Ev. Xin Lan | Musa (5) |

Hari ini kita melanjutkan pembahasan tentang abdi Allah yang luar biasa, Musa. Mari kita buka kitab Ibrani pasal 11. Kita perlu ketahui bahwa tema utama bagi Ibrani 11 adalah iman. Kata ‘iman’ kerap muncul di dalam pasal ini. Segenap isi pasal ini membahas iman dari berbagai tokoh keturunan Adam dan Hawa. Mulai dari Habel, sampai generasi hakim-hakim, para nabi dan mereka yang tidak tercatat namanya dalam Alkitab. Tujuannya adalah untuk mendorong kita agar belajar dari iman para leluhur itu. Tentu saja, dari semua tokoh yang dibahas ini, Musa ikut disebutkan di sana. Penulis kitab Ibrani berbicara banyak tentang iman Musa. Mari kita baca Ibrani 11:23-28

23  Oleh iman, Musa, ketika ia lahir, disembunyikan selama tiga bulan oleh orang tuanya. Mereka melihat bahwa Musa adalah bayi yang sangat manis, dan mereka tidak takut terhadap perintah raja.
24  Oleh iman, Musa, setelah tumbuh ia dewasa, menolak disebut anak dari putri Firaun.
25  Ia lebih memilih menderita bersama umat Allah daripada menikmati kesenangan dosa yang hanya sementara,
26  Ia menganggap bahwa kehinaan Kristus lebih berharga daripada seluruh kekayaan Mesir sebab Musa memandang kepada pahala yang akan datang.
27  Oleh iman, Musa meninggalkan Mesir tanpa rasa takut terhadap murka Raja Firaun seolah-olah ia dapat melihat Dia yang tidak kelihatan itu.
28  Oleh iman, Musa melaksanakan Paskah dan pemercikan darah sehingga malaikat kematian jangan menyentuh bangsa Israel.

Penulis kitab Ibrani meluangkan 5 ayat untuk memuji iman Musa. Ayat 23 memuji iman orang tua Musa, dan ayat 24-28 memuji iman Musa. Di dalam ayat-ayat ini, kata ‘iman’ muncul sampai 4 kali.

Musa merupakan tokoh dengan iman yang luar biasa. Hari ini, kita akan membahas iman Musa. Apakah iman itu? Mengapa Alkitab memuji iman Musa? Apa yang harus dilakukan agar bisa disebut memiliki iman? Saya rasa kata ‘iman’ bukanlah kata yang asing bagi kita, terutama jika anda adalah orang Kristen, atau sudah cukup lama mendengar tentang Firman Allah. Jika demikian halnya, saya percaya anda akan sering mendengar kata ‘iman’ atau ‘percaya’. Ini karena orang Kristen sering berkata, “Saya percaya kepada Yesus, anda juga harus percaya kepada Yesus!”

Namun, tahukah anda bahwa kita sering dibanjiri oleh kata-kata yang lazim digunakan, tetapi tak ada orang yang tahu makna sejati dari kata-kata tersebut? Kata ‘iman’ merupakan kata yang khusus. Kita semua berkata bahwa kita percaya, tetapi apa makna yang sesungguhnya dari kata ‘percaya’? Bagaimana cara memahami iman Musa? Jawabannya ada di dalam kitab Ibrani. Mari kita cermati ayat-ayat yang baru saja kita baca, Ibrani 11:23-28, untuk melihat seperti apa ciri-ciri iman Musa dan orang tuanya. Mengapa disebutkan bahwa mereka memiliki iman? Perhatikan ayat-ayat itu dengan saksama. Ada satu kata yang muncul dua kali di sana. Dapatkah anda menebak kata apa itu? Kata ‘takut’.

11:23, “dan mereka tidak takut terhadap perintah raja”
11:27, “tanpa rasa takut terhadap murka Raja Firaun”

Tentu saja, kitab Ibrani sangat memuji iman Musa, dan kata kunci dalam ayat-ayat itu adalah ‘takut’. Iman Musa dijelaskan dalam uraian yang menunjukkan bahwa dia tidak takut. Orang beriman tidak memiliki rasa takut. Sebaliknya, orang yang tidak beriman dikuasai rasa takut. Jika kita ingin tahu apakah kita memiliki iman, Alkitab memberi kita tolok ukurnya: Apakah kita dikuasai rasa takut? Jika kita takut akan banyak hal, kita tahu bahwa kita tidak memiliki iman. Iman bukanlah hal yang abstrak, yang hanya bisa dirasakan tanpa bisa diungkapkan. Iman bisa diamati. Setiap orang bisa berkata, “Aku percaya,” “Aku memiliki iman.” Namun, jangan terlalu cepat mengakui sesuatu, apakah anda bena-benar memiliki iman? Dapatkah orang lain melihat bahwa anda beriman?

Yakobus juga menegaskan hal ini. Mari kita lihat Yakobus 2:18 di Perjanjian Baru.

Namun, mungkin ada orang yang berkata, “Kamu punya iman, dan aku punya perbuatan.” Aku akan menjawab, “Tunjukkan imanmu tanpa perbuatan, dan aku akan menunjukkan imanku dengan perbuatan.”

Yakobus mengatakan bahwa iman bisa dilihat. Anda berkata bahwa anda memiliki iman? Silakan tunjukkan kepada saya! Demikianlah, anda akan menunjukkan iman anda setiap hari kepada orang lain. Melalui apakah iman anda bisa dilihat? Orang lain akan melihat apakah anda beriman atau tidak melalui perilaku anda. Perilaku seperti apa? Tentu saja, dalam banyak hal. Sekarang kita akan mempelajari iman Musa. Iman Musa diuraikan dalam ungkapan ‘tidak takut’.

Mari kita renungkan saat ketika Allah memberi tugas kepada Musa. Jika Musa takut, dia tidak akan mampu menjalankan tugas tersebut. Misi apa yang diberikan oleh Allah kepada Musa? Menemui Firaun dan membebaskan umat Allah, bangsa Israel, keluar dari Mesir. Pasal 5 sampai 14 dalam kitab Keluaran, sekitar 10 pasal, menggambarkan bagaimana Musa berurusan dengan Firaun dan, akhirnya, membebaskan bangsa Israel keluar dari Mesir dengan sukses.

Mari kita pikirkan. Firaun adalah raja Mesir. Mesir merupakan negara terkuat di dunia saat itu. Mesir adalah negara dengan pengaruh yang luas. Musa harus menemui orang yang yang memiliki kekuasaan sangat besar. Akan tetapi, kedatangan Musa bukanlah untuk memberi hormat kepada Firaun. Mendatangi dan memberi hormat bukanlah urusan yang beresiko karena akan menyenangkan hati Firaun. Untuk perkara seperti itu, Firaun jelas tidak keberatan. Namun, Musa datang ke sana untuk mengumumkan Firman Allah kepada Firaun. Firman Allah yang bagaimana yang harus disampaikan oleh Musa? Jika yang disampaikan adalah berkat, Firaun akan mendengarkannya. Siapa yang tidak ingin diberkati? Akan tetapi, Musa menyampaikan perintah Allah: Izinkan bangsa Israel keluar dari Mesir. Jika Firaun tidak mau mendengarkan, Musa harus mengumumkan kutukan yang akan diberikan oleh Allah. Pada akhirnya, melalui Musa, seluruh Mesir terkena 10 bencana. Silakan anda pertimbangkan, apakah misi yang diberikan Allah kepada Musa ini sukar atau tidak? Jika yang berangkat adalah orang lain, dapatkah mereka menjalankan misi itu? Orang biasa akan ketakutan mendapat misi seperti ini. Firaun bisa saja memerintahkan pengawalnya untuk membunuh Musa setiap saat, dan dia memang mengancam Musa dengan kemungkinan ini. Mari kita beralih ke Keluaran 10:28

Firaun berkata kepada Musa, “Pergi dari sini. Aku tidak mau kamu datang lagi ke sini. Lain kali, bila kamu datang kemari, kamu akan mati!”

Namun, Musa tidak takut. Walaupun ada bahaya besar mengancam di dalam pelaksanaan tugas ini, dan ada cukup alasan untuk merasa takut, dia tidak takut. Dia berangkat menemui Firaun, dan menyampaikan pernyataan Allah kepada Firaun. Saya teringat akan ucapan yang disampaikan oleh Yesus Kristus. Di Matius 10:18, Yesus  berkata kepada para murid,

Dan, kamu akan dibawa ke hadapan para penguasa dan para raja demi Aku, sebagai kesaksian untuk mereka dan untuk bangsa-bangsa lain.

Apa makna kesaksian di ayat ini? Tentu saja, artinya adalah memberitakan Injil kepada orang lain. Itulah hal yang dilakukan oleh Musa. Dia menemui Firaun dan menyampaikan Firman Allah kepadanya. Tidak usahlah kita membahas tentang raja, beranikah kita memberitakan Injil kepada keluarga, sahabat atau rekan kerja kita? Banyak yang tidak berani karena mereka khawatir akan penilaian orang lain terhadap mereka. Jika orang yang mendengarkan itu menjadi marah, ini hanya akan menimbulkan masalah yang tidak perlu. Rasa takut menunjukkan bahwa kita tidak memiliki iman. Demikianlah, karena Musa memiliki iman, maka dia tidak takut.

Mari kita lihat Keluaran 14. Pasal ini menggambarkan Firaun yang sudah ditundukkan akibat 10 bencana dari Allah. Dia membiarkan bangsa Israel pergi dari Mesir. Namun, ketika bangsa Israel sudah keluar dari Mesir, Firaun menyesali keputusannya dan memimpin sendiri pasukan yang akan mengejar bangsa Israel. Lalu apa reaksi bangsa Israel? Mari kita baca pasal 14 ayat 10-12.

10 Ketika Bangsa Israel melihat Firaun dan tentaranya datang ke arah mereka, sangat ketakutanlah mereka dan berseru kepada YAHWEH.
11  Mereka berkata kepada Musa, “Mengapa kamu membawa kami keluar dari Mesir? Apakah karena di Mesir tidak ada kuburan sehingga kamu membawa kami keluar dari sana supaya kami mati di padang gurun?
12  Bukankah saat masih di Mesir kami pernah berkata kepadamu, “Tinggalkan kami supaya kami dapat melayani orang-orang Mesir”? Sebab, lebih baik bagi kami tinggal di sana dan menjadi hamba daripada mati di padang gurun.”

Anda lihat bahwa reaksi bangsa Israel adalah ketakutan. Lalu mereka menggerutu kepada Musa dan menyesali tindakan mereka keluar dari Mesir. Dan apa reaksi Musa? Mari kita melanjutkan membaca ayat 13-14

13  Musa menjawab, “Jangan takut! Berdirilah teguh dan lihatlah YAHWEH akan menyelamatkan kamu hari ini. Sebab, orang-orang Mesir yang kamu lihat hari ini takkan pernah kamu lihat lagi.
14  Kamu tidak perlu melakukan apa pun sebab YAHWEH akan berperang untukmu.”

Di sinilah letak perbedaan antara Musa dan bangsa Israel. Dalam menghadapi situasi yang sama, bahaya yang sama, reaksi mereka bertolak belakang. Satu pihak ketakutan dan mengeluh kepada Allah dan pemimpinnya; pihak yang satu lagi tetap tenang. Kita termasuk jenis yang mana? Saya khawatir sebagian besar dari kita sama dengan mayoritas orang Israel.

Apakah bangsa Israel punya alasan untuk merasa takut? Tentu saja, dan alasannya sangat kuat. Pasukan terbaik dari Firaun sedang memburu mereka. Pasal 14 ayat 7 menyebutkan, “Ia membawa enam ratus kereta yang terpilih, ya, segala kereta Mesir, masing-masing lengkap dengan perwiranya.” Ini adalah perlengkapan militer yang paling ampuh pada zaman itu, dan itu semua dipakai oleh pasukan yang tangguh dan terlatih. Bagaimana dengan bangsa Israel? Bangsa Israel yang sedang diburu saat itu bukanlah pasukan tentara. Mereka merupakan rombongan masyarakat sipil, atau lebih tepatnya, para pengungsi. Di antara mereka ada banyak yang tua, sakit, cacat, perempuan dan anak-anak. Bagaimana mungkin mereka bisa menghadapi pasukan Firaun?

Mereka tidak mempunyai alasan untuk merasa tenang. Panik merupakan reaksi yang alami. Setiap orang akan ketakutan dalam situasi ini. Mengapa Musa tidak takut? Karena ada satu faktor penting, yakni Allah menyertai kita, Allah akan melindungi kita. Jadi, Musa bisa berkata, “YAHWEH akan berperang untuk kamu.” Apakah bala tentara Allah tidak dapat memerangi pasukan Mesir? Bukankah Allah ialah Allah Yang Mahakuasa? Bukankah Dia adalah Tuhan yang berdaulat atas langit dan bumi? Dalam keadaan normal, kita akan meyakini hal itu. Namun, di dalam keadaan yang kritis, seperti yang sedang dialami oleh bangsa Israel saat itu, kita tidak berbeda dengan bangsa Israel. Kita melupakan semuanya dan tidak meyakini bahwa Allah berkuasa akan segala sesuatu. Kita menjadi panik.

Ketika Musa berkata kepada orang Israel, “Jangan takut,” saya tidak tahu apakah ungkapan ini terasa akrab di telinga anda? Selain Musa, siapa lagi yang sering mengucapkan hal ini? Yesus Kristus. Mari kita beralih ke Matius 8:23-27.

23  Dan, ketika Yesus naik ke perahu, murid-murid-Nya mengikuti Dia.
24  Dan, lihatlah, terjadi badai besar di danau sehingga perahu itu tertutup ombak. Akan tetapi, Yesus tidur.
25  Dan, murid-murid mendatangi Yesus dan membangunkan-Nya, katanya, “Tuhan, selamatkan kami! Kita sedang binasa!”
26  Dan, Dia berkata kepada mereka, “Mengapa kamu takut, hai kamu yang kurang beriman?” Lalu, Ia berdiri dan menghardik angin serta danau itu, dan menjadi tenang sekali.
27  Maka, orang-orang itu terheran-heran dan berkata, “Orang macam apakah Dia ini, bahkan angin dan danau pun menuruti-Nya?”

Yesus dan murid-muridnya menghadapi badai dan gelombang yang sama, tetapi reaksi mereka berbeda. Perbedaan ini sama seperti perbedaan antara reaksi Musa dengan bangsa Israel. Yesus sedang tidur saat itu. Dari sini kita bisa melihat bahwa hatinya sangat tenang. Lalu bagaimana dengan para murid? Mereka panik, mereka bergegas membangunkan Yesus, “Tuan, tolonglah, kita binasa.” Bagaimana cara Yesus menanggapi mereka? Dia berkata, “Mengapa kamu takut, hai kamu yang kurang percaya?” Demikianlah, ketakutan, rasa takut. Para murid dan bangsa Israel memiliki reaksi yang sama.

Namun, apakah para murid memiliki alasan untuk merasa takut? Tentu saja, mereka punya semua alasan untuk takut. Ombak sangat besar dan perahu mereka sudah hampir tenggelam. Jangan lupa bahwa murid-murid Yesus adalah para nelayan. Mereka tahu persis keadaan di danau Galilea, jadi ketakutan mereka memang nyata dan tidak dibesar-besarkan. Mereka pasti pandai berenang. Dalam keadaan biasa, jika terjatuh dari perahu, mereka tahu cara menyelamatkan diri. Akan tetapi, saat itu mereka sangat panik, mengira bahwa mereka akan binasa. Jadi kita bisa melihat bahwa cuaca saat itu memang sangat berbahaya. Permukaan danau bergolak hebat, mungkin seperti menghadapi ombak tsunami, bahkan perenang yang paling tangguh akan sangat kesulitan untuk bertahan.

Jadi, dari sudut pandang manusia, ketakutan para rasul ini sangat masuk akal. Akan tetapi, Yesus menegur mereka karena terkena rasa takut. Mana mungkin mereka bisa merasa tenang? Namun mari kita perhatikan ucapan Yesus Kristus yang mengatakan, “Kamu yang kurang percaya?” Ketakutan menunjukkan bahwa anda tidak memiliki iman. Jika memang ada iman, mengapa ada rasa takut? Jika kita percaya kepada Allah, percaya bahwa Allah adalah Tuhan yang berdaulat atas langit dan bumi, lalu mengapa kita merasa takut? Dari kutipan ini, kita bisa melihat hubungan antara rasa takut dan iman, orang yang yang beriman tidak akan takut. Sebaliknya, jika anda takut, anda tidak memiliki iman.

Sebenarnya, tak lama sesudah kejadian ini, Yesus sekali lagi mengajar para murid untuk tidak merasa takut. Mari kita baca Matius 10:26-31

26  “Karena itu, jangan kamu takut terhadap mereka sebab tidak ada apa pun yang tertutup yang tidak akan diungkap, atau yang tersembunyi yang tidak akan diketahui.
27  Apa yang Aku katakan kepadamu dalam kegelapan, katakanlah itu dalam terang. Dan, apa yang kamu dengar dibisikkan di telingamu, beritakanlah di atas atap rumah.
28  Jangan takut kepada mereka yang membunuh tubuh, tetapi tidak dapat membunuh jiwa, melainkan terlebih takutlah kepada Dia yang dapat memusnahkan jiwa maupun tubuh di neraka.
29  Bukankah dua ekor burung pipit dijual untuk satu duit?* Dan, tidak ada seekor pun dari mereka akan jatuh ke tanah di luar kehendak Bapamu.
30  Bahkan, rambut kepalamu semuanya terhitung.
31  Karena itu, jangan takut, kamu lebih bernilai daripada banyak burung pipit.”

Dalam rentang yang pendek, yaitu 6 ayat, ungkapan “jangan takut” muncul tiga kali: Yang pertama ada di ayat 26, “janganlah kamu takut terhadap mereka”; yang kedua ada di ayat 28, “janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa”; dan yang ketiga ada di ayat 30, “Sebab itu janganlah kamu takut.” Mengapa tidak takut? Karena Allah yang mengurusi anda. Yesus Kristus berkata, “Burung pipit sangat murah, tapi tak seekor pun akan jatuh di luar kehendak Bapa. Bukankah Allah akan lebih memperhatikan kamu? Kamu lebih berharga daripada burung pipit, jadi janganlah takut, Bapamu di surga bahkan tahu jumlah rambutmu.” Ini adalah uraian yang terkait dengan iman juga. Jika kita memiliki iman kepada Allah, mengapa kita takut?

Yesus Kristus menegaskan satu pokok penting dalam uraiannya. Apakah itu? Pokok apakah itu? Kita melihatnya di dalam ayat 28, “Jangan takut kepada mereka yang membunuh tubuh, tetapi tidak dapat membunuh jiwa, melainkan terlebih takutlah kepada Dia yang dapat memusnahkan jiwa maupun tubuh di neraka.” Yesus berkata, memang ada yang harus kamu takuti, bukan manusia tetapi Allah.

Mari kita kembali ke pasal 14 kitab Keluaran. Kita sudah membaca ayat 13-14. Pasukan Firaun sedang mendekat. Bangsa Israel sangat ketakutan, tetapi Musa tetap tenang. Dia bahkan berkata kepada bangsa Israel, “Janganlah takut… YAHWEH akan berperang untuk kamu, dan kamu akan diam saja.” Catatan berikutnya menunjukkan bahwa kejadian selanjutnya sangatlah ajaib, Allah membuka jalur kering melalui Laut Merah dengan kekuatan-Nya. Mari kita baca Keluaran 14:21-29

21  Musa mengangkat tangannya ke atas Laut Merah, dan YAHWEH membuat angin yang kuat bertiup dari timur. Angin itu bertiup sepanjang malam. Laut terbelah dan angin itu membuat tanah menjadi kering.
22  Bangsa Israel berjalan melalui laut di atas tanah kering. Air menjadi seperti tembok di sebelah kiri dan kanan mereka.
23  Lalu, semua kereta perang dan pasukan berkuda Firaun mengejar mereka ke tengah laut.
24  Menjelang fajar, YAHWEH memandang pasukan Mesir melalui tiang awan dan tiang api sehingga Ia membuat mereka panik.
25  YAHWEH membuat roda kereta-kereta perang mereka menjadi macet. Mereka kesulitan untuk mengendalikan kereta perang sehingga mereka berteriak, “Mari kita pergi dari sini! Sebab, YAHWEH berperang melawan kita bagi Bangsa Israel.”
26  YAHWEH berkata kepada Musa, “Angkatlah tanganmu ke atas laut supaya air laut jatuh dan menutupi kereta perang dan pasukan berkuda orang Mesir.”
27  Maka, sebelum hari terang, Musa mengangkat tangannya ke atas laut. Dan air laut kembali pada keadaannya semula. Orang Mesir berlari secepat mungkin dari air itu, tetapi YAHWEH menghanyutkan mereka ke dalam laut.
28  Air laut kembali pada keadaannya semula dan menenggelamkan semua kereta perang dan pasukan berkuda. Laut itu menenggelamkan seluruh tentara Firaun yang mengejar Bangsa Israel. Tidak seorang pun dari mereka yang selamat!
29  Akan tetapi, Bangsa Israel menyeberangi laut itu di atas tanah yang kering. Air menjadi seperti tembok di sebelah kanan dan kiri mereka.

Catatan ini sungguh luar biasa. Dalam seluruh proses itu, Yahweh bertindak menyelamatkan bangsa Israel dan membasmi lawan bangsa Israel. Umat Israel mengalami sendiri keselamatan yang dari Allah. Setelah mengalami mukjizat besar ini, apa yang terjadi? Mari kita melanjutkan membaca ayat 31.

Bangsa Israel melihat kuasa besar yang ditunjukkan YAHWEH untuk melawan orang Mesir. Mereka pun menjadi takut dan menghormati YAHWEH. Mereka mulai percaya kepada YAHWEH dan kepada Musa, hamba-Nya.

Dapatkah anda menangkap makna dari ayat ini? Allah juga sedang mengajari bangsa Israel tentang pokok penting ini: jangan takut pada manusia, takutlah pada Allah. Kalau anda takut kepada Allah, anda tidak takut kepada manusia. Demikianlah, setelah bangsa Israel melihat mukjizat yang luar biasa dari Allah, mereka mulai takut kepada Allah. Jadi anda bisa melihat di dalam Perjanjian Lama, Allah mengajari bangsa Israel akan pokok penting ini. Di dalam Perjanjian Baru, Allah juga mengajari para murid melalui Yesus Kristus, pokok penting yang sama. Kita harus belajar dari bangsa Israel, kita tidak lebih baik daripada mereka. Jadi kita harus memeriksa isi hati kita sendiri dengan jujur: apakah kita takut?

Latar belakang kehidupan setiap orang sangat berbeda. Jadi, hal-hal yang kita takuti juga sangat berbeda. Kita harus memeriksa hati kita sendiri di hadapan Allah, hal apakah yang kita takuti? Takut ditertawai karena menjadi Kristen? Takut pada tekanan dari keluarga, teman dan rekan kerja? Takut memberitakan Injil? Takut melayani Allah? Takut akan masa depan? Takut kekurangan uang?

Rasa takut menunjukkan bahwa kita tidak memiliki iman. Jika kita memang percaya kepada Allah, percaya bahwa Dia adalah Tuhan yang berdaulat atas langit dan bumi, percaya bahwa Dia sanggup menyelamatkan kita, lalu mengapa kita merasa takut? Kalau kita tidak percaya bahwa Allah sanggup menyelamatkan kita dari dunia, lalu bagaimana kita akan percaya bahwa Allah akan memberi kita hidup yang kekal pada masa depan? Apakah iman kita hanya ada di dalam pikiran dan di mulut saja? Iman Musa sangat nyata dalam perilakunya. Karena memiliki iman, dia tidak gentar terhadap apa pun.

 

Berikan Komentar Anda: