Ev. Xin Lan | Harun |

Hari ini, tokoh Alkitab yang akan kita bahas adalah Harun. Dia adalah kakak laki-laki Musa. Usia Harun tiga tahun lebih tua dari Musa. Harun merupakan sosok penting dalam sejarah Israel, dan juga dalam Perjanjian Lama. Ini karena dalam peristiwa keluarnya bangsa Israel dari Mesir, Allah juga memilih Harun untuk memimpin bangsa Israel bersama Musa. Masa pelayanan Harun bersamaan dengan masa pelayanan Musa, keduanya memimpin sekitar 40 tahun. Hal yang lebih penting lagi adalah bahwa Allah memilih Harun untuk menjadi imam besar, melayani Yahweh. Ini merupakan anugerah yang paling tinggi, dan anugerah ini hanya diberikan kepada Harun. Anugerah yang sama juga berlanjut kepada keturunan Harun. Anak cucunya pada masa depan merupakan imam-imam Allah.

Kemunculan pertama Harun dalam catatan Alkitab ada di kitab Keluaran 4. Pasal 3 dan 4 dari kitab Keluaran mencatat peristiwa panggilan Allah kepada Musa untuk berangkat ke Mesir menemui Firaun guna membawa keluar bangsa Israel dari Mesir. Musa berusaha keras menolak penugasan ini. Dia berkata bahwa dia kurang lancar berbicara. Musa memohon Allah untuk mengutus orang lain saja. Dalam jawaban-Nya, Allah menyatakan bahwa Harun akan menyambut dia dan akan menjadi juru bicara bagi Musa.

Demikianlah, Musa lalu berangkat ke Mesir sesuai dengan perintah yang diterimanya. Allah kemudian berfirman kepada Harun, “Pergilah ke padang gurun menjumpai Musa.” Perhatikan bahwa Allah baru saja memberitahu Musa bahwa Harun akan keluar menyambutnya, dan di sini kita melihat Allah berfirman langsung kepada Harun, “Pergilah ke padang gurun menjumpai Musa.” Seperti inilah cara kerja Allah. Untuk segala hal yang Dia perintahkan untuk dikerjakan oleh para hamba-Nya, Dia akan menyatakan hal itu kepada mereka yang akan dilibatkan. Dengan demikian, semua yang dilibatkan akan mendapat konfirmasi. Konfirmasi ini tidak akan datang dari satu sisi saja.

Demikianlah, Allah menyatakan kehendak-Nya kepada Musa dan Harun. Lalu, Harun pergi ke padang gurun dan menyambut Musa. Mulai saat itu, mereka berdua bekerja sama dalam berurusan dengan Firaun. Keluaran 7:7 menyatakan,

Musa berumur 80 tahun pada waktu itu dan Harun 83 tahun.

Belakangan, Harun dan Musa bersama-sama memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir, mengembara di padang gurun selama 40 tahun dan mengalami banyak peristiwa. Pada akhirnya, Harun dan Musa memberontak kepada titah Allah dalam peristiwa di Meriba, mereka tidak menguduskan nama Allah sehingga mereka tidak diizinkan untuk masuk ke tanah perjanjian, yaitu tanah Kanaan. Harun meninggal di gunung Hor, Bilangan 33:39 menyebutkan,

Harun mati saat berumur 123 tahun di Gunung Hor.

Berbeda dengan Musa, Alkitab tidak mencatat bagaimana Harun menjalani periode awal dan pertengahan dalam hidupnya. Namun, karena dia 3 tahun lebih tua dari Musa, tentunya dia mengalami masa-masa yang paling sukar bersama bangsa Israel sebelum Musa kembali. Masa ketika Musa dilahirkan adalah periode di mana raja Mesir menindas bangsa Israel, menjadikan mereka pekerja paksa dan membunuh bayi laki-laki bangsa Israel.  Musa mengalami keselamatan dari Allah dan luput dari maut. Alkitab tidak menjelaskan apa peristiwa penting saat Harun dilahirkan. Mungkin dia dilahirkan sebelum Firaun memerintahkan untuk membunuh bayi laki-laki bangsa Israel. Akan tetapi, periode awal masa hidup Harun bukanlah periode yang baik. Itu merupakan masa yang pahit bagi bangsa Israel. Harun menjalani 83 tahun periode kehidupan yang pahit sampai tiba waktunya Allah menjalankan rencana keselamatan-Nya dan memanggil Musa dan Harun untuk memimpin bangsa Israel keluar dari Mesir.

Harun berusia 83 tahun saat mulai melayani Allah. Dia sudah tua pada saat itu. Umumnya, kita sudah merasa tua pada usia 30 tahun. “Saya sudah tua, bagaimana saya bisa melayani Allah?” Para pensiunan kerap berkata, “Saya sudah tua, saya tidak sanggup melayani Allah.” Anda merasa sudah tua, tetapi apakah anda lebih tua dari Harun yang berusia 83 tahun saat itu? Harun mulai dipakai oleh Allah dan melayani Allah ketika berusia 83 tahun. Mulai usia 83 tahun, dia melayani Allah sampai usia 123 tahun, sampai saat kematiannya.

Melayani Allah tidak ada kaitannya dengan usia. Allah juga tidak peduli dengan usia. Dunia memang sangat peduli dengan apakah anda masih muda dan kuat, atau sudah tua dan lemah. Jika kita buka lembaran surat kabar dan membaca bagian lowongan pekerjaan, semua iklan lowongan pekerjaan menginginkan pelamar yang masih muda dan kuat. Mereka ingin calon pekerja di sekitar usia 20-an tahun. Sangat sedikit lowongan untuk yang berusia 30-an tahun. Bagi yang berusia 40-an tahun, peluang untuk mendapat pekerjaan hampir tidak ada. Bahkan mereka yang sudah punya pekerjaan tetap, begitu anda masuk usia pensiun, sekitar 50 sampai 60 tahun, maka anda harus pensiun. Mereka tidak membutuhkan anda lagi. Mereka menghabiskan masa terbaik dalam hidup anda, memeras anda seperti orang memeras tebu. Begitu anda sudah tidak berharga lagi, mereka akan membuang anda.

Akan tetapi, Allah tidak seperti itu. Saat Allah memakai seseorang, Dia tidak peduli dengan usia orang itu. Yang dipandang penting oleh Allah bukanlah usia. Jika kita memiliki hati yang tulus untuk melayani Allah, kita bisa melayani Allah sampai hari kematian kita. Tidak pernah ada urusan pensiun. Allah tidak akan menyingkirkan anda hanya karena anda sudah tua, Dia tidak pernah menyuruh anda pensiun dari pelayanan. Bukankah Allah semacam ini layak untuk kita layani dan kita pasrahkan hidup kita kepada-Nya?

Salah satu kelebihan Harun adalah keluwesannya dalam berbicara, jadi Allah menginginkan dia untuk menjadi juru bicara bagi Musa. Semua perintah Allah yang disampaikan kepada Musa, akan diteruskan oleh Musa kepada Harun, dan Harun akan menyampaikan perintah itu kepada umat Israel. Harun bukan sekadar juru bicara Musa, dia juga menjadi perpanjangan tangan bagi Musa. Sebagai contoh, ketika Musa mendatangi Firaun, entah urusannya akan berujung dengan mukjizat atau dengan bencana, Musa akan memerintahkan Harun untuk bertindak dengan tongkatnya. Jadi, Harun adalah asisten Musa. Sekalipun Allah memanggil Harun untuk bekerjasama dengan Musa, yakni dalam hal memimpin bangsa Israel, posisi Harun adalah sebagai asisten Musa.

Di dalam diri Harun juga terdapat kualitas kehidupan Musa. Sebagai contoh, dia mendampingi Musa menemui Firaun – seorang raja dari negeri yang paling kuat saat itu, dia tidak takut dan selalu menyampaikan firman Allah dengan setia. Dalam proses memimpin bangsa Israel, Harun dan Musa sering ditentang oleh bangsa Israel. Jemaat sering mengeluh dan memberontak terhadap Musa dan Harun. Ternyata Harun juga bisa bersikap sabar dan bersyafaat bagi jemaat. Jadi, dalam taraf tertentu, Harun juga memiliki kualitas yang mirip dengan Musa. Akan tetapi, jalan hidup Musa memang sangat cemerlang, kita akan mudah tergoda untuk mengabaikan peranan Harun yang berjalan di belakang Musa.

Dari pola hubungan ini, kita bisa melihat bahwa Harun merupakan orang yang rendah hati. Dia adalah kakak Musa, tetapi dia bersedia dipimpin oleh Musa dan membantu Musa dalam menjalankan tugasnya. Seluruh periode 40 tahun pelayanannya dijalani di bawah pimpinan Musa. Alkitab juga menyebutkan sampai dua kali di mana Harun menyebut Musa dengan istilah “tuanku”: yang pertama di Keluaran 32:22; yang berikutnya di Bilangan 12:11. Bukan urusan yang mudah untuk bisa melakukannya. Dalam perselisihan antar manusia, bahkan dalam perselisihan antara saudara-saudari seiman di gereja, masalah sering muncul karena tak ada yang bersedia tunduk kepada yang lain. Ini zaman hak asasi manusia, mengapa saya harus tunduk kepadamu? Arogansi dan keangkuhan kita membuat kita sukar tunduk pada pemegang otoritas. Kita membenarkan diri dengan berkata, “Jangan meninggikan manusia melebihi Yesus atau bahkan melebihi Allah.”

Bagaimana dengan pandangan Allah sendiri? Di Keluaran 4:16, Allah secara langsung berfirman kepada Musa,

Dan dia akan berbicara bagimu kepada umat itu. Dan dia, sungguh dia akan menjadi mulut bagimu, dan engkau, engkau akan menjadi Allah baginya. (MILT)

Jadi, Harun akan menjadi jurubicaramu. Seperti Allah, kamu akan berbicara kepadanya dan ia akan menyampaikannya kepada orang Israel.

Harun melayani Musa seperti melayani Allah! Jika ada orang pada zaman sekarang yang berani membahas hal ini, dia akan disebut sebagai orang yang ‘sesat’ oleh orang Kristen duniawi. Akan tetapi, ini merupakan firman Allah. Allah tidak keberatan mengangkat Musa setinggi itu. Selain ayat ini, di mana Allah menginginkan agar Harun memperlakukan Musa seperti Allah, ada juga ayat di Keluaran 11:3

YAHWEH akan membuat orang Mesir bermurah hati kepadamu. Orang Mesir, bahkan para pejabat Firaun, telah menganggap Musa sebagai orang yang terhormat.

Juga di Keluaran 14:31

Bangsa Israel melihat kuasa besar yang ditunjukkan YAHWEH untuk melawan orang Mesir. Mereka pun menjadi takut dan menghormati YAHWEH. Mereka mulai percaya kepada YAHWEH dan kepada Musa, hamba-Nya.

Dan di Keluaran 19:9

YAHWEH berkata kepada Musa, “Aku akan datang kepadamu dalam awan yang tebal supaya umat Israel mendengar saat Aku berbicara kepadamu. Dan, mereka akan percaya pada apa yang kaukatakan kepada mereka.” Ketika Musa menyampaikan kepada Allah tentang segala sesuatu yang dikatakan umat Israel,

Dapatkah kita melihat dengan mata kita sendiri? Allah ingin meninggikan Musa! Dia ingin agar orang dunia, dan terlebih lagi, umat Allah untuk taat dan takut pada hamba Allah. Sekarang ini, apakah kita memiliki ketaatan dan ketakutan pada hamba Allah? Jika kita amati gereja zaman sekarang, kita – orang Kristen – bukan saja tidak taat dan takut pada hamba Allah, tetapi kita juga mendengar orang-orang menyindir para saudara-saudari seiman yang taat dan takut pada hamba Allah. Mereka berkata bahwa orang-orang ini sudah disesatkan dan sudah meninggikan manusia terlalu tinggi. Mereka juga menuduh para hamba Allah yang mendapat penghormatan itu sebagai anti-Kristus. Kita sudah tersesat begitu jauh dari Allah.

Tentu saja, saya tidak berkata bahwa kita harus taat dan takut pada semua orang yang mengaku sebagai hamba Allah. Kita hanya takut pada mereka yang benar-benar hamba Allah sejati. Para hamba Allah ini merupakan orang-orang yang takut akan Allah. Anda akan dapati bahwa para hamba Allah yang takut akan Allah ini tidak akan meminta orang lain untuk taat dan takut pada mereka. Mereka tidak sombong, tetapi teladan hidup mereka akan menarik orang-orang yang mengasihi Allah untuk menghormati mereka.

Harun mengerti kehendak Allah, jadi dia memakai sisa hidupnya, masa 40 tahun terakhir itu, untuk membantu Musa, menaati Musa. Di bawah pimpinan Musa, dia melayani Allah dengan setia. Tak heran jika Allah memberi anugerah terbaik dan menjadikan dia imam besar. Keturunannya juga menjadi imam untuk selama-lamanya, Allah menjadi warisan mereka. Ini adalah berkat yang luar biasa!

Tentu saja, Harun juga memiliki kelemahan serta kegagalan. Alkitab mencatat bahwa Harun telah melakukan tiga macam kesalahan. Pertama, dia membuat patung lembu emas untuk umat Israel; kedua, bersama dengan Miriam, dia bangkit menentang Musa; dan yang ketiga, bersama dengan Musa, dia melanggar titah Allah dan tidak menguduskan nama Allah dalam peristiwa di Meriba. Dalam kasus di Meriba, Musa melakukan kesalahan dan Harun ikut bersalah karena mengikuti Musa. Dalam tindakannya bersama Miriam menentang Musa, Allah mendisiplin Miriam dan menimpakan penyakit kusta kepadanya. Akan tetapi, Allah tidak mendisiplin Harun. Jadi kita bisa lihat bahwa Harun bukanlah terdakwa utama, dia hanya terpengaruh oleh Miriam. Jadi, kesalahan terbesar Harun adalah membuat patung lembu emas. Mari kita pusatkan perhatian kita pada insiden ini. Segenap insiden ini tercatat di pasal 32 kitab Keluaran. Mari kita lihat isi pasal 32 kitab Keluaran ini, kita akan baca ayat 1 sampai 6:

1  Bangsa Israel melihat bahwa Musa sudah cukup lama berada di atas gunung, namun belum juga turun. Maka, mereka bersama-sama menemui Harun dan berkata kepadanya, “Lihatlah, Musa telah membawa kita keluar dari tanah Mesir, tetapi kita tidak tahu apa yang terjadi padanya sekarang. Jadi, buatlah allah supaya ia berjalan di depan kami dan memimpin kami.”
2  Harun berkata kepada umat itu, “Kumpulkanlah semua anting-anting emas dari telinga istrimu, anak-anakmu laki-laki dan perempuan dan bawalah kepadaku.”
3  Maka, mereka mengumpulkan semua anting-anting emas dan membawanya kepada Harun.
4  Harun menerima semua itu dari mereka dan memakainya untuk membuat sebuah patung anak sapi tuangan dengan menggunakan alat pengukir. Lalu, bangsa itu berkata, “Hai Israel, inilah allahmu yang telah membawamu keluar dari tanah Mesir!”
5  Ketika Harun melihat semua itu, ia membangun mezbah di depan patung itu. Kemudian, ia mengumumkan, “Besok akan menjadi hari raya bagi YAHWEH.”
6  Keesokan harinya, mereka bangun pagi-pagi dan mempersembahkan kurban bakaran serta kurban pendamaian. Mereka duduk untuk makan dan minum. Setelah itu, mereka bangkit untuk mengadakan pesta yang meriah.

Dari kutipan ini, kita bisa melihat bahwa ketika Harun membuat patung lembu emas itu, Musa sedang tidak ada di sana. Harun mengikuti Musa dalam pelayanan. Namun, kali ini, Musa sedang tidak ada dan Harun harus menangani sendiri urusan yang ada. Di mana Musa saat itu? Dia sedang berada di puncak gunung Sinai untuk bertemu dengan Allah, untuk menerima hukum Taurat. Dalam kitab Keluaran 24:14 disebutkan bahwa sebelum Musa berangkat ke puncak gunung Sinai, dia menyerahkan tugas berat memimpin bangsa Israel kepada dua orang, yakni Harun dan Hur. Tentunya Harun memegang posisi pimpinan di antara mereka berdua. Demikianlah, belakangan Musa ternyata menghabiskan waktu 40 hari dan 40 malam di atas gunung. Bangsa Israel tidak sabar lagi menunggu dan mereka mengerumuni Harun. Oleh karena Harun merupakan pimpinan tertinggi saat itu, umat meminta dia untuk membuat patung emas, dan Harun menuruti keinginan mereka serta membuat patung lembu emas.

Hal apa yang bisa kita lihat di sini? Ketika Harun sekadar mengikuti Musa, segala urusan terlihat beres, tidak ada kesalahan yang terjadi. Namun, ketika dia tidak bersama Musa, dia mulai membuat kesalahan. Seringkali kita juga berperilaku seperti itu. Saat kita bersama dengan orang-orang yang rohani, atau bersama saudara-saudari seiman, kita mampu mengejar pertumbuhan rohani. Namun, begitu kita meninggalkan orang-orang yang rohani, atau tidak bersama saudara-saudari seiman lagi, kemudian berkumpul dengan orang-orang yang percaya, kita tersandung. Kita jatuh dalam keduniawian. Mengapa bisa begitu? Hal ini menunjukkan bahwa kehidupan rohani kita lemah, tidak memiliki kuasa untuk memberi pengaruh. Saat kita berkumpul dengan orang lain, kita bukan sekadar tidak mampu memengaruhi, kita bahkan dipengaruhi orang lain. Tentu saja, jika kita berkumpul dengan orang-orang yang rohani, kita akan dipengaruhi oleh mereka dan kehidupan rohani kita mengalami pertumbuhan. Namun, begitu kita tidak lagi bersama orang-orang yang rohani, maka kita akan dipengaruhi oleh orang-orang yang tidak rohani dan jatuh tersandung.

Apa masalah utamanya? Saat kita pertama kali mengenal Allah, atau ketika kehidupan rohani kita masih pada titik awal, kita memiliki para senior yang akan membimbing kita. Kita bisa bergabung dengan saudara-saudari seiman dan saling menguatkan satu sama lain. Hal ini memberi banyak manfaat. Demikianlah, Alkitab menyuruh kita mengejar kebenaran, iman, kasih dan damai bersama mereka yang berseru kepada Tuhan dengan hati yang murni. Akan tetapi, kita tidak bisa tetap berada dalam tahap bergantung pada pertolongan orang lain. Kita harus membangun hubungan langsung yang akrab dengan Allah. Kita harus berakar dalam hubungan dengan Allah, jika tidak, pada saat pertolongan dari luar tidak tersedia, kita akan tersandung. Inilah masalah yang menimpa Harun. Saat sekadar mengikuti pimpinan Musa, dia berprestasi bagus. Namun, ketika dia tidak bersama dengan Musa, dia mulai membuat kesalahan. Ini karena hubungannya dengan Allah tidak seakrab hubungan Musa dengan Allah. Mari kita beralih ke Keluaran 34:29-30

 29  Kemudian, Musa turun dari Gunung Sinai dengan membawa kedua lempeng batu Perjanjian itu. Ia tidak mengetahui bahwa wajahnya bersinar karena ia telah berbicara dengan Allah.
30  Ketika Harun dan Bangsa Israel melihat bahwa wajah Musa bersinar, mereka takut mendekatinya.

Hal apa yang terlihat dari kutipan ini? Tentunya Harun belum mencapai tingkat keakraban yang sama dengan Musa dalam hubungannya dengan Allah. Saat wajah Musa memancarkan terang Allah, Harun dan umat Israel lainnya takut mendekati Musa. Harun tidak memiliki keakraban seperti itu dalam hubungannya dengan Allah. Jadi, ketika Musa pergi, Harun mulai membuat kesalahan.

Namun, di mana letak kesalahan yang sesungguhnya? Mengapa dia sampai membuat lembu emas? Mari kita lanjutkan membaca Keluaran 32:21-26

21  Musa berkata kepada Harun, “Apa yang telah diperbuat bangsa ini kepadamu sehingga kamu mendatangkan dosa yang sangat besar kepada mereka?”
22  Jawab Harun, “Janganlah marah, Tuan. Kamu sendiri tahu bahwa bangsa ini cenderung melakukan hal yang jahat.
23  Mereka berkata kepadaku, ‘Musa telah membawa kami keluar dari Mesir, tetapi kita tidak tahu apa yang terjadi padanya sekarang. Jadi, buatlah allah yang akan memimpin kami.’
24  Jadi, aku berkata kepada mereka, ‘Tanggalkanlah semua emas yang kalian pakai.’ Maka, mereka memberikan semua emas mereka kepadaku. Aku melemparkan semua emas itu ke dalam api dan keluarlah anak sapi itu dari dalam api!”
25  Musa melihat bahwa bangsa itu sudah lepas kendali. Sebab, Harun telah membiarkan mereka lepas kendali sehingga menjadi ejekan bagi musuh-musuh mereka.
26  Kemudian, Musa berdiri di depan pintu masuk perkemahan dan berkata, “Siapa yang mau ikut YAHWEH, datanglah kepadaku.” Maka, semua orang dari suku Lewi datang kepada Musa.

Ringkasnya, Harun menuruti kemauan bangsa Israel. Ketika bangsa Israel meminta dia untuk membuat patung allah, Harun menurutinya. Namun, jangan lupa bahwa saat itu Harun sedang memegang kedudukan sebagai pemimpin Israel, dia bertugas memimpin bangsa Israel selama Musa pergi. Akan tetapi, yang terjadi justru dia dipimpin oleh bangsa Israel. Mengapa bisa begitu? Jelas bahwa saat itu Harun merasa takut, dia tidak berani menolak keinginan bangsa Israel. Alkitab menyebutkan bahwa Harun tidak menahan mereka.

Mungkin anda merasa heran: pemimpin bisa takut pada rakyat? Tentu saja, seorang pemimpin bisa sangat takut kepada rakyat. Kekuatan rakyat sangat besar, mereka bisa menjatuhkan dan membunuh seorang pemimpin. Saat bangsa Israel menentang Musa, perhatikan bahwa Musa berseru kepada Allah, “Mereka ingin membunuhku dengan melempari batu.” Menjadi seorang Kristen dan melayani Allah, anda tidak boleh takut pada manusia. jika anda takut, anda akan jatuh.

Watak dasar manusia adalah rasa takut pada manusia yang lain. Bahkan seorang penguasa dengan segenap kekuasaan dan keagungannya, memiliki rasa takut ini. Kita semua takut pada manusia, dan kita begitu khawatir akan pandangan orang lain kepada kita. Kita cenderung lupa bahwa yang harus kita takuti adalah Allah. Alkitab berulang kali mengajari kita untuk tunduk dan takut kepada Allah, bukannya takut pada manusia. Ada hal yang aneh di sini, mereka yang tidak takut pada Allah justru takut pada manusia; mereka yang takut pada Allah, tidak takut pada hal-hal yang lain. Kita sudah melihat kualitas kehidupan Musa. Imannya terlihat dalam hal dia tidak takut pada apapun. Dia bukan sekadar tidak takut pada lawan-lawannya, dia juga tidak takut pada bangsa Israel. Dia memimpin bangsa Israel dengan setia sesuai dengan kehendak Allah. Dia tidak berkompromi. Namun, tampak jelas bahwa Harun tidak memiliki kualitas Musa yang satu ini. Paling tidak, dia sangat lemah dalam aspek ini. Jadi, ketika Musa berangkat meninggalkannya, Harun melakukan kesalahan besar dalam kasus patung lembu emas itu.

Harun tidak menggenapi tanggung jawabnya sebagai pemimpin sehingga Musa menegurnya karena sudah memberi dosa yang sangat besar kepada bangsa Israel. Pada akhirnya, Musa harus mewakili murka Allah untuk menangani dosa bangsa Israel, membunuh sekitar 3.000 orang Israel. Jika pemimpin gereja tidak menangani dosa dengan serius, Allah akan turun tangan sendiri. Ulangan 9:20 menyebutkan,

YAHWEH sangat murka kepada Harun sehingga Ia hendak membinasakannya! Jadi, aku juga berdoa untuk Harun waktu itu.

Musa bersyafaat demi Harun dan hal ini meredakan murka Allah.

Kesalahan terbesar Harun di dalam hidupnya adalah membuat patung lembu emas. Akan tetapi, secara keseluruhan, hidup Harun sangat menyenangkan hati Allah. Pasal 20 kitab Bilangan mencatat bahwa sebelum Harun meninggal, Allah secara khusus berfirman kepada Musa dan Harun,

25  Sekarang, bawalah Harun dan Eleazar, anaknya ke puncak Gunung Hor. 26  Tanggalkanlah pakaian Harun dan kenakanlah itu pada anaknya, Eleazar. Harun akan mati di atas gunung. Ia akan dikumpulkan bersama dengan nenek moyangnya.”

Allah secara khusus menyebutkan kapan dan di mana Harun akan meninggal, serta bagaimana mewariskan kedudukan Harun kepada generasi berikutnya. Di dalam Alkitab, hanya Musa dan Harun yang menerima kehormatan ini. Setelah Harun meninggal, seluruh umat Israel menangisinya selama 30 hari. Ketika Musa meninggal, segenap bangsa Israel juga meratapinya selama 30 hari. Saya rasa, ini adalah penghormatan tertinggi bangsa Israel kepada pemimpin mereka yang meninggal. Kita bisa menyaksikan rasa hormat bangsa Israel kepada Harun saat itu.

 

Berikan Komentar Anda: