SC Chuah | Yohanes 8:10-12 |
Ini merupakan khotbah yang keempat atas nas yang sama dari Yohanes 8:10-12. Bagi yang berminat untuk membaca tiga khotbah yang pertama, berikut tautannya:
Ditelanjangi Terang,
Yesus, Terang Dunia,
Yesus Cahaya Hidup.
Hari ini kita akan lanjutkan dari situ dengan tema “Yesuslah Terang Dunia: Kabar Baik atau Buruk?” Tidak semua orang menemukan bahwa Injil itu kabar baik. Berikut Yohanes 8:10-12.
10 Lalu, Yesus berdiri dan berkata kepada perempuan itu, “Hai perempuan, ke manakah mereka? Tidak adakah orang yang menghukummu?”
11 Jawab perempuan itu, “Tidak ada, Tuan.” Yesus berkata, “Aku pun tidak akan menghukummu. Pergilah, dan mulai sekarang, jangan berbuat dosa lagi.”
12 Kemudian, Yesus berkata kepada orang banyak itu, katanya, “Akulah terang dunia. Setiap orang yang mengikut Aku tidak akan berjalan dalam kegelapan, tetapi akan mempunyai terang hidup.”
Yesus berkata kepada orang banyak, “Akulah terang dunia. Setiap orang yang mengikut Aku tidak akan berjalan dalam kegelapan, tetapi akan mempunyai terang hidup.”
YESUS SEDANG DIADILI
Pertama, mari kita melihat latar belakang atau konteks yang memicu Yesus untuk mengucapkan kata-kata itu. Kita ingat dari Yohanes 8:1-11, orang-orang Farisi datang untuk memerangkap dan ingin menjerat Yesus untuk melakukan sebuah kesalahan. Kita perhatikan kebijaksanaan Yesus dalam menangani situasi memojokkan yang dapat menjatuhkan dia di hadapan orang banyak.
Sebenarnya mereka mendatangkan perempuan ini untuk mengadili Yesus. Mereka meminta Yesus untuk mengadili perempuan ini dengan tujuan untuk mengadili Yesus. Itu sebabnya waktu kita membaca perikop ini kita bisa merasakan amarah Yesus karena perempuan yang tertangkap basah berzinah ini dijadikan alat untuk menyerang Yesus. Orang-orang Farisi ini sepertinya sudah dapat menebak tanggapan Yesus bahwa dia tidak akan menjatuhkan hukuman mati terhadap perempuan ini. Mereka ingin memanfaatkan perempuan ini untuk menuduh Yesus dengan pelanggaran yang besar, yaitu mengesampingkan hukum Taurat Musa. Dengan cara itu mereka dapat menjatuhkan Yesus di hadapan umum dan merusak kredibilitas Yesus di hadapan banyak orang.
Kita tahu Yesus memberikan jawaban yang luar biasa bijaksana yang sangat terkenal itu, katanya, “Orang yang tidak berdosa di antara kalian hendaklah dia menjadi yang pertama melempar perempuan ini dengan batu”. Ini jawaban yang sangat luar biasa karena dengan satu kalimat Yesus membalikkan situasi, di mana yang mengadili ternyata diadili. Mereka datang untuk mengadili Yesus, tetapi berakhir dengan diadili. Hati nurani mereka menuduh mereka. Itu sebabnya mereka mundur satu per satu.
INJIL YANG SEIMBANG
Hal kedua yang ingin saya tekankan dari perikop ini adalah bahwa peristiwa ini tidak bermaksud untuk menyimpulkan bahwa perzinahan itu tidak penting atau dosa itu tidak penting. Kita harus memperhatikan dengan seksama apa yang dikatakan Yesus kepada perempuan itu “Aku pun tidak akan menghukummu”. Itu bagian pertama dari Injil, atau bisa disebut 50% dari kabar baik Injil, “Aku tidak akan menghukummu atas semua dosa-dosamu sebesar apa pun”. Sayangnya, kebanyakan penginjil berhenti di situ, atau lebih tepatnya, bagian ini diberikan penekanan yang tidak proporsional tanpa diimbangi oleh bagian kedua.
Bagian kedua dari Injil adalah “Pergilah, mulai sekarang jangan berbuat dosa lagi”. Jadi, pengampunan tidak berarti bahwa dosa itu sendiri adalah hal sepele yang tidak penting. Justru pengampunan ialah bukti bahwa dosa itu sangat melukai Allah. Akan tetapi, demi menggenapi tujuan-Nya bagi kita, Ia memilih untuk mengesampingkan dosa dan pelanggaran kita.
Kepalsuan sering disampaikan bukan melalui kebohongan yang terang-terangan, melainkan melalui penekanan yang tidak seimbang. Pengajaran yang palsu jarang sekali disampaikan melalui pernyataan yang terang-terangan bertentangan dengan firman Allah. Di gereja, kepalsuan disampaikan melalui penekanan yang berlebihan terhadap kebenaran tertentu, misalnya pengampunan dan anugerah, dengan mengabaikan kekudusan dan kehidupan yang benar. Inilah yang membuatnya lebih berbahaya daripada kebohongan yang terang-terangan.
YESUS, SATU-SATUNYA YANG LAYAK MELEMPAR BATU
Setelah Yesus menyatakan pernyataan menakjubkan itu, tiba-tiba perempuan itu ditinggalkan sendirian berhadapan dengan satu-satunya pribadi yang berhak melempari dia dengan batu. Yesuslah satu-satunya manusia sempurna yang tidak pernah berbuat dosa yang pernah hidup di muka bumi ini. Dia yang layak menghukum memilih untuk tidak menghukum. Itulah anugerah.
Itulah sebabnya sebagai seorang pengikut Yesus, sebagai orang percaya, kita tidak lagi menjalani hidup kita seperti ada awan-awan mendung di atas kepala kita, seperti ada satu pribadi yang sedang marah kepada kita. Banyak orang Kristen yang menjalani hidup dengan kepala tertunduk. Kita tidak lagi menjalani hidup seperti itu lagi karena berdasarkan pelayanan Yesus dan pengorbanannya, amarah Allah sudah berpaling dari kita dan diganti dengan senyuman Allah. Kita tidak lagi dihantui rasa bersalah. Kita mulai menjalani hidup dalam kehangatan senyuman Allah. Kita menjalani hidup dalam terang matahari dan bukan di bawah awan-awan hitam, selalu dihantui rasa dihakimi, dihantui rasa bersalah. Pelayanan Yesus bertujuan untuk memberikan kita hati nurani yang bersih.
YESUS, SATU-SATUNYA TERANG DUNIA INI
Dalam konteks inilah tiba-tiba Yesus membuat klaim yang mengejutkan itu, “Akulah terang dunia!” Dalam bahasa Inggris, I am the light of the world. Dia tidak hanya berkata “Akulah terang”, tetapi terang “dunia” ini. Dia juga tidak berkata, “I am a light”, tetapi “the light of the world“, yaitu satu-satunya terang bagi dunia ini”. Dengan kata lain, dia bukan salah satu terang di antara banyak terang. Sebaliknya, dialah satu-satunya sumber terang bagi dunia ini. Di alam jasmani, kita tahu sumber terang bagi dunia ini adalah matahari, tetapi di alam rohani, Yesuslah terang itu. Yesuslah matahari, mentari dunia ini. Ini adalah pernyataan yang sangat luar biasa jika saudara dapat menghayatinya. Tidak ada terang selain dia.
Di sini kita melihat struktur dari perkataan Yesus yang dapat diamati secara konsisten dalam Injil Yohanes. Yesus menyatakan dengan jelas siapa dia, kemudian diikuti dengan sebuah undangan yang melibatkan sebuah tindakan, dan diakhiri dengan sebuah janji.
“Akulah terang dunia” menyatakan siapa Yesus itu. “Setiap orang yang mengikut Aku” ialah sebuah undangan, dan “tidak akan berjalan dalam kegelapan” ialah sebuah janji. Sebagai pengikut Yesus, kita harus memastikan supaya kita mengalami semua janji Yesus sebagai sebuah kenyataan dalam kehidupan ini. Mengalami semua janji Yesus seharusnya menjadi ambisi kita. Sejak awal Injil Yohanes telah dinyatakan bahwa, “Di dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah Terang manusia”. Semakin dekat kita mengikuti dia, semakin jelas segala sesuatu, terutama jalan hidup kita. Siapa saja yang berjalan dalam terang akan berjalan dengan yakin. Kita tidak akan lagi seperti meraba-raba dalam kehidupan ini. Kita bukan orang yang hidupnya tidak jelas. Kita tidak hidup dalam kebingungan.
TIDAK LAGI BINGUNG DAN MERABA-RABA DALAM KEGELAPAN
Jika saudara mengikut Yesus, saudara akan sangat jarang sekali menggunakan kata “bingung” kecuali dalam hal-hal tertentu mungkin seperti Matematika, Fisika, Kimia atau hal-hal lain yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan. Namun, sehubungan dengan ilmu kehidupan, sehubungan dengan makna kehidupan, tujuan hidup, saudara tidak akan pernah bingung. Pertanyaan “mengapa” seperti, mengapa saya ada di sini, mengapa saya lahir di keluarga ini, apa yang harus saya lakukan dengan hidup ini, semuanya akan terjawab dengan sendirinya. Yesus datang membawa terang kehidupan. Apabila kita selalu mendekati dia dan selalu mengikuti dia, saudara akan terpapar dan terekspos kepada cahaya ilahi dan menjadi terang itu sendiri.
Saya menemukan dari pergaulan saya dengan para lansia yang tidak mengenal Allah, semakin tua mereka, semakin tercium bau peti mati, semakin mereka hidup berdasarkan prinsip, “Marilah kita makan dan minum karena besok kita mati.” Makan dan minum? Itukah makna kehidupan yang tertinggi? Bukankah menjelang kematian, kita seharusnya memanfaatkan waktu tersisa yang sedikit itu untuk melakukan hal-hal yang paling bermakna? Apakah makan, minum dan menjadi turis ke sana sini hal yang paling bermakna yang dapat dipikirkan?
Itu sebabnya janji Yesus bahwa kita “tidak akan berjalan dalam kegelapan dan akan memperoleh terang hidup”, menurut saya merupakan satu-satunya hal yang paling berharga dalam hidup ini. Jika saudara memperoleh terang hidup, saudara tidak akan dan tidak perlu meminta apa-apa lagi. Alangkah tragisnya jika kita menjalani hidup ini tanpa terpapar pada terang itu padahal terang itu tersedia bagi kita. Jika terang tidak tersedia, kita bisa pasrah bahwa hidup memang seperti ini. Tidak ada yang akan menyalahkan kita. Kalau seandainya terang tidak tersedia, kita memang hanya bisa meraba-raba mencari makna, mencari tujuan hidup dan kebahagiaan menurut pendapat kita masing-masing. Kita hanya dapat melakukan yang terbaik untuk menemukannya, jika memang bisa ditemukan. Akan tetapi, kalau Sang Pencipta kita rindu memberikan terang hidup itu kepada kita, alangkah ruginya kita jika kita melewatkannya.
KEBUTAAN ROHANI MEMBAWA PADA KEMISKINAN ROHANI
Hal yang kedua yang ingin saya sampaikan berdasarkan nas ini adalah bahwa orang buta pada zaman itu hanya memiliki satu profesi, yaitu pengemis. Itu sebabnya saudara akan perhatikan bahwa di dalam firman Allah, kebutaan dan kemiskinan itu sangat berkaitan (Why 3:17). Orang buta adalah orang miskin karena satu-satunya profesi yang dapat dilakukan ialah menjadi seorang pengemis. Dengan kata lain, kebutaan adalah sebuah vonis untuk hidup dalam kemiskinan.
Dengan cara yang sama, jika saudara buta secara rohani, saudara akan menjadi miskin secara rohani. Secara rohani saudara adalah seorang pengemis. Saudara adalah seorang yang sangat-sangat membutuhkan daripada dibutuhkan. Itu sebabnya semakin saya memahami Injil semakin saya memahami apa yang ingin Allah lakukan dalam hidup kita. Saya semakin yakin bahwa transformasi yang terbesar yang dapat terjadi pada seseorang ialah perubahan dari seorang yang sangat membutuhkan menjadi seorang yang dibutuhkan. Transformasi perjanjian baru ialah transformasi dari orang yang membutuhkan (needy) menjadi seorang yang dibutuhkan (needed). Saudara akan berubah dari orang yang selalu menerima menjadi orang yang memberi.
IBLIS JUGA ADALAH SEORANG BAPA!
Hal berikut yang ingin saya gambarkan kepada saudara dari Injil Yohanes khususnya pasal 8 ini adalah bahwa Yesus sedang berinteraksi dengan “anak-anak Iblis” (8:44). Di Yohanes 8, kita mendengarkan perkataan Yesus yang paling keras yang pernah tercatat bagi kita.
Hal yang paling menonjol dari Injil Yohanes adalah konsep Allah sebagai Bapa, dan kita sebagai anak-anak-Nya. Akan tetapi, di Yohanes 8, kita membaca sesuatu yang mengejutkan: Iblis juga sebenarnya adalah seorang bapa. Waktu kita mengucapkan Happy Father’s Day tadi, ingat Iblis juga seorang bapa! Kiranya Allah menjauhkan hal itu dari kita.
Dia ialah seorang bapa. Jadi, Yesus berinteraksi di sini dengan anak-anak Iblis. Siapa anak-anak Iblis ini? Mereka adalah orang-orang religius dan orang-orang beragama. Kita bisa simpulkan seperti ini:
Orang-orang berdosa ialah orang-orang buta. Orang-orang religius ini adalah orang-orang buta yang mengaku melihat. Itulah anak-anak Iblis.
Itulah hal yang paling mengerikan. Mereka itulah yang disebut anak-anak Iblis, yaitu orang-orang buta yang mengaku melihat.
KEMUNAFIKAN MERUPAKAN DOSA PALING DIBENCI
Saya berharap saudara dapat melihat di sepanjang Injil, seberat-beratnya dosa perzinahan, lebih berat lagi dosa kemunafikan agama. Sekali lagi ingin saya tekankan: anak-anak Iblis ialah orang-orang buta yang mengaku melihat. Oleh karena itu, terang dunia berdiri di depan mereka, mentari dunia sedang berbicara dengan mereka, tetapi mereka mengambil batu untuk melemparinya (8:59). Mereka tetap buta walaupun matahari dunia berdiri di hadapan mereka. Dengan kata lain, kita tidak hanya membutuhkan terang untuk melihat, tetapi kita membutuhkan penglihatan. Kita perlu disembuhkan dari kebutaan itu.
Itu sebabnya dalam mempersiapkan khotbah ini saya sempat merinding ketakutan karena saya bertanya-tanya terus pada diri sendiri, “Apakah mungkin saya ini orang buta yang sedang berbicara tentang terang?” Saya berdoa agar Allah jauhkan hal itu dari terjadi. Itu membuat saya menjalani hidup dengan penuh takut dan gentar. Sadar atau tidak, kita hidup dalam dua alam, alam jasmani dan alam rohani. Apa yang benar di alam jasmani tidak semestinya benar di alam rohani. Di Yohanes 9, Yesus berkata pada mereka, “Karena kamu berkata, ‘Kami melihat,’ dosamu tetap ada.” Hal ini dialami secara tragis oleh jemaat di Laodikia. Mereka berkata, “Aku kaya, berkelimpahan, dan tidak kekurangan apa-apa”, tetapi tidak tahu bahwa sesungguhnya mereka “sengsara, malang, miskin, buta, dan telanjang”. Bukankah hal ini mengerikan? Itulah salah satu tema utama dari Injil Yohanes. Di alam jasmani, terang dunia ini ialah matahari. Di alam rohani, terang dunia ini adalah Yesus itu sendiri. Dialah terang dunia dan kita semua berada di dalam kegelapan.
KEGELAPAN “DI DALAM” DIRI KITA
Di Matius 6:23, Yesus berkata,
“Jadi, jika terang yang seharusnya ada padamu adalah kegelapan, betapa pekatnya kegelapan itu.”
Injil selalu berbicara tentang kegelapan itu ada “di dalam” diri kita. Di Lukas 11:35, Yesus mengulangi hal yang sama,
“Karena itu, berhati-hatilah agar terang di dalam dirimu bukan kegelapan.”
Kita lihat hal ini konsisten di sepanjang Perjanjian Baru,
“… hati mereka menjadi bodoh menjadi gelap.” (Rm 1:21)
“… mata mereka digelapkan …” (Rm 11:10)
“… pengertian mereka menjadi gelap…” (Ef 4:18)
Saudara, saya dapati kegelapan dalam diri kita itu ada tepatnya di dalam hati dan pikiran kita. Kegelapan dalam diri kita itu bukan di mana-mana melainkan di dalam hati dan pikiran kita. Di situlah kegelapan bersemayam, di situlah ia tinggal. Suami atau istri saudara bahkan tidak tahu kegelapan yang ada di dalam diri kita. Orang yang terdekat pun tidak tahu apa yang ada di dalam hati dan pikiran kita. Saudara bisa saja duduk di sini tersenyum kepada saya, tetapi dalam hati ingin membunuh saya. Itulah kegelapan dalam hati. Kegelapan di dalam hati dan pikiran kita, hanya Allah yang tahu.
KABAR BAIK ATAU KABAR BURUK?
Saya akan mengakhiri pesan saya dengan sebuah pertanyaan. Apakah Yesus sebagai terang dunia merupakan kabar baik atau kabar buruk bagi saudara?
Dari sudut pandang Injil, itu adalah sebuah kabar baik. Yesus datang sebagai terang dan dia tidak bermaksud sama sekali datang untuk menghakimi kita. Dia tidak datang dengan maksud untuk menghukum kita sama sekali. Dia datang sebagai terang untuk menuntun kita di jalan yang benar dan untuk menyelamatkan dari dunia kegelapan. Terang ialah sumber kehidupan. Kalimat pertama yang tercatat keluar dari mulut Allah, di tengah bumi yang tidak berbentuk yang gelap gulita, adalah “Jadilah terang!” Jadi, terang ialah sumber kehidupan. Yesus datang untuk membawa kehidupan.
Pertanyaan saya sekali lagi, apakah ini sebuah kabar baik atau kabar buruk bagi saudara? Berdasarkan pengalaman pribadi dan juga pengalaman kebanyakan orang, Yesus sebagai terang bisa menjadi kabar buruk bagi kita yang menyukai kegelapan. Itu sebabnya tidak ada sukacita sama sekali di wajah banyak orang Kristen. Mereka rasa terbeban, berat. Menjalani kehidupan Kristen ini rasanya berat, terbeban, dihantui rasa bersalah. Mengapa?
Pada dasarnya, ada dua jenis orang yang hidup di dalam kegelapan.
Yang pertama, orang ada dalam kegelapan karena memang tidak ada terang. Dia merindukan terang, mengharapkan terang. Seperti orang yang menunggu kedatangan siang hari pada malam hari. Jadi, orang berada dalam kegelapan karena memang tidak ada terang
Yang kedua adalah mereka yang lebih menyukai kegelapan. Ada orang-orang tertentu yang lebih memilih kegelapan daripada terang. Mereka suka menjauhi terang dan mengurung diri dalam kegelapan. Bukannya tidak ada terang, tetapi mereka lebih suka menjauhi terang dan hidup dalam kegelapan. Di alam rohani, kebanyakan orang tergolong dalam kategori ini. Itu sebabnya terang tidak mendatangkan sukacita bagi mereka (Yoh 3:19-20)
19 Inilah hukuman itu: Terang telah datang ke dalam dunia, tetapi manusia lebih menyukai kegelapan daripada terang karena apa yang mereka lakukan adalah jahat.
20 Karena setiap orang yang berbuat jahat membenci Terang dan tidak datang juga kepada Terang itu supaya perbuatan-perbuatannya tidak diungkit-ungkit.
Jadi, Yesus datang tidak untuk menghukum. Dalam kenyataannya, banyak orang yang menjalani kehidupan Kristennya merasa dihakimi. Mengapa? Besar kemungkinan, saudara lebih menyukai kegelapan daripada terang. Oleh karena dia datang kepada kita sebagai terang, walaupun dia tidak memiliki niat sama sekali untuk menghakimi kita, tetapi kita merasa dihakimi dan dihukum. Itulah tragedi kehidupan. Seorang filsuf yang bernama Plato, mengatakan:
“Kita dapat dengan mudah memaafkan anak kecil yang takut kegelapan; tragedi kehidupan sesungguhnya adalah ketika manusia dewasa takut terhadap terang.”
Inilah tragedi kehidupan menurut Plato.
LANGKAH PERTAMA MENUJU TERANG
Saya ingin membagikan kepada saudara satu poin praktis. Bagaimana untuk mengambil langkah pertama ke dalam terang? Langkah yang pertama bukanlah kekudusan, melainkan kejujuran. Tentu saja Allah menginginkan kekudusan, tetapi kekudusan butuh waktu, sebuah proses yang tidak akan pernah berakhir sepanjang hidup ini. Sebagai langkah pertama, yang paling Dia inginkan dari saudara ialah kejujuran. Kejujuran bisa terjadi sekarang juga, tidak perlu proses. Apakah saudara mengerti apa yang saya maksudkan? Kejujuran adalah inti dari pertobatan. Pertobatan adalah kejujuran brutal terhadap diri sendiri. Saya menambah kata “brutal” karena kita cenderung menipu diri kita sendiri. Waktu kita memiliki kejujuran yang brutal terhadap diri sendiri, saudara mulai melangkah dalam terang. Seorang pezinah yang mengakui dirinya pezinah akan dibawa ke dalam terang dalam seketika, tetapi seorang religius yang tidak mengakui dosanya akan tetap dalam kegelapan. Itulah langkah pertama menuju terang.