemudian, Fan Sui ditunjuk sebagai Perdana Menteri kerajaan Qin (秦) oleh karena kemampuannya. Kerajaan Qin (秦) adalah kerajaan terkuat pada masa itu. Fan Sui sekarang telah menjadi orang yang kedudukannya tertinggi setelah raja dan kemampuannya menimbulkan kekaguman dari banyak negeri yang lain.

Setelah menjadi Perdana Menteri dan memiliki kekuasaan, tahukah anda apa yang Fan Sui lakukan? Dia mengirim pasukan untuk menyerbu Wei (魏), khususnya dia menginginkan kepala Perdana Menteri Wei (魏). Lalu Raja Wei (魏) mengirim utusan khusus untuk bertemu dengan Perdana Menteri Qin (秦), yang adalah Fan Sui untuk mencari jalan damai. Utusan khusus ini adalah pejabat senior yang dulunya merasa terancam dengan Fan Sui. Karena Fan Sui telah mengubah namanya, maka ia tidak dikenal oleh pejabat senior ini. Ketika dia menunduk untuk bersujud di hadapannya, Fan Sui meminta dia mengangkat wajahnya untuk melihat siapakah dia. Ketika pejabat senior ini mengangkat wajahnya, dia sangat terkejut. Ternyata Perdana Menteri Wei adalah Fan Sui yang dulu pernah dia aniaya. Dia menganiaya Fan Sui dengan memaksanya memakan rumput yang disiapkan sebagai makanan kuda. Lalu, apa yang Fan Sui lakukan? Dia membalas dengan menyuruh pejabat ini memakan rumput.

Setelah itu, Fan Sui terus menyerang Wei (魏), dia bertekad untuk mendapatkan kepala Perdana Menteri kerajaan Wei (魏). Kerajaan Wei (魏) tidak dapat berbuat apa-apa selain membiarkan Perdana Menterinya melarikan diri ke negeri lain. Namun, setiap kerajaan yang menampung Perdana Menteri ini akan diserang oleh pasukan Qin (秦). Akibatnya, tidak ada kerajaan yang berani menerima Perdana Menteri Wei (魏). Akhirnya, pengikut-pengikut dari Perdana Menteri yang bertindak menghentikan perlariannya, mereka membunuh dia dan menyerahkan kepalanya kepada Fan Sui. Hanya setelah menerima kepala Perdana Menteri ini, Fan Sui mengakhiri pengejaran dan pembalasan dendamnya.


Kejahatan orang Terhadap Yusuf tidak Mengubahnya

Bukankah pengalaman Yusuf dan Fan Sui ini persis sama? Mereka menjadi korban tidak bersalah karena kecemburuan orang terdekat mereka, hanya karena kemampuan mereka. Orang-orang yang iri dengan mereka membuat hidup mereka sangat menderita. Namun, pada akhirnya, mereka ditinggikan ke kedudukan yang paling tinggi di pemerintahan sebuah negera, menjadi Perdana Menteri. Tidak ada yang punya kekuasaan lebih besar dari mereka kecuali Kaisar atau Firaun. Namun, perhatikan sikap mereka terhadap musuh-musuh yang mencelakakan mereka sebelumnya. Sikap yang sangat bertolak belakang, sama sekali berbeda. Fan Sui dengan penuh tekad merencanakan pembalasan, tetapi Yusuf tidak. Dia bahkan tidak langsung memamerkan siapa dia. Yusuf sangat sedih karena saat saudara- saudaranya membicarakan soal menjual dia, mereka berkata, “Betul-betullah kita menanggung akibat dosa kita terhadap adik kita itu: bukankah kita melihat bagaimana sesak hatinya, ketika ia memohon belas kasihan kepada kita, tetapi kita tidak mendengarkan permohonannya . . .” Perkataan saudara-saudaranya membuat Yusuf memikirkan adegan ketika dia dicelakakan, pasti sesuatu yang menimbulkan trauma yang mendalam. Ketika dia memohon kepada saudara-saudaranya, tetapi tidak seorang pun yang mau menolong dia, hati mereka begitu keras dan kejam terhadap anak kecil. Akibat kekejaman mereka, Yusuf dijual dan harus menderita selama 13 tahun. Yusuf menyembunyikan diri di kamar dan menangis. Jika Yusuf ingin membalas dendam, dia bisa melakukan seperti Fan Sui (范睢), bahkan lebih dari itu. Dia bisa meminta mereka mengangkat muka mereka agar melihat siapakah dia. Jika mereka tidak mengenal dia, tidak masalah, dia bisa memberitahu sendiri, “Akulah Yusuf.” Dia dapat memperlakukan mereka dengan buruk, menjual mereka sebagai budak atau bahkan membunuh mereka. Namun, Yusuf tidak melakukan itu semua itu, kenapa? Perhatikan apa yang Yusuf katakan kepada saudaranya, “Buatlah begini, maka kamu akan tetap hidup, aku takut akan Allah.” Yusuf tidak membalas karena ia takut akan Allah. Seorang yang takut akan Allah tidak akan membalas kejahatan dengan kejahatan. Prinsip ini terlihat di seluruh Alkitab.

Tentu saja, sekalipun Yusuf tidak membalas dendam, dia berbicara dengan nada yang keras terhadap mereka. Dia menuduh mereka sebagai pengintai dan mengurung mereka di tahanan selama 3 hari. Kenapa Yusuf melakukan itu? Karena dia tahu dengan jelas kejahatan yang telah saudara-saudaranya lakukan terhadap dia. Dia mau melihat apakah mereka masih jahat. Yusuf membentak dan mengurung mereka di penjara selama 3 hari. Perlakuan ini memang agar mereka merenungkan kejahatan masa lalu mereka terhadap saudara mereka, Yusuf. Dan memang itulah yang terjadi. Mereka semua merenung kembali kejahatan masa lalu mereka. Kata mereka, “Betul-betullah kita menanggung akibat dosa kita terhadap adik kita itu: bukankah kita melihat bagaimana sesak hatinya, ketika ia memohon belas kasihan kepada kita, tetapi kita tidak mendengarkan permohonannya. Itulah sebabnya kesesakan ini menimpa kita.” Mereka mulai diinsafkan oleh dosa mereka.

Setelah itu, Yusuf melepaskan mereka, tetapi menahan Simeon sebagai sandera supaya mereka akan membawa adik bungsu mereka, Benyamin. Sangat jelas Yusuf tidak mempercayai mereka lagi. Dia ingin melihat apakah mereka telah melukai Benyamin, adik kandungnya, dan apakah Benyamin masih hidup.

Jadi, di seluruh interaksi dengan saudara-saudaranya, Yusuf tidak membalas dendam atas permusuhan pribadinya, justru dia ingin melihat apakah mereka sudah bertobat atau belum. Kita dapat melihat keagungan karakter dan kemuliaan hati Yusuf. Awalnya dia mengancam akan menahan 9 orang dan hanya membiarkan satu saja yang kembali untuk membawa Benyamin ke Mesir. Namun, hatinya melunak, dan dia hanya menahan satu orang dan membiarkan yang 9 orang lagi pergi. Dia juga memerintahkan agar karung-karung mereka diisi dengan makanan dan mengembalikan uang secara rahasia ke dalam karung mereka masing-masing. Yusuf tidak membalas dendam. Karena takutnya akan Allah, Yusuf tetap berbuat yang terbaik sampai akhirnya. Di sinilah kita melihat keanggunan karakter seorang Yusuf.


Kesimpulan

Mari kita menarik satu kesimpulan kecil dari pesan hari ini. Hari ini kita melanjutkan untuk melihat kualitas hidup Yusuf yang takut akan Allah. Pertama, Yusuf menderita selama 13 tahun, tetapi dia tetap tidak menyerah, dia tetap berpegang pada Tuhan dan menyanjung tinggi Tuhan di dalam hidupnya. Sanjungan dan hormat kita kepada Tuhan terlihat jelas saat Dia menjadi alasan kita tidak berbuat dosa. Karena sikap takutnya akan Tuhan ini, Yusuf diangkat kepada kedudukan tertinggi dan menjalani satu tahap gemilang dalam kehidupannya setelah melewati penderitaan yang tak terkatakan.

Setelah Yusuf diangkat ke tempat yang paling tinggi menjadi Perdana Menteri Mesir, dia tidak berhenti takut akan Allah dan melakukan semena-mena. Dia tetap takut akan Allah. Dia memberi nama kedua anaknya, Manashe dan Efraim. Yang artinya, “Allah telah membuat aku lupa sama sekali kepada kesukaranku dan kepada rumah bapaku.” Dan “Allah membuat aku mendapat anak dalam negeri kesengsaraanku.”

Saat Yusuf berhadapan dengan saudara-saudaranya yang dengan sengaja dan kejam berbuat jahat kepadanya, saat dia masih seorang anak kecil yang tidak berdaya, Yusuf tidak membalas. Yusuf tidak membalas penderitaannya yang dilewati selama belasan tahun, bukan kerana dia tidak berdaya. Dia bisa berbuat lebih jahat dari kejahatan yang diterimanya. Namun, kita melihat kelembutan hati Yusuf. Sama sekali tidak ada kepahitan, sama sekali tidak ada dendam. Itulah efek takut akan Allah dalam kehidupan seseorang. Yusuf takut akan Allah dan seorang yang takut akan Allah tidak akan membalas kejahatan dengan kejahatan.  

 

Berikan Komentar Anda: